Disusun Oleh :
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam,
baik berupa minyak dan gas bumi, tembaga, emas dan lain-lain. Kekayaan alam
Indonesia akan sumber daya energi dan mineral terutama mendorong munculnya
investasi di bidang pertambangan .
Sumber daya alam mineral dan energi memiliki ciri-ciri khusus yang
memerlukan pendekatan sesuai dengan pengembangannya. Ciri khusus sector
pertambangan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pertambangan, antara
lain sumber daya pertambangan menempati sebaran ruang tertentu di dalam bumi
dan dasar laut. Pengusahaanya melibatkan investasi dan kegiatan yang
membutuhkan modal besar dan teknologi. Proses penambangan memiliki potensi
daya ubah lingkungan yang tinggi. Hasil tambang mineral dan energy mempunyai
fungsi ganda, terutama sebagai sumber bahan baku industri dan Energi. Usaha
pertambangan mampu berperan sebagai penggerak dan ujung tombak
pembangunan daerah, di samping perannya dalam memenuhi hajat hidup
masyarakat luas.
Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem yang
terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai
pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.
a. Zona litoral (pasang surut), merupakan daerah yang terendam saat terjadi
pasang dan seperti daratan saat air laut surut. Zona ini berbatasan dengan
daratan dan banyak dihuni kelompok hewan, seperti bintang laut, bulu
babi, udang, kepiting, dan cacing laut.
b. Zona neritik, merupakan daerah laut dangkal < 200m. Zona ini dapat
ditembus cahaya matahari dan banyak dihuni genggang laut dan ikan.
c. Zona batial, memiliki kedalaman air 200 m – 2.000 m dan keadaannya
remang-remang. Di zona ini tidak ada produsen, melainkan dihuni oleh
nekton (organisme yang aktif berenang), misalnya ikan.
d. Zona absial, merupakan daerah palung laut yang keadaannya gelap.
Kedalaman air di zona abisal > 2.000 m. Zona ini dihuni oleh hawan
predator, detritivor (pemakan sisa oerganisme), dan pengurai.
Berikut ini macam-macam ekosistem air laut.
Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam termasuk
keanekaragaman sumber daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi didominasi oleh perairan
atau lautan. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan,
sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan
organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis sumber daya yang terdapat di
laut, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral,
minyak bumi, dan berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.
Selain untuk keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat
pembuangan sampah dan pengendapan barang sisa yang diroduksi manusia.
Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang mengakibatkan
pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga, sampah, buangan
dari kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker. Namun, pencemaran yang
sering terjadi adalah tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas
pantai, maupun akibat kecelakaan kapal.
Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang
menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam
dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-
batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada
reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada
plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan
produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme,
terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat
rentan pada lingkungan tercemar. Bahwa dampak-dampak yang disebabkan oleh
pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka
panjang.
Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh
biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan,
sedang sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat
akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma lain melalui
rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke
ikan pemangsanya.
Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatsan dengan ekosistem darat, laut dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat pada substrat yang keras (leksono, 2007).
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan
pantai (shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih
mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut.
Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas
dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan
adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis
surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai
adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak
tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi.
a. Formasi Pes-caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes-caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang
dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah
Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp, Euphorbia atoto, dan Canaualia
martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
b. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar
napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau
antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak
terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras,
dan Cylocarpus (Leksono, 2007)
Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut, dimana batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah
yang tergenang air dan maupun tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses laut, seperti : pasang surut, percikan gelombang, angin laut dan
interusi garam, sedangkan batas ke laut adalah daerah - daerah yang dipengaruhi
oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan seperti : aliran air
tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran dan lainnya
(Dahuri, 2003).
Menurut Nybakken (2001) di lihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya,
pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh batuan
induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum
tersusun oleh bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai
berpasir dan pantai berlumpur yang hampir tandus. Dari semua pantai, pantai ini
memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies
hewan maupun tumbuhan. Pantai berbatu menyediakan habitat untuk tumbuhan
dan hewan. Habitat ini berperan sebagai substrat, tempat mencari makan, tempat
persembunyian serta tempat berinteraksinya berbagai macam organisme
khususnya yang memiliki hubungan rantai makanan. Daerah intertidal khususnya
pantai berbatu meruapakan zona yang penting untuk manusia dan organisme lain.
Daerah ini banyak dihuni hewan coelenterata, molusca, crustaceae dan
tumbuhannya adalah alga bersel tunggal, alga hijau, dan alga merah.
b. Pantai Berpasir
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan
ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi “berlumpur”.
Pantai berlumpur memiliki substrat yang sangat halus dengan diameter kurang
dari 0.002 mm. Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya
gerakan gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah
intertidal yang benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka.
Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel
sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur berada di berbagai tempat,
sebagian di teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai
berlumpur cenderung untuk mengakumulasikan bahan organik, yang berarti
bahwa tersedia cukup banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni
pantai, tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di
daratan lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat
pernapasan.
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk
asal (baik) menjadi keadaan yang lebih buruk. Pergesaran bentuk tatanan dari
kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai masukkan dari
bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya
mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi kelangsungan hidup
organisme. Toksisitas atau daya racun dari polutan itu yang kemudian menjadi
pemicu terjadinya pencemaran (Palar,2004).
Perairan umum di Pulau Bangka sangat rentan tercemar timah hitam yang
merupakan salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya. Jika dilihat dari
proses pengambilan, pencucian, dan pengolahan nya maka pencemaran logam
berat sangat mungkin terjadi. Timah hitam yang terlarut dalam badan perairan
pada konsentrasi tertentu akan merubah fungsi menjadi sumber racun bagi
kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh suatu jenis
logam berat terhadap biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari satu
kelompok mengakibatkan terputusnya mata rantai kehidupan lainnya.
Selanjutnya, keadaan tersebut tentu dapat menghancurkan satu tatanan eksositem
parairan.
Pada gambar diatas, dapat dilihat proses akumulasi logam berat pada ikan, di
mana logam berat yang masuk dalam perairan secara langsung akan mencemari
perairan sehingga melalui sistem makananakan menyebabkan plankton dalam
perairan akan mengandung logam beratdi tubuhnya. Melalui rantai makanan, ikan
akan memakan plankton sehingga terjadi pengikatan, penyimpanan, dan
penyekapan logam berat di dalam tubuh ikan. Selanjutnya proses ini berlanjut
secara terus-menerus dan mengakibatkan terakumulasi logam berat dalam tubuh
ikan.
Manfaat Ekosistem Pantai
Sama seperti dengan ekosistem lainnya, ekosistem pantai ini pun juga mempunyai
manfaat atau fungsi. Beberapa manfaat atau fungsi yang dimiliki oleh ekosistem
ini antara lain:
Kelapa dan pisang merupakan dua tanaman yang sangat cocok apabila ditanam di
wilayah pantai. Hal ini sangat sangat bermanfaat untuk menciptakan perkebunan
dua tanaman tersebut di sekitar pantai.
Daerah pasang surut pantai juga dapat digunakan sebagai ladang pertanian. Hasil
pertanian inilah yang dijadikan masyarakat sekitar sebagai sumber mata
pencaharian.
d. Objek wisata
Hasil- hasil yang diperoleh dari pantai juga dapat digunakan untuk membuat
berbagai macam kerajinan. Kareniana- kerajianan tersebut mempunyai nilai jual
tinggi dan hal ini bisa menambah penghasilan masyarakat lokal.
Ekosistem Danau
Ekosistem danau ini mempunyai suatu ciri yakni mempunyai variasi suhu yang
tidak mencolok. Ciri ini memang rata- rata dimiliki oleh ekosistem air tawar yang
lain pula. Variasi suhu mempunyai arti bahwa suhu antara siang dan malam tidak
terlalu mencolok perbedaannya. Terlebih di wilayah cekungan air. Biasanya
cahaya matahari (baca: bagian-bagian matahari)yang masuk tidak dapat
menembus terlalau dalam, namun hanya beberapa meter saja. Sehingga hal ini
tidak akan menimbulkan perbedaan jauh antara suhu siang dan suhu pada malam
hari.
b. Memiliki penetrasi cahaya yang kurang
Masih berkaitan dengan ciri yang pertama, yakni tentang cahaya matahari yang
menyinari wilayah danau. Ekosistem danau ini merupakan ekosistem yang
mempunyai penetrasi cahaya yang kurang. Hal ini karena sinar matahari hanya
mampu menembus permukaan danau hingga beberapa meter saja, maka dari itulah
wilayah air di danau memiliki penetrasi cahaya yang kurang.
Karena letaknya di lingkungan daratan dan cakupan wilayahnya pun tidak luas,
maka ekosistem danau ini sangat dipengaruhi cuaca dan juga iklim (baca: iklim di
indonesia). Memang air di danau ini biasanya tidak pernah habis, namun ketika
musim (baca: pembagian musim di Indonesia) penghujan tiba, air danau juga bisa
bertambah banyak. Selain itu, tingkat kesuburan di daratan sekitar danau ini juga
tergantung pada cuaca maupun iklim. Di negara yang memiliki empat musim,
mungkin saja air danau akan membeku menjadi es (baca: hujan es) pada bagian
permukaannya karena dipengaruhi oleh dinginnya udara di sana.
Biasanya ekosistem danau ini mempunyai flora yang khas, yakni berupa
ganggang dan tumbuhan biji. Selain itu, tumbuhan yang ada di danau ini
merupakan tumbuhan yang sudah beradap tasi dengan lingkungan air tawar.
Beberapa ciri dari tumbuhan yang yang hidup di air tawar antara lain:
Bersel Satu
Memiliki dinding yang kuat
Air masuk ke dalam sel hingga maksimal dan kemudian akan berhenti sendiri
Ekosistem danau ini merupakan ekosistem air tawar dan biasanya dihuni oleh
semua filum hewan. Ada salah satu hewan yang menghuni ekosistem air tawar
(termasuk juga ekosistem danau) yaitu Nekton. Nekton merupakan hewan yang
bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Kemudian hewan tingkat
tinggi yang berada di eksositem danau ini misalnya adalah ikan.
Itulah beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh ekosistem danau ini.
beberapa ciri yang disebutkan di atas juga dimiliki oleh ekosistem air tawar pada
umumnya.
a. Komponen biotik. Komponen biotik atau komponen hidup yang dimiliki oleh
ekosistem danau ini jumlahnya banyak sekali, diantaranya adalah ikan, udang,
alga, ganggang, enceng gondok, fitoplankton dan zooplankton, serta binatang air
tawar dan tumbuhan air tawar lainnya.
b. Komponen abiotik. Selain komponen yang hidup, ada pula komponen yang
tidak hidup. Komponen yang tidak hidup ini disebut sebagai komponen abiotik.
Meskipun tidak hidup namun keberadaan komponen ini bisa mempengaruhi
komponen- komponen yang lainnnya yang terdapat di ekosistem tersebut.
Beberapa komponen abiotik yang dimiliki oleh ekosistem danau ini antara lain
adalah suhu, air (baca: jenis air bumi), cahaya matahari, angin, batu (baca: proses
terjadinya siklus batuan), tanah, dan tingkat keasaman atau pH.
- Ekosistem Danau Matano rusak karena hempasan debu dan asap dari pabrik,
pembuangan limbah dari perumahan di atas danau, erosi tanah dan sedimentasi
dari bekas galian yang hanyut ke danau.
- PT Inco merubah bentang sungai Larona yang dahulu indah menjadi PLTA
untuk menyuplai listrik ke pabrik peleburan nikel di Sorowako. Pembangunan
PLTA Larona ini telah menggenangi mesjid, rumah, sawah dan kebun-kebun
penduduk yang tinggal di sekitar Danau Towuti. PLTA tersebut juga mengurangi
sumber makanan lokal, karena mencegah proses migrasi sejenis belut lokal,
sehingga populasi mereka turun sangat drastis. Pembangunan PLTA Larona kedua
menyebabkan peningkatan debit air sungai Larona secara drastis dan
mengakibatkan kampung-kampung di sekitarnya dilanda banjir.
a. Ekosistem danau ini terdiri atas berbagai macam tumbuhan dan juga
hewan- hewan. Oleh karena itulah pastinya ekosistem danau ini
mempunyai manfaat yang sangat banyak, bukan hanya bagi makhluk
hidup namun juga bagi lingkungan dan juga Bumi. Beberapa fungsi atau
manfaat yang dapat diperoleh dari ekosistem danau ini antara lain adalah
sebagai berikut:
b. Merupakan sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang
berbagai bahan genetik.
c. Merupakan tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora maupun fauna
yang bersifat penting – Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya
danau ini merupakan tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna. Selain
sebgaai tempat hidup, tentu saja disitu juga terjadi peristiwa interaksi
hingga siklus hidup flora dan faunan tertentu.
d. Merupakan sumber air bersih yang serbaguna yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat yang berada di lingkungan sekitarnya – Air yang ada di
danau merupakan air yang bersih. Apabila danau tersebut merupakan jenis
danau air tawar, maka air danau tersebut dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam kepentingan. Diantaranya adalah kepentingan rumah
tangga, industri, maupun pertanian (untuk mengairi lahan persawahan atau
ladang).
e. Merupakan tempet menampung air bersih – Danau juga sangat berfungsi
sebagai tempat menampung air bersih, baik itu air hujan, aliran
permukaan, sungai- sungai maupun air bawah tanah. Hal ini akan sangat
berguna sebagai tempat menampung cadangan air, sehingga air ini dapat
digunakan ketika musim kemarau tiba.
f. Memelihara iklim mikro – Iklim mikro ini merupakan iklim yang
mencakup wilayah sempit, yakni yang ada di daerah sekitar saja.
Keberadaan danau ini dapat memperbaiki iklim mikro di sekitar daerah
danau tersebut karena dapat mempengaruhi kelembaban dan juga curah
hujan.
g. Sebagai sumber listrik – Air danau juga bisa dijadikan sebagai sumber
pembangkit listrik, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air.
h. Sarana rekreasi keluarga – Danau juga berfungsi sebagai tempat reskreasi
keluarga yang indah. Di danau ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan,
seperti memancing, berkeliling danau meggunakan perahu, maupun
sekedar menikmati pemandangan alam yang ada di sekitarnya.
i. Sebagai tempat hidup atau habitata beragam makhluk hidup – Ekosistem
danau, di tempat inilah berbagai macam tumbuhan dan juga hewan, siklus
hidup maupun rantai makanan yang mereka punyai. Karena di danau
inilah berbagai macam binatang dan tumbuhan tersebut dapat lestari dan
menjadi kekayaan alam.
j. Sebagai sarana edukasi. – Ekosistem danau juga mempunyai fungsi
sebagai sarana edukasi atau pendidikan tentang ketergantungan makhluk
hidup terhadap lingkungannya. Danau bisa dijadikan sebagi objek
penelitian tentang seberapa besar pengaruh danau terdahap binatang dan
tumbuhan yang hidup disekitarnya, maupun tentang apa saja yang
terkandung dalam danau tersebut.
Ekosistem Hutan
5) Hutan Pegunungan
Hutan yang berada dipegunungan terdiri dari jenis yang secara genetis dan
lingkungan, mampu tumbuh dengan suhu rendah, intensitas cahaya rendah dan
sebaliknya kelembaban tinggi. Jenis-jenis yang spesifik antara lain Agathis
loranthifolia, dan Pinus merkusii yang dapat mengakibatkan lapangan tumbuh
menjadi sangat masam. Hutan ini sangat rawan terhadap pengaruh angin, erosi
dan tanah longsor. Hutan pegunungan yang terdiri atas jenis campuran biasanya
akan lebih baik jika dibandingkan dengan satu jenis. Hutan dengan banyak
jenis, mempunyai fungsi konservasi terhadap tanah, air yang lebih baik,
disamping tingkat kerawanannya rendah.
6) Hutan Mangrove
Hutan mangrove terbentuk oleh karena keadaan tempat tumbuh, berupa
pantai berkadar garam tertentu dan berlumpur. Perairan di pantai yang sifat
airnya payau ini diketemukan jenis yang jumlahnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan jenis hutan daratan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaannya adalah :
a. Perubahan kadar garam tertentu, sebagai akibat curah hujan yang membawa
lumpur dan merubah muara (estuari).
b. Adanya gangguan dari berbagai jenis benthos, dengan demi- kian dapatlah
dikatakan bahwa faktor yang dapat mendorong terjadinya kerawanan
perubahan pH air, kandungan NaCl sedimen dan pencemaran air.
Fungsi pertama yang akan kita dapatkan dari hutan adalah, hutan sebagai
sarana hidrologis. Sarana hidrologis yang dimaksud ini adalah tempat
menyimpan air. Hutan ini menyimpan air hujan dan air embun di dalam
tanah, dan akan mengalirkannya ke sungai melalui mata air yang terdapat di
kawasan hutan tersebut. Karena hal inilah maka air hujan yang jatuh ke hutan
tidak terbuang sia- sia, dan bisa menjadi persediaan apabila musim kemarau
datang melanda.
Hutan juga mempunyai fungsi yang sangat sental, yakni sebagai tempat
memproduksi flora dan juga fauna. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
flora dan fauna merupakan kekayaan dan juga keanekaragaman hayati. Flora
dan fauna ini sangat bermanfaat bagi manusia. Dan hutan adalah tempat yang
sangat tepat untuk memproduksi embrio flora dan juga fauna.
4. Sebagai tempat hidup bermacam- macam flora dan fauna
Selain sebagai tempat yang tepat untuk memproduksi embrio baru dari flora
dan fauna, hutan juga tempat yang sangat tepat sebagai habitat dari berbagai
macam flora dan fauna. Maka dari itulah hutan ini adalah rumah bagi mereka
dan bisa menjaga kelestarian hidup mereka (yakni flora dan fauna).
Masih satu rangkaian dengan fungsi hutan sebagai tempat tinggal dari
berbagai flora dan fauna, hutan ini juga otomatis merupakan sumber makanan
bagi manusia. Manusia bisa mendapatkan makanan dari flora dan fauna yang
terdapat di dalam hutan ini.
Yang dimaksud sebagai dapur alami adalah adalah dapur bagi tumbuh-
tumbuhan. Hutan merupakan tempat untuk pepohonan memasak barbagai
unsur hara yang kemudian dialirkan ke sekitarnya. Bahkan aliran energi yang
dihasilkan bisa sampai ke berbagai tumbuhan yang ada di perairan, misalnya
tumbuhan yang ada di danau atau sungai.
Masih berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penghasil oksigen, hutan ini
juga sangat bermanfaat untuk menetralkan kondisi udara terlebih udara yang
telah tercemar banyak polusi. Oleh karena itulah kita sering merasakan
bahwasannya udara di tempat yang banyak memiliki pohon lebih terasa segar
daripada di tempat yang mempunyai hanya sedikit pohon.
Pola bioma pada pegunungan yang berbeda dengan beberapa bioma darat
yang lain. Pada komponen abiotiknya sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu di gunung sangat rendah, radiasi ultraviolet dari sinar matahari tinggi
dibandingkan radiasi inframerah, memiliki kerapatan oksigen yang rendah.
Fluktuasi suhu harian antara 150-200oC. Arus angin ke arah gunung pada siang
hari disebabkan oleh panasnya udara di dataran rendah dan akan menyebabkan
pengembangan udara dan naik. Dengan pengembangan dan naiknya udara sebagai
akibat tekanan yang lebih rendah, maka suhu akan turun. Inilah sebab utama
bertambahnya ketinggian, suhu udara makin turun (Syamsuri, 2014: 60).
Suhu akan turun seiring dengan naiknya ketinggian sekitat 0,5-0,6oC setiap 100
meter. Pada pegunungan di daerah equator, tidak memiliki musim dingin dan
musim panas karena suhunya rendah pada ketinggian yang sangat tinggi (Smith,
2014).
2. Kelembaban Nisbi
Presentase kejenuhan suatu massa udara akan bertambah dengan menurunnya
suhu. Oleh karena itu, titik embun pada ketinggian yang berbeda tergantung
kepada laju perubahan penurunan suhu dan kandungan uap air di dalam udara
semula. Hutan-hutan yang terdapat pada ketinggian yang tinggi memiliki
kelembaban nisbi yang sangat tinggi, terlebih di malah hari di mana suhu
menurun. Dengan demikian, titik embun sering dilewati sehingga air mengembun
di atas daun-daun, Tetapi pada masa-masa kering pada ketinggian di atas lapisa
awan, kelembaban nisbi dapat menjadi lebih rendah dari pada siang hari.
PPeningkatan kejenuhan air menyebabkan suhu jadi rendah. Hutan yang terletak
di tempat-tempat tinggi memiliki kelembaban yang relatiftinggi di saat malam
hari dan sering tmenjadi embun. Tingkan kelembabannya mulai dari angka 86%-
96% (Syamsuri, 2014: 61).
3. Awan
Pada bulan-bulan kering dimana uap air dalam udara kurang, umumnya
terbent suatu gelang awan sekeliling gunung dan hal ini biasanya terjadi pada
ketinggian kira-kira 2.000 m. Pada bulan-bulan yang paling basah, lereng dan
puncak gunung diselubungi awan sampai berhari-hari. Awan terjadi dari embun
yang bergerak naik ke atmosfer, ditangkap oleh debu dan partikel-partikel mikro
lainnya. Selama berbulan-bulan basah, lereng-lereng gunung dan bukit diselimuti
oleh awan. Sebaliknya, di bulan-bulan keting, lereng-lereng relatif bersih dari
penutupan awan (Syamsuri. 2014: 61).
4. Curah Hujan
Curah hujan di atas lereng gunung sampai ketinggian 2.000 m umumnya lebih
banyak daripada di dataran rendah di sekitarnya. Di dalam lapisan awan yang
menutupi lereng gunung, pengukuran curah hujan tidak begitu berguna secara
ekologik, karena tumbuhan akan langsung menggunakan tetes-tetes air yang
terdapat di dalam udara. Air hujan yang terjadi di gunung relatif sering dan curah
hujan lebih tinggi dibandingkan di wilayah bentang alam lain. Di puncak gunung
lebih sering terjadi hujan dibandingkan di lereng-lereng gunung (Syamsuri, 2014:
61).
Udara bergerak dari laut dan bertemu dengan gunung, lalu bergerak ke atas
mendingin pada ketinggian yang tinggi dan turun dengan jumlah yang banyak
sebagai hujan. Pada bagian lereng, ada sedikit curah hujan. Sebagai hasilnya,
terdapat gurun (Campbell, 2008: 1158).
5. Embun Beku
Pemantulan panas dari bumi terjadi baik di siang hari maupun di malam hari,
tetapi pada malam hari tidak diimbngi penyinaran dari matahari. Dengan menjadi
dinginnya permukaan tumbuh-tumbuhan, tanah, batu, dan lapisan udara tipis di
sekelilingnya turut menjadi dingin. Udara dingin lebih berat daripada udara panas,
dan jika tidak ada angin yang mengalirkan udara dingin ini maka udara dingin
semakin dingin. Karena kehilangan panas bumi terhalang oleh debu, kabut, dan
awan, suhu terendah akan tercapai pada malam hari yang cerah dan kering.
Pendinginan maksimum terjadi pada permukaan yang tidak menghantarkan panas
seperti ranting atau rumput mati dan tanah pasir kering, sedangkan pada
permukaan yang menghantarkan panas seperti batu-batuan dan air dan vegetasi
yang hidup, pendinginan hanya sedikit. Embun beku besar kemungkinan terjadi
pada malam hari yang tenang, kering, dan cerah di lembah-lembah dasar. Tempat-
tempat seperti ini dinamakan kantong-kantong embun beku dan terjadi pada
danau-danau kecil yang telah mengalami distrofil (danau mati), atau di tempat
yang dahulunya bekas sungai es (Syamsuri, 2014: 61).
6. Tanah
Kandungan mineral dan hara di dalam tanah semakin berkurang seiring
dengan tingkat ketinggian tempat. Air hujan yang terjadi di bukit dan gunung
membawa mineral dan hara ke daratan yang lebih rendah. Hal ini mempengaruhi
proses pembentukan batuan dan tanah. Variasi jenis-jenis tanah mengakibatkan
variasi yang tumbuh di atasnya (Syamsuri, 2014: 63).
1) Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan umum merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitarnya
dengan memanfaatkannya untuk menangkap ikan, untuk air rumah tangga,
industri, pertanian dan sarana perhubungan.Seperti halnya dengan ekosistem
pesisir, ekosistem perairan umum juga mengalami nasib yang sama.Saat ini
ekosistem ini telah mendapat tekanan penduduk yang sangat besar sehingga
baik kualitas maupun kualitas ekosistem tersebut cenderung menurun. Hal ini
terutama disebabkan oleh masuknya berbagai bahan pencemar yang berasal dari
berbagai aktivitas manusia seperti HPH,Pertambangan, Perladangan di sekitar
DAS dan Transportasi. Indikasi ini terutama ditandai dengan semakin
dangkalnya perairan, berkembang pesatnya gulma air di danau, menurunnya
produktivitas tangkapan ikan dari tahun ke tahun dan semakin ekslusifnya
mobilitas beberapa hewan endemik ( misalnya kehidupan pesut).