Anda di halaman 1dari 34

TUGAS PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMBANG

“EKOSISTEM DAERAH PERTAMBANGAN”

Disusun Oleh :

1. Novitasari Ambarita (03021381621104)


2. Nanda Mutia (03021381621076)
3. Syusi Husyentri (03021381621092)
4. Suci Maharani (03021381621080)
5. Muhammad Tomi RB (03021381621082)
6. Kenny Tanujaya (03021381621100)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam,
baik berupa minyak dan gas bumi, tembaga, emas dan lain-lain. Kekayaan alam
Indonesia akan sumber daya energi dan mineral terutama mendorong munculnya
investasi di bidang pertambangan .

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bumi, air dan


kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Amanat UUD 1945 ini
merupakan landasan pembangunan pertambangan dan energi untuk memanfaatkan
potensi kekayaan sumber daya alam mineral dan energi yang dimiliki secara
optimal dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Sumber daya alam mineral dan energi memiliki ciri-ciri khusus yang
memerlukan pendekatan sesuai dengan pengembangannya. Ciri khusus sector
pertambangan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pertambangan, antara
lain sumber daya pertambangan menempati sebaran ruang tertentu di dalam bumi
dan dasar laut. Pengusahaanya melibatkan investasi dan kegiatan yang
membutuhkan modal besar dan teknologi. Proses penambangan memiliki potensi
daya ubah lingkungan yang tinggi. Hasil tambang mineral dan energy mempunyai
fungsi ganda, terutama sebagai sumber bahan baku industri dan Energi. Usaha
pertambangan mampu berperan sebagai penggerak dan ujung tombak
pembangunan daerah, di samping perannya dalam memenuhi hajat hidup
masyarakat luas.

Pertambangan adalah kegiatan dengan penggunaan lahan yang bersifat


sementara, oleh karena itu lahan pasca tambang dapat di manfaatkan untuk
berbagai kegiatan produktif lain. Keberadaan bahan tambang secara alami banyak
berada di dalam kawasan yang masuk kriteria hutan. Kegiatan pertambangan
apapun jenisnya, menimbulkan dampak positif dan negatif. Berdasarkan ketentuan
Pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dampak negatif terhadap lingkungan
hidup yaitu pengubahan bentang lahan dan bentang alam, dapat menimbulkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Dampak negatif dari kegiatan usaha pertambangan tidak dapat


dihindarkan, akan tetapi dampak tersebut dapat diminimalisir seminimal mungkin.
Penulis bertujan untuk membahas dampak dampak negatif yang diakibatkan oleh
pengusahaan pertambangan tersebut terhadap ekosistem- ekosistem yang berada
di sekitar daearah tambang, agar pembaca dapat menambah wawasan mengenai
kerusakan apa saja yang dapat timbul dari usaha pertambangan dan ekosistem
agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya apabila nanti dilakukan
reklamasi pasca tambang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan apa saja ekosistem kawasan pertambangan!

2. Bagaimana dampak negatif pertambangan terhadap ekosistem?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa saja ekosistem kawasan petambangan.

2. Mengetahui dampak negatif pertambangan terhadap ekosistem.


BAB 2
PEMBAHASAN

1. Dampak Aktivitas Penambangan Minyak Terhadap Ekosistem


Laut
Ekosistem Laut
Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan
menutupi lebih dari 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61
persen belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumiIndonesia
sebagai Negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia dan mempunyai tatanan geografi yang rumit dilihat dari topografi dasar
lautnya.

Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat, terutama di kawasan barat


menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata yang hampir seragam, tetapi di
tempat lain terutama kawasan timur menunjukkan bentuk-bentuk yang lebih
majemuk, tidak teratur dan rumit.

 Karakteristik Ekosistem Laut

Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem yang
terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai
pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.

Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.

a. Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi.


b. NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
c. Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
d. Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman.
Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang menembus air, ekosistem air laut
dibagi menjadi beberapa zona (daerah), yaitu sebagai berikut :

a. Zona fotik, merupakan daerah yang dapat ditembus cahaya matahari,


kedalaman air < 200 m. Organisme yang mampu berfotosintesis banyak
terdapat di zona fotik.
b. Zona twilight, merupakan daerah dengan kedalaman air 200 m – 2.000 m.
Cahaya matahari remang-remang sehingga tidak efektif untuk fotosintesis.
c. Zona afotik, merupakan daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari
sehingga selalu gelap. Kedalaman air > 2.000 m.
Pembagian zona ekosistem air laut dimulai dari pantai hingga ketengah laut yaitu
sebagai berikut :

a. Zona litoral (pasang surut), merupakan daerah yang terendam saat terjadi
pasang dan seperti daratan saat air laut surut. Zona ini berbatasan dengan
daratan dan banyak dihuni kelompok hewan, seperti bintang laut, bulu
babi, udang, kepiting, dan cacing laut.
b. Zona neritik, merupakan daerah laut dangkal < 200m. Zona ini dapat
ditembus cahaya matahari dan banyak dihuni genggang laut dan ikan.
c. Zona batial, memiliki kedalaman air 200 m – 2.000 m dan keadaannya
remang-remang. Di zona ini tidak ada produsen, melainkan dihuni oleh
nekton (organisme yang aktif berenang), misalnya ikan.
d. Zona absial, merupakan daerah palung laut yang keadaannya gelap.
Kedalaman air di zona abisal > 2.000 m. Zona ini dihuni oleh hawan
predator, detritivor (pemakan sisa oerganisme), dan pengurai.
Berikut ini macam-macam ekosistem air laut.

a. Ekosistem laut dalam


Ekosistem laut dalam terdapat di laut dalam atau palung laut yang gelap
karena tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Pada ekosistem laut dalam
tidak ditemukan produsen. Organisme yang dominan yaitu, predator dan ikan
yang pada penutup kulitnya mengandung fosfor sehingga dapat bercahaya
ditempat yang gelap.

b. Ekosistem terumbu karang


Ekosistem terumbu karang terdapat dilaut yang dangkal dengan air yang
jernih. Organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain hewan terumbu karang
(coelenterate), hewan spons (porifera), mollusca(kerang, siput), bintang laut, ikan,
dan ganggang. Ekosistem terumbu karang di Indonesia yang cukup terkenal di
antaranya Taman Nasional Bawah Laut Bunaken.
c. Ekosistem estuari
Ekosistem estuari terdapat di daerah percampuran air laut dengan air sungai.
Salinitas air di estuari lebih rendah daripada air laut, tetapi lebih tinggi daripada
air tawar, yaitu sekitar 5 – 25 ppm. Di daerah estuari dapat ditemukan tipe
ekosistem yang khas, yaitu padang lamun (seagrass) dan hutan mangrove.

 Padang lamun, merupakan habitat pantai yang biasanya ditumbuhi seagrass.


Tumbuhan ini memiliki rizom dan serabut akar, batang, daun, bunga, bahkan
ada yang berbuah. Seagrass berbeda dengan alga karena mempunyai sistem
reproduksi dan pertumbuhan yang khas. Seagrass tumbuh menyebar
membentuk padang rumput di dalam air dengan perpanjangan rizom. Jenis
hewan di padang lamun, antara lain duyung (Dugong dugon), bulu babi
(Tripneustes gratilla), kepiting renang (Portunus pelagicus), udang, dan
penyu.
 Ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan mangrove terdapat di daerah
tropis hingga subtropis. Ekosistem ini di dominasi oleh tanaman bakau
(Rhizophora sp.), kayu api (Avicennia sp.), dan bogem (Bruguiera sp.).
Tumbuhan bakau memiliki akar yang kuat dan rapat untuk bertahan di
lingkungan berlumpur yang mudah goyah oleh hempasan air laut. Akar
napasnya berfungsi untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Tumbuhan bakau memiliki buah dengan biji vivipari yang sudah
berkecambah dan berakar panjang saat masih di dalam buah sehingga
langsung tumbuh ketika jatuh ke lumpur. Hewan-hewan yang hidup di
ekosistem ini antara lain burung, buaya, ikan, biawak, kerang, siput, kepiting,
dan udang. Hutan mangrove banyak terdapat di pesisir pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Papua, Bali, dan Sumbawa.

d. Ekosistem pantai pasir


Ekosistem pantai pasir terdiri atas hamparan pasir yang selalu terkena deburan
ombak air laut. Di tempat ini angin bertiup kencang dan cahaya matahari bersinar
kuat pada siang hari. Vegetasi atau tumbuhan yang dominan adalah formasi pes-
caprae dan formasi barringtonia. Formasi pes-caprae terdiri atas tanaman dan
Spinifex littoreus. Formasi barringtonia terdiri atas perudu dan pohon misalnya
Barringtonia asiatica, Terminalia catappa, Erythrina, Hibiscus tiliaceus, dan
Hernandia. Hewan yang hidup di pantai pasir, misalnya kepiting dan burung.
Pantai pasir antara lain terdapat di Bali, Lombok, Papua, Bengkulu, dan Batul
(Yogyakarta)

e. Ekosistem pantai batu


Sesuai dengan namanya, ekosistem pantai batu memiliki banyak bongkahan
batu besar maupun kecil. Organisme dominan di sini, yaitu ganggang cokelat,
ganggang merah, siput, kerang, kepiting,dan burung. Ekosistem ini banyak
terdapat di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera, Bali, Nusa Tenggara dan
Maluku.

 Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut

Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4,


yaitu:

1. Produsen, terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya


2. Konsumen, terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan
ditemukan di dalam ekosistem laut.
3. Zooplaokton, terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau
sampah.
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan
daerah gelap sepanjang masa.Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan
fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya
konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem
yang tidak lengkap.

 Pemanfaatan Ekosistem Laut

Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas,namun keadaan laut di


negara kita sangat kurang terjaga sehingga banyak ancaman sengketa mengenai
batas wilayah perairan laut Indonesia dengan negara-negara tetangga. Laut
merupakan bagian dari samudera. Lautan adalah laut yang sangat luas. Laut
merupakan kumpulan air asin dalam jumlah yang sangat banyak dan menggenangi
yang membagi daratan atas benua atau pulau. Air merupakan sumber utama yang
dibutuhkan setiap makhluk hidup.Air memiliki peranan yang sangat kuat di dalam
kehidupan.Keadaan negara Indonesia yang terletak atau dikelilingi lautan ini
mendatangkan manfaat yang besar bagi warga yang hidup atau tinggal di
dalamnya. Di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan.

Berikut akan diuraikan beberapa manfaat laut bagi kehidupan manusia,yaitu:

1. Laut sebagai sumber makanan


Dikatakan laut sebagai sumber makanan,karena makanan yang biasa kita
makan berasal dari laut,seperti ikan,rumput laut,garam,dsb.Ikan banyak dijumpai
di daerah pertemuan arus panas dan dingin seperti yang terdapat di Jepang,Selat
Malaka,New Foundlandbank.

2. Untuk mengontrol iklim dunia


Tanpa peranan laut,maka hampir keseluruhan planet Bumi ini akan menjadi
terlalu dingin bagi manusia untuk hidup,karena laut memiliki peranan penting
dalam mengontrol iklim dunia dengan memindahkan panas dari daerah ekuator
menuju daerah kutub.Hampir 60% penduduk hidup atau tinggal di daerah sekitar
pantai.Bumi ditutupi oleh air yaitu sekitar 70% dikelilingi oleh air. Air laut
bergerak secara terus-menerus mengelilingi Bumi dalam satuan sabuk aliran yang
sangat besar yang disebut dengan “Global Conveyor Belt” bergerak dari
permukaan ke dalam samudera dan kembali lagi ke permukaan. Angin, temperatur
dan salinitas(kadar garam air laut) air laut mengontrol sabuk aliran global.Sabuk
aliran ini yang kemudian memindahkan energi panas yang dipancarkan oleh
Matahari ke Bumi. Angin laut membawa uap yang merupkaan sumber untuk
turunnya hujan didaratan ataupun lautan.Arus laut panas dapat memperbaiki
keadaan iklim di daerah-daerah yang didatangi arus tersebut,sebab dengan datang
nya arus panas ke arus dingin akan menyebabkan pertemuan kedua arus sehingga
menjadikan atau membentuk arus baru. Lautan berperan menangkap karbon
dioksida (CO2) dari atmosfer dalam jumlah yang sangat besar.Sekitar ¼ CO2
tersebut diserap dan disimpan dilautan.CO2 yang tersimpan di dlaam laut hingga
berabad-abad mampu mengurangi pemanasan global atau bahasa keren nya
”Global Warming”.. Laut memilik peranna yang sangat besar bagi kehidupan
makhluk hidup.Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajat nya dan
memiliki akal pikiran maka sudah seharusnya menjaga laut dan tetap
melestarikaknnya,bukan malah merusak nya(mengambil keuntungan nya saja
tanpa memikirkan akibat nya di masa yanga kan datang). Jika ekosistem laut
berkurang maka kemampuan laut untuk menyerap CO2 akan berkurang
pula,maksud dari berkurang nya ekosistem lauta seperti rusaknya terumbu karang
dan hutan bakau.Kerusakan hutan bakau semakin marak terjadi karena banyak
masyarakat yang mengalihkan fungsi lahan.Dan kerusakan terumbu karang seperti
eksploitasi terumbu karang tanpa ada penanaman nya kembali.

3. Laut sebagai tempat rekreasi dan Hiburan


Selain digunakan untuk iklim dunia dan sumber makanan,laut juga dapat
dijadikan salah satu pilihan untuk dijadikan tempat berwisata/rekreasi.Misalnya,

a. Jika airnya jernih maka dapat digunakan untuk tempat pemandian


b. Dapat dijadikan objek tourisme jika memiliki teluk-teluk yang indah
c. Dapat dijadikan tempat menyelam,jika laut itu memiliki terumbu karang
yang indah dan makhluk laut yang ada di sekitar terumbu karang itu.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak,Angin,Pasang Surut,dsb
5. Tempat Budidaya Ikan,Kerang Mutiara,Rumput Laut,dsb
Laut juga berperan di dalam mata pencaharian manusia,laut dijadikan tempat
budidaya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama bagi orang-orang
yang tinggal di daerah pantai atau laut.

6. Laut sebagai tempat barang tambang


Di Laut dangkal sekitar Asia Tenggara telah terbukti banyak ditemukan barang
tambang serta minyak bumi.Saat ini kita tinggal menikmati hasil dari
pengendapan makhluk-makhluk laut yang telah mati jutaan tahun yang lalu yang
kita kenal dengan nama”minyak bumi”. Di laut pinggiran daerah Continental Self
banyak terdapat endapan mineral yang sangat berguna bagi industri,seperti yang
terdapat di Bangka dan Belitung.

7. Sebagai Objek Riset Penelitian


Laut sering digunakan sebagai tempat dan alat bantu untuk penelitian yang
terkait tentang morfologi dasar laut,gerakan air laut,salinitas air laut,proses-proses
yang terjadi didalam laut,bagaimana kehidupan di dalam laut serta manfaat laut
bagi manusia,terutama penduduk sekitar.

8. Laut sebagai Sumber Air Minum


Jika kita berfikir sesaat,pasti yang terlintas di benak kita “bagaimana mungkin
air laut dapat diminum,sementara rasanya asin”.Memang benar,air laut tidak bisa
diminum secara langsung.Air laut dapat diminnum jika telah melalui sebuah
proses yang disebut dengan “DESALINASI”.

9. Laut sebagai Jalur Transportasi


Sebelum ada jalan darat dan udara,maka laut lah yang berperan penting dalam
proses transportasi.Laut merupakan jalur transportasi yang baik dan mudah sebab
tidak perlu membuad jalan seperti jalur transportasi darat.

10. Manfaat Laut bagi penduduk lokal


Peranan laut bagi penduduk lokal sangat lah besar.Karena selain sebagai mata
pencaharian mereka ,laut juga merupakan bagian yang tak terlepas dari
tanggungjawab mereka sebagai nelayan untuk dikelola dan di pelihara dengan
penuh rasa tanggungjawab.Awalnya penduduk lokal mengartikan laut sebagai
salah satu bagian saja dari wilayah negara kita yang diciptakan oleh sang
pencipta,namun setelah mereka merasakan fungsi yang begitu besar dari laut itu
maka penduudk lokal menempatkan laut itu sebagai lahan dan sumber kehidupan
bagi mereka untuk melanjutkan dan mempertahankan kehidupan dalam rangka
menuju kepada kehidupan yang sejahtera dan lebih baik.Fungsi laut bagi kehidupa
pneduduk lokal yaitu: Berfungsi sebagai kekayaan alam yang perlu dijaga,dikelola
dan dilestarikan.

Laut sebagai lahan mereka menggantungkan hidup an meneruskan


hidup(sebagai tempat mata pencaharian). Laut berfungsi sebagai sarana bagi
penduduk lokal untuk mengembangkan keterampilan mereka di bidang perikanan.
Menurut Soegiarto (1978), pencemaran laut adalah perubahan laut yang tidak
menguntungkan (merugikan) yang diakibatkan oleh benda-benda asing sebagai
akibat perbuatan manusia berupa sisa-sisa industri, sampah kota, minyak bumi,
sisa-sisa biosida, air panas dan sebagainya.

Minyak menjadi pencemar laut nomor satu di dunia. Sebagian diakibatkan


aktivitas pengeboran minyak dan industri. Separuh lebih disebabkan pelayaran
serta kecelakaan kapal tanker. Wilayah Indonesia sebagai jalur kapal internasional
pun rawan pencemaran limbah minyak. Limbah minyak sangat berpengaruh
terhadap kerusakan ekosistem laut, mulai dari terumbu karang, mangrove sampai
dengan biota air, baik yang bersifat lethal (mematikan) maupun sublethal
(menghambat pertumbuhan, reproduksi dan proses fisiologis lainnya). Hal ini
karena adanya senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi, yang
memiliki komponen senyawa kompleks, seperti Benzena, Toluena, Ethilbenzena
dan isomer Xylena (BTEX) Senyawa tersebut berpengaruh besar terhadap
pencemaran.

Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam termasuk
keanekaragaman sumber daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi didominasi oleh perairan
atau lautan. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan,
sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan
organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis sumber daya yang terdapat di
laut, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral,
minyak bumi, dan berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.
Selain untuk keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat
pembuangan sampah dan pengendapan barang sisa yang diroduksi manusia.
Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang mengakibatkan
pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga, sampah, buangan
dari kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker. Namun, pencemaran yang
sering terjadi adalah tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas
pantai, maupun akibat kecelakaan kapal.

Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang
menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam
dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-
batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada
reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada
plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan
produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme,
terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat
rentan pada lingkungan tercemar. Bahwa dampak-dampak yang disebabkan oleh
pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka
panjang.

1. Akibat jangka pendek

Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut,


mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam
sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga
menurun mutunya.

2. Akibat jangka panjang

Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh
biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan,
sedang sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat
akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma lain melalui
rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke
ikan pemangsanya.

2. Dampak Aktivitas Penambangan Timah Terhadap Pesisir Pantai

Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatsan dengan ekosistem darat, laut dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat pada substrat yang keras (leksono, 2007).
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan
pantai (shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih
mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut.
Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas
dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan
adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis
surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai
adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak
tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi.

Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat


dibedakan sebagai berikut :

a. Formasi Pes-caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes-caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang
dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah
Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp, Euphorbia atoto, dan Canaualia
martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).

b. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar
napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau
antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak
terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras,
dan Cylocarpus (Leksono, 2007)
Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut, dimana batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah
yang tergenang air dan maupun tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses laut, seperti : pasang surut, percikan gelombang, angin laut dan
interusi garam, sedangkan batas ke laut adalah daerah - daerah yang dipengaruhi
oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan seperti : aliran air
tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran dan lainnya
(Dahuri, 2003).

Menurut Nybakken (2001) di lihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya,
pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh batuan
induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum
tersusun oleh bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai
berpasir dan pantai berlumpur yang hampir tandus. Dari semua pantai, pantai ini
memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies
hewan maupun tumbuhan. Pantai berbatu menyediakan habitat untuk tumbuhan
dan hewan. Habitat ini berperan sebagai substrat, tempat mencari makan, tempat
persembunyian serta tempat berinteraksinya berbagai macam organisme
khususnya yang memiliki hubungan rantai makanan. Daerah intertidal khususnya
pantai berbatu meruapakan zona yang penting untuk manusia dan organisme lain.
Daerah ini banyak dihuni hewan coelenterata, molusca, crustaceae dan
tumbuhannya adalah alga bersel tunggal, alga hijau, dan alga merah.

b. Pantai Berpasir

Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana


struktur fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir,
gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai berpasir merupakan salah satu jenis
pantai yang dinamis karena kemampuannya untuk menyerap energy gelombang.
Energy gelombang ini dikeluarkan melalui pergerakan airnya yang membawa
pasir pantai ke luar wilayah pantai pada saat gelombang besar dan membawanya
kembali ke wilayah pantai pada saat gelombang dalam keadaan tenang. Pantai
berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai aktivitas
rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik.
Organisme tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan yang beraksi
di pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme mengubur dirinya
dalam substrat. Adapun kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat
ekosistem pantai berpasir terdiri dari kelompok invertebrate dan makrofauna
bentik.
c. Pantai Berlumpur

Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan
ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi “berlumpur”.
Pantai berlumpur memiliki substrat yang sangat halus dengan diameter kurang
dari 0.002 mm. Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya
gerakan gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah
intertidal yang benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka.
Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel
sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur berada di berbagai tempat,
sebagian di teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai
berlumpur cenderung untuk mengakumulasikan bahan organik, yang berarti
bahwa tersedia cukup banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni
pantai, tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di
daratan lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat
pernapasan.

Sedimetasi dan Perubahan Bentang Alam Kawasan Pesisir Hampir semua


sungai di Pulau Bangka beralih fungsi sebagai penampung limbah yang berasal
dari penambangan timah. Di daerah muara, kemiringan dasar sungai menjadi
relative kecil sebagai akibat dari endapan pasir dan material-material yang lain,
sehingga kapasitas tampungan sungainya menjadi berkurang.Sedimentasi yang
terjadi disuatu perairan dapat berpengaruh antara lain pada pendangkalan dan
perubahan bentang alam dasar laut, kesuburan perairan, dan hilangnya
keanekaragaman hayati perairan.

Padatan tersuspensi dan butiran-butiran pasir hasil penyaringan akan


dibuang langsung keperairan tanpa diendapkan terlebih dahulu pada kolam
penampungan atau tendon. Air bekas cucian menjadi keruh (putih susu)dengan
kandungan padatan tersuspensi yang sangat tinggi. Air buangan akan terbawa arus
sungai, dan selanjutnya sebagian partikel-partikel tanah akan mengendap di dasar
sungai. Proses ini secara berkelanjutan akan menyebabkan terjadinya
pendangkalan sungai dan menutupi permukaan dasar sungai.Penutupan
permukaan tanah ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan kematian terhadap
organisme bentos yang dalam sistem ekologi berfungsi sebagai dekomposer.

Sedimentasi yang tinggi di wilayah pesisir telah menyebabkan terjadinya


perubahan bentang alam di daerah pantai. Hal ini disebabkan, adanya
penambangan timah dihulu sungai dan disepanjang pantai Pulau Bangka.
Tingginya aktivitas penambangan di sepanjang pantai telah menyebabkan pada
beberapa bagian terjadi proses pendalaman akibat pengambilan tanah dasar laut
dan pada bagian lain terjadi penumpukkan butiran tanah.
a. Kesuburan Perairan

Ketika penambangan timah akan dimulai lapisan tanah bagian permukaan


yang kaya akan humus diangkat untuk memudahkan dalam penggalian. Setelah
penggalian mencapai kedalaman +2-3 m, selanjutnya dilakukan penggalian yang
dilakukan dengan menggunakan mesin atau secara manual. Tanah yang diambil
selanjutnya dilakukan proses pencucian dan penyaringan agar timah dapat terpisah
dari tanah.Bahan organic yang berasal dari pencucian iniselanjutnya akan terbawa
oleh air menuju sungai sungai disekitar lokasi penambangan.

Masuknya bahan organic keperairan sungai dalam jumlah yang berlebih


dapat menyebabkan kesuburan perairan menjadi tinggi, sehingga akan
menstimulir blooming (ledakkan) populasi fitoplankton dan mikroba air yang
bersifat pathogen. Limbah zat hara dan organik baik dalam bentuk terlarut
maupun partikel, berasal dari pakan yang tidak dimakan dan ekskresi ikan, yang
pada umumnya dikarakterisasi oleh peningkatan total padatan tersuspensi (TSS),
biological oxigen deman(BOD5), chemical oxigen deman(COD),dan
kandunganC,N,danP. Secara potensial,penyebaran dampak buangan limbah yang
kaya zat hara dan bahan organik tersebut dapat meningkatkan sedimentasi, siltasi,
hipoksia, hipernutrifikasi, dan perubahan produktivitas serta struktur komunitas
bentik.Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa pencemaran yangterjadi
di perairan Bangka semakin mengkhawatirkan karena dapat mengancam
kelestarian fungsi sungai dan rawa.

b. Kerusakkan Ekosistem dan Musnahnya Biota Perairan

Dampak penimbunan oleh sedimen (sedimentasi) yang terjadi diperairan baik


secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan keberadaaan
keanekaragaman hayati. Penimbunan dasar perairan oleh sedimen dapat merusak
dan memusnahkan komunitas hewan bentik dan lokasi pemijahan biota
perairanlainnya. Partikel tanah yang tersuspensi akan menutupi habitat (tanaman
air,permukaan tanah) dan telur-telur seluruh biota perairan, sehingga telur tidak
dapat berkembang dengan baik. Dampak ini lambat laun akan menyebabkan
penurunan populasi secara masal yang akhirnya dalam jangka panjang dapat
menurunkan keanekaragaman hayati perairan.

Keanekaragaman hayati perairan umum merupakan sumber luka genetik yang


penting untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia yakni sumber pendapatan
dan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu keberadaannya sangat rawan dari
kepunahan bila tidak diimbangi dengan upaya pelestarian dan pengelolaan yang
berkelanjutan. Sejalan dengan perkembangan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat,berbagai dampaknya terhadap kelestarian keanekaragaman
hayati dan lingkungannya sering dijumpai.

c. Pencemaran Logam Berat

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk
asal (baik) menjadi keadaan yang lebih buruk. Pergesaran bentuk tatanan dari
kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai masukkan dari
bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya
mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi kelangsungan hidup
organisme. Toksisitas atau daya racun dari polutan itu yang kemudian menjadi
pemicu terjadinya pencemaran (Palar,2004).

Perairan umum di Pulau Bangka sangat rentan tercemar timah hitam yang
merupakan salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya. Jika dilihat dari
proses pengambilan, pencucian, dan pengolahan nya maka pencemaran logam
berat sangat mungkin terjadi. Timah hitam yang terlarut dalam badan perairan
pada konsentrasi tertentu akan merubah fungsi menjadi sumber racun bagi
kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh suatu jenis
logam berat terhadap biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari satu
kelompok mengakibatkan terputusnya mata rantai kehidupan lainnya.
Selanjutnya, keadaan tersebut tentu dapat menghancurkan satu tatanan eksositem
parairan.

Pada gambar diatas, dapat dilihat proses akumulasi logam berat pada ikan, di
mana logam berat yang masuk dalam perairan secara langsung akan mencemari
perairan sehingga melalui sistem makananakan menyebabkan plankton dalam
perairan akan mengandung logam beratdi tubuhnya. Melalui rantai makanan, ikan
akan memakan plankton sehingga terjadi pengikatan, penyimpanan, dan
penyekapan logam berat di dalam tubuh ikan. Selanjutnya proses ini berlanjut
secara terus-menerus dan mengakibatkan terakumulasi logam berat dalam tubuh
ikan.
Manfaat Ekosistem Pantai

Sama seperti dengan ekosistem lainnya, ekosistem pantai ini pun juga mempunyai
manfaat atau fungsi. Beberapa manfaat atau fungsi yang dimiliki oleh ekosistem
ini antara lain:

a. sebagai areal tambak garam

Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya garam sangatlah dibutuhkan


dalam kehidupan sehari- hari. Indonesia yang memiliki pantai yang panjang ini
sudah mempunyai bahan baku pembuat garam yang melimpah. Apabila
dimaksimalkan, Indonesia bisa menjadi penghasil garam yang sangat besar. Hal
ini tentu saja dapat menolong masyarakat di sekitar pantai untuk mndapat mata
pencaharian.

b. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang

Kelapa dan pisang merupakan dua tanaman yang sangat cocok apabila ditanam di
wilayah pantai. Hal ini sangat sangat bermanfaat untuk menciptakan perkebunan
dua tanaman tersebut di sekitar pantai.

c. Daerah pertanian pasang surut

Daerah pasang surut pantai juga dapat digunakan sebagai ladang pertanian. Hasil
pertanian inilah yang dijadikan masyarakat sekitar sebagai sumber mata
pencaharian.

d. Objek wisata

Pantai juga sangat bermanfaat apabila dijadikan objek wisata mengingat


pemandangannya yang indah dan menenangkan. Akhir- akhir ini memang banyak
seklai pantai yang sudah dikembangkan sebagai objek wisata.

d. Pengembangan kerajinan khas pantai

Hasil- hasil yang diperoleh dari pantai juga dapat digunakan untuk membuat
berbagai macam kerajinan. Kareniana- kerajianan tersebut mempunyai nilai jual
tinggi dan hal ini bisa menambah penghasilan masyarakat lokal.

1. Dampak Penambangan Nikel Terhadap Ekosistem Danau

Ekosistem Danau

kosistem danau merupakan ekosistem yang cakupan wilayahnya berupa


danau dan sekitarnya. Ekosistem sendiri merupakan interaksi timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan danau merupakan ceruk atau
sekungan yang terdapat pada permukaan Bumi dan terisi oleh air. Sehingga dapat
dikatakan bahwa ekosistem danau ini merupakan hubungan dari beberapa
populasi yang hidup di suatu ceruk atau cekungan terisi air di permukaan Bumi,
dan saling mengadakan interaksi baik langsung maupun tidak langsung dengan
lingkungannya (hubungan berupa timbal balik). Ekosistem danau ini termasuk ke
dalam ekosistem air tawar, meskipun secara umum air di danau bisa juga terisi air
asin

Ciri- ciri Ekosistem Danau

Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa di Bumi ini kita dapat


menemukan beberapa macam eksosistem. Pada dasarnya memang ekosistem di
Bumi dibagi menjadi dua macam, yakni ekosistem daratan dan juga ekosistem
perairan. Namun ekosistem tersebut dipecah lagi menjadi beberapa macam.
Ekosistem air terdiri dari beberapa macam, dan salah satu jenis dari ekosistem air
adalah ekosistem air tawar. Ekosistem masuk ke dalam kategori ekosistem air
tawar. Ciri- ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem danau ini antara
lain adalah:

a. Terdapat variasi suhu yang tidak mencolok

Ekosistem danau ini mempunyai suatu ciri yakni mempunyai variasi suhu yang
tidak mencolok. Ciri ini memang rata- rata dimiliki oleh ekosistem air tawar yang
lain pula. Variasi suhu mempunyai arti bahwa suhu antara siang dan malam tidak
terlalu mencolok perbedaannya. Terlebih di wilayah cekungan air. Biasanya
cahaya matahari (baca: bagian-bagian matahari)yang masuk tidak dapat
menembus terlalau dalam, namun hanya beberapa meter saja. Sehingga hal ini
tidak akan menimbulkan perbedaan jauh antara suhu siang dan suhu pada malam
hari.
b. Memiliki penetrasi cahaya yang kurang

Masih berkaitan dengan ciri yang pertama, yakni tentang cahaya matahari yang
menyinari wilayah danau. Ekosistem danau ini merupakan ekosistem yang
mempunyai penetrasi cahaya yang kurang. Hal ini karena sinar matahari hanya
mampu menembus permukaan danau hingga beberapa meter saja, maka dari itulah
wilayah air di danau memiliki penetrasi cahaya yang kurang.

c. Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca

Karena letaknya di lingkungan daratan dan cakupan wilayahnya pun tidak luas,
maka ekosistem danau ini sangat dipengaruhi cuaca dan juga iklim (baca: iklim di
indonesia). Memang air di danau ini biasanya tidak pernah habis, namun ketika
musim (baca: pembagian musim di Indonesia) penghujan tiba, air danau juga bisa
bertambah banyak. Selain itu, tingkat kesuburan di daratan sekitar danau ini juga
tergantung pada cuaca maupun iklim. Di negara yang memiliki empat musim,
mungkin saja air danau akan membeku menjadi es (baca: hujan es) pada bagian
permukaannya karena dipengaruhi oleh dinginnya udara di sana.

d. Jenis tumbuhan didominasi oleh ganggang dan tumbuhan biji

Biasanya ekosistem danau ini mempunyai flora yang khas, yakni berupa
ganggang dan tumbuhan biji. Selain itu, tumbuhan yang ada di danau ini
merupakan tumbuhan yang sudah beradap tasi dengan lingkungan air tawar.
Beberapa ciri dari tumbuhan yang yang hidup di air tawar antara lain:

 Bersel Satu
 Memiliki dinding yang kuat

 Air masuk ke dalam sel hingga maksimal dan kemudian akan berhenti sendiri

 Tumbuhan tingkat tinggi memiliki jangkar yang berupa akar sulur

 Tumbuhan rendah, memiliki tekanan osmosis yang sama dengan tekanan


osmosis lingkungan atau isotonis.

e. Dihuni oleh hampir semua filum hewan

Ekosistem danau ini merupakan ekosistem air tawar dan biasanya dihuni oleh
semua filum hewan. Ada salah satu hewan yang menghuni ekosistem air tawar
(termasuk juga ekosistem danau) yaitu Nekton. Nekton merupakan hewan yang
bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Kemudian hewan tingkat
tinggi yang berada di eksositem danau ini misalnya adalah ikan.
Itulah beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh ekosistem danau ini.
beberapa ciri yang disebutkan di atas juga dimiliki oleh ekosistem air tawar pada
umumnya.

1. Komponen Ekosistem Danau


Seperti dengan jenis ekosistem yang lainnya, ekosistem danau juga mempunyai
komponen- komponen yang menyusun ekosistem banau tersebut. Komponen
yang ada di ekosistem danau ini juga meliputi komponen biotik dan juga abiotik.
Komponen abiotik merupakan komponen yang tidak hidup atau berupa benda
mati, sedangkan komponen biotik merupakan komponen yang berupa makhluk
hidup. Berikut ini merupakan komponen yang ada di dalam ekosistem danau:

a. Komponen biotik. Komponen biotik atau komponen hidup yang dimiliki oleh
ekosistem danau ini jumlahnya banyak sekali, diantaranya adalah ikan, udang,
alga, ganggang, enceng gondok, fitoplankton dan zooplankton, serta binatang air
tawar dan tumbuhan air tawar lainnya.

b. Komponen abiotik. Selain komponen yang hidup, ada pula komponen yang
tidak hidup. Komponen yang tidak hidup ini disebut sebagai komponen abiotik.
Meskipun tidak hidup namun keberadaan komponen ini bisa mempengaruhi
komponen- komponen yang lainnnya yang terdapat di ekosistem tersebut.
Beberapa komponen abiotik yang dimiliki oleh ekosistem danau ini antara lain
adalah suhu, air (baca: jenis air bumi), cahaya matahari, angin, batu (baca: proses
terjadinya siklus batuan), tanah, dan tingkat keasaman atau pH.

2. Dampak Penambangan Terhadap Air

Akibat aktifitas penambangan Nikel, banyak dapak negative yang ditimbulkan


terhadap air, seperti:

- Ekosistem Danau Matano rusak karena hempasan debu dan asap dari pabrik,
pembuangan limbah dari perumahan di atas danau, erosi tanah dan sedimentasi
dari bekas galian yang hanyut ke danau.

- Polusi penambangan berupa asap yang mengandung asam akan menyebabkan


terjadinya hujan asam yang akan mencemari air.

- PT Inco merubah bentang sungai Larona yang dahulu indah menjadi PLTA
untuk menyuplai listrik ke pabrik peleburan nikel di Sorowako. Pembangunan
PLTA Larona ini telah menggenangi mesjid, rumah, sawah dan kebun-kebun
penduduk yang tinggal di sekitar Danau Towuti. PLTA tersebut juga mengurangi
sumber makanan lokal, karena mencegah proses migrasi sejenis belut lokal,
sehingga populasi mereka turun sangat drastis. Pembangunan PLTA Larona kedua
menyebabkan peningkatan debit air sungai Larona secara drastis dan
mengakibatkan kampung-kampung di sekitarnya dilanda banjir.

Manfaat Ekosistem Danau

a. Ekosistem danau ini terdiri atas berbagai macam tumbuhan dan juga
hewan- hewan. Oleh karena itulah pastinya ekosistem danau ini
mempunyai manfaat yang sangat banyak, bukan hanya bagi makhluk
hidup namun juga bagi lingkungan dan juga Bumi. Beberapa fungsi atau
manfaat yang dapat diperoleh dari ekosistem danau ini antara lain adalah
sebagai berikut:
b. Merupakan sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang
berbagai bahan genetik.
c. Merupakan tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora maupun fauna
yang bersifat penting – Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya
danau ini merupakan tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna. Selain
sebgaai tempat hidup, tentu saja disitu juga terjadi peristiwa interaksi
hingga siklus hidup flora dan faunan tertentu.
d. Merupakan sumber air bersih yang serbaguna yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat yang berada di lingkungan sekitarnya – Air yang ada di
danau merupakan air yang bersih. Apabila danau tersebut merupakan jenis
danau air tawar, maka air danau tersebut dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam kepentingan. Diantaranya adalah kepentingan rumah
tangga, industri, maupun pertanian (untuk mengairi lahan persawahan atau
ladang).
e. Merupakan tempet menampung air bersih – Danau juga sangat berfungsi
sebagai tempat menampung air bersih, baik itu air hujan, aliran
permukaan, sungai- sungai maupun air bawah tanah. Hal ini akan sangat
berguna sebagai tempat menampung cadangan air, sehingga air ini dapat
digunakan ketika musim kemarau tiba.
f. Memelihara iklim mikro – Iklim mikro ini merupakan iklim yang
mencakup wilayah sempit, yakni yang ada di daerah sekitar saja.
Keberadaan danau ini dapat memperbaiki iklim mikro di sekitar daerah
danau tersebut karena dapat mempengaruhi kelembaban dan juga curah
hujan.
g. Sebagai sumber listrik – Air danau juga bisa dijadikan sebagai sumber
pembangkit listrik, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air.
h. Sarana rekreasi keluarga – Danau juga berfungsi sebagai tempat reskreasi
keluarga yang indah. Di danau ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan,
seperti memancing, berkeliling danau meggunakan perahu, maupun
sekedar menikmati pemandangan alam yang ada di sekitarnya.
i. Sebagai tempat hidup atau habitata beragam makhluk hidup – Ekosistem
danau, di tempat inilah berbagai macam tumbuhan dan juga hewan, siklus
hidup maupun rantai makanan yang mereka punyai. Karena di danau
inilah berbagai macam binatang dan tumbuhan tersebut dapat lestari dan
menjadi kekayaan alam.
j. Sebagai sarana edukasi. – Ekosistem danau juga mempunyai fungsi
sebagai sarana edukasi atau pendidikan tentang ketergantungan makhluk
hidup terhadap lingkungannya. Danau bisa dijadikan sebagi objek
penelitian tentang seberapa besar pengaruh danau terdahap binatang dan
tumbuhan yang hidup disekitarnya, maupun tentang apa saja yang
terkandung dalam danau tersebut.

2. Dampak Pertambangan Terhadap Ekosistem Hutan

 Ekosistem Hutan

Hutan adalah merupakan suatu bentuk ekosistem yang komplek karena


didalamnya terdapat komponen ekosistem tersebut, seperti flora, fauna, mikro-
organisme, iklim dan tanah. Jika suatu ekosistem hutan diubah atau ditebang,
seyogyanya kita terlebih dahulu harus mengetahui secara seksama mengenai
sudut-sudut kerawanan atau kesensitifan dari ekosistem yang bersangkutan.
Dengan demikian kegiatan pembangunan dapat diharapkan dapat memperhatikan
elastisitas daya dukung dari suatu sistem ekologi.

1. Tekanan Terhadap Ekosistem Hutan Dataran Rendah


World Resources 1992-1993 menyebutkan, degradasi tanah di Bumi
diperkirakan telah mencapai 1,2 milyar ha, terbesar di Asia ( 435 juta ha) dan
Afrika (321 juta ha). Sebagian besar disebabkan erosi akibat air dan angin yang
dihasilkan aktivitas pertanian, penebangan hutan (deforestasi) dan
pengumpulan kayu bakar.Proses kehancuran hutan masih terus berjalan seirama
dengan perkembangan IPTEK dan waktu.Hingga hari ini hanya mungkin hutan-
hutan di Irian Jaya yang belum menderita kerusakan seperti di Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi,karena adanya kendala geografi yang cukup sulit.
Di Indonesia, sejak diundangkannya peraturan yang meberi peluang
masuknya modal asing dan modal dalam negeri dalam kegiatan bidang
kehutanan, maka pengusahaan hutan semakin meningkat.Hal ini disamping
memberi devisa yang cukup besar bagi negara, di lain pihak eksploitasi yang
tanpa mengindahkan prinsif-prinsif kelestarian akan menyebabkan kerawanan
ekosistem hutan tersebut.Penebangan terhadap jenis-jenis dari suku
Dipterocarpacea seperti meranti (Shorea sp) dan kapur ( Dryobalanops) yang
saat ini telah sangat menipis potensinya, telah pula meluas hampir kesemua jenis
yang berdiameter 50 Cm.Hal ini merupakan salah satu ancaman yang serius
terhadap kelestarian jenis-jenis asli Kalimantan, bila kegiatan konservasi jenis
melalui reboisasi, pemeliharaan tegakan tinggal dan pencegahan tidak lebih
ditinggalkan ( Brotokusumo,1990).
Pertambangan terhadap sumber daya alam nir-hayati antara lain minyak
bumi, batu bara, emas, perak, besi,dan sebagainya juga merupakan sumber
kerawanan terhadap kelangsungan hidup Hutan tropis dataran rendah.Tidak
diingkari eksploitasi terhadap SDA nir-hayati tersebut akan meningkatkan
devisa negara. Teknik penambangan dengan open mining yang relatif luas, sudah
pasti memusnahkan hutan yang berada di atasnya serta merubah pula bentang
alam yang asli.Pada areal bekas penambangan, dimana hanya tinggal lapisan
batuan induk, pemulihan alami vegetasi tentu saja sangat sulit dan lama
.Disamping itu merusak areal berbagai spesies pohon sebagai sumber plasma
nuftah mengakibatkan pula kawasan tersebut tidak dapat kembali ke aslinya.
Aktivitas pertanian di hutan Dipterocarpacea dataran rendah, hutan mangrove,
hutan rawa dan rawa gambut yang ada di kawasan wilayah pantai merupakan
wilayah yang mendapat tekanan penduduk yang sangat kuat, dibandingkan
dengan wilayah tengah dan hulu.Hal ini disebabkan adanya konsentrasi
penduduk di daerah tersebut, dengan demikian wilayah hutan yang dekat dengan
pusat penyebaran penduduk akan cepat terkikis oleh petani urban maupun oleh
penduduk kota non petani yang membuka hutan dengan motivasi
pengusahaan hutan.
Perladangan berpindah, suatu sistem perladangan tradisional dan telah
banyak ditiru oleh pendatang justru memberi dampak terhadap hutan. Menurut
Kartawinata,. et al (1981), perladangan berpindah telah mengakibatkan 400.000
ha tanah menjadi formasi alang-alang dan + 2.4 Juta ha hutan sekunder. Data
pada tahun 1993, belum dapat dihimpun dan diduga setelah 12 tahun kemudian
akan bertambah menjadi lebih luas.Perladangan berpindah menurut Agung
(1988), telah menyebabkan hilangnya 20 m kayu komersial dan 66.57 m
kayu non komersial per ha.
Jenis-jenis kehidupan tumbuhan dan hewan, serangga, cendawan, serta
bakteri yang begitu kaya di hutan hujan belantara ini amat banyak macamnya,
dan merupakan hasil perkembangan hutan tersebut paling tidak minimal seratus
juta tahun yang lalu. Interpretasi yang menganggap bahwa tanah di hutan hujan
tropis dataran rendah sangat subur adalah tidak benar. Lapisan tanah subur di top
soil adalah tipis. Jika hutan ditebangi dan dibuka, maka lapisan tanah yang
subur dan tipis ini segera dihanyutkan oleh hujan.Dengan demikian yang
tumbuh adalah semak belukar.
Pada tahun 1986 dilaporkan di seluruh Indonesia terdapat 43 juta ha lahan
yang rusak dan tidak produktif, 23 juta ha adalah semak belukar dan 20 juta
yang ditumbuhi alang-alang.Jumlah lahan yang rusak tiap tahun bertambah besar
akibat penebangan-penebangan di lokasi yang seharusnya dipelihara untuk terus
berfungsi dan akhirnya menjadi lahan tadah hujan.
Beberapa tipe ekosistem hutan dan bentuk kerawanannya :

1) Hutan Hujan Tropika


Pada susunan tegakan hutan dapat dilihat adanya sifat struktur hutan
berupa keanekara-gaman, kerapatan, sebaran jenis dan komposisi serta sifat
fungsional hutan yakni untuk siklus hara, fiksasi energi, siklus air dan
stabilitas. Lahan hutan umumnya memiliki kesuburan tanah yang relatif
rendah, pH rendah, kadar silika, aluminium dan besi yang tinggi sehingga
posphor tersedia dalam tanah menjadi sangat rendah. Kondisi ini diperburuk
oleh adanya curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun, sehingga
meningkatkan kerawanan pencucian dan erosi.
Jika hutan itu dibalak atau terbakar , maka hutan menjadi terbuka dan
kondisi ini akan mengakibatkan rendahnya kesuburan tanah dan biasanya
ketersediaan hara hanya ada di bagian atas saja. Hal ini akan memacuk erosi
akibat hutan terbuka dan menyebabkan struktur vegetasinya mudah berubah
menjadi jenis-jenis pioneer yang tidak menuntut persyaratan tumbuh tinggi.
2) Hutan Rawa Gambut
Gambut yang kondisinya asam hingga sangat asam (pH < 4,0) merupakan
faktor pembatas bagi pertumbuhan jenis-jenis. Hanya beberapa jenis saja yang
mampu tumbuh antara lain : Diospuros, Plaquium dan Parastemon. Karena
tanah gambut banyak mengandung serasah, maka daerah ini sangat rawan
terhadap kebakaran. Apabila terjadi kebakaran di suatu tempat akan cepat
meluas ketempat lainnya.
3) Hutan Kerangas
Hutan kerangas terdapat di daerah bertanah podsol dari bahan induk silika
bertekstur kasar yang sangat asam dan mempunyai drainase kurang bagus.
Jenis-jenis penyusun antara lain Tristania obovata, Agathis dammara dan
borneensis.Karena kondisi habitat tempat tumbuhnya yang spesifik dengan
keanekaragaman jenis yang relatif rendah, maka hutan kerangas sangat rawan
terhadap penebangan dan kebakaran. Penebangan hutan kerangas lebih banyak
memberikan kerugian dibanding keuntungan. Untuk membuat hutan baru
sangat sulit, biasanya cenderung menjadi padang alang-alang.
4) Hutan Pantai Pasir dan Karang
Pantai berpasir dan berkarang merupakan habitat berbagai jenis tanaman
perdu antara lain komunitas rerumputan, terna dan tumbuhan menjalar, seperti
Ichenum muticum, Widelia biflora, Ipomoea pescaprae dan Cyperus
pedunculatus. Pada tempat-tempat tertentu terdapat jenis Pandan. Komunitas
terna ini berkembang menjadi komunitas jenis perdu dan pohon pioneer seperti
Casuarina equisetifolia. Pada pantai yang tidak berpasir karena abrasi, tidak
terdapat komunitas Pascaprae, hanya komunitas Barringtonia sangat rawan
terhadap terjadinya proses abrasi pantai yang dapat menghambat proses
terjadinya hutan secara lengkap.

5) Hutan Pegunungan
Hutan yang berada dipegunungan terdiri dari jenis yang secara genetis dan
lingkungan, mampu tumbuh dengan suhu rendah, intensitas cahaya rendah dan
sebaliknya kelembaban tinggi. Jenis-jenis yang spesifik antara lain Agathis
loranthifolia, dan Pinus merkusii yang dapat mengakibatkan lapangan tumbuh
menjadi sangat masam. Hutan ini sangat rawan terhadap pengaruh angin, erosi
dan tanah longsor. Hutan pegunungan yang terdiri atas jenis campuran biasanya
akan lebih baik jika dibandingkan dengan satu jenis. Hutan dengan banyak
jenis, mempunyai fungsi konservasi terhadap tanah, air yang lebih baik,
disamping tingkat kerawanannya rendah.

6) Hutan Mangrove
Hutan mangrove terbentuk oleh karena keadaan tempat tumbuh, berupa
pantai berkadar garam tertentu dan berlumpur. Perairan di pantai yang sifat
airnya payau ini diketemukan jenis yang jumlahnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan jenis hutan daratan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaannya adalah :
a. Perubahan kadar garam tertentu, sebagai akibat curah hujan yang membawa
lumpur dan merubah muara (estuari).
b. Adanya gangguan dari berbagai jenis benthos, dengan demi- kian dapatlah
dikatakan bahwa faktor yang dapat mendorong terjadinya kerawanan
perubahan pH air, kandungan NaCl sedimen dan pencemaran air.

7) Hutan Pertambangan Batubara


Diperkirakan dalam 300 tahun belakangan ini telah banyak spesies yang
sudah punah dari muka bumi ini, dan semakin lama akan semakin bertambah,
sehingga dikhawatirkan suatu saat manusia juga, akan dapat menjadi korban
kepunahan. Kepunahan jenis di Indonesia terutama disebabkan oleh degradasi
habitat (deforestasi, perubahan peruntukan lahan), bencana (kebakaran),
ekploitasi secara tidak bijaksana (perburuan), dan masuknya spesies asing
invasif serta perdagangan satwa liar.
Hasil penelitian terakhir dari CIFOR mengungkapkan beberapa dampak
negatif dari perubahan penggunaan lahan untuk produksi bahan bakar nabati
atau biofuel. Pembangunan perkebunan kepala sawit pada lahan gambut,
menyebabkan emisi karbon yang dihasilkan dari konversi lahan memerlukan
waktu ratusan tahun untuk proses pemulihan seperti sedia kala.
Berdasarkan data Bank Dunia pada tahun 2001 diperkirakan bahwa
kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1,6 juta ha per tahun atau 3 ha per
menit hingga 2 juta ha per tahun. Jika penggundulan hutan terjadi secara terus
menerus , maka alan mengancam spesies flora dan fauna dan merusak sumber
penghidupan masyarakat. Pembukaan jalan dalam kawasan yang dilindungi
lebih banyak membawa dampak negatif bagi lingkungan. Indonesia
mempunyai lahan basah (termasuk hutan rawa gambut) terluas di Asia, yaitu
38 juta ha yang tersebar mulai dari bagian timur Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Jawa, Maluku sampai Papua. Tetapi luas lahan basah tersebut telah
menyusut menjadi kurang lebih 25,8 Juta ha.

 Manfaat Ekosistem Hutan

Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya hutam mempunyai peranan


yang sangat penting. Hutan sangat berperan untuk menjaga keseimbangan
alam. Maka dari itulah hutan ini juga dinamakan sebagai “paru-paru Bumi”.
Selain menjaga keseimbangan alam, ada banyak lagi fungsi yang dapat kita
dapatkan dari hutan, diantaranya sebagai berikut:

1. Sebagai sarana hidrologis.

Fungsi pertama yang akan kita dapatkan dari hutan adalah, hutan sebagai
sarana hidrologis. Sarana hidrologis yang dimaksud ini adalah tempat
menyimpan air. Hutan ini menyimpan air hujan dan air embun di dalam
tanah, dan akan mengalirkannya ke sungai melalui mata air yang terdapat di
kawasan hutan tersebut. Karena hal inilah maka air hujan yang jatuh ke hutan
tidak terbuang sia- sia, dan bisa menjadi persediaan apabila musim kemarau
datang melanda.

2. Sebagai pengunci tanah

Ekosistem hutan adalah ekosistem yang sangat penting keberadaannya. Salah


satu manfaat dari ekosistem hutan adalah sebagai pengunci tanah. Fungsi
ekosistem hutan sebagai pengunci tanahini akan menghindarkan hutan
maupun daerah di sekitarnya dari berbagai macam bencana alam yang
beresiko terjadi, seperti tanah longsor dan juga erosi tanah.

3. Sebagai tempat memproduksi flora dan fauna

Hutan juga mempunyai fungsi yang sangat sental, yakni sebagai tempat
memproduksi flora dan juga fauna. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
flora dan fauna merupakan kekayaan dan juga keanekaragaman hayati. Flora
dan fauna ini sangat bermanfaat bagi manusia. Dan hutan adalah tempat yang
sangat tepat untuk memproduksi embrio flora dan juga fauna.
4. Sebagai tempat hidup bermacam- macam flora dan fauna

Selain sebagai tempat yang tepat untuk memproduksi embrio baru dari flora
dan fauna, hutan juga tempat yang sangat tepat sebagai habitat dari berbagai
macam flora dan fauna. Maka dari itulah hutan ini adalah rumah bagi mereka
dan bisa menjaga kelestarian hidup mereka (yakni flora dan fauna).

5. Sebagai sumber makanan bagi manusia

Masih satu rangkaian dengan fungsi hutan sebagai tempat tinggal dari
berbagai flora dan fauna, hutan ini juga otomatis merupakan sumber makanan
bagi manusia. Manusia bisa mendapatkan makanan dari flora dan fauna yang
terdapat di dalam hutan ini.

6. Merupakan dapur alami

Yang dimaksud sebagai dapur alami adalah adalah dapur bagi tumbuh-
tumbuhan. Hutan merupakan tempat untuk pepohonan memasak barbagai
unsur hara yang kemudian dialirkan ke sekitarnya. Bahkan aliran energi yang
dihasilkan bisa sampai ke berbagai tumbuhan yang ada di perairan, misalnya
tumbuhan yang ada di danau atau sungai.

7. Sebagai sumber oksigen

Selama ini kita mengetahui bahwasannya oksigen diproduksi oleh tumbuh-


tumbuhan dari proses fotosintesis dengan mengubah karbondioksida da
mengubahnya menjadi oksigen. Hutan merupakan sumber hidup dari
pepohonan yang jumlahnya sanhat banyak, sehingga pepohonan di hutan ini
akan menyerap karbondioksida (termasuk dari hasil pernafasan manusia) dan
mengubahnya menjadi oksigen yang merupakan sumber pernafasan manusia.
Maka dari itulah keberadaan hutan ini sangatlah penting bagi manusia.

8. Mengurangi polusi yang ada di udara

Masih berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penghasil oksigen, hutan ini
juga sangat bermanfaat untuk menetralkan kondisi udara terlebih udara yang
telah tercemar banyak polusi. Oleh karena itulah kita sering merasakan
bahwasannya udara di tempat yang banyak memiliki pohon lebih terasa segar
daripada di tempat yang mempunyai hanya sedikit pohon.

5. Dampak pertambangan terhadap eosistem gunung


 Ekosistem Gunung
Gunung merupakan bentang alam berupa daratan yang menjulang,
memiliki sifat abiotik dan biotik yang spesifik. Gunung-gunung di Indonesia
sebagian besar terbentuk dari hasil aktivitas vulkanik. Ketinggian gunungnya
mulai dari 500 m hingga 4000 m di atas permukaan laut. Sedangkan
pegunungan merupakan suatu jalur memanjang yang berhubungan antara
puncak yang satu dengan puncak lainnya (Syamsuri, 2014: 57).

Oleh karena lingkungan berubah dengan ketinggian di daerah-daerah


pegunungan, biota juga berubah menurut ketinggian. Lereng gunung mengandung
berbagai zona biotik dalam daerah yang lebih sempit. Zona-zona ini berulang
pada ketinggian yang sama pada tiap-tiap gunung atau meliputi daerah yang luas.
Kita dapat menganggap zona-zona ini sebagai bioma yang tidak bersambungan
dan dihubungkan dengan bioma di daerah sekitarnya. Oleh karena itu, daerah
pegunungan lebih baik dianggap sebagai perkecualian pola-pola bioma (Syamsuri,
2014: 60).

Banyak ahli ekologi tidak memasukkan pegunungan sebagai suatu ekosistem,


hal ini disebabkan pegunungan yang ditemukan tidak cocok dengan definisi
karena karakteristik iklim dan kehidupan tanaman dan hewan yang begitu
beragam berdasarkan ketinggiannya. Komponen abiotik seperti suhu dan curah
hujan berubah seiring dengan bertambahnya ketinggian. Variasi ini menyebabkan
banyak komunitas yang terdapat di pegunungan (Biggs, 2008: 72).

A. Zona Pembagian Daerah Pegunungan


Pegunungan terluas dan tertinggi terdapat di pegunungan Himalaya, di
daerah Tibet. Pegunungan terpanjang yang rentangannya sepanjang pesisir barat
Amerika dari Alaska di utara hingga Chile di selatan adalah Pegunungan Andes.
Pegunungan lainnya terdapat di Eropa (Alpine, Pyrenees), Asia (Kaukasus, Urals),
Papua Nugini, Selandia Baru, dan Afrika Timur (Smith, 2014)

Pegunungan memiliki keanekaragaman habitat berserak yang mana


terdapat hewan dan tumbuhan yang dapat ditemukan. Pada ketinggian yang lebih
tinggi, kondisi lingkungan pada umumnya memiliki vegetasi tumbuhan alpine.
Pada dataran yang lebih rendah, biasanya ditutupi oleh hutan montana. Pada level
yang lebih rendah, lahan bertipe dataran rendah dan memiliki vegetasi seperti
savanna, gurun, atau tundra (Smith, 2014).
Pembagian daerah pegunungan berdasarkan ketinggian dan vegetasinya antara
lain:

1. Hutan dataran rendah (0-1.200 m dpl)


2. Hutan Pegunungan Bagian Bawah (1.200-2.100m dpl)
3. Hutan Pegunungan Bagian Atas (2.100-3.000 m dpl)
4. Hutan subalpin (>3.000 m dpl)
5. Hutan Alpin (>4.000 m dpl)

B. Komponen Ekosistem Pegunungan


Pegunungan mempengaruhi jumlah sinar matahari yang mencapai sebuah
daerah dan berdampak pula pada suhu dan curah hujan. Perbedaan komponen
abiotik ini menyebabkan adanya distribusi spesies. Hal ini salah satu alasan
komunitas biologi pada pegunungan mirip dengan ketinggian terendah, tetapi jauh
dari ekuator (Campbell, 2008: 1158).

Pola bioma pada pegunungan yang berbeda dengan beberapa bioma darat
yang lain. Pada komponen abiotiknya sebagai berikut:

1. Suhu
Suhu di gunung sangat rendah, radiasi ultraviolet dari sinar matahari tinggi
dibandingkan radiasi inframerah, memiliki kerapatan oksigen yang rendah.
Fluktuasi suhu harian antara 150-200oC. Arus angin ke arah gunung pada siang
hari disebabkan oleh panasnya udara di dataran rendah dan akan menyebabkan
pengembangan udara dan naik. Dengan pengembangan dan naiknya udara sebagai
akibat tekanan yang lebih rendah, maka suhu akan turun. Inilah sebab utama
bertambahnya ketinggian, suhu udara makin turun (Syamsuri, 2014: 60).

Suhu akan turun seiring dengan naiknya ketinggian sekitat 0,5-0,6oC setiap 100
meter. Pada pegunungan di daerah equator, tidak memiliki musim dingin dan
musim panas karena suhunya rendah pada ketinggian yang sangat tinggi (Smith,
2014).

2. Kelembaban Nisbi
Presentase kejenuhan suatu massa udara akan bertambah dengan menurunnya
suhu. Oleh karena itu, titik embun pada ketinggian yang berbeda tergantung
kepada laju perubahan penurunan suhu dan kandungan uap air di dalam udara
semula. Hutan-hutan yang terdapat pada ketinggian yang tinggi memiliki
kelembaban nisbi yang sangat tinggi, terlebih di malah hari di mana suhu
menurun. Dengan demikian, titik embun sering dilewati sehingga air mengembun
di atas daun-daun, Tetapi pada masa-masa kering pada ketinggian di atas lapisa
awan, kelembaban nisbi dapat menjadi lebih rendah dari pada siang hari.
PPeningkatan kejenuhan air menyebabkan suhu jadi rendah. Hutan yang terletak
di tempat-tempat tinggi memiliki kelembaban yang relatiftinggi di saat malam
hari dan sering tmenjadi embun. Tingkan kelembabannya mulai dari angka 86%-
96% (Syamsuri, 2014: 61).

3. Awan
Pada bulan-bulan kering dimana uap air dalam udara kurang, umumnya
terbent suatu gelang awan sekeliling gunung dan hal ini biasanya terjadi pada
ketinggian kira-kira 2.000 m. Pada bulan-bulan yang paling basah, lereng dan
puncak gunung diselubungi awan sampai berhari-hari. Awan terjadi dari embun
yang bergerak naik ke atmosfer, ditangkap oleh debu dan partikel-partikel mikro
lainnya. Selama berbulan-bulan basah, lereng-lereng gunung dan bukit diselimuti
oleh awan. Sebaliknya, di bulan-bulan keting, lereng-lereng relatif bersih dari
penutupan awan (Syamsuri. 2014: 61).

4. Curah Hujan
Curah hujan di atas lereng gunung sampai ketinggian 2.000 m umumnya lebih
banyak daripada di dataran rendah di sekitarnya. Di dalam lapisan awan yang
menutupi lereng gunung, pengukuran curah hujan tidak begitu berguna secara
ekologik, karena tumbuhan akan langsung menggunakan tetes-tetes air yang
terdapat di dalam udara. Air hujan yang terjadi di gunung relatif sering dan curah
hujan lebih tinggi dibandingkan di wilayah bentang alam lain. Di puncak gunung
lebih sering terjadi hujan dibandingkan di lereng-lereng gunung (Syamsuri, 2014:
61).

Relief gunung menyebabkan alur angin bergerak menuju ke atas,


menyebabkan curah hujan yang tinggi pada bagian yang lebuh tinggi, sedangkan
pada bagian lereng menjadi lebih hangat dan relatif kurang lembab, mengurangi
curah hujan dan menyebabkan iklim lebih kering (Smith, 2014).

Udara bergerak dari laut dan bertemu dengan gunung, lalu bergerak ke atas
mendingin pada ketinggian yang tinggi dan turun dengan jumlah yang banyak
sebagai hujan. Pada bagian lereng, ada sedikit curah hujan. Sebagai hasilnya,
terdapat gurun (Campbell, 2008: 1158).

5. Embun Beku
Pemantulan panas dari bumi terjadi baik di siang hari maupun di malam hari,
tetapi pada malam hari tidak diimbngi penyinaran dari matahari. Dengan menjadi
dinginnya permukaan tumbuh-tumbuhan, tanah, batu, dan lapisan udara tipis di
sekelilingnya turut menjadi dingin. Udara dingin lebih berat daripada udara panas,
dan jika tidak ada angin yang mengalirkan udara dingin ini maka udara dingin
semakin dingin. Karena kehilangan panas bumi terhalang oleh debu, kabut, dan
awan, suhu terendah akan tercapai pada malam hari yang cerah dan kering.
Pendinginan maksimum terjadi pada permukaan yang tidak menghantarkan panas
seperti ranting atau rumput mati dan tanah pasir kering, sedangkan pada
permukaan yang menghantarkan panas seperti batu-batuan dan air dan vegetasi
yang hidup, pendinginan hanya sedikit. Embun beku besar kemungkinan terjadi
pada malam hari yang tenang, kering, dan cerah di lembah-lembah dasar. Tempat-
tempat seperti ini dinamakan kantong-kantong embun beku dan terjadi pada
danau-danau kecil yang telah mengalami distrofil (danau mati), atau di tempat
yang dahulunya bekas sungai es (Syamsuri, 2014: 61).

6. Tanah
Kandungan mineral dan hara di dalam tanah semakin berkurang seiring
dengan tingkat ketinggian tempat. Air hujan yang terjadi di bukit dan gunung
membawa mineral dan hara ke daratan yang lebih rendah. Hal ini mempengaruhi
proses pembentukan batuan dan tanah. Variasi jenis-jenis tanah mengakibatkan
variasi yang tumbuh di atasnya (Syamsuri, 2014: 63).

C. Fungsi dan Peranan Pegunungan


Keutamaan gunung berapi merupakan pasak raksasa dari bumi yang akar
dari gunung berapi tersebut 10– 15 kali lipat dari ketinggianya. Gunung juga
berfungsi sebagai pasak untuk meminimalkan guncangan litosfer ketika bergerak.
Walaupun banyak korban nyawa dan materi namun meletusnya gunung berapi
juga membawa segi positif bagi sebagian orang bahkan untuk seluruh bumi.
Bencana geologis lainnya, seperti gempa bumi dan tsunami. merupakan proses
Planet Bumi mencari keseimbangan baru untuk mempertahankan tekanan dan
temperaturnya. Tujuan penting proses ini adalah untuk melindungi miliaran
manusia dari kepunahan, sampai waktu yang telah ditentukan oleh-Nya.

Fungsi yang lain dari gunung berapi adalah sebagai berikut :

a. Bertindak sebagai stabilizer.


b. Merawat lapisan atmosfernya dalam jangka panjang.
c. Bertindak sebagai jangkar atau rem gerakan lempeng bumi.
d. Penyubur makhluk tanah. Bertindak sebagai tandon air di Planet Bumi.
e. Membentuk rona baru di Planet Bumi,
f. Mendinginkan (langit) atmosfer bumi dari kenaikan temperatur atmosfer
bumi akibat peningkatan suhu matahari

6. Dampak Penambangan Terhadap Ekosistem Sungai


 Ekosistem Sungai
Ekosistem sungai ini merupakan salah satu jenis ekosistem air tawar.
Indonesia sendiri di hampir semua wilayahnya mempunyai ekosistem sungai ini.
Hal ini karena setiap pulau yang ada di Indonesia mempunyai sungai. Beberapa
sungai yang terkenal dan sekaligus menjadi ekosistem sungai yang besar anatar
lain adalah Sungai Mahakam, Sungai Kapuas, Sungai Musi, Sungai Bengawan
Solo, dan lain sebagainya

Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri didalam air


permukaan pada kriteria debit rendah berkisar 0,0001 – 0,0002 mg/l dan debit
sedang berkisar 0,000607 – 0,01138 mg/l, cenderung berada di atas baku mutu
yang ditetapkan PP 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 0,001 mg/l. Pada debit tinggi,
konsentrasi merkuri berkisar 0,000095 – 0,00056 mg/l, di bawah baku mutu yang
ditetapkan.
Konsentrasi merkuri rata-rata di lokasi Titik Bor 17, khususnya pada
effluent pada berbagai debit berkisar 0,00055 – 0,005 mg/; dan tambang Daerah
Mohutango berkisar 0,00083 – 0,00615 mg/l. Dampak penambangan tradisional
di aliran Sungai Sungai Tulabolo secara umum cenderung mendekati baku mutu
limbah yang ditetapkan Kep Men LH 202/2004.
Dampak Merkuri pada Tumbuhan :
Hasil analisis menunjukkan konsentrasi merkuri pada tumbuhan air lebih
tinggi berkisar 1,89 – 65 ppm, dibandingkan dengan tumbuhan darat yang
berkisar dari 0,17 – 1 ppm. Konsentrasi merkuri yang berada di air dan sedimen
akan terserap oleh akar tumbuhan. Hal ini yang menyebabkan konsetrasi merkuri
di tumbuhan cukup tinggi.
Dampak Merkuri terhadap Hewan Aquatik :
Hasil tangkapan hewan aquatik di wilayah ini meliputi ikan,kepiting,
udang (Crustacea) dan siput (gastropoda). Hasil konsentrasi merkuri pad siput di
daerah ini sebesar 0,22 mg/kg, berada di bawah ambang baku mutu yang
diteteapkan. Berdasarkan hasil penelitian, akumulasi terbesar merkuri terdapat
pada kepiting yaitu sebesar 0,3536 mg/kg yang ditemukan di hulu Sungai
Tulabolo. Nilai ambang batas kadar merkuri dalam makanan secara nasional
sebesar 0,5 mg/kg (berdasarkan SK Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89).
Bagian muara sungai Tulabolo rata-rata memiliki akumulasi merkuri
mendekati nilai ambang batas baku mutu yang ditetapkan. Udang di muara
Tulabolo memiliki akumulasi terbesar yaitu sebesar 0,445 mg/kg. Secara umum
hewan aquatic yang hidup di Sungai Tulabolo sudah tercemar oleh merkuri akibat
kegiatan penambangan tradisional.

Dampak Merkuri terhadap Kesehatan Masyarakat :


Hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat yang hidup di tepi
Sungai Tulabolo 60% adalah masyarakat yang tamat dan tidak tamat SD, 13,33%
tamat SMP dan 26,67% SMA tamat. Tingkat pendidikan yang rendah
mempengaruhi pola pemikiran masyarakat tentang pengelolaan limbah hasil
buangan tambang tradisional.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa penduduk yang bermukim di
wilayah aliran sekitar Sungai Tulabolo memiliki pendapatan rendah yaitu 93,33%
berkisar Rp100,000 – Rp500,000 dan 6,67% yang berpendidikan Rp500,000 –
Rp1,000,000. Hal ini memicu penduduk yang hidup di wilayah ini bekerja sebagai
sebagai penambang. Berdasarkan persamaan regresi hubungan antara umur dan
konsentrasi merkuri di rambut kepala mempunyai hubungan yang tidak bermakna
karena dari perhitungan statistik didapat R2= 0,0058, nilai signifikansi 0,389 >
0,05. Hal ini dapat ditunjukan dimana konsentrasi merkuri tertinggi terdapat pada
individu yang berusia muda. Tetapi individu-individu ini memiliki umur tinggal
yang lama di wilayah itu.
Jarak tempat tinggal dengan tambang mempunyai hubungan yang tidak bermakan
dengan kadar merkuri dalam rambut, karena R= 0,262 dan nilai signifikansi 0,371
> 0,005. Demikian pula lama tinggal mempunyai hubungan yang tidak bermakna
dengan konsentrasi merkuri di kepala rambut dimana R = 0,463 dan R2 = 0,214
dan nilai signifikansi 0,082 > 0,05.
Keluhan penyakit ini merupakan gejala awal keracunan merkuri. Hasil analisis
menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri di rambut kepala sebesar 6,67%
responden berada di atas ambang baku mutu yang ditetapkan dan 26,67%
cenderung mendekati ambang batas baku mutu yang direkomendasikan oleh NCR
sebesar 12 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang bermukim di Sub
DAS Tulabolo positif telah terkontaminasi merkuri.

1) Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan umum merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitarnya
dengan memanfaatkannya untuk menangkap ikan, untuk air rumah tangga,
industri, pertanian dan sarana perhubungan.Seperti halnya dengan ekosistem
pesisir, ekosistem perairan umum juga mengalami nasib yang sama.Saat ini
ekosistem ini telah mendapat tekanan penduduk yang sangat besar sehingga
baik kualitas maupun kualitas ekosistem tersebut cenderung menurun. Hal ini
terutama disebabkan oleh masuknya berbagai bahan pencemar yang berasal dari
berbagai aktivitas manusia seperti HPH,Pertambangan, Perladangan di sekitar
DAS dan Transportasi. Indikasi ini terutama ditandai dengan semakin
dangkalnya perairan, berkembang pesatnya gulma air di danau, menurunnya
produktivitas tangkapan ikan dari tahun ke tahun dan semakin ekslusifnya
mobilitas beberapa hewan endemik ( misalnya kehidupan pesut).

Anda mungkin juga menyukai