Pancasila Dinamika
Pancasila Dinamika
2. Pelaksanaan UUD pada masa orde lama (demokrasi terpimpin) (5 juli 1959 – 11 maret 1966.
Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam bahaya, karena itu presiden
mengeluarkan dekrit presiden yang isinya :
a) Menetapkan pembubaran konstituante.
b) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat Indonesia, dan terhitung
mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD 1950 tidak diberlakukan lagi.
c) Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR, perwakilan daerah- daerah dan
dewan agung sementara.
Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai berkuasa kekuasaan orde lama yang secara
ideologis banyak dipengaruhi oleh faham komunisme. Penyimpanagan ideologis tersebut
berakibat pada penyimpangan konstitusional seperti Indonesia diarahkan menjadi demokrasi
terpimpin dan bersifat otoriter yang jelas menyimpang dari apa yang tercantum dalam UUD
1945. Puncaknya adalah adanya pemberontakan G30S.PKI yang berhasil dihentikan oleh
generasi muda Indonesia dengan menyampaikan Tritula (Tri tuntutan Rakyat) yang isisnya:
1. Bubarkan PKI.
2. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur KPI.
3. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga mengakibatkan dikeluarkannya surat
perintah 11 maret 1966 yang memberiaka kekuasan pada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan Negara.
3. Pelaksanaan UUD 1945 masa orde baru (11 maret 1966 – 22 mei 1998)
Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi mengembalikan
keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga mempelopori pembangunan nasional
sehingga sering dikenal sebagai orde pembangunan.
MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara lain :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang menyatakan agar
presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal Soeharto untuk segera membentuk
kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik kembali
pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup.
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai sumber tertib
hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang -undangan.
4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian, keormasan dan
kekaryaan.
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia dan
pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah Indonesia,
dan larangan pada setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan faham
ajaran komunisme/Marxisme, Leninisme.
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik di bidang politik,
ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, pada bulan februari 1967, GDRGR mengeluarkan
suatu resolusi yaitu meminta MPR agar mengadakan siding istimewa pada bulan maret 1967.
Keputusan yang diperoleh dari sidang istimewa tersebut sebagai berikut.
Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/penunjukan
wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan mengangkat Jenderal
Soeharto.
Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8
Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan
umum. Dalam kaitan dengan itu di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang
dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum, Undang-
Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan rakyat. Dewan
perwakilan rakyat dan dewan rakyat daerah.Atas dasar ketentuan undang-undang tersebut
kemudian pemerintah OrdeBaru berhasil mengadakan pemilu pertama. Dengan hasil
pemilu pertama tersebut pemerintah bertekat untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia.