Anda di halaman 1dari 13

Laporan kasus

DERMATITIS NUMULARIS
Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Langsa

Oleh :
Moh Rian Maulana
18174025
Pembimbing :
dr. Mainiadi, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
RSUD LANGSA 2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Dermatitis numularis (DN) atau discoid eczema merupakan dermatitis dengan


gambaran klinis plak eksematous, berbentuk koin, batas tegas, terdapat papul dan vesikel
di bagian atasnya, dengan ekskoriasi dan impetiginized. 1
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada
wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun; pada
wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak
biasa ditemukan pada anak, bila da timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun;
umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia. 2
Penyebab Dermatitis Numularis yang sebenarnya belum diketahui, namun
terdapat beberapa hipotesis yang dianjurkan sebagai factor penyebab. Kolonisasi bacterial
(Staphylococci) dan micrococci, dermatitis kontak terhadap nikel, khromat dan kobalt,
trauma fisik maupun khemis, lingkungan (kelembaban yang rendah, udara panas) serta
stress emosional berhubungan dengan timbulnya maupun kambuhnya dermatitis
numularis.1
Dermatitis numularis ditandai oleh bercak yang sangat gatal, bersisik, berbentuk
bulat, berbatas tegas (berbeda dari dermatitis pada umumnya), dengan vesikel-vesikel
kecil di bagian tepi lesi. Pada dermatitis numularis sering dijumpai penyembuhan pada
bagian tengah lesi (central clearing), tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea.
Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relative kurang tegas. Terdapat
berbagai variasi bentuk klinis, antara lain dermatitis numularis pada tangan dan lengan,
dermatitis numularis pada tungkai dan badan, dan dermatitis numularis bentuk
kering.dermatitis numularis merupakan kelainan yang kambuh-kambuhan. Pada setia
kekambuhan dapat muncul lesi tambahan, tetapi umumnya lesi awal selalu menjadi aktif
kembali. 5

2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.AF
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : mahasiswa
Tanggal pemeriksaan : 22-10-2019
B. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Langsa pada tanggal 22 oktober 2019
Keluhan utama : Bercak kemerahan berbentuk koin yang terasa gatal
Telaah :
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Langsa dengan keluhan muncul
bercak berbentuk seperti koin yang terasa gatal sejak 1 bulan yang lalu. Memberat pada
malam hari. Bercak lesi terdapat pada tangan kanan dan kaki kiri,dan apabila lesi di garuk
akan terasa panas dan nyeri. Keluhan awal muncul bintik kemerahan kemudian melebar
menjadi tebal serta semakin terasa gatal.
Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
Riwayat penggunaan obat : tidak ada
C. Pemeriksaan Fisis
 Status generalisata
a. Kesadaran umum : Baik
b. Kesadaran : composmentis
 Tanda-tanda vital
a. TD : 110/700mmHg
b. Nadi : 88x/menit
c. Pernapasan : 16x/menit
d. Suhu : 36,2’ C

3
D. Status Dermatologi
o Lokasi : Cruris dan Dorsum manus
o Ukuran : Numular
o Ruam primer : Papulo vesikel,eritematosa berbatas tegas
o Ruam sekunder : Edematosa

E. Resume
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Langsa dengan keluhan muncul
bercak berbentuk seperti koin yang terasa gatal sejak 1 bulan yang lalu. Memberat pada
malam hari. Bercak lesi terdapat pada tangan kanan dan kaki kiri,dan apabila lesi di garuk
akan terasa panas dan nyeri. Keluhan awal muncul bintik kemerahan kemudian melebar
menjadi tebal serta semakin terasa gatal.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum psien baik dan tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan kulit ditemukan lesi bulat seperti uang logam berwarna
merah di ekstremitas atas kiri dan bawah kanan. Pada ekstremitas atas sinistra terdapat
plak eritem, batas tegas, bentuk bulat/melingkar dengan ukuran nummular.

4
F. Diagnosis
Dermatitis Numularis
G. Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopi
2. Psoriasis
3. Tinea korporis
H. Terapi
Sistemik
o Methylprednisolone tab 3x1
o Interhistine tab 3x1
Topikal
• Hydrocortison 2,5% 15 g

I. Prognosis
o Quo ad vitam : dubia ad bonam
o Quo ad Sanam : dubia ad bonam
o Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI

Dermatitis numularis berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong,
berbatas tegas dengan efloresensi berupa papilovesikel, biasanya mudah pecah sehingga
2
basah (oozing).

Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons


terhadap faktor eksogen dan/atau factor endogen, dengan tanda klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul,vesikel,skuama,likenifikasi) dan keluhan
gatal;cenderung residif dan kronis. 4

Istilah dermatitis numularis berasal dari bahasa Latin “nummus” yang berarti
“coin:, dan dermatitis yang berarti suatu eksim, kata-kata umum untuk menggambarkan
radang kulit. Sinonim dari dermatitis numularis adalah ekzem numlar; ekzem discoid;
neurodermatitis nummular. Istilah ekzem nummular diperkenalkan oleh Devergie pada
tahun 1857.4,2

B. ETIOLOGI

Penyebabnya tidak diketahui. Staphylococcus dan micrococcus diduga ikut


berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda klinis infeksi tidak
tampak. Mungkin juga terjadi melalui mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi
bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm. dermatitis kontak mungkin ikut
memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap
nikel, krom, kobal, juga iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisik dan kimiawi mungkin
juga berperan, terutama jika terjadi di tangan, dapat pula pada bekas cedera lama atau
jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stress emosional dan minuman mengandung alcohol

6
dapat menyebabkan eksaserbasi. Lingkungan dengan kelembapan rendah dapat pula
memicu kekambuhan. 4

Penyebab eksim nummular tidak diketahui. Banyak factor yang telah diusulkan
sebagai faktor etiologi. Faktor internal adalah kulit kering, stress emosional, statis. Factor
eksternal juga mungkin memainkan peran seperti auto-eczematisation dari allergen atau
staphylococcus, musim, alcohol dan obat-obatan. Allergen umum terlibat adalah bahan
kimia karet, formaldehida, neomycin, krom dan nikel, serta merkuri dalam amalgam gigi.
Patch tes positif untuk allergen debu rumah dilaporkan pada pasien usia lanjut dengan
eksim nummular. Staphyloccocus dan Micrococcus mungkin menjadi penyebab lanjut
atau menginduksi reaksi hipersensitivitas. Variasi musiman juga dapat mempengaruhi
pasien, karena mereka memiliki frekuensi puncak lesi di musim dingin ketika keadaan
hidrasi rendah, yang membuat stratum korneum menjadi lebih kering dari biasa. Musim
panas juga dapat memperburuklesi terutama pada pria. Eksim nummular terkait dengan
kelebihan alcohol dan berhubungan dengan tes fungsi hati yang abnormal. Obat sistemik
oral terbukti berhubungan dengan eksim nummular, seperti emas dan isotretinoin. 7

C. EPIDEMIOLOGI

Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada
wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun; pada
wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak
biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun;
umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia. 2

Prevalensi adalah sekitar 2 per 1.000 orang. Hal ini lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan pada wanita. Ada kejadian puncak pada laki-laki dan perempuan dari
sekitar 50-65 tahun dan puncak kedua pada wanita sekitar 15-25 tahun. Hal ini jarang
terjadi pada anak-anak.6

D. Etiopatogenesis

Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor yang ikut berperan. Diduga


stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat

7
walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak; mungkin juga lewat mekanisme
hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta
kuman/cm2.

Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus


dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi
dengan wol dan sabun. 2

Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila terjadi di tangan;
dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stress
emosional dan minuman yang mengandung alcohol dapat menyebabkan timbulnya
eksaserbasi. Lingkungan dengan kelembapan rendah dapat pula memicu kekambuhan. 2
Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum
rendah. Jumlah SP (substance P), VIP (vasoactive intestinal polypeptide) , dan CGRP
(calcitonin genrelated peptide) meningkat di dalam serabut dermal saraf sensoris kulit,
sedang pada serabut epidermal yang meningkat SP dan CGRP. Hal ini menunjukkan
bahwa neuropeptide berpotensi pada mekanisme proses degranulasi berpotensi pada
mekanisme proses degranulasi sel mast. Dermatitis pada orang dewasa tidak
berhubungan dengan gangguan atopi. Pada anak, lesi numularis terjadi pada dermatitis
atopik.2
Patofisiologi dermatitis nurmularis belum diketahui pasti, tetapi kulit penderita
dermatitis nurmularis cenderumg kering, hidrasi stratum korneum. Peneliti
mengemukakan hipotesis bahwa pelepasan histamine dan mediator inflamasi lainnya dari
sel mast yang kemudian berinteraksi dengan serat-saraf-C dapat menimbulkan gatal.Pada
penderita dermatitis numularis, substansi P dan substansi yang bernama kalsitonin
peptide meningkat di daerah lesi. Neuropeptide ini dapat menstimulasi pelepasan sitokin
lain sehingga memicu inflamasi; neuropeptide berperan pada mekanisme proses
degranulasi sel mast. Peneliti lain berpendapat bahwa adanya sel mast di dermis pasien
dermatitis numularis menunjukkan aktivitas enzim chymase,menurunkan kemampuan
menguraikan serbukan sel radang limfosit dan magrofag di sekitar pembuluh darah. Pada
lesi kronis ditemukan akantonis teratus, hipergranulosis dan hyperkeratosis, mungkin

8
juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas fibrosis, serbukan limfosit dan magrofag di
sekitar pembuluh darah. 4
E. GEJALA KLINIS

Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal.lesi akut berupa


vesikel dan papulovesikel (0,3-1.0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi
atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam (coin),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah terjadi
eksudasi, kemudian mongering menjadi krusta kekuningan. Ukuran garis tengah lesi
dapat mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. penyembuhan dimulai dari tengah sehingga
terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama.
Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris,
dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai nummular, bahwa plakat.
Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan.
Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali
dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya timbulnya pada tempat
semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma (fenomena Kobner).
2

F. DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambarkan klinis. Sebagai


diagnosis banding antara lain ialah dermatitis kontak, dermatitis atopic, neurodermatitis
sirkumskripta, dan dermatomikosis.2

Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis lesi papulovesikel


yang bergabung membentuk satu bulatan seperti mata uang (koin), terasa gatal di daerah
predileksi. Gambaran histopatologi juga bisa membantu dalam menegakkan diagnosis.4

Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang
limfosit dan magrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan akantosis
teratur, hipergranulosis dan hyperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis
bagian atas fibrosis, sebutkan limfosit dan magrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit

9
di epidermis mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan yang di dermis sel T-CD4+.
Sebagian besar sel mas di dermis tipe MCtc (mast cell tryptase), berisi triptase. 2

Riwayat kontak pada penderita ini perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan tes
temple untuk memastikannya, karena sebagian kasus dermatitis numularis memang
disebabkan adanya kontak dengan bahan-bahan tertentu seperti karet buatan,
formaldehid, neomisin, krom, nikel, potassium dichromat, cobalt chloride, dan fragrance.
Pada peneliti menyarankan pemeriksaan tes temple untuk kasus dermatitis numularis
yang berat atau persisten, karena pada kasus tersebut kemungkinan besar terjadi
dermatitis kontak alergi.1

G. DIAGNOSIS BANDING

1. Dermatitis atopic adalah peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
umunya terjadi pada masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
Umumnya berupa lesi di tangan. Patch test dan prick test merupakan pemeriksaan
4
yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.

2. Psoriasis adalah penyakit inflamatorik kronik dengan manifestasi klinis pada kulit
dan kuku. Lesi kulit biasanya merupakan plak erimatosa oval, berbatas tegas,
meninggi, dengan skuama berwarna keperakan, hasil proliferasi epidermis

10
maturasi premature dan kornifikasi inkomplet keratinosit dengan retensi nuclei di
stratum korneum (parakeratosis). 7

3.Tinea korporis Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit, yakni, pada
jaringan yang mengandung zat tanduk, yang disebabkan oleh dermatofita. Dapat
terlihat lesi pinggir aktif dan terdapat central healing. Pada dermatitis numularis
bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea.
Dapat dicari hifa dari sediaan langsung untuk menegakkan diagnosis.

H. PENGOBATAN

Sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila kulit kering,
diberi pelembab atau emolien. Secara topical lesi dapat diobati dengan obat anti-
inflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. Bila lesi
masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan permanganas
kalikus 1 :10.000. kalau ditemukan infeksi bacterial diberikan antibiotic secara sistemik.
Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam

11
jangka pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidrokortison HCL. 2

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Estri Susila Siti Aminah. Pola Penyebab Dan Rekurensi Dermatitis Numularis.
Mutiara Medika Edisi khusus vol. 9. No. 2 : 123-135, Oktober 2009. Hal :130
2. Djuanda Suria, Sularsito Sri Adi. Epidemiologi dermatitis numularis. Dalam Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ke
6 tahun 2013. Hal : 148
3. Ardhie Muhandari Ari. Dermatitis dan Peran Steroid dalam Penanganannya.
RSAB Harapan Kita Jakarta. Dexa Media No. 4, Vol. 17, Oktober 2004. Hal : 157
4. Stella Cathelin. Laporan kasus dermatitis numularis. CKD-265/ Vol. 45. No.6 th.
2018. Hal : 435
5. Ardhie Muhandari Ari. Dermatitis dan Peran Steroid dalam Penanganannya.
RSAB Harapan Kita Jakarta. Dexa Media No. 4, Vol. 17, Oktober 2004. Hal : 159
6. Discoid (nummular) eczema. View this article online at;
http//:patient.info/doctor/discoid-nummular-eczema. Access 22 July, 9:45:15 PM
7. Yuliastuti dwinidya. Psoriasis. CKD-235/Vol. 42 No.12, 2015. Hal : 902
8. Ariyanti, Suyono. Pemahaman Klinis Liken Simplek Kronikus. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga RS Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya. Hal
: 122

13

Anda mungkin juga menyukai