Anda di halaman 1dari 12

TABEL ANGKET M3 (METHOD) MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG ARJUNA 2 RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

Disusun oleh :
1. Fadhilah Rosyid Pradana
2. Ria Surianti Syams
3. Umi Rofiatun Rojabtiyah
4. Yuni Ratnasari
5. Rahayu Nurhayati
6. Winda Oktafiani

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
1. Tabel angket MAKP di Ruang Arjuna 2 RSUD K.RM.T. Wongsonegoro
Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1 Model Asuhan Keperawatan yang Digunakan
a. Apakah model asuhan keperawatan yang digunakan perawat di ruangan 4 2
saat ini adalah MAKP?
b. Apakah Bapak/Ibu mengerti/memahami dengan model asuhan 100%
keperawatan yang digunakan saat ini?
c. Menurut Bapak/Ibu, apakah model tersebut cocok digunakan di 100%
ruangan Bapak/Ibu?
d. Apakah model yang digunakan sesuai dengan visi dan misi ruangan? 100%
2 Efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
a. Apakah dengan menggunakan model saat ini menjadikan semakin 100%
pendek lama rawat inap bagi pasien?
b. Apakah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan? 100%
c. Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan 3 3
memberikan beban berat kerja bagi Bapak/Ibu?
d. Apakah model saat ini tidak memberatkan dalam pembiayaan? 4 2
e. Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan dari pasien 3 3
pada ruangan?
3 Pelaksanaan model asuhan keperawatan
a. Apakah telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat dan 100%
tim kesehatan lain?
b. Apakah kontunuitas rencana keperawatan terlaksana? 100%
c. Apakah Bapak/Ibu (PP/PA) sering mendapat teguran dari Ketua Tim? 4 2
d. Apakah Bapak/Ibu menjalankan kegiatan sesuai standar? 100%
4 Tanggung jawab dan pembagian tugas
a. Apakah Job Description untuk Bapak/Ibu selama ini sudah jelas? 100%
b. Apakah tugas Bapak/Ibu sesuai dengan model asuhan keperawatan 100%
yang saat ini digunakan ruangan?
c. Apakah Bapak/Ibu mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat 100%
menilai tingkat kebutuhan?
Sumber: Data Primer yang diolah 25 November 2019
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner dari 13 responden perawat
didapatkan 75% perawat menyatakan MAKP yang diterapkan di ruang Arjuna 2 adalah
MAKP Tim gabungan fungsional, 100% perawat memahami model MAKP dan 50%
menyatakan cocok dengan model MAKP yang diterapkan di ruangan serta 87,5%
menyatakan bahwa MAKP Tim sesuai dengan visi misi ruang. Setelah dilakukan
diskusi dengan PJ dan observasi tanggal 25-26 November 2019 didapatkan data bahwa
memang benar di Ruang Arjuna 2 RSUD K.R.M.T Wongsonegoro telah diterapkan
Model Asuhan Keperawatan Profesional atau MAKP Tim dengan susunan
ketenagakerjaan S1 Keperawatan 10 orang, D4 Keperawatan 1 orang, D3 Keperawatan
11 orang dan 1 orang SPK.
Dari kuesioner tentang tanggung jawab dan pembagian tugas didapatkan data
pembagian job description selama ini sudah jelas (87,5%), serta 75% perawat
menyatakan tugas yang dilakukan sesuai dengan model MAKP yang ada. Setelah
dilakukan klarifikasi dengan PJ dan dilakukan observasi, perawat kewalahan
melakukan tugas sesuai peran. Hal ini disebabkan kondisi jumlah pasien melebihi
kapasitas ruang Arjuna 2 yang berjumlah 17 tempat tidur sehingga menyebabkan PP
yang bertugas sebagai perencana, memantau kondisi ruangan dan pengambil keputusan
dalam menghadapi permasalahan pelayanan keperawatan ikut serta membantu tugas
PA dalam implementasi, dan terkadang formasi dalam satu shift keseluruhan terdiri dari
PA saja atau PP saja.
Adanya perubahan jadwal PP yang bentrok dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan formasi diantara Tim 1 dan dan Tim 2 dengan kekurangan PP. yang
harusnya Tim 1 memiliki 2 orang PP, dan Tim 2 juga memiliki 2 orang PP, namun
kadang bisa saja formasinya tidak lengkap sehingga antar Tim harus saling membantu
dan bekerja sebagai fungsional terlepas dibawah Tim 1 atau 2. Penggunaan model Tim
ini tidak menjadikan semakin pendek lama rawat inap pasien, karena hal itu tergantng
penyakitnya, terutama pasien dengan multidiagnosisi tentu akan membutuhkan
perawatan yang lebih lama. Arjuna 2 merupakan ruagan penyakit jantung yang rerata
hari rawat 5-10 hari atau dengan kasusu tertentu akan melebihi dari itu.
Dari kuesioner keefektifan dan keefisienan model MAKP yang diterapkan 100%
perawat tidak pernah mendapatkan kritikan dari pasien terhadap model yang digunakan
dan sebanyak 62.5% perawat menyatakan tidak terbebani dalam melaksanakan model
MAKP saat ini.
2. Angket Timbang Terima di Ruang Arjuna 2 RSUD K.RM.T. Wongsonegoro
Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1 Apakah setiap shift dilakukan timbang terima? 100%
2 Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu? 5 1
3 Apakah timbang terima dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan? 5 1
4 Apakah timbang terima dipimpin oleh PJ unit? 100%
5 Adakah yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan timbang terima? 100%
6 Tahukah Bapak/Ibu, apa saja yang harus disampaikan dalam pelaporan 100%
timbang terima?
7 Adakah buku khusus untuk mencatat hasil laporan timbang terima? 4 2
8 Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang terima? 4 2
9 Apakah ada interaksi denga pasien saat timbang terima berlangsung? 100%
10 Tahukan Bapak/Ibu, bagaimana teknik pelaporan timbang terima ketika 100%
berada di depan pasien?
11 Apakah waktu untuk mengunjungi masing-masing pasien antara 5-10 4 2
menit?
12 Tahukah Bapak/Ibu, bagaimana persetujuan atas penerimaan timbang 100%
terima?
13 Apakah Bapak/Ibu (shift pengganti) dievaluasi kesiapannya oleh kepala 5 1
ruangan?
Sumber: Data primer yang diolah November 2019

Hasil pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi yang dilakukan


tanggal 25-26 November 2019 kepada perawat Ruang Arjuna 2 yaitu timbang terima
dilaksanakan 3 kali sehari yaitu pada pergantian shift pagi ke shift siang (pukul 14.00),
shift siang ke shift malam (21.00), dan shift malam ke shift pagi (pukul 07.00). Timbang
terima dilakukan di ruang timbang terima, dihadiri oleh seluruh perawat yang bertugas
hal ini sesuai dengan hasil angket terhadap 8 perawat yaitu dihadiri perawat yang
berkepentingan (87,5%).
Seluruh perawat yang mengisi angket (62,5%) menyatakan timbang terima
dilaksanakan kurang tepat waktu dikarenakan masih adanya kesibukan sehingga
timbang terima dilakukan sedikit mundur dari jadwal seharusnya. Sebanyak 25%
menyatakan tidak ada kesulitan dalam pendokumentasian laporan saat timbang terima
dan pada saat validasi pasien, 62,5% menyatakan waktu untuk validasi tidak lebih dari
5-10 menit. Sebanyak 87,5% menyatakan ada interaksi dengan pasien saat timbang
terima di depan pasien. Semua perawat menyatakan telah mengetahui hal-hal yang
harus disampaikan saat timbang terima.
Seluruh perawat menyatakan belum terdapat buku khusus untuk mencatat hasil
laporan timbang terima dan mengetahui yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan
timbang terima. Bentuk pelaporan timbang terima dilakukan dengan d’masive dan
sudah memiliki sistem paperless. Serta mengetahui teknik pelaporan timbang terima
ketika di depan pasien. Perawat juga telah telah mengetahui yang harus disampaikan
saat timbang terima. Sebagian besar perawat mengetahui waktu yang diperlukan saat
validasi ke pasien pada waktu timbang terima, yaitu selama 5-10 menit.
Keseluruhan perawat telah mengetahui cara penyampaian dan persiapan untuk
timbang terima dimulai dengan pembukaan dan pembacaan do’a yang di pimpin oleh
wakil kepala ruangan Pandan I yang kemudian dilanjutkan dengan melaporkan kondisi
pasien pada perawat yang bertugas pada shift berikutnya. Isi pelaporan timbang terima
menggunakan metode komunikasi SBAR (situation, background, assesment,
recommendation). Form timbang terima mencakup Situation (berisi diagnosa, keluhan
utama, masalah keperawatan), Background (berisi lama keperawatan, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit dahulu), Assesment (berisi TTV, GCS, resiko jatuh),
Recomendation (berisi tindakan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan pemberian
obat, rawat luka, positioning pasien) serta dalam kegiatan timbang terima dilaporkan
juga complain dari pasien. Selain itu disampaikan pula pemeriksaan pada pasien dan
tindakan yang akan dilakukan untuk pasien.
Setelah dilakukan pelaporan, proses timbang terima ditutup oleh evaluasi dari kepala
ruangan dan kemudian dilakukan validasi ke pasien dengan menanyakan keluhan yang
dirasakan oleh pasien. Setelah dilakukan validasi ke pasien, perawat tidak kembali ke
nurse station untuk mendiskusikan kasus pasien namun perawat langsung melakukan
tindakan. Pendokumentasian SBAR dilakukan di buku laporan yang sudah disediakan
oleh ruangan, untuk dibacakan pada saat timbang terima dan tanda tangan yang
tercantum dalam buku laporan adalah tanda tangan perawat yang saat itu bertugas
3. Angket Ronde Keperawatan di Ruang Arjuna 2 RSUD K.RM.T. Wongsonegoro
Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1 Apakah ruangan ini mendukung adanya ronde keperawatan? 100%
2 Apakah sebagian besar perawat di ruang Arjuna 2 mengerti adanya ronde 100%
keperawatan?
3 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan ini telah optimal? 5 1
4 Apakah setiap bulan dilakukan ronde keperawatan? 5 1
5 Apakah keluarga pasien mengerti tentang adanya ronde keperawatan? 100%
6 Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan sudah 100%
dibentuk?
7 Apakah yang dibentuk telah mampu melaksanakan kegiatan ronde 100%
keperawatan secara optimal?
Sumber: Data Primer yang diolah November 2019

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan menggunakan kuesioner yang


dilakukan tanggal 25-26 November 2019 kepada perawat ruang Arjuna 2 diperoleh
hasil 100% perawat menyatakan bahwa ruang Arjuna 2 mendukung adanya ronde
keperawatan, sebagian besar 87,5% perawat di ruang Arjuna 2 mengerti adanya ronde
keperawatan, sebanyak 50% perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde
keperawatan di ruang Arjuna 2 belum optimal, ronde jarang dilakukan di ruangan dan
mneyebutkan bahwa yang dilakukan selama ini adalah bentuk mini ronde yang
dilakukan oleh perawat dan dokter pada pasien dengan perawatan yang lebih dari 1
minggu, atau kasus yang langka. 50% perawat mengatakan ronde keperawatan tidak
dilakukan tiap bulan, sebanyak 62,5% perawat menyatakan bahwa keluarga pasien
tidak mengerti tentang adanya ronde keperawatan. Keterbatasan tenaga yang
menyebabkan beban kerja yang tinggi, sehingga waktu perawat sebagian besar
digunakan untuk pelayanan. Berdasarkan klarifikasi ronde keperawatan di ruang
Arjuna 2 dilakukan oleh mahasiswa profesi namun selama ini telah berjalan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK). DRK akan dihadiri oleh kepala ruangan, penyaji kasus dan
perawat ruang Arjuna 2 untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah kasus baru
maupun kasus lama yang belum teratasi.
4. Angket Sentralisasi Obat di Ruang Arjuna 2 RSUD K.RM.T. Wongsonegoro
Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1 Pengadaan sentralisasi obat
a Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang sentralisasi obat? 5 1
b Apakah di ruangan Bapak/Ibu ini terdapat sentralisasi obat? 4 2
c Jika Ya, apakah sentralisasi obat yang ada sudah dilaksanakan secara 5 1
optimal?
d Jika Tidak, menurut Bapak/Ibu apakah di ruangan ini perlu diadakan 100%
sentralisasi obat
e Apakah bapak/ibu melakukan dokumentasi obat saat penerimaan pasien 5 1
baru ?
f Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat? (Oral- 5 1
Injeksi-Supositoria-Infus-Insulin-Obat gawat darurat)
2 Alur penerimaan obat
a. Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi obat dari 100%
pasien/keluarga pasien?
b. Apakah proses penerimaan obat langsung dari pasien/keluarga pasien? 100%
3 Cara penyimpanan obat
a. Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat? 100%
b. Apakah kelengkapan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi obat 100%
sudah terpenuhi?
c. Apakah selama ini Bapak/Ibu memisahkan kepemilikan antar obat-obat 100%
pasien?
d. Apakah selama ini Bapak/Ibu memberi etiket dan alamat pada obat- 100%
obat pasien?
4 Cara penyiapan obat
a. Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada pasien Bapak/Ibu 100%
selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah
digunakan?
b. Apakah ada format tiap jenis obat sebelum Bapak/Ibu memberikan obat 100%
ke pasien?
Sumber: Data Primer yang diolah November 2019
Berdasarkan tabel hasil kuesioner dan observasi dengan 8 perawat didapatkan hasil
100% perawat menyatakan mengetahui tentang sentralisasi obat, 8 perawat (100%)
melakukan dokumentasi obat saat penerimaan pasien baru, dan perawat menyatakan belum
ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat (Oral-injeksi-supositoria-infus-insulin-
obat gawat darurat). 100% perawat menyatakan belum ada format persetujuan sentralisasi
obat dari pasien/keluarga baik tertulis maupun lisan dan 100% perawat melakukan
pengelolaan obat sepenuhnya sore dan malam, 100 % menyatakan di ruang Arjuna 2 RSUD
K.RM.T. Wongsonegoro belum terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat dengan
menggunakan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi obat lengkap, diruangan hanya
dilakukan rekonsiliasi obat, 100% perawat memisahkan kepemilikan obat-obatan pasien,
dan 75% perawat sebelum memberikan obat kepada pasien tidak selalu menginformasikan
jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan. Apoteker yang melakukan penjelasan
kepada pasien saat pertama masuk ruangan, mengatur distribusi obat di ruangan sesuai
dengan nama pasien dan kebutuhan pasien.

5. Angket Supervisi di Ruang Arjuna 2 RSUD K.RM.T. Wongsonegoro


Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1 Apakah Bapak/Ibu mengerti tentang supervisi? 100%
2 Apakah supervisi telah dilakukan di ruangan? 100%
3 Apakah supervisi dilakukan minimal satu kali setiap bulan? 4 2
4 Apakah PJ unit melakukan supervisi? 100%
5 Apakah supervisi diruangan sudah sesuai dengan alur yang ada? 100%
6 Adakah format baku untuk supervisi setiap tindakan? 100%
7 Apakah format untuk supervisi sudah sesuai dengan standar keperawatan? 100%
8 Apakah alat (instrumen) untuk supervisi tersedia secara lengkap? 100%
9 Apakah hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat? 100%
10 Apakah selalu ada feed back dari supervisor untuk setiap tindakan? 100%
11 Apakah Bapak/Ibu puas dengan hasil dari feed back tersebut? 100%
12 Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari supervisi? 100%
13 Apakah Bapak/Ibu menginginkan perubahan untuk setiap tindakan sesuai 100%
dengan hasil perbaikan dari supervisi?
14 Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang 100%
supervisi?
Sumber: Data primer yang diolah November 2019

Berdasarkan hasil kuesioner dari 8 responden didapatkan hasil, sebanyak 100%


perawat menyatakan mengerti tentang supervisi, dan 100% perawat mengatakan
supervisi dilakukan di ruang Arjuna 2. Supervisi dilakukan minimal 1 kali setiap bulan.
Sebagian besar perawat mengatakan supervisi yang dilakukan sesuai alur supervisi
yang ada di ruangan sebanyak 87,5% dan 12,5 % menyatakan tidak tahu apakah
supervisi sesuai atau belum dengan standar keperawatan. 75% menyatakan
alat/instrumen untuk supervisi tersedia. Hampir seluruh (87,5% ) perawat menyatakan
hasil supervisi disampaikan kepada perawat dan 25% perawat cukup puas terhadap
feedback. Sebanyak 75% menyatakan ada feedback dari supervisor untuk setiap
tindakan dan 37,5% perawat tidak pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi
tentang supervisi.
Supervise dilakukan oleh Karu ke katim dan PP, dan dari Katim ke PP. supervise
dilakukan minimal 1 kali sebulan. Supervise yang dilakukan yaitu supervise
dokumentasi Askep, Skill/tindakan, dan juga kinerja. Tersedia format penilaian
supervise dan SOP supervise yang dilakukan sesuai dengan SOP yang sudah ada. Hasil
nya akan disampaiakan dan dilakukan feedback kepada perawat.

6. Angket Discharge Planning di Ruang Arjuna 2 RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro


Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1 Apakah Bapak/Ibu mengerti tentang Discharge Planning? 100%
2 Apakah yang Bapak/Ibu berikan saat melakukan Discharge Planning? 100%
3 Apakah Bapak/Ibu bersedia melakukan Discharge Planning? 100%
4 Apakah Discharge Planning dilakukan setiap pasien pulang? 100%
5 Apakah sudah ada pembagian tugas tentang Discharge Planning? 100%
6 Apakah PJ unit telah menginformasikan tentang operasional Discharge 100%
Planning?
7 Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet saat melakukan Discharge 100%
Planning?
8 Apakah Discharge Planning sudah dilakukan dengan SOP yang ada? 100%
9 Apakah Discharge Planning disampaikan dengan menggunakan bahasa 100%
yang dimengerti oleh pasien/keluarga pasien?
10 Apakah bahasa yang Bapak/Ibu gunakan dalam melakukan Discharge 5 1
Planning, mengalami kesulitan untuk dipahami pasien
11 Apakah setiap selesai melakukan Discharge Planning, Bapak/Ibu 100%
melakukan pendokumentasian dari Discharge Planning yang telah
Bapak/Ibu lakukan?
Sumber: Data primer yang diolah November 2019

Berdasarkan hasil angket diatas dengan 8 responden, didapatkan hasil 100%


perawat mengerti tentang discharge planning dan bisa mengisi form yang ada dalam
discharge planning. 100% perawat menyatakan bersedia melakukan discharge planning.
Sebanyak 100% perawat menyatakan melakukan discharge planning 1 atau 2 hari saat
pasien akan keluar RS. Sebanyak 75 % perawat mengatakan tidak ada pembagian tugas
discharge planning, dilakukan oleh Katim dan PP. 75 % perawat mengatakan teknik yang
digunakan saat pemberian discharge planning secara lisan dan tertulis. Bahasa yang
digunakan saat melakukan discharge planning, sebanyak 87,5% perawat menggunakan
bahasa yang dapat dipahami oleh pasien yaitu bahasa Indonesia atau bahasa Jawa , dan
selalu melakukan pendokumentasian setiap selesai melakukan discharge planning.
Berdasarkan hasil observasi pasien tidak mendapatkan brosur/leaflet dari perawat untuk
dibawa pasien pulang, dan setiap selesai melakukan discharge planning perawat tidak
melakukan pendokumentasian

7. Angket Dokumentasi Keperawatan di Ruang Arjuna 2 RSUD K.RM.T.


Wongsonegoro
Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1 Model dokumentasi keperawatan apa yang digunakan di Ruang Arjuna 100%
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, Apakah sudah ada format
pendokumentasian yang baku yang digunakan?
2 Apakah Bapak/Ibu sudah mengerti cara pengisisan format dokumentasi 100%
tersebut dengan benar dan tepat?
3 Apakah menurut Bapak/Ibu format yang digunakan ini bisa membantu 100%
(memudahkan) perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien
4 Apakah Bapak/Ibu sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat 100%
waktu (segera setelah melakukan tindakan)?
5 Apakah menurut Bapak/Ibu model dokumentasi yang digunakan ini 3 3
menambah beban kerja perawat?
6 Apakah menurut Bapak/Ibu model dokumentasi yang digunakan ini 3 3
menyita banyak waktu?
Sumber: Data primer yang diolah November 2019

Berdasarkan hasil angket pada 8 responden, didapatkan hasil 100% perawat


menyatakan bahwa sudah ada format baku pendokumentasian dari RS yang digunakan di ruang
Arjuna 2 RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro. Sebanyak 100% perawat menyatakan sudah
mengerti tentang cara pengisian format dokumentasi dengan benar dan tepat. Sebanyak 100%
perawat menyatakan bahwa format dokumentasi dapat membantu perawat dalam melakukan
pengkajian pada pasien. Sebanyak 100% perawat menyatakan bahwa pendokumentasian
dilaksanakan tepat waktu (segera setelah melakukan tindakan) namun pada hasil observasi di
ruang Arjuna 2 dikerjakan saat perawat telah selesai memberikan pelayanan. 62,5% perawat
mengatakan bahwa model dokumentasi yang digunakan menambah beban kerja perawat
sehingga tidak menyita banyak waktu perawat dalam memberikan pelayanan. Jenis
pendokumentasian menggunakan paperless dimana data akan diinput langsung dan disimpan
dikomputer, dapat mempermudah perawat melakukan SOAP sehingga lebih efektif dan efisien.

8. Angket Penerimaan Pasien Baru


Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1 Apakah anda mengerti bagaimana penerimaan pasien baru? 100%
2 Apakah sudah ada pembagian tugas tentang penerimaan pasien baru? 100%
3 Apakah setiap selesai melakukan anda melakukan pendokumentasian dari 100%
penerimaan pasien baru yang anda lakukan?
4 Apakah PJ memberitahu bahwa akan ada pasien baru? 100%
Sumber: Data primer yang diolah November 2019
Berdasarkan hasil pengumpulan data kuesioner dari 8 responden perawat
didapatkan 100% perawat memahami dalam penerimaan pasien baru. Berdasarkan hasil
observasi tanggal 25-26 November 2019, proses penerimaan pasien baru dilaksanakan
yaitu ketika pasien datang, perawat akan menyiapkan kamar, dan memperkenalkan
aturan rumah sakit, orientasi ruangan, terapi, DPJP, PPI, serta pengecekan gelang
pasien.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, proses penerimaan pasien baru yang
datang diruangan ini sudah dilakukan sesuai dengan SOP tetapi ada beberapa yang
belum mendapatkan penjelasan mengenai penyakit pasien. Setelah pasien datang,
perawat yang mengirim pasien (perawat UGD maupun perawat Poli) memasukkan
pasien ke ruangan yang telah disediakan. Setelah pasien berada di ruangan, perawat
(UGD / poli) melakukan timbang terima dengan perawat yang bertugas di Arjuna 2.
Setelah timbang terima dengan perawat (UGD / poli), perawat yang bertugas di ruang
Arjuna 2 melakukan penjelasan mengenai poin-poin yang ada di lembar penerimaan
pasien baru kepada pasien dan keluarga, memperlihatkan dan menjelaskan peraturan
yang ada dan setelahnya pasien ataupun keluarga pasien menandatangi lembar
penerimaan pasien baru.
PPB diberikan secara lisan degan format dokumentasi PPB seperti lembar edukasi
pasien dan keluarga. Belum ada pembagian tugas tentang PPB secara khusus, PPB
dilakukan oleh perawat yang ada di nurse station dengan mengkaji dan melengkapi
dokumen RM pasien. PPB belum disertai penjelasan melalui brosur/leaflet. Belum
terdapat leaflet untuk penerimaan pasien baru di ruangan Arjuna 2.

Anda mungkin juga menyukai