Manajemen Keselamatan Pasien
Manajemen Keselamatan Pasien
DEFINISI
Suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Dr.Adib A.Yahya, MARS Ketua Umum PERSI SEMINAR PAMJAKI “KECURANGAN (FRAUD) DALAM
JAMINAN / ASURANSI KESEHATAN” HOTEL BUMI KARSA, JAKARTA 13 DESEMBER 2007
1. Apa saja standar keselamatan pasien?
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan keselamatan
pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Standar I. Hak pasien.
1. Standar :
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan
termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
2. Kriteria :
a. Harus ada Dokter penanggung jawab pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas & benar kepada pasien &
keluarganya tentang rencana & hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya KTD.
3. Standar :
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang
4. Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistem & mekanisme mendidik pasien &
keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tsb
diharapkan pasien & keluarga dapat :
o Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup KP
o Kembangkan indicator kinerja bagi system pengelolaan risiko
o Gunakan informasi dari system pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan kepedulian
terhadap pasien
Tim :
o Diskusi isu KP dalam forum2
o Penilaian risiko pada individu pasien
o Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko & langkah memperkecil risiko tsb
Prinsip penting :
o Manajemen risiko terintegrasi berarti pelajaran dari suatu area risiko dapat segera disebarkan ke area
risiko yg lain
o Konsisten melaksanakan identifikasi, assesmen, analisis & investigasi semua risiko
o Penggunaan beberapa risk assessment tools : risk matrix grading, FMEA (failure mode and effect
analysis), risk assessment shecklist
4) Kembangkan system pelaporan pastikan staf anda agar dapat melaporkan kejadian / insiden serta RS
mengatur pelaporan kpd KKP-RS
RS :
o Lenkapi rencana implementasi system pelaporan insiden, ke dalam maupun ke luar yg harus
dilaporkan ke KPPRS – PERSI
Tim :
o Dorong anggota untuk melapor setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sbg
bahan pelajaran yg penting
Prinsip penting :
o Pelaporan insiden adalah langkah pertama proses mencegah KTD
o Staf penting memahami APA insiden KP yg harus dilaporkan (semua insiden yg menyebabkan / dapat
menyebabkan cedera, tidak hanya yg sentinel) dan bagaimana cara melaporkannya
o RS selektif melaporkan insiden penting ke KKPRS, shg secara nasional dpt disusun peta KTD dan
berbagai solusi /umpan balik ke RS-RS
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien
RS :
o Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dng pasien & keluarga
o Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
o Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien &
keluarga
Tim :
o Hargai dan dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden
o Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kelurga bila terjadi insiden
o Segera setelah kejadian , tunjukkan empati kpd pasien & keluarga
Prinsip penting :
o Banyak pasien adalah “ahli” tentang kondisinya shg dpt membantu identifikasi risiko &
merencanakan solusi terhadap masalah KP
o Pasien ingin terlibat sbg mitra dlm proses asuhan
o stafBanyak pasien adalah “ahli” tentang kondisinya shg dpt membantu identifikasi risiko &
merencanakan solusi terhadap masalah KP
o Pasien ingin terlibat sbg mitra dlm proses asuhan
o Staf perlu melibatkan pasien dlm proses Dx, Th, diskusi risiko, monitoring, segera diskusikan KTD
secara bijak & dgn empati
o Keterbukaan ini & mendiskusikan KTD akan membantu pasien untuk lebih baik dlm menerima risiko
atau KTD
6) Belajar & berbagi pengalaman tentang KP dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
RS :
o staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
o Kebijakan : criteria pelaksanaan analisis akar masalah atau metode analisis lain, mencakup semua
insiden & minimum 1, per tahun untuk proses risiko tinggi
Tim :
o diskusikan dlam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
o identifikasi bagian alain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tsb
prinsip penting :
o bila insiden terjadi, isu penting bukanlah “siapa yg salah” tetapi “bagaimana & mengapa hal itu
terjadi”
o belajar secara sistematik : tipe insiden yg perlu dilapor, informasi apa dan kapan diperlukan ,
bagaimana menganalisis
7) Cegah cedera melalui implementasi system KP gunakan informasi yg ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan
RS :
SACR
o tentukan solusi dengan informasi dari system pelaporan, asesmen risiko, kejadian insiden, audit serta
analisis
o solusi mencakup penjabaran ulang system, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis, penggunaan
instrument yg menjamin KP
o assesmen risiko untuk setiap perubahan
o sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
o umpan balik kepada staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
tim :
o kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
o telaan perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
o umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yg dilaporkan
prinsip penting :
o dari solusi, dibuat system bau shg staf mudah melaksanakan asuhan yg lebih baik & lebih aman
o pastikan system baru termasuk assesmen risiko, dievaluasi terus menerus dlm jangka panjang, termasuk
belajar terus menerus
keselamatan pasien dan menajemen risiko klinis di RS
Menejemen Risiko : Kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien untuk menciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien dan pengunjung
Menejemen K3 : Suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara unsur kesehatan dan keselamatan
MANAJEMEN RISIKO
Proaktif
Melalui program2 yg dirancang untuk mencegah, mengendalikan dan membuat sesedikit mungkin
keterbukaan pasien thd risiko klinis
5 kiat untuk manajemen risiko klinis yang proaktif :
o Credentialing of medical staff
Seleksi staf medik yang baik
SACR
Penyakit akibat kerja di sarana kesehatan umumnya berhubungan dengan berbagai faktor biologis :
(kuman patogen; pyogenic, colli, baccilli,stapphylococci, yang umumnya berasal dari pasien).
Faktor kimia :
(bahan kimia dan obat-obatan antibiotika, cytostatika, narkotika dan lain-lain, pemaparan dengan dosis
kecil namun terus menerus seperti anstiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati.
Formaldehyde untuk mensterilkan sarung tangan karet medis atau paramedis dikenal sebagai zat
yang bersifat karsinogenik)
faktor ergonomi :
(cara duduk, mengangkat pasien yang salah)
faktor fisik :
yaitu pajanan dengan dosis kecil yang terus menerus
Berdasarkan sumber
Eksternal risk
o Pencurian, penipuan
o Piutang tak tertagih
o Perubahan politik pemerintah, dll
Internal risk
o Kerusakan aset oleh karyawan RS
o Kelumpuhan, kesakitan ,atau kematian akibat kecelakaan kerja
o Miss manajemen, dll
Aspek manajemen
Prevented risk
Normaly prevented risk
Manage risk
Unprevented risk
Unpreventable risk
12. Apa saja ruang lingkup yang ada dalam manajemen risiko?
- pasien,
- personil,
- pengunjung dan
- rumah sakit itu sendiri
SACR
MANAJEMEN SANITASI RS
7.Radiasi.
9.Teknik-teknik aseptik.
11.Pakaian operasi.
1.Sumber-sumber kontaminasi.
5.Sterilisasi kering.
9.Sterilisasi gas.
Dari lingkup sanitasi yang begitu luas tersebut yang paling penting untuk dikembangkan adalah menyangkut :
Program sanitasi kerumahtanggaan yang meliputi penyehatan ruang dan bangunan serta lingkungan RS.
Program sanitasi dasar, yang meliputipenyediaan air minum, pengelolaan kotoran cair dan padat,
penyehatan makanan dan minuman, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu.
Program dekontaminasi yang meliputi kontaminasi lingkungan karena mikroba, bahan kimia dan radiasi.
Program penyuluhan.
Program pengembangan manajemen dan perundang-undangan yang meliputi penyusunan norma dan
standar serta pengembangan tenaga sanitasi RS melalui pelatihan, konsultasi
1. lingkungan
a. lingkungan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas dilengkapi dengan pagar yang kuat
sehingga orang lain maupun binatang liar tidak bebas masuk
b. lingkungan rumah sakit harus dilengkapi dengan penerangan yang baik
c. lingkungan rumah sakit tidak becek , tidak berdebu, dan terdapat saluran yang terbuka /
tertutup
d. saluran air limbah harus tertutup dan dihubungkan langsung dengan IPAL
tempat sampah harus : tidak mudah berkarat, kedap air, bertutup, mudah diangkut, mudah
dikosongkan, mudah dibersihkan
pengangkutan sampah,
harus diusahakan agar bahan2 yg berbahaya tidak mencemari jalan yg ditempuh ke pembuangan
perlakukan sampah sebelum dibuang
ada sampah yg bias di daur ulang, misalnya perak nitrat pembuangan cairan pencuci film bias diambil
peraknya. Limbah infeksius sering disterilkan dengan otoklaf
insenerator :
adalah alat untuk membakar sampah padat kering mapun yg basah
o mengusahakan agar di sekitar RS tidak ada tempat perindukan untuk segala macam serangga baik untuk
nyamuk, lalat, maupun kecoa
o tikus diusahakan tidak ada tempat untuk bersarangnya tikus di RS
o mengendalikan infeksi nosokomial : membasuh tangan, desinfeksi, sterilisasi
keselamatan pasien dan menajemen risiko klinis di RS
16. Apakah tujuan dari sanitasi ?
menciptakan kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta
tidak mencemari lingkungan
Manfaat
1) Dapat mengurangi kemungkinan terjadinya re-infeksi dan infeksi silang ( infeksi nosokomial )di RS.
2) Dapat mempercepat proses penyembuhan penderita.
3) Akibat dari butir 1 dan 2 akan dapat dihemat biaya pengeluaran RS dan masyarakat yang terkena infeksi
(pasien, petugas dan pengunjung RS).
4) Mengurangi dampak negatif limbah RS terhadap lingkungan dan masyarakat.
5) Rumah Sakit yang saniter merupakan daya tarik bagi masyarakat untuk menggunakannya.
6) Meningkatkan citra RS sebagai tempat yang bersih, sehat dan tenang