Mola HTD
Mola HTD
LAPORAN KASUS
1. Identitas
Nama : Ny. TG
Umur : 26 tahun
Agama : Kristen
No RM : 09.25.58
2. Anamnesis
Keluhan Utama
dirasakan, keluar darah dari jalan lahir sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Darah yang keluar dari dari jalan lahir berwarna kehitaman, keluar
darah bergumpal seperti gelembung buah anggur (-). Pasien mengaku dalam
1
sehari dapat menggunakan 2 pembalut sehari. Terdapat nyeri perut bawah,
Riwayat Keluarga :
Riwayat Pengobatan
Riwayat Sosial
Riwayat Haid
Menikah
Riwayat persalinan
2
Riwayat Kontrasepsi
3. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
N : 86 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,8 OC.
Kepala
3
Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), napas cuping
normal.
Leher
Thorax
Jantung :
Paru
4
Palpasi : Fremitus taktil dextra dan sinistra sama
Abdomen
Perkusi : Normal
Ekstremitas
Akral hangat (+/+), deformitas (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik.
Status Ginekologi
Abdomen :
5
Palpasi : teraba tinggi fundus uteri 3 jari di bawah umbilikus,
VT :
Dinding vagina normal, massa (-), porsio licin, Ø (+), teraba jaringan (+),
4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan Laboratorium
8 April 2019
Darah Lengkap
Hematocrit : 33.2 %
MCV/MCH/MCHC : 81.0/29.1/35.9
Leukosit : 9.100
Trombosit : 217.000
6
USG Abdomen : gambaran snow storm atau badai salju
5 Assesment
Mola Hidatidosa
6 Penatalaksanaan
Pro Kuretase
IVFD RL 20 tpm
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan bentuk sitologinya. Yang dimaksud vilus trofoblas adalah trofoblas yang
meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya pada minggu ke-8 sampai ke-
10 kehamilan. Pada hari ke-12 kehamilan human Placental Lactogen (hPL) juga
Sitotrofoblas merupakan sel trofoblas primitif, tidak memproduksi hCG dan hPL.
mpembuluh darah berada di antara sel-sel normal. Pada awal hari ke-12 setelah
8
konsepsi, trofoblas intermediet memproduksi hPL. Puncak sekresi pada minggu
2.2 Definisi
disebabkan oleh kelainan pada vili koriales berupa proliferasi dan edema. Mola
beberapa hal, yaitu degenerasi hidrofik dan kistik dari vili khorealis, proliferasi
Janin biasanya meninggal dengan villus yang terus tumbuh membesar dan
berkembang secara tidak wajar, dimana tidak ditemukannya janin dan hampir
gelembung berwarna putih, tembus pandang, berisi cairan yang jernih, dengan
ukuran yang bervariasi yaitu dari beberapa milimeter hingga 1-2 cm.
9
Bentuk Makoskopis Mola Hidatidosa Bentuk Histopatologi Mola Hidatidosa
2.3 Etiologi
Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad keenam, tetapi sampai
menghindari terjadinya Mola Hidatidosa, seperti tidak hamil di usia ekstrim dan
memperbaiki gizi
2.4 Epidemiologi
kejadian Mola Hidatidosa di Amerika Serikat adalah 108 per 100.000 kehamilan;
di Itali 62 per 100.000 kehamilan, di Indonesia 993 per 100.000 kehamilan, dan di
Cina 667 per 100.000 kehamilan. Angka kejadian Mola Hidatidosa tertinggi di
Asia Tenggara, dengan insiden 1-2/1000 kehamilan di Jepang dan Cina, dan
12/1000 kehamilan di Indonesia, India, dan Turki. Di Amerika Utara dan Eropa,
untuk Mola Hidatidosa Komplit dan relatif sedikit yang diketahui tentang
terjadi pada wanita dengan usia reproduksi yang ekstrim oleh karena itu populasi
Mola Hidatidosa pada kehamilan usia dini dan usia tua diharapkan lebih tinggi
10
dibanding dengan kehamilan pada rentang usia yang lebih terbatas. Hal ini dapat
keragaman Mola Hidatidosa secara regional pada umumnya tidak berhasil, namun
pada penemuan baru-baru ini dalam insiden Mola Hidatidosa di bagian Asia,
dari normal fetus dan Mola Hidatidosa Komplit, jelas tidak biasa namun tetap
menjadi subyek dari sejumlah besar laporan. Kehamilan kembar dengan Mola
diupayakan dibedakan, karena kehamilan kembar yang terdiri dari satu janin
normal dan satu Mola Hidatidosa Komplit memiliki kemungkinan 50% untuk
2.5 Patogenesis
dibagi menjadi mola komplet dan mola parsial. Pada mola komplet, secara umum
Mola hidatidosa komplet disebabkan ovum dibuahi oleh sperma haploid yang
ovum tidak ada sehingga menyebabkan kariotipe menjadi 46,XX dengan 2 set
11
kromosom berasal dari ayah. Pada keadaan lain dapat juga terjadi pola kromosom
Pada mola hidatidosa parsial terdapat bagian dari janin ditambah dengan
adanya degenerasi hidropik, edema vili, dan proliferasi sel trofoblas yang bersifat
fokal dan bervariasi. Kariotipe biasanya triploid yaitu 69,XXX , 69, XXY , atau
69, XYY. Kariotipe terdiri dari satu set kromosom haploid ibu dan dua set
12
Kadar Hcg Tinggi Rendah – tinggi
Merokok.
besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan,
dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada
pakaian dalam.
besar)
13
Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup,
air seni)
Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat beberapa ciri khas
trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai
berikut :
1. Perdarahan
dapat dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi
dijumpai.
2. Ukuran uterus
14
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya dan
teraba lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba
bagian janin.
3. Aktivitas janin
4. Embolisasi
villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena.
fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa
15
paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat pemeriksaan
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa
16
Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang
hormon β-HCG.
2. Pemeriksaan Fisik
b. Palpasi :
teraba lembek
janin.
d. Pemeriksaan dalam :
3. Pemeriksaan Laboratorium
17
a. Pemeriksaan kadar B-hCG
β pasca mola.
18
makan meningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat
sampai delirium-koma.
4. Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
salju.
19
2.9 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
20
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12
d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari
30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu
2. Pengawasan Lanjutan
bulan.
Pemeriksaan dalam :
21
Keadaan Serviks
Laboratorium
Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya
keganasan
3. Sitostatika Profilaksis
2.10 Prognosis
mortalitas akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis
yang lebih dini dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang
kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan
22
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi
dilakukan pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien
dimana akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan
2.11 Komplikasi
Infeksi sekunder
23