Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur sepatutnyalah kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha


Kuasa, karena atas berkat, pertolongan dan petunjuknya sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper yang berjudul Dasar dasar Pencabutan gigi tepat pada waktu
yang telah ditentukan.

Kami sadar Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
segala saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini

Akhirnya besar harapan kami kiranya makalah ini dapat membantu teman-teman
sekalian dalam memahami materi Dasar dasar Pencabutan.

Makassar,15 April 207

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1

I. Latar Belakang …………………………………………………………………1

II. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………….……………………… 4

I.A. Pengertian Perencanaan.………………………………………………4

B. Perencanaan SDM.........................................................................

C. Proses Perencanaan SDM................................................................

D. Model Perencanaan SDM................................................................

E. Tantangan Perencanaan SDM................................................................

F. Tipe-Tipe Perencanaan............................................................................

G.Hambatan dalam Penetapan Tujuan dan Perencanan dan Cara


Mengatasinya....................................................................
.
H. Proses Manajemen........................................................

I. Komunikasi Dalam manajemen Keperawatan........................

J. Model Komunikasi.........................................................

K. Strategi Komunikasi Dalam Praktik keperawatan Di Rumah Sakit..................

L. Metode Pembelajaran Program Profesi Di klinik Dan Lapangan.......................


BAB III PENUTUP ……………………………………………………………….....

A. Kesimpulan …………………………………………………………………..........

B. Saran ……………………………………………………………………….............

DAFTAR PUSTAKA …………………........................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam menghadap persaingan bisnis yang semakin ketat seiring dengan
meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini,
menyadarkan kepada semua orang bahwa perubahan lingkungan bisnis dan
organisasi adalah nyata dan sedang berlangsung. Untuk menghadapi
persaingan bisnis yang semakin kompetitif, dinamis, dan cenderung sulit
diprediksi pada era global saat ini membutuhkan ketersediaan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang cakap, terampil, berkeahlian, dan responsip terhadap
perubahan. Satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam praktek organisasi
adalah pentingnya integrasi atau keterpaduan antara perencanaan bisnis
dengan perencanaan SDM. Perencanaan bisnis yang diikuti dengan
perencanaan SDM yang baik akan menghasilkan tingkat efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya, perencanaan bisnis yang
tidak dibarengi dan diikuti perencanaan SDM yang baik akan mempengaruhi
tujuan organisasi,( Walker, 1980:76).
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi
manajemen, terutma dalam menghadapi lingkungan eksternal yangberubah
dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan
prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat
(dugaan).Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan
tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan
fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan
dapat berjalan.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian perencanaan, SDM, Dan manajemen
keperawatan mengetahui hambatan yang ada dalam perencanaan serta cara
mengetahuinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian perencanaan

Perencanaan mengandung beberapa arti yaitu:


1. Proses, Yaitu suatu konsep dasar yang menjelaskan bahwa kegiatan
yang dilakukan akan berjalan sesuai dengan tahap-tahap yang di
tentukan.dalam hal ini kegiatan dalam perencanaan dilakukan menurut
proses yang berlaku.
2. Penetapan tujuan dan sasaran, Yaitu kegiatan merencanakan ke arah
mana organisasi dapat menetapkan tujuan nya secara khusus ataupun
umum,tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek.
3. Pemilihan tindakan, Yaitu organisasi harus mengoptimalkan pada
beberapa tindakan yang efektif ketimbang harus menggunakan semua
tindakan yang kadang kala tidak efektif
4. Mengakaji cara terbaik, Walaupun pilihan tindakan itu sudah dianggap
baik namun bisa saja tetap tidak efektif kalau dilakukan dengan cara
kurang baik.sebaliknya,sesuatu yang baik apabila dilakukan dengan
cara yang baik pula maka akan menghasilkan sesuatu yang efektif.
5. Tujuan, Hal ini menyangkut hasil akhir atau sasaran khusus yang
diinginkan oleh organisasi.keinginan itu bisa dinyatakan dalam suatu
standar-standar yang berlaku baik kualitatif maupun kuantitatif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah tindakan integratif
yang mencoba untuk memaksimumkan efektifitas secara total dari
organisasi sehingga apa yang dibutuhkan tercapai.
Dengan demikian perncanaan paling tidak harus memiliki tiga aspek
utama yaitu,
a. Menyangkut masa yang akan dating
b. Harus menyangkut tindakan.
c. Memiliki serangkaian tindakan di masa yang akan dastang

1. Pentingnya Suatu Perencanaan

Perencanaan sangat penting dan perlu untuk setiap usaha mencapai


tujuan. Alasan ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa kondisi masa
depan tidaklah pasti. Lingkungan yang berubah begitu cepat menuntut
siapa pun baik perseorangan maupun lembaga untuk selalu membuat
rencana. Tanpa membuat perencanaan, organisasi akan kehilangan arah
dan sulit untuk mengantisipasi ancaman perubahan lingkungan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pentingnya pembuatan suatu
perencanaan antara lain; perubahan ekonomi, kemajuan teknologi,
perubahan iklim, perubahan selera konsumen, gejolak politik, dan sistem
keamanaan yang tidak terjamin memberikan banyak tantangan yang harus
dihadapi walaupun penuh dengan resiko.
Selain untuk lebih memantapkan arah bagi organisasi dalam
mencapai tujuannya, perencanaan juga memiliki peranan penting lainnya,
seperti:
a. Untuk mengkooordinasikan usaha-usaha
Didalam suatu organisasi pekerjaan-perkerjaan dilakukan individu
dan kelompok yang memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda-
beda. Maka perlu dilakukan koordinasi, agar tujuan dan kepentingan
itu tidak keluar dari tujuan organisasi.
b. Untuk mengatasi perubahan
Dengan adanya perencanaan yang matang maka perubahan-
perubahan potensial yang akan terjadi akan dapat diantisipasi secepat
mungkin.
c. Untuk pengembangan manajer
Manajer harus bertindak proaktif dan membuat hal-hal terjadi dan
bukan sebaliknya, bertindak rekatif dan membiarkan hal-hal terjadi.
Tindakan perencanaan akan mempertajam kemampuan manajer untuk
berfikir ketika mereka mempertimbangkan gagasan-gagasan abstrak
dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
d. Untuk pengembangan standar kinerja
Keberhasilan yang dicapai pada masa lalu akan menjadi standar
kinerja untuk masa yang akan datang. Tanpa perencanaan, standar
performa mungkin menjadi tidak rasional dan subjektif.

2. Hubungan Perencanaan Dengan Fungsi-Fungsi Manajemen Lainnya .

Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta kegiatan-kegiatan


manajerial lainnya adalah saling berhubungan, saling tergantungdan
berinteraksi.
a. Pengorganisasian dan penyusunan personal
Pengorganisasian adalah proses pengaturan kerja bersama sumber
daya-sumber daya keuangan, phisik dan manusia dalam organisasi.
Perencanaan menunjukan cara dan menunjukan sumber daya-sumber
daya tersebut untuk mencapai efektivitas paling tinggi.
b. Pengarahan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan dengan perencanaan.
Perencanaan menentukan kombinasi yang paling baik dari faktor-
faktor, kekuatan-kekuatan, sumber daya-sumber daya dan hubungan-
hubungan yang di perlukan untuk mengarahkan dan memotivasi
karyawan.
c. Pengawasan
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan sangat erat,
sehingga sering d sebut sebagai “kembar siam” dalam manajemen.
Pengawasan adalah penting sebagai produk perencanaan efektif. Oleh
karena itu, pengawasan bertindak sebagai kriteria penilaian
pelaksanaan kerja terhadap rencana. Tujuan setiap rencana adalah
untuk membantu sumber daya dalam kontribusinya secara positif
terhadap pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.

B. Perencanaan SDM
Perencanaan SDM adalah proses mengantisipasi dan membuat ketentuan
(persyaratan) untuk mengatur arus gerakan tenaga kerja ke dalam, di dalam,
dan ke luar organisasi, Arthur W Sherman dan Goerge W Bohlander, dalam(
Hadari Nawawi, 1997:137.
Perencanaan SDM merupakan perencanaan yang bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan, melalui strategi pengembangan kontribusi pekerjanya di masa
depan.(G.Steiner).
Dari ke dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan SDM
merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya merencanakan
dalam mengantisipasi masa depan. Perencanaan SDM sebagai suatu kegiatan
merupakan proses bagaimana memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini dan
masa datang bagi sebuah organisasi. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja
saat ini, maka proses perencanaan SDM berarti usaha untuk mengisi/menutup
kekurangan tenaga kerja baik secara kuantitas maupun kualitas. Sedangkan
dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di masa datang, perencanaan SDM
lebih menekankan adanya usaha peramalan (forecasting) mengenai
ketersediaan tenaga kerja yang didasarkan pada kebutuhan sesuai dengan
rencana bisnis di masa datang.
Tujuan perencanaan SDM adalah untuk mempergunakan SDM seefektif
mungkin agar memiliki sejumlah pekerja yang memenuhi
persyaratan/kualifikasi dalam mengisi posisi yang kosong kapanpun dan
apapun posisi tersebut. Dengan tersedianya informasi tentang kebutuhan dan
kualifikasi yang diinginkan, maka dalam pelakasanaan rekrutmen, seleksi,
penempatan, pemeliharaan, pengembangan, dan pemberian kesejahteraan
karyawan akan lebih mudah dan terkendali.
Perencanaan SDM adalah perencanaan yang disusun pada tingkat
operasional yang diajukan untuk memenuhi permintaan SDM dengan
kualifikasi yang dibutuhkan..Visi perusahaan sebagai pemandu arah sebuah
bisnis kemana akan menuju dan dengan strategi apa bisnis tersebut akan
dijalankan. Berawal dari strategi bisnis tersebut kemudian strategi
perencanaan SDM apa yang akan dipilih. Strategi SDM yang dipilih dan
ditetapkan sangat menentukan kebutuhan SDM seperti apa yang akan
diinginkan, baik secara kuantitas maupun kualitas(Safarudin Alwi,2001:143.
Perencanaan SDM sebagai upaya memproyeksikan berapa banyak 6
karyawan dan macam apa yang dibutuhkan organisasi dimasa yang akan
datang. Sebenarnya masih banyak lagi definisi tentang perencanaan SDM
yang bisa diangkat, namun dari beberapa definisi yang disebut di atas secara
umum dapat disimpulkan bahwa perencanaan SDM merupakan proses
menentukan kebutuhan SDM, secara kuantitatif dan kualitatif untuk mencapai
tujuan strategik organisasi melalui fungsi-fungsi MSDM dalam jangka pendek
maupun jangka panjang secara efektif dan efisien.(Graham dan Benet dalam
Safarudin Alwi, 2001:148)

C. Proses Perencanaan SDM


Proses perencanaan SDM untuk masa kini dan masa datang sangat
dipengaruhi oleh dua faktor penentu yaitu:Faktor internal perusahaan seperti
adanya karyawan yang memasuki batas usia pensiun, meninggal dunia,
keluar/berhenti kerja, rotasi, dan kemungkinan promosi jabatan.
1. faktor eksternal antara lain ketatnya persaingan bisnis, cepatnya
perkembangan teknologi, dan tingkat ketertgantungan (interdependent)
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, serta ketergantungan
antara satu Negara dengan Negara lain.
Begitu rentannya organisasi/perusahaan yang hidup dan tumbuh di
tengah-tengah perubahan yang cepat, sehingga perencanaan SDM mutlak
dibutuhkan selaras mengikuti rencana strategi bisnis yang akan
diwujudkan. Rangkaian pelaksanaan perencanaan SDM yang terintegrasi
dengan rencana strategi bisnis baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang menurut Hadari Nawawi, 1997:144 adalah sebagai berikut:
2. Dalam proses perencanaan strategi bisnis, beberapa organisasi/perusahaan
akan melakukan:
a. Menyusun rencana strategi bisnis dengan perspektif jangka panjang (5-
10 tahun) atau lebih di masa mendatang.
b. Menyusun rencana operasional bisnis yang dijabarkan dalam rencana
strategi dengan perspektif jangka sedang (3-5 tahun) di masa
mendatang.
c. Menyusun rencana tindakan berupa anggaran dengan perspektif
tahunan yang menggambarkan kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan
selama satu tahun (tahunan) dengan menyediakan anggaran tertentu
untuk dapat diwujudkan.
3. Dalam kegiatan perencanaan SDM
a. Pada tahap awal perencanaan SDM mengidentifikasi isu-isu
berdasarkan komponenkomponen di dalam rencana strategi bisnis
jangka panjang. Beberapa komponen yang bisa dijadikan isu
perencanaan SDM antara lain
1) filsafat perusahaan
2) laporan hasil 7 penelitian tentang hal-hal seputar lingkungan bisnis
3) tujuan-tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai, dan
4) hasil analisis SWOT perusahaan.
b. Pada tahap selanjutnya hasil analisis isu digunakan sebagai masukan
dari perencanaan operasional jangka menengah ke dalam tahap
kegiatan perkiraan kebutuhan SDM dalam proses perencanaan SDM.
c. Hasil perkiraan kebutuhan SDM tersebut dijadikan masukan secara
integral dalam penyusunan anggaran tahunan ke dalam langkah
perencanaan SDM. Secara skematis, pengaruh dari ketiga tingkatan
perencanaan bisnis terhadap perencanan.

D. Model perencanaanSDM
Dalam implementasai organisasi, setelah sebelumnya dilakukan
penyesuaian atau pengintegrasian rencana, maka secara operasional
perencanaan SDM harus mampu 8 menterjemahkan setiap program yang akan
dilakukannya dan meyakinkan bahwa semua rencana SDM tidak akan saling
berbenturan dengan perencanaan bisnis secara keseluruhan. Proses
perencanaan SDM pada tingkat ini merupakan proses memilih dan
menentukan kebutuhan jenis karyawan, baik dari sisi kaualitas maupun
kuantitasnya. Sedikitnya terdapat
empat aspek dalam perencanaan SDM masing-masing sebagai berikut:
1. Proyeksi jumlah karyawan yang dibutuhkan (forecasting of employees)
2. Identifikasi SDM yang tersedia dalam organisasi (human resource audit).
3. Analisis keseimbangan penawaran dan permintaan (demand and suplay
analysis)
4. Program aksi (action program). Membuat proyeksi jumlah karyawan yang
akan dibutuhkan karena berbagai alasan seperti karena pensiun, meninggal
dunia, pindak ke perusahaan lain, dan promosi jabatan merupakan inti dari
program perencanaan SDM

E. tantangan perencanaan SDM


Perencanaan SDM dalam suatu organisasi/perusahaan akan dirasakan
efektif atau tidak sangat tergantung pada kualitas dan jumlah informasi yang
relevan dan tersedia bagi pengambilan keputusan. Dalam praktek pelaksanaan
perencanaan SDM yang efektif, pada era global seperti sekarang ini akan
menghadapi tantangan yang tidak ringan. Salah satu tantangan yang harus
dihadapi, antara lain (Henry Simamora, 1997:73):
1. Mempertahankan keunggulan kompetitif. Dalam persaingan bisnis yang
keras, keunggulan kompetitif menjadi tujuan setiap organisasi bisnis.
Keunggulan kompetitif yang diraih dan dinikmati oleh organisasi hanya
bersifat jangka pendek karena organisasi/perusahaan lain juga melakukan
usaha untuk mencari dan meraih keunggulan kompetitif dengan strategi
yang sama dengan yang kita lakukan. Sehingga tantangan dari perspektif
SDM adalah membuat strategi-strategi yang menawarkan keunggulan
kompetitif yang dapat dipertahankan (sustainable competitive advantage).
2. Mendukung keseluruhan strategi bisnis. Penyusunan strategi SDM untuk
mendukung keseluruhan strategi bisnis merupakan tantangan karena
beberapa sebab
a. manajemen puncak tidak selalu mampu mengucapkan secara jernih
apa strategi bisnis perusahaan
b. kemungkinan terdapat ketidakpastian atau ketidaksetujuan mengenai
strategi-strategi SDM yang harus digunakan untuk mendukung
keseluruhan strategi bisnis
c. perusahaanperusahaan besar mungkin memiliki unit-unit bisnis yang
berbeda.
3. Menghindari konsentrasi berlebihan pada masalah-masalah harian.
Kebanyakan para manajer lebih banyak mencurahkan hal-hal yang
bersifat rutinitas dan berperspektif jangka pendek. Dalam konteks ini
perencanaan SDM memiliki tantangan untuk masa datang dalam
melahirkan orang-orang visioner yang mampu melihat gambaran masa
depan secara integral melebihi orang lain di sekitarnya.
4. Menyusun strategi-strategi SDM yang sesuai dengan karakteristik-
karakteristik unik organisasi. Menjadi tugas dalam perncanaan SDM
mendatang dalam menyusun strategi bisnis berbeda dengan pesaing.
Keunikan strategi bisnis yang dijalankan antar perusahaan tidak ada yang
sama persis, namun dalam menjaga strategi bisnis yang sukses dijalankan
selama ini menjadi suatu hal yang sangat sulit sehingga mudah ditiru
pesaing.
5. Menanggulangi perubahan lingkungan. Lingkungan bisnis yang
kompetitif merupakan tantangan bagi program perencaan, bukan saja
dalam bidang SDM tetapi dalam hal perencanaan produksi, pemasaran,
dan penganggaran lainnya. 11
6. Menyita komitmen manajemen. Perencanaan SDM di tengah-tengah
persaingan bisnis pada situasi ekonomi global saat ini,
departemen/manajer SDM seringkali dibuat pusing karena jarang
dilibatkan dalam perencanaan strategi bisnis pada tingkat korporat. Tidak
adanya pelibatan departemen SDM dalam penentuan rencana strategi
bisnis perusahaan mengakibatkan pencapaian tujuan-tujuan organisasi
secara keseluruhan kurang optimal. Hal ini menjadi tantangan di masa
datang dalam usaha memenangkan setiap persaingan.
7. Menterjemahkan rencana strategic ke dalam tindakan. Tantangan lain
dalam pelaksanaan perencanaan SDM dan perencanaan strategi bisnis
adalah sering tidak adanya kesesuaian antara rencana yang bagus tetapi
jelek dalam praktek. Dengan belajar dari keadaan ini, selayaknya pada
masa datang sebelum rencana direalisasikan harus diuji dan kaji dulu
sehingga bisa memberikan jaminan keberhasilan sebuah perencanaan.
8. Mengakomodasikan perubahan-perubahan. Tantangan terakhir dalam
perencanaan SDM dan perencanaan strategi bisnis perusahaan adalah
bagaimana semua rencana yang akan dilakukan dapat menyesuaikan
dengan dinamika jaman yang ada. Perencanaan yang tidak akomodatif,
tidak lentur, tidak fleksibel dan tidak peka terhadap perkembangan pasar
hanya akan melahirkan kumpulan-kumpulan rencana yang sulit untuk di
realisasikan.

F. Tipe-Tipe Perencanaan
beberapa tipe-tipe perencanaan yang dimaksud yaitu:
1. Perencanaan berdasarkan jangkauan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Rencana strategic adalah rencana yang diterapakan pada organisasi
secara keseluruhan dan mnetapkan tujuan keseluruhan oraganisasi.
Rencana strategis dapat dipandang sebagai rencana secara umum yang
menggambarkan pengalokasian sumber daya, prioritas, dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis.
b. Rencana operasional adalah rencana yang meliputi area operasional
tertentu dari sebuah organisasi.

2. Perencanaan berdasarkan kerangka waktu terbagi menjadi dua yaitu:


a. Rencana jangka panjang adalah rencna yang mempunyai jangka waktu
lebih dari 3 tahun.
b. Rencana jangka pendek adalah rencana yang berjangka waktu kurang
dari 1 tahun.

3. Perencanaan berdasarkan spesifisitas terdari dari dua yaitu


a. Rencana spesific adalah rencana yang didefinisikan secara jelas dan
tidak memberikan ruang bagi interpretasi.
b. Rencana fleksibel yang menentukan panduan umum, memberikan
fokus tetapi tidak membatasi manajer padaa tujuan spesifikasi atau
serangkaian tindakan

4. Perencanaan berdasarkan frekuensi penggunaan , dibagi menjadi dua


yaitu:
a. Rencana sekali pakai adalah rencana satu kali yang secara spesific
didisain untuk memenuhi kebutuhan dalam situasi yang unik.
b. Rencana siaga adalah rencana berkelanjutan yang memberikan
panduan untuk aktivitas yang dilakukan

2.4 Proses Penyusunan Perencanaan


Proses penyusunan perencanaan itu terdiri dari:
1. Merumuskan misi dan tujuan
2. Memahami keadaan saat ini
3. Mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat tercapainya tujuan
4. Menyusun rencana kegiatan untuk mencapai tujuan

2.5 Pendekatan Dalam Perencanaan


Terdapat berbagai macam pendekatan-pendekatan yang dapat
dipergunakan dalam proses penyusunan perencanaan. Pendekatan tersebut
diantaranya adalah:
o Pendekatan perncanaan Inside – out Dan perencanaan outside – in.
o Pendekatan perencanaan Top – Down dan perencanaan bottom – up.
o Pendekatan perncanaan contingency

2.6 Perbedaan Tujuan Dan Rencana


Perencanaan sering disebut fungsi manajemen yang utama karena
menentukan dasar untuk semua hal lainnya yang dilakukan para manajer
ketika mengelola,memimpin,dan mengendalikan.perencanaan melibatkan dua
aspek penting yaitu,tujuan dan rencana.
Tujuan adalah hasil yang diingankan atau target.hal itu memandu
keputusan manajemen dan membentuk kriteria terhadap hasil kerja yang
diukur.karena itulah tujuan sering disebut dasar perencanaan. Sedangkan,
rencana adalah dokumen yang menentukan kerangka bagaimana tujuan itu
akan terpenuhi.

2.7 Masalah Kontemporer Dalam Perencanaan


Perencanaan formal organisasi telah menjadi populer pada tahun 1960 an
dan sebagaian besar masih populer hingga dewasa ini.Masuk akal bagi sebuah
organisasi untuk menetapkan target dan beberapa arahan.tetapi kita telah
menentang beberapa asumsi dasar perencanaan :

1. Perencanaan dapat menyebabkan kekakuan.


Perencanaan formal dapat mengunci organisasi ke tujuan spesifik
yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu.
2. Rencana tidak dapat dikembangkan untuk lingkungan yang dinamis.
Lingkungan bisnis saat ini sering kali bersifat acak dan tidak dapat
diprediksi. Mengelola pada kondisi seperti ini akan membutuhkan
fleksibiltas dan hal itu dapat berarti tidak terikat pada rencana formal.
3. Rencana formal tidak dapat mengganti intuisi dan kreatifias.
Organisasi sering kali mengalami kesuksesan karena visi inovatif
sesorang dan usaha perencanaan mungkin menghalangi visi seperti itu.
4. Perencanaan memfokuskan perhatian manajer pada persaingan dewasa
ini,bukan kemampuan bertahan hidup esok.
Perencanaan formal mempunyai kecendurungan untuk berfokus
pada bagaimana mengkapitalisasi peluang bisnis yang ada dalam sebuah
industri, tetapi tidak memungkinkan manajer untuk mempertimbangkan
penciptaan atau penciptaan-ulang sebuah industri.konsekuensinya, rencana
formal dapat menghasilkan kesalahan yang mahal pada saat kompetitor
lain mengambil alih pimpinan.
5. Perencanaan formal memeperkuat kesuksesan,yang dapat menimbulkan
kesalahan.
Kesuksesan dapat melahirkan kegagalan dalm melahirkan
kegagalan dalam lingkungan yang tidak pasti.sulit untuk mengubah
rencana yang telah terbukti di masa lalu. Rencana yang berhasil dapat
memberikan perasaan yang palsu tentang keamanan, yang mempertebal
keercayaan diri atas rencana formal ketimbang yang dijaminkan

6. Hanya perencanaan belumlah cukup


Tidak cukup bagi manajer cukup hanya merencanakan. Anda harus
mencanangkan rencana ke dalam gerakan dan melakukannya.

2.8 Perencanaan Yang Efektif Dalam Lingkungan Dinamis


Dalam lingkungan yang tidak pasti, manajer harus mengembangkan
rencana yang spesifik tetapi fleksibel. Walaupun hal ini mungkin terlihat
bertolak belakang, namun rencana membutuhkan spesifikasi. Rencana
berfungsi sebagai peta jalan, walaupun tujuannya dapat berubah karena
kondisi pasar yang dinamis. Manajer harus siap untuk mengubah arah apabila
kondisi lingkungan mengharuskannya.

G. Hambatan dalam Penetapan Tujuan dan Perencanan dan Cara


Mengatasinya
1. Hambatan dalam Penetapan Tujuan dan Perencanaan
Efektifitas penting bagi seorang manajer, seringkali dalam
pengembangan perencanaan yang efektif manajer mengalami hambatan –
hambatan. Terdapat dua hambatan utama dalam pengembangan rencana
yang efektif, yaitu :
a. Penolakan dari dalam diri perncanaan terhadap penetapan tujuan dan
pembuatan rencana untuk mencapainya.
David A. Kolb dan kawan – kawan mengemukakan beberapa
alasan mengapa manajer ragu – raguatau seringkali gagal dalam
menetapakan tujuan organisasi
a) Keengganan melepaskan tujuan alternatif
b) Ketakutan akan kegagalan
c) Minimnya pengetahuan tentang organisasi
d) Minimnya pengetahuan tentang lingkungan
e) Kurangnya percaya diri

b. Keengganan yang lazim dari para anggota organisasi untuk menerima


rencana karena perubahan yang akan ditimbulkan.
Terdapat tiga alasan mengapa anggota organisasi dapat menolak
perubahan – perubahan yang akan terjadi.
a) Ketidakpastian mengenai sebab dan akibat dari perubahan
b) Kengganan untuk melepaskan keuntungan yang ada
c) Kesadaran akan kelemahan dalam perubahan yang diusulkan

2. Mengatasi Hambatan dalam Penetapan Tujuan dan Perncanaan


1. Pemahaman Maksud Tujuan dan Rencana
Salah satu cara terbaik untuk memperlancar penetapan tujuan dan
proses perencanaan adalah dengan maksud dasarnya. Manajer
seharusnya juga mengetahui bahwa terdapat keterbatasan pada
efektivitas penetapan tujuan dan pembuatan rencana Dan penetapan
tujuan dan perencanaan yang efektif tidak selalu memastikan
keberhasilan, penyesuaian dan pengecualian diharapkan dari waktu ke
waktu.
2. Komunikasi dan Partisipasi
Meskipun mungkin dibuat pada tingkat tinggi, tujuan dan rencana
tersebut harus dikomunikasikan kepada pihak yang lain dalam
organisasi. Setiap orang yang terlibat dalam proses perencanaan
seharusnya tahu landasan apa yang mendasari strategi fungsional, dan
bagaimana strategi-strategi tersebut diintegrasikan dan
dikoordinasikan. Orang-orang yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan dan mengimplementasikan rencana harus didengar
pendapatnya dalam mengembangkan strategi tersebut. Setiap orang
hampir selalu memiliki informasi yang berharga untuk disumbangkan /
dan karena mereka yang akan mengimplementasikan rencana /
keterlibatan mereka sangat penting orang biasanya lebih berkomitmen
pada rencana yang pembentukannya mereka bantu .bahkan ketika
suatu organisasi agar bersifat sentralistis atau menggunakan staf
perencanaan, manajer dari berbagai tingkan dalam organisasi
seharusnya dilibatkan dalam proses perencanaan.
3. Konsistensi /revisi /dan pembaruan
Tujuan seharusnya konsisten baik secara horizontal maupun secara
vertikal .konsistensi horizotal berarti bahwa tujan seharusnya
konsisten diseluru organisasi / dari satu departemen ke departemen
lainnya. Konsistensi vertikal berarti bahwa tujuan seharusnya
konsisten dari atas hingga ke bawah organisasi : tujuan stategis,
taktis, dan operasional harus selaras. Karena penetapan tujuan dan
perencanaan merupakan proses yang dinamis, tujuan dan perencanaan
juga harus direvisi dan diperbarui secara berkala. Banyak organisasi
melihat perlunya merevisi dan memperbarui dengan frekuensi yang
semakin sering.

4. Sistem Penghargaan yang Efektif


Secara umum, orang seharusnya diberi penghargaan baik karena
menetapkan tujuan dan rencana yang efektif, maupun karena berhasil
mencapainya. Karena kegagalan terkadang berasal dari faktor-faktor di
luar pengendalian manajemen, orang seharusnya dipastikan bahwa
kegagalan dalam mencapai tujuan tidak akan selalu memiliki
konsekuensi hukuman.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan tafsuatu kegiatan diorganisasi. Didalam manajemen tersebut
tercakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap
staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey,
1999). Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang
memfokuskan pada produksi dan dalam banyak hal lain untuk menghasilkan
suatu keuntungan.

H. Proses Manajemen

1. Pengkajian (pengumpulan data)


Pada tahap ini, seorang manajer dituntuk tidak hanya mengumpulkan
informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi
(Rumah sakit/Puskesmas); tenaga keperawatan, administrasin dan bagian
keuangan yang akan memengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan.
2. Perencanaan
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang
strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan itu memerlukan kerja melalui orang lain,
maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri bagaimana
manejer memimpinorang lain untuk menjalankan tindakan yang telah
direncanakan.
4. Evaluasi
Tahap akhir proses manajirial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi untuk bagaimana menilai kinerja staf
dalam melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan
mendukung dalam pelaksanan .

I. Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan


Komunikasi merupakan unsur yang paling urgen dalam aktifitas manajer
keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen
keperawatan bergantung pada posisi manajer dalam sebuah organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu
digunakan manajer untuk berkomunikasi: 16% untuk membaca, dan 9% untuk
menulis.
1. Proses komunikasi
Tappen (1995)mendefenisekan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran
pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasehat yang terjadi antara dua
orang atau lebih yang bekerja sama.
Komunikasi adalah sesuatau yang kompleks, sehingga banyak model yang
digunakan dan menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang
berkomunikasi dasar model umum proses komunikasi terlihat pada gambar
8.1 yang menunjukan bahwa setiap komunikasi pasti ada pengirim pesan dan
penerima pesan.

Faktor internal
Komunikator
Faktor eksternal

Tertulis

Verbal Pesan

Non-verbal

Factor internal

Komunikan
Factor eksternal

Gambar 8.1 Diagram Proses Komunikasi (Marquis & Huston, 1998: 290)

2. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan


Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat
kompleks, manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui
beberapa tahap tersebut dibawah ini:

a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman


tentang siapa yang akan terkena dampak dalam pengmbilan
keputusan yang telah dibuat
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai
bagian proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi.
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Dalam buku
Nursalam 2001 ditekankan bahwa prinsip komunikasi seorang
perawat profesional adalah CARE : complete, acurate; dan English
yang artinya adalah sebagai berikut :
ciri khas perawat profesinal di masa depan dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap,
adekuat, dan cepat.
d. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat.
e. Menjadi pendengar yang lebih baik adalah menerima semua
informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukkan rasa
menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

J. Model Komunikasi
1. Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi.
Dalam mencapai setiap kebutuhan indivudu/staf, setiap organisasi
telah mengembangkan metode penulis dalam mengkomunikasikan
pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat
menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal.
2. Komunikasi secara langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan
bawahan baik secara formal maupun informal.
Tujuan komunikasi verbal adalah “ assertiveness.” Perilaku asertif
adalah suatu cara komunikasiyang memberikan kesempatan individu
untuk mengekspresikan perasaanya secara langsung, jujur, dan dengan
cara sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lainyang diajak
berkomunikasi.
3. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan
ekspresiwajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh atau “ body language.”
4. Komunikasi via telepon
Para era milenium ini, manajer sangat tergantung melakukan
komunikasi menggunakan telepon.

K. Strategi Komunikasi Dalam Praktik keperawatan Di Rumah Sakit


Komunikasi dalam tahap ini, tidak hanya secara spesifik ditujukan
melalui strategi perencanaan. Tetapi ketiga komponen harus menjadi
perhatian yang sama, yaitu : struktur, budaya, dan teknologi.
Struktur dalam hal ini suatu organisasi bertujuan untuk mencapai
status praktik komunikasi yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh
kelompok kerja.
Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah diubah dalam
waktu sesaat, tetapi, kita percaya bahwa kita akan bekerja dengan
lingkungan dan individuyang mempunyai buadaya yang berbeda.
Sedangkan Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik
komunikasi yang efektif. Komunikasi interpersonal dan secara organisasi
seiring memerlukan suatu perantara, yang disebut teknologi elektronik
dan penggunaan media yang akan sangat bermanfaat di masa yang akan
datang.
1. Komunikasi saat timbang terima
Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi
dan yang belum, serta respons pasien yang terjadi.
2. Interview/Anamnesis
Anamnesis kepada pasien merupakan kegiatan yang selalu
dilakukan oleh perawat kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan
keperawatan ( proses keperawatan ). Perawat melakukan anamnesis
kepada pasien, keluarga, dokter, dan team kerja lainnya.
3. Komunikasi melalui komputer
Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada
manajemen keperawatan saat ini. Melalui computer ini, informasi-
informasi terbaru dapat cepat iperoleh dengan menggunakan internet,
bila perawat mengalami kesulitan dalam menangani klien.
4. komunikasi tentang kerahasiaan
Pasien yang masuk dalam system pelayanan kesehatan
menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada institusi.

L. Metode Pembelajaran Program Profesi Di klinik Dan Lapangan

Pendidikan tinggi keperawatan adalah suatu pendidikan yang


bertujuan untuk menghasilkan perawat yang professional. Proses
pendidikan tahap profesional di Indonesia dikenal dengan pengajaran
klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari dikelas (pada
tahap akademik) ke keadaan nyata.

1. Konsep program profesi (PBK/L)


a. Pengertian
PBK/L adalah suatu proses transpormasi mahasiswa untuk menjadi
seorang perawat professional. Proses ini memberi kesempatan
mahasiswa beradaptasi pada perannya sebagai perawat
professional dalam melakukan praktik, keperawatan professional di
tatanan nyata pelayanan kesehatan klinik/komunitas untuk:
1) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar
2) Menerapkan pendekatan proses keperawatan
3) Menerapkan sikap/tingkah laku professional
4) Menerapkan keterampilan professional
b. Lingkungan belajar tempat praktik
Tempat itu adalah suatu institusi dimasyarakat dimana peserta didik
berpraktik pada situasi nyata melalui penumbuhan dan pembinaan
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Untuk membuat managemen puskesmas lebih efektif dan efisien maka harus di lakukan
beberapa hal yaitu perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan puskesmas
untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Pelaksanaan dan
pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
penyelenggaraan rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya
kesehatan pengembangan, dalam mengatasi masalah kesehatan wilayah kerja puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai