Anda di halaman 1dari 4

Garis waktu sejarah dan semangat kebangsaan

Perjuangan bangsa Indonesia dan semangat kebangsaan tidak dapat dipisahkan dalam
proses perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Menurut Ernest Renan, bangsa adalah
sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan oleh karena adanya persamaan nasib
dan pengalaman di masa lampau dan mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untuk
kehidupan di masa depan. Misalnya pengalaman penderitaan selama diterapkannya Tanam
Paksa (Cultuur Stelsel) oleh Van Den Bosch tahun 1828. Adapun pokok-pokok Peraturan
Tanam Paksa itu adalah:
a. Petani diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya yang akan ditanami oleh tanaman wajib,
yang akan diperdagangkan oleh Pemerintah. Tanaman wajib itu berupa taruma (nila), tebu,
tembakau, kopi.
b. Hasil tanaman wajib diserahkan kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah.
c. Tanah yang dikenakan tanaman wajib dibebaskan dari pajak tanah.
d. Tenaga yang diperuntukkan bagi pemeliharaan tanaman wajib, tidak boleh melebihi tenaga
kerja demi penggarapan tanah (sawah).
e. Mereka yang tidak memiliki tanah, dikenakan wajib kerja di perkebunan selama 65 hari
setahunnya.
f. Kerusakan tanaman wajib di luar kesalahan petani ditanggung oleh Pemerintah
Meskipun demikian, di tengah-tengah penderitaan rakyat, di negeri Belanda terjadi
proses pembangunan besar-besaran hasil keringat rakyat di nusantara. Muncul pula suara-
suara yang ingin membela rakyat jajahan di parlemen Belanda terutama dari partai leiberal
yang memenangkan pemilu saat itu. Orang-orang yang menaruh simpatik atas penderitaan
rakyat di nusantara itu adalah:
1. Baron Van Houvell, seorang pendeta yang bekerja bertahun-tahun di wilayah nusantara
sehingga tahu kondisi rakyat di tanah air saat ini. Ketika kembali ke negeri Belanda, ia
menjadi anggota Parlemen dan membeberkan tentang kesengsaraan rakyat di Indonesia.
2. Eduard Douwes Dekker, terkenal dengan nama samaran Multatuli, bekas Asisten
Residen Lebak yang minta berhenti karena tidak tahan melihat kesengsaraan rakyat Lebak
akibat penjajahan Belanda. Dalam bukunya ”Max Hevelaar” yang ditulis tahun 1860
menggambarkan bagaimana penderitaan rakyat Banten akibat penjajahan Belanda.
3. Mr. Van Deventer, yang gigih membela kepentingan rakyat Indonesia dan berpendapat
bahwa Belanda mempunyai hutang budi kepada rakyat Indonesia. Hutang ini harus dibayar
oleh Belanda dan ia mengusulkan agar Belanda menerapkan Etische Politic, ialah politik
balas budi yang terdiri atas tiga program, edukasi, transmigrasi, dan irigasi.
Ada tiga jenis pergerakan politik pada masa 1908-1920, ialah:
a. Organisasi-organisasi Indonesia yang terdiri atas Budi Utomo, Sarekat Islam,
perkumpulan-perkumpulan berdasarkan kedaerahan.
b. Perkumpulan campuran, yakni bangsa Indonesia dan bukan bangsa Indonesia,
seperti Insulinde, Nationaal Indische Partij, De Indische Partij-Douwes Dekker, Indische
Sociaal Democratische Vereeninging-Sneevliet, Indische Sociaal Democratische Partij.
c. Perkumpulan campuran yang bertujuan Indonesia tetap dalam ikatan dengan negeri
Belanda.
Pertama, Budi Utomo merupakan organisasi pergerakan kebangsaan pertama di
Indonesia yang berbentuk modern, yaitu organisasi dengan pengurus yang tetap, ada anggota,
tujuan, program kerja berdasarkan peraturan yang ada. Budi Utomo didirikan di Jakarta pada
tanggal 20 Mei 1908 yang dilatarbelakangi oleh propaganda Dr. Wahidin
Sudirohusodo untuk memajukan bangsa Indonesia di bidang pengajaran yang pada saat ini
kondisinya sangat terbelakang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
Kedua, Sarekat Islam didirikan di Solo tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Lahirnya
Sarekat Islam lebih banyak dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Perdagangan bangsa Tionghoa yang telah banyak menghambat perdagangan Indonesia,
seperti monopoli bahan-bahan batik dan tingkah laku sombong orang Tionghoa sesudah
terjadinya revolusi di Tiongkok.
2. Semakin meningkatnya penyebaran agama Kristen di tanah air dan adanya ucapan
penghinaan parlemen Belanda tentang tipisnya kepercayaan beragama orang Indonesia.
3. Cara adat istiadat lama yang terus dipakai di daerah-daerah kerajaan yang makin lama
makin dirasakan sebagai penghinaan.
Dalam Kongres kedua di Solo diputuskan bahwa Sarekat Islam hanya terbuka untuk orang
Indonesia dan bukan untuk pegawai Pangreh Praja agar tidak berubah corak dan tetap
menjadi organisasi rakyat. Tujuan dalam anggaran dasar pun mengalami perluasan, yakni:
a. Memajukan pertanian, perdagangan, kesehatan, pendidikan dan pengajaran.
b. Memajukan hidup menurut perintah agama dan menghilangkan paham-paham keliru
tentang agama Islam.
c. Mempertebal rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong diantara anggotanya.
Kongres ketiga di Bandung 17-24 Juni1916, Kongres Nasional pertama yang dihadiri
sebanyak 80 Sarekat Islam daerah mengirimkan perwakilan dari anggota yang jumlahnya
telah mencapai 800.000 orang. Kongres yang dipimpin oleh Tjokroaminoto mencantumkan
istilah Nasional dimaksudkan bahwa Sarekat Islam menuju kearah persatuan yang teguh dari
semua golongan Bangsa Indonesia. Sarekat Islam ingin membawa Bangsa Indonesia sebagai
suatu “nation”. Sementara itu National Indische Partij (NIP) dan ISDV yang bersosialisme
kiri tidak banyak anggotanya mulai melihat keberhasilan Sarekat Islam (SI). Namun NIP
tidak berhasil masuk dalam SI karena keanggotaan NIP meliputi pula peranakan Belanda dan
Tionghoa. Sedangkan ISDV memiliki kesamaan dalam arah organisasi dan aksi antara lain
menentang adat-adat kuno dan hak istimewa golongan Tionghoa.
ISDV yang masuk ke tubuh SI hanya sebagai cara untuk meraih banyak anggota,
sehingga akhirnya ISDV mendeklarasikan diri sebagai organisasi komunis. Akibat dari
gerakan ini, jumlah anggota SI menurun dan SI yang ada dibawah pengaruh Semaun dan
Darsono berubah menjadi SI Merah dan akhirnya menjadi Partai Komunis Indonesia. Selain
organisasi yang bersifat nasional, pada dekade tersebut muncul pula organisasi/perkumpulan
yang berdasarkan kedaerahan, seperti Pasundan, Serikat Sumatera, Perkumpulan orang
Ambon, dan Perkumpulan orang Minahasa.
Perkumpulan Pasundan, didirikan pada bulan September 1914 di Jakarta. Pasundan tidak
begerak di lapangan politik melainkan di bidang kebudayaan. Pasundan merupakan
organisasi yang bukan hanya untuk orang kelompok atas melainkan juga untuk kelompok
rakyat kecil.
Serikat Sumatera, didirikan pada tahun 1918 oleh orang-orang Sumatera yang ada di Jakarta
menjelang pendirian Volksraad. Sasaran program kerja Serikat Sumatera adalah politik
dengan tujuan :
(1) Meningkatkan pengaruh bangsa Indonesia dalam pemerintahan negeri sehingga pada
gilirannya dapat tercapai pemerintah sendiri ;
(2) Memperjuangkan hak pemerintah daerah (otonomi) seluas-luasnya dengan prinsip
demokrasi ;
(3) Mencegah terjadinya pertentangan antar kelompok, kelas ataupun antar suku bangsa. Di
bidang ekonomi, perkumpulan ini ingin juga memajukan perekonomian orang Sumatera.
Perkumpulan Orang Ambon, ada beberapa perumpulan orang Ambon, seperti
“Wilhelmina”, didirikan tahun 1908 di Magelang oleh kamum Militer yang berisaha saling
hidup rukun, mengeratkan hubungan dengan negeri Belanda serta memajukan pengajaran.
Perkumpulan Ambonsch Studien fonds oleh Dr. Tehuperopry tahun 1909 yang berusaha
memberi penerangan tentang hal dan kesempatan belajar dan memberi sokongan uang kepada
pelajar-pelajar yang cakap. Selain ituu, ada beberapa perkumpulan orang Ambon, seperti
Ambon’s Bond didirikan tahun 1911 oleh pegawai negeri di Amboina yang berusaha
memajukan perngajaran dan penghidupan rakyat Ambon; dan “Sou Maluku Ambon” yang
didirikan beberapa tahun kemudian untuk memajukan perekonomian penduduk.
Pada eriode tahun 1920 – 1930 ditandai oleh berdirinya berbagai organisasi yang
bersifat kedaerahan dan organisasi yang cukup besar pengaruhnya dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, ialah Partai Nasional Indonesia (PNI). Sebagai organisasi kebangsaan,
PNI berasaskan menolong diri sendiri (selfhelp), non-kooperatif dan marhaenisme yang
bertujuan :
Bidang politik, memperkuat rasa kebangsaan umumnya dan rasa kesadaran atas persatuan
bangsa Indonesia khususnya.
Bidang ekonomi, memajukan perdagangan kebangsaan, kerajinan, bank-bank, dan koperasi.
Bidang sosial, memajukan pengajaran yang bersifat kebangsaanmemajukan kesehatan rakyat
da membasmi pemadat dan peminum.
Pada tahun 1920-an ini, ada lagi peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia menuju suatu negara kesatuan adalah munculnya berbagai organisasi
pemuda dari berbagai wilayah di nusantara yang menyatakan keinginan untuk bersatu sebagai
suatu bangsa. Gerakan kepemudaaan ini diawali dengan berdirinya Jong Java, disusul
oleh Jong Sumateranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, dan Jong Celebes.
Upaya kelompok pemuda yang dirintis sejak lama itu mencetuskan cita-citanya dalam suatu
Kongres Pemuda II di Jakarta pada tanggal 26-28 Oktober 1928. Isi pernyataan para pemuda
yang berasal dari seluruh organisasi kepemudaan ini menanamkan suatu cita-cita Indonesia
Bersatu.
Isi pernyataan yang dikenal pula dengan istilah Sumpah Pemuda itu berbunyi :
Kami Bangsa Indonesia mengaku....
· Bertanah air satu, tanah air Indonesia
· Berbangsa satu, Bangsa Indonesia
· Berbahasa satu, Bahasa Indonesia
Perjuangan rakyat Indonesia pada tahun 1930-an sampai tahun 1940-an ditandai oleh
semakin banyaknya organisasi yang bergerak di bidang politik yang pada dasarnya
mengarahkan tujuannya untuk mencapai kemerdekaan dari penjaajh (imperialisme) tersebut
antara lain :
a. Pendidikan Nasional Indonesia ( PNI Baru )
b. Partai Indonesia ( Partindo )
c. Gerakan Rakyat Indonesia ( Gerindo )
d. Partai Persatuan Indonesia ( Parpindo )
e. Budi Utomo ( B U )

Anda mungkin juga menyukai