Anda di halaman 1dari 9

SACR

MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

DEFINISI
Suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Dr.Adib A.Yahya, MARS Ketua Umum PERSI SEMINAR PAMJAKI “KECURANGAN (FRAUD) DALAM
JAMINAN / ASURANSI KESEHATAN” HOTEL BUMI KARSA, JAKARTA 13 DESEMBER 2007
1. Apa saja standar keselamatan pasien?

a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan keselamatan
pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Standar I. Hak pasien.

1. Standar :
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan
termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

2. Kriteria :
a. Harus ada Dokter penanggung jawab pelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas & benar kepada pasien &
keluarganya tentang rencana & hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya KTD.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga.

3. Standar :
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang

kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien

4. Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistem & mekanisme mendidik pasien &
keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tsb
diharapkan pasien & keluarga dapat :

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap & jujur.

b. Mengetahui kewajiban & tanggung jawab pasien & keluarga.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

d. Memahami & menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.

f. Memperlihatkan sikap menghormati & tenggang rasa.

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

2. Apa definisi dari keselamatan pasien RS?


 suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman
 suatu sistem untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat pelaksanaan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
3. Apakah tujuan dari menejemen keselamatan pasien?
 untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat pelaksanaan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
SACR

 untuk membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman

4. Bagaiman solusi Life saving dari keselamatan pasien RS ?


1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip
2. Pastikan Identifikasi Pasien
3. Komunikasi secara Benar saat Serah Terima/Pengoperasi Pasien
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concenfratod)
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
7. Hindari Salah Kauter dan Salah Sambung Selang (Tube)
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan Infeksi Nosokomial

Siklus Kegiatan Keselamatan Pasien


Patient 1.
Involvement/ Pelaporan •Risk Grading Matrix
Communication •Risk Analysis : RCA,
Insiden FMEA
6.
Implementasi & 2.
“Measurement”
Measurement” Analisis/Belajar
Yan RS Riset
yang lebih
5.
aman 3.
Pelatihan
Seminar Pengembangan
Solusi
4.
Panduan
Pedoman
Standar
@PERSI, 2006

5. Apa yang dimaksud 7 langkah keselamatan pasien?


1) Bangun kesadaran akan nilai KP  ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka dan adil
RS :
o Kebijakan : tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada staf, pasien
– keluarga
o Kebijakan : peran & akuntabilitas individual pada insiden
o Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
o Lakukan asesmen dengan menggunakan survey penilaian KP
Tim :
o Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
o Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan / solusi yg tepat
Prinsip penting :
o Budaya safety berarti staf selalu sadar terhadap KTD potensial
o Staf berserta RS selalu mampu mengakui & belajar dari kesalahan & bertindak untuk memperbaiki
o Terbuka untuk berbagi informasi, dan dlm hal KTD staf ditangani secara adil
o Semua KTD juga terkait dng system, mencari kesalahan pada system akan membantu RS belajar
untuk menekan insiden
2) Pimpin dan dukung staf anda  bangunlah komitmen & focus yg kuat & jelas tentang KP di RS
RS :
o Ada anggota direksi yg bertanggung jawab atas KP
o Di bagian2 ada orang yg dapat menjadi “penggerak”KP
o Prioritaskan KP dlm agenda rapat direksi / manajemen
o Masukkan KP dalam semua program latihan staf
Tim :
o Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin gerakan KP
o Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
o Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden
Prinsip penting :
o Pelaksanaan KP-RS butuh motivasi & komitmen pimpinan : direksi , pimpinan klinis & manajerial
dari seluruh jajaran pelayanan
o Pimpinan perlu menunjukkan KP-RS adalah prioritas, pimpinan harus sering tampak & aktif
memimpin di lapangan memperbaiki system KP-RS
o Staf agar mudah melapor bila tidak merasa bahwa asuhan pasien aman
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko  kembangkan system & proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi & asesmen hal yg potensial bermasalah
RS :
SACR

o Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup KP
o Kembangkan indicator kinerja bagi system pengelolaan risiko
o Gunakan informasi dari system pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan kepedulian
terhadap pasien
Tim :
o Diskusi isu KP dalam forum2
o Penilaian risiko pada individu pasien
o Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko & langkah memperkecil risiko tsb
Prinsip penting :
o Manajemen risiko terintegrasi berarti pelajaran dari suatu area risiko dapat segera disebarkan ke area
risiko yg lain
o Konsisten melaksanakan identifikasi, assesmen, analisis & investigasi semua risiko
o Penggunaan beberapa risk assessment tools : risk matrix grading, FMEA (failure mode and effect
analysis), risk assessment shecklist
4) Kembangkan system pelaporan  pastikan staf anda agar dapat melaporkan kejadian / insiden serta RS
mengatur pelaporan kpd KKP-RS
RS :
o Lenkapi rencana implementasi system pelaporan insiden, ke dalam maupun ke luar yg harus
dilaporkan ke KPPRS – PERSI
Tim :
o Dorong anggota untuk melapor setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sbg
bahan pelajaran yg penting
Prinsip penting :
o Pelaporan insiden adalah langkah pertama proses mencegah KTD
o Staf penting memahami APA insiden KP yg harus dilaporkan (semua insiden yg menyebabkan / dapat
menyebabkan cedera, tidak hanya yg sentinel) dan bagaimana cara melaporkannya
o RS selektif melaporkan insiden penting ke KKPRS, shg secara nasional dpt disusun peta KTD dan
berbagai solusi /umpan balik ke RS-RS
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien  kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien
RS :
o Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dng pasien & keluarga
o Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
o Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien &
keluarga
Tim :
o Hargai dan dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden
o Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kelurga bila terjadi insiden
o Segera setelah kejadian , tunjukkan empati kpd pasien & keluarga
Prinsip penting :
o Banyak pasien adalah “ahli” tentang kondisinya shg dpt membantu identifikasi risiko &
merencanakan solusi terhadap masalah KP
o Pasien ingin terlibat sbg mitra dlm proses asuhan
o stafBanyak pasien adalah “ahli” tentang kondisinya shg dpt membantu identifikasi risiko &
merencanakan solusi terhadap masalah KP
o Pasien ingin terlibat sbg mitra dlm proses asuhan
o Staf perlu melibatkan pasien dlm proses Dx, Th, diskusi risiko, monitoring, segera diskusikan KTD
secara bijak & dgn empati
o Keterbukaan ini & mendiskusikan KTD akan membantu pasien untuk lebih baik dlm menerima risiko
atau KTD
6) Belajar & berbagi pengalaman tentang KP  dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
RS :
o staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
o Kebijakan : criteria pelaksanaan analisis akar masalah atau metode analisis lain, mencakup semua
insiden & minimum 1, per tahun untuk proses risiko tinggi
Tim :
o diskusikan dlam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
o identifikasi bagian alain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tsb
prinsip penting :
o bila insiden terjadi, isu penting bukanlah “siapa yg salah” tetapi “bagaimana & mengapa hal itu
terjadi”
o belajar secara sistematik : tipe insiden yg perlu dilapor, informasi apa dan kapan diperlukan ,
bagaimana menganalisis
7) Cegah cedera melalui implementasi system KP  gunakan informasi yg ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan
RS :
SACR

o tentukan solusi dengan informasi dari system pelaporan, asesmen risiko, kejadian insiden, audit serta
analisis
o solusi mencakup penjabaran ulang system, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis, penggunaan
instrument yg menjamin KP
o assesmen risiko untuk setiap perubahan
o sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
o umpan balik kepada staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
tim :
o kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
o telaan perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
o umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yg dilaporkan
prinsip penting :
o dari solusi, dibuat system bau shg staf mudah melaksanakan asuhan yg lebih baik & lebih aman
o pastikan system baru termasuk assesmen risiko, dievaluasi terus menerus dlm jangka panjang, termasuk
belajar terus menerus
keselamatan pasien dan menajemen risiko klinis di RS
 Menejemen Risiko : Kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien untuk menciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien dan pengunjung

Manajemen risiko terintergrasi :


Suatu proses identifikasi, penilaian, analisis, dan pengelolaan semua resiko yang potensial dan kejadian
keselamatan pasien

 Menejemen K3 : Suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara unsur kesehatan dan keselamatan

MANAJEMEN RISIKO

6. Apakah yang dimaksud dengan Menejemen Risiko ?


 kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien, kegiatan untuk menciptakan lingkungan yang aman
bagi karyawan, pasien, dan pengunjung
 sebagai aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan, identifikasi,
evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cidera atau kerugian pada :
- pasien,
- personil,
- pengunjung dan
- rumah sakit itu sendiri
The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization
Tujuan
o Meminumkan kejadian “medical errors”, “adverse events”/KTD (Kejadian yang Tidak Diinginkan), dan
“harms” pada pasien (membuat asuhan pasien lebih aman)
o Meminimumkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim yang harus menjadi
tanggungan institusi (mencegah kerugian finansial bagi RS)
Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia
7. Apa manfaat dari adanya menejemen risiko?
a. Terhadap pasien
o Membuat sekecil mungkin cidera yg tidak diinginkan
o Meningkatkan keamanan pasien dan mutu asuhan
b. Terhadap staf
o Meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan staf
c. Terhadap institusi
o Menjaga reputasi
o Meminimumkan risiko financial dengan manajemen yg lebih baik
o Memenuhi objektif secara optimal dengan pemanfaatan sebaik-baiknya sumberdaya yg ada
d. Terhadap public
o Meningkatakan kepercayaan public, bahwa dengan program MRK yg baik keamanan mereka lebih
terjamin
Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia

8. Bagaimana system menejemen risiko yang terintegrasi ?

 Proaktif
Melalui program2 yg dirancang untuk mencegah, mengendalikan dan membuat sesedikit mungkin
keterbukaan pasien thd risiko klinis
5 kiat untuk manajemen risiko klinis yang proaktif :
o Credentialing of medical staff
Seleksi staf medik yang baik
SACR

o Incident monitoring and tracking


Monitor dan menjejaki kejadian klinis yg tidak diinginkan
o Complaints monitoring and tracking
Monitor dan menjejaki keluhan pasien / public
o Infection control. Pengendalian infeksi nosokomial
o Documentation in the medical record
Rekam medis yg baik
 Reaktif
Proses sistematis melakukan identifikasi, evaluasi dan penanganan risiko klinis jika sudah terjadi
(termasuk negosiasi besaran ganti)
Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia
a. Proses manajemen risiko terintegrasi
o Identifikasi risiko
Adalah usaha mengidentifikasi situasi yg dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau
kerugian secara financial. Identifikasi akan membantu langkah2 yg akan diambil manajemen risiko
tsb
o Analyzing identified risks
o Evaluating the risks
o Treating the risks
b. Instrument
o Laporan kejadian
o Review rekam medik (penyaringan kejadian untuk memeriksa rm untuk memeriksa rm untuk mencari
penyimpangan pada praktik danprosedur)
o Pengaduan (complaint) pelanggan
o Survey / self assessment
keselamatan pasien dan menajemen risiko klinis di RS

9. Apakah tujuan dari adanya menejemen risiko?


 Meminumkan keterjadian “medical errors”, “adverse events”, dan “harms” pada pasien (membuat asuhan
pasien lebih aman)
 Meminimumkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim yang harus menjadi
tanggungan institusi (mencegah kerugian finansial bagi RS)
(Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia)

10. Bagaimana proses dari menejemen risiko?


o menegakkan konteks
- tetapkan kegiatan
- tujuan dan sasaran
o identifikasi risiko:
- apa yang dapat terjadi
- bagaimana hal itu terjadi
o penilaian risiko:
- bagaimana risiko bila terjadi
- apa dampaknya bila sudah terjadi
- bagaimana hal itu bias dikurangi
o evaluasi dan peringkat:
- evaluasi pilihan untuk mengurangi risiko
- hitung biaya untuk mengurangi risiko
- identifikasi kegiatan yang dapat mengurangi biaya risiko
- bandingkan biaya dengan benefit
o pengelolaan risiko
- dihindari
tidak melaksanakan kegiatan yang menimbulkan risiko
- dikurangi venture
mengurangi atau mengandalkan dampak yang mungkin terjadi
- dipindahkan
mengatur agar pihak lain ikut menanggung atau berbagi sebagian risiko melalui kontrak,
kerjasama,join
- diterima
beberapa risiko sangat ringan sehingga dapat diterima atau dikelola sendiri
o monitor dan review
- monitor dampak resiko
- dkaji kembali / review efektifitas kegiatan
- perubahan prioritas risiko
o dikomunikasikan dan dikonsultasikan
- siapa saja yang perlu tahu
- siapa saja yang terlihat
SACR

11. Apakah klasifikasi dari risiko?

Penyakit akibat kerja di sarana kesehatan umumnya berhubungan dengan berbagai faktor biologis :
(kuman patogen; pyogenic, colli, baccilli,stapphylococci, yang umumnya berasal dari pasien).

Faktor kimia :
(bahan kimia dan obat-obatan antibiotika, cytostatika, narkotika dan lain-lain, pemaparan dengan dosis
kecil namun terus menerus seperti anstiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati.

Formaldehyde untuk mensterilkan sarung tangan karet medis atau paramedis dikenal sebagai zat
yang bersifat karsinogenik)

faktor ergonomi :
(cara duduk, mengangkat pasien yang salah)

faktor fisik :
yaitu pajanan dengan dosis kecil yang terus menerus

a. kebisingan dan getaran diruang generator


b. pencahayaan yang kurang dikamar operasi, laboratorium, ruang perawatan
c. suhu dan kelembabam tinggi diruang boiler dan laundry
d. tekanan barometrik pada decompression chamber
e. radiasi panas pada kulit
f. tegangan tinggi pada sistem reproduksi, dan lain-lain
faktor psikososial :
(ketegangan dikamar bedah, penerima pasien gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa, shift kerja,
hubungan kerja yang kurang harmonis, dan lain-lain).

Berdasarkan sumber

 Eksternal risk
o Pencurian, penipuan
o Piutang tak tertagih
o Perubahan politik pemerintah, dll
 Internal risk
o Kerusakan aset oleh karyawan RS
o Kelumpuhan, kesakitan ,atau kematian akibat kecelakaan kerja
o Miss manajemen, dll

Aspek manajemen

 Prevented risk
 Normaly prevented risk
 Manage risk
 Unprevented risk
 Unpreventable risk

Dapat atau tidaknya dialihkan

o Dapat dialihkan  pada pihak mengalami kerugian, pada perusahaan asuransi


o Tidak dapat dialihkan

Klasifikasi hazard (ada 4)

 Moral hazard bersumber dari perilaku


 Physical hazard
 Morale hazardbersumber dari perasaan yang berlebihan
 Legal hazard

12. Apa saja ruang lingkup yang ada dalam manajemen risiko?
- pasien,
- personil,
- pengunjung dan
- rumah sakit itu sendiri
SACR

MANAJEMEN SANITASI RS

13. Apakah definisi Menejemen Sanitasi RS?


adalah upaya pengawasan berbagai factor lingkungan fisik, kimia dan biologic di RS yang menimbulkan atau
mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi
masyarakat di sekitar RS
Kiat Mengelolah Rumah Sakit, dr.R.Darmanto

14. Apakah ruang lingkup sanitasi?

Ben Freedman menyebutkan lingkup garapan sanitasi RS meliputi :

A. Aspek Kerumahtanggaan (Housekeeping) seperti :

1.Kebersihan gedung secara keseluruhan.

2.Kebersihan dinding dan lantai.

3.Pemeriksaan karpet lantai.

4.Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.

5.Penghawaan dan pembersihan udara.

6.Gudang dan ruangan.

7.Pelayanan makanan dan minuman.

B. Aspek khusus Sanitasi.

1.Penanganan sampah kering mudah terbakar.

2.Pembuangan sampah basah.

3.Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.

4.Tipe incinerator Rumah Sakit.

5.Kesehatan kerja dan proses-proses operasional.

6.Pencahayaan dan instalasi listrik.

7.Radiasi.

8.Sanitasi linen, sarung dan prosedur pencucian.

9.Teknik-teknik aseptik.

10.Tempat cuci tangan.

11.Pakaian operasi.

12.Sistim isolasi sempurna.

C. Aspek dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi.

1.Sumber-sumber kontaminasi.

2.Dekontaminasi peralatan pengobatan pernafasan.

3.Dekontaminasi peralatan ruang ganti pakaian.

4.Dekontaminasi dan sterilisasi air,makanan dan alat-alat pengobatan.

5.Sterilisasi kering.

6.Metoda kimiawi pembersihan dan disinfeksi.


SACR

7.Faktor-faktor pengaruh aksi bahan kimia.

8.Macam-macam disinfektan kimia.

9.Sterilisasi gas.

D. Aspek pengendalian serangga dan binatang pengganggu.

E. Aspek pengawasan pasien dan pengunjung Rumah Sakit :

1.Penanganan petugas yang terinfeksi.

2.Pengawasan pengunjung Rumah Sakit.

3.Keamanan dan keselamatan pasien.

F. Peraturan perundang-undangan di bidang Sanitasi Rumah Sakit.

G. Aspek penanggulangan bencana.

H. Aspek pengawasan kesehatan petugas laboratorium.

I. Aspek penanganan bahan-bahan radioaktif.

J. Aspek standarisasi sanitasi Rumah Sakit

Dari lingkup sanitasi yang begitu luas tersebut yang paling penting untuk dikembangkan adalah menyangkut :

Program sanitasi kerumahtanggaan yang meliputi penyehatan ruang dan bangunan serta lingkungan RS.
Program sanitasi dasar, yang meliputipenyediaan air minum, pengelolaan kotoran cair dan padat,
penyehatan makanan dan minuman, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu.
Program dekontaminasi yang meliputi kontaminasi lingkungan karena mikroba, bahan kimia dan radiasi.
Program penyuluhan.
Program pengembangan manajemen dan perundang-undangan yang meliputi penyusunan norma dan
standar serta pengembangan tenaga sanitasi RS melalui pelatihan, konsultasi

15. Apakah syarat sanitasi RS yang baik

1. lingkungan
a. lingkungan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas dilengkapi dengan pagar yang kuat
sehingga orang lain maupun binatang liar tidak bebas masuk
b. lingkungan rumah sakit harus dilengkapi dengan penerangan yang baik
c. lingkungan rumah sakit tidak becek , tidak berdebu, dan terdapat saluran yang terbuka /
tertutup
d. saluran air limbah harus tertutup dan dihubungkan langsung dengan IPAL

2. Ruang dan Bangunan


a. harus dalam keadaan bersih mudah dibersihkan tersedia tempat sampah sesuai dengan jenis
sampahnya ( sampah medis dan sampah non medis)
b. tersedia fasilitas sanitasi sesuai dengan yang dibutuhkan
c. ruang dan bangunan harus bebas dari serangga dan binatang yang lainnya
d. mutu udara harus memenuhi syarat tidak berbau, kadar debu tidak melampaui 150 ug/m3
dalam pengukuran selama 24 jam dan angka kuman kurang lebih 350 koloni / m3, udara bebas
kuman patogen
Program
o penerangan  semua ruangan harus diberi penerangan
o kebisingan  diruang perawatan tidak boleh melebihi 45dB, diruang poliklinik, maks 80dB, laboratorium mks
68 dB, ruang cuci dapur maks 78 dB
o pembersihan ruangan
o penyediaan air bersih
o pengawasan kualitas air bersih di RS
o pengelolaan limbah RS
o pembuangan sampah padat
o pengelolaan sampah :
 penampungan sampah,
SACR

tempat sampah harus : tidak mudah berkarat, kedap air, bertutup, mudah diangkut, mudah
dikosongkan, mudah dibersihkan
 pengangkutan sampah,
harus diusahakan agar bahan2 yg berbahaya tidak mencemari jalan yg ditempuh ke pembuangan
 perlakukan sampah sebelum dibuang
ada sampah yg bias di daur ulang, misalnya perak nitrat pembuangan cairan pencuci film bias diambil
peraknya. Limbah infeksius sering disterilkan dengan otoklaf
insenerator :
adalah alat untuk membakar sampah padat kering mapun yg basah
o mengusahakan agar di sekitar RS tidak ada tempat perindukan untuk segala macam serangga baik untuk
nyamuk, lalat, maupun kecoa
o tikus  diusahakan tidak ada tempat untuk bersarangnya tikus di RS
o mengendalikan infeksi nosokomial : membasuh tangan, desinfeksi, sterilisasi
keselamatan pasien dan menajemen risiko klinis di RS
16. Apakah tujuan dari sanitasi ?
menciptakan kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta
tidak mencemari lingkungan
 Manfaat
1) Dapat mengurangi kemungkinan terjadinya re-infeksi dan infeksi silang ( infeksi nosokomial )di RS.
2) Dapat mempercepat proses penyembuhan penderita.
3) Akibat dari butir 1 dan 2 akan dapat dihemat biaya pengeluaran RS dan masyarakat yang terkena infeksi
(pasien, petugas dan pengunjung RS).
4) Mengurangi dampak negatif limbah RS terhadap lingkungan dan masyarakat.
5) Rumah Sakit yang saniter merupakan daya tarik bagi masyarakat untuk menggunakannya.
6) Meningkatkan citra RS sebagai tempat yang bersih, sehat dan tenang

Anda mungkin juga menyukai