Pembimbing:
dr. Wibisono, SpOT
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Penanganan infeksi Spondylitis TB dapat mencangkup terapi non-operatif
atau terapi operatif. Pemilihan terapi ditentukan dari pemeriksaan fisik kondisi
pasien saat datang dan hasil pemeriksaan penunjang. Semakin berat kondisi
deformitas dari vertebra, maka dibutuhkan terapi operatif, akan tetapi jika belum
ditemukan tanda-tanda kolaps pada tulang vertebra, maka pasien dapat diberikan
terapi secara non-operatif.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI
5
3. ETIOLOGI
4. ANATOMI
Tulang belakang manusia berfungsi sebagai pilar untuk menopang berat
tubuh dan tempat dimana terletaknya medulla spinalis. Tulang belakang juga
berfunsi untuk menyangga kepala dan sebagai titik sambungan terhadap
tulang iga, pelivs dan otot-otot punggung. Susunan tulang belakang manusia
terdiri dari tulang vertebra dan discus intervertebralis. Fungsi dari discus
intervertebralis di antara tulang vertebra adalah sebagai bantalan untuk
memberikan sifat fleksibel terhadap pergerakkan tubuh, baik ke arah anterior,
posterior, lateral maupun rotasi dan juga berfungsi agar tulang vertebra tidak
bertabrakkan satu dengan yang lainnya.
6
Gambar 1. Gambaran segmen normal tulang belakang
7
terdapat tubuh dari tulang vertebra (vertebrae body) yang berfungsi untuk
menahan berat yang paling banyak. Pada bagian posterior terdapat 3 prosesus,
antara lain 1 procesus spinosus pada bagian medial dan 2 prosesus
transversus pada bagian lateral. Bagian anterior dan posterior dari tulang
vertebra digabungkan kaki-kaki yang disebut dengan pedicle. Pada vertebra
torakalis, terdapat yang disebut dengan facet dimana titik pertemuan vertebra
torakalis dengan tulang iga.
Gambar 3. Struktur tulang vertebra (a)vertebra cervicalis (b)vertebra torakalis (c) vertebra lumbalis
8
Segmen servikalis dan lumbalis
merupakan titik tumpuan garis
gravitasi (weight-bearing point)
agar tubuh manusia dapat terletak
pada satu garis vertikal.
9
Vena yang memperdarahi tulang vertebra servikalis adalah vena Jugularis
interna dan externa yang merupakan percabangan dari Vena Cava Superior.
Sedangkan vena yang memperdarahi tulang vertebra lainnya berasal dari
Vena Cava Inferior. Selain itu, vena azigos berkomunikasi dengan plexus
Batson yang befungsi sebagai jalur alternatif ketika Vena Cava Superior
teroklusi, maupun secara parsial ataupun total. Batson plexus berjalan pada
foramen vertebralis. Batson plexus merupakan vena yang tidak memiliki
katup.5
10
Gambar 6. Batson
Plexus pada vertebra
5. PATOFISIOLOGI
Infeksi tuberkulosis pada tulang vertebra terjadi akibat infeksi sekunder
dari infeksi primer di bagian tubuh lainnya. Cara penyebaran utama bakteri ke
bagian tulang vertebra adalah melalui aliran darah pada arteri maupun vena.
Oleh sebab itu spondylitis TB disebut sebagai blood-borne disease dimana
penyebaran terjadi secara hematogen. Sumber infeksi primer paling sering
terjadi pada organ paru dan traktus urinaria. Jika infeksi menyerang segmen
torakalis atas maka sumber infeksi primer cenderung berasal dari infeksi TB
paru, sedangkan jika infeksi terjadi pada segmen torako-lumbal maka sumber
infeksi primer cenderung lebih berasal dari infeksi pada traktus urinaria.
Pada awal infeksi, akan terjadi destruksi tulang vertebra bagian anterior
atau korpus vertebra yang disebut dengan proses osteolysis lokal dan disertai
dengan osteoporosis regional. Kemudian infeksi akan menyebar dan terjadi
avaskularisasi sehingga pada saat yang bersamaan produksi tulang baru
terhambat. Tuberculous sequestra akhirnya terbentuk pada segmen tulang
vertebra yang terinfeksi. Secara perlahan jaringan tuberculous sequestra ini
akan mulai mempenetrasi dinding tipis dari bagian tulang vertebra sehingga
terbentuk yang disebut dengan abses paravertebra. Abses paravetebra akan
menyebar ke arah muskulus psoas. Akan tetapi, abses ini akan menunjukkan
tanda-tanda inflamasi yang minimal, oleh sebab itu abses ini sering dikenal
sebagai “cold abcess”.
Infeksi tersebut kemudian akan menjalar ke tulang vertebra lainnya secara
anterior maupun posterior melalui ligamen longitudinal. Diskus
intervertebralis tidak dapat terinfeksi sebab tidak ada aliran vaskular yang
melaluinya. Akan tetapi diskus intervertebralis secara perlahan akan terdesak
oleh jaringan granulasi tuberkulosis dan menjadi hancur. Pada anak-anak,
diskus intervertebralis dapat terinfeksi oleh sebab masih adanya aliran
vaskular yang melalui diskus intervertebralis. Ketika infeksi menyerang
11
tulang vertebra beserta dengan diskus intervertebralis, maka penyakit tersebut
bukan disebut sebagai spondylitis, akan tetapi disebut sebagai
spondylodiscitis.
Oleh karena destruksi tulang terjadi pada bagian anterior tulang vertebra,
maka secara progresif terjadi kolaps dari tulang vertebra pada regio anterior
sehingga membuat postur tidak normal pada penderitanya, dimana wedging
pada tulang vertebra sisi anterior terjadi dan membentuk angulasi dan gibbus.
Maka secara klinis, pasien akan datang dengan postur bungkuk atau yang
dikenal sebagai postur kyphosis.
Ketika terjadi kolaps pada tulang vertebra dan penjepitan diskus
intervertebralis, maka struktur yang berada di dalam foramen vertebralis,
yaitu medulla spinalis akan tertekan sehingga akan tampak keluhan
neurologis. Keluhan neurologis oleh karena penekanan mekanik terhadap
medulla spinalis yang paling sering ditemukan pada penderita spondylitis TB
adalah paraplegia. 3
6. MANEFESTASI KLINIS
Gambaran klinis
Pasien dengan Spondilitis TB sering kali adalah anak kecil yang datang
dengan keluhan utama nyeri hebat pada punggung yang disertai kaku dan
demam. Nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri dalam yang bersifat lokal
dimana hanya sekitar lesi atau nyeri yang menjalar sesuai dermatom saraf
yang teriritasi. Spasme otot punggung dirasakan sebagai suatu mekanisme
dimana tubuh menghindari pergerakan pada tulang vertebra yang terinfeksi
agar tidak menimbulkan nyeri yang hebat. Spasme otot akan menghilang
ketika anak sedang berbaring atau tertidur, maka dari itu gejala ini disebut
sebagai “night cry”, dikarenakan ketika terbangun spasme otot terjadi lagi
dan menyebabkan sakit yang tidak tertahankan.
12
tidak dapat berjalan. Pada anak, paralisis umumnya timbul kira-kira dalam
waktu 3 tahun. Tampak juga deformitas dari tulang belakang yang disebut
dengan kyphosis, dimana penderita spondylitis TB akan membungkuk.
13
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium :
a. Laju endap darah meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai lebih dari
100mm/jam.
b. Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified Protein
Derivative (PPD) positif. Hasil yang positif dapat timbul pada kondisi
pemaparan dahulu maupun yang baru terjadi oleh mycobacterium.
Tuberculin skin test ini dikatakan positif jika tampak area berindurasi,
kemerahan dengan diameter ³ 10mm di sekitar tempat suntikan 48-72
jam setelah suntikan. Hasil yang negatif tampak pada ± 20% kasus
dengan tuberkulosis berat (tuberkulosis milier) dan pada pasien yang
immunitas selulernya tertekan (seperti baru saja terinfeksi, malnutrisi
atau disertai penyakit lain)
c. Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan meningitis
tuberkulosa). Normalnya cairan serebrospinal tidak mengeksklusikan
kemungkinan infeksi TBC. Pemeriksaan cairan serebrospinal secara
serial akan memberikan hasil yang lebih baik.
Pemeriksaan gambaran radiologis.
o Foto polos thorax dilakukan pada seluruh penderita yang dicurigai
terkena infeksi tuberculosis untuk mencari bukti infeksi primer
tuberkulosa pada paru .
o Foto polos seluruh vertebra diperlukan untuk menguatkan bukti
terdapat kelainan pada struktur vertebra dan sekitarnya yang
mengarah pada infeksi tuberkulosa pada vertebra. Tanda-tanda
radiologis baru dapat terlihat setelah 3-8 minggu onset penyakit.
Foto polos vertebra dilakukan secara antero-posterior dan lateral.
Gambaran yang dapat ditemukan pada foto polos vertebra antara
lain; penyempitan ruang diskus intervertebralis, kolaps corpus
anterior, erosi end-plate vertebra, keterlibatan lebih dari 1 tulang
vertebra, dan pembentukkan cold abcess. Kerugian pada foto polos
vertebra adalah dimana ketika pada fase awal penyakit hasil
gambaran foto vertebra akan tampak normal. Sekitar 1/3 dari
14
kalsium harus hilang dari suatu bagian agar gambaran osteolisis
dapat tampak. Selain itu, sulit untuk menilai kompresi dari tulang
belakang, kelainan pada jaringan ikat dan abses pada foto polos.
Apabila kelainan tampak jelas pada foto polos, maka penyakit
tersebut sudah dalam fase lanjut dimana sudah terdapat kerusakan
pada tulang vertebra dan gangguan neurologis.
o Foto Computed Tomography (CT Scan) yang bermanfaat untuk
melihat adanya keterlibatan infeksi pada tulang iga yang tidak
tampak pada foto polos vertebra. Keterlibatan infeksi pada bagian
pedikel akan tampak juga dengan CT-Scan. Foto CT-Scan juga
dapat memberikan gambaran kelainan pada fase awal dari penyakit
karena kerusakan-kerusakan tulang yang minimal akan terlihat
lebih jelas dibandingkan dengan foto polos vertebra. Abses
paravertebral juga akan tampak lebih jelas terlihat.
o Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat menunjukkan kelainan
pada jaringan lunak seperti medula spinalis, destruksi/degenerasi
pada tulang vertebra dan diskus intervertebralis, pembentukkan
abscess dan kavitasi pada medula spinalis.
8. PENATALAKSANAAN
TERAPI NON-OPERATIF
Pemberian terapi anti tuberculosis merupakan prinsip utama dalam
penatalaksanaan seluruh kasus infeksi tuberculosis, termasuk tuberculosis
pada tulang belakang. Menurut WHO, terapi anti tuberculosis harus
diberikan minimal selama 9 bulan, khususnya pada kasus infeksi
tuberculosis tulang. Pengobatan ini terbagi menjadi dua fase, antara lain:
* Fase awal (2 bulan pertama)
Isoniazid
Rifampisin
Streptomisin
Pyrazinamide
15
Isoniazid
Rifampisin
16
jaringan sekuester yang banyak, keadaan umum penderita yang jelek,
gizi kurang serta kontrol yang tidak teratur serta disiplin yang kurang.
TERAPI OPERATIF
Response to chemotherapy
Neurological deficit
Spinal instability
Panvertebral disease
Loss of >1 vertebral body in thoracic spine or >1.5 vertebral bodies in lumbar spine
17
“Spine-at-risk” signs in a child
Late deformity
18
atau tulang ilika. Pemilihan terapi operatif seperti ini akan mendorong
penyembuhan dengan cepat dan stabilisasi tulang belakang akan tercapai dengan
memfusikan tulang vertebra yang terkena. Fusi tulang vertebra posterior hanya
dilakukan bila terdapat destruksi dua atau lebih dari korpus bertebra, adanya
instabilitas karena destruksi tulang vertebra bagian posterior, dan jika tindakan
prosedur dekompresi anterior tidak memungkinkan. Akan tetapi, pemberian obat
antituberkulosa tetap menjadi terapi wajib bagi penderita spondylitis TB
walaupun tindakan operatif telah dilakukan.
19
BAB III
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ms. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Perum, Tangerang
Agama : Islam
No. Rekam Medis : SHLK 0000490140
II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu
pasien di Ruang Fisioterapi Siloam LV pada tanggal 29 Agustus 2015.
20
Setelah ± 2 minggu setelah keluhan pegal pada punggung tersebut, pasien
tiba-tiba terjatuh ketika sedang berjalan. Menurut pasien kedua tungkai
kakinya tiba-tiba terasa lemas sehingga pasien tidak kuat untuk berdiri.
Setelah terjatuh pasien masih dapat bediri kembali tetapi sambil dibantu.
Kemudian menurut pasien ia berobat ke dokter umum dan diberikan vitamin
saraf. Rasa lemas pada kedua tungkai masih terasa tetapi pasien masih dapat
berjalan perlahan-lahan dan beraktivitas, hanya menurut pasien bagian lutut
hingga telapak kakinya mulai terasa sedikit baal.
Kemudian 1 minggu setelah kejadian itu, pasien jatuh untuk kedua kalinya
ketika sedang berjalan ke kamar mandi. Menurut ibu pasien jatuh kedua kali
ini lebih parah keadaannya dibandingkan yang pertama. Pasien tidak dapat
bangun untuk berdiri. Menurut pasien rasa lemas pada kedua tungkainya
semakin terasa dan pasien mulai merasa baal dari pinggang hingga ke tungkai
bawah. Menurut ibu pasien, 1 minggu sebelum pasien jatuh, ibu pasien
memperhatikan bahwa pundak pasien terlihat miring ke kanan ketika pasien
berjalan. Kemudian pasien dibawa ke IGD sambil dipapah dan dirawat oleh
dokter spesialis saraf. Pasien lalu diminta untuk melakukan foto MRI tulang
belakang dan dikonsulkan ke dokter bedah ortopedi.
Menurut pasien tidak ada riwayat batuk lama, demam, dan penurunan
berat badan. Sakit kepala, pusing, dan riwayat trauma disangkal pasien.
Menurut pasien tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami gejala
yang serupa. Tidak ada penyakit turunan dari keluarga yang signifikan.
Riwayat Pengobatan
21
pasien menjadi bertambah buruh. Menurut ibu pasien, dokter hanya
memberikan vitamin saraf dan obat anti nyeri. Pasien juga sudah berobat
untuk TB paru dan sudah minum OAT secara rutin.
STATUS GENERALISATA
22
Pupil isokor 2mm/2mm
Refleks cahaya direk/indirek (+/+)
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Punggung :
LOOK
Postur : kyphosis
Gibbus :-
Luka operasi :+
Luka :-
Abses :-
FEEL
Nyeri tekan :-
Temperatur : afebrile
MOVE
STATUS NEUROLOGIS
1.) MOTORIK
Eutrofi Eutrofi
Palpasi: Tonus
Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
23
Kekuatan Motorik: 5555 5555
3333 3333
Refleks Fisiologis:
Kanan Kiri
Biceps +2 +2
Triceps +2 +2
KPR +2 +2
APR +2 +2
Refleks Patologis:
Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaffer - -
Rossolimo - -
2.) SENSORIK
24
Ekstrimitas inferior dextra dan sinistra : parahipestesi
setinggi T7
25
b) Foto Rontgen Thorax AP/PA dilakukan pada tanggal 20 Juli 2015.
31
sepinalis dan struktur radix di dalamnya, selanjutknya tampak
myelopati pada medulla spinalis setinggi Th5. Setelah pemberian
kontras tampak penyangatan pada infiltrat tersebut.
Tampak pula lesi destruktif pada corpus Th11 dan lamina-pedikel
bilateral Th11-12, disertai abses pada pedikel kiri TH11.
Struktur tulang lainnya masih tampak baik.
Discus intervertebralis normal dengan intensitas yang normal.
Tidak tampak herniasi discus intervertebralis/
Conus medullaris setinggi L1.
*Kesan:
31
31
31
DIAGNOSIS
V. TATA LAKSANA
Operasi: Debridement - Dekompresi Posterior - Stabilisasi
31
Kondisi post Spondilitis TBC T5-T6 thoracal
Telah terpasang fiksasi interna pada vertebra Th3-Th7 dengan kedudukan baik.
Tidak tampak spondilolisthesis.
Tidak tampak spur prominent
Sela discus intervertebralis tidak melebar.
31
DAFTAR PUSTAKA
31