Laporan Pendahuluan CKD
Laporan Pendahuluan CKD
DISUSUN OLEH:
FRIENDKY PO.62.20.1.17.325
A. Pengertian
Penyakit gagal ginjal kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan
abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. (Suri, R. S.
2015).
Gagal ginjal kronik terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal ini
irreversible. Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan vascular akibat diabetes
mellitus, dan hipertensi yang berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan pembnetukan
jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif. (Baradero,
2008).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible). (Price &
Wilson, 2006).
Berdasarkan National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality
Initiative (K/000/) Guideline Update tahun 2002, definisi penyakit gagal ginjal kronik (GGK)
adalah kerusakan ginjal lebih dari tiga bulan berupa kelainan struktur dinjal dapat atau tanpa
disertai penurunan laju filtrasi glomerulus yang ditandai dengan kelainan patologi, adanya
pertanda kerusakan ginjal dapat berupa kelainan laboratorium darah atau urine atau kelainan
radiologi. LFG <60 ml/menit/1,73 m2 selama >3 bulan dapat disertai atau tanpa disertai
kerusakan ginjal.(Aziz, M. Farid, dkk, 2008).
B. Etiologi
Kondisi ini mungkin disebabkan oleh glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi
tak terkontrol, lesi herediter seperti pada penyakit polikistik, kalianan vascular, obstruksi
saluran perkemihan, penyakit ginjal sekunder akibat penyakit sistemik (diabetes), infeksi,
obat-obatan, atau preparat toksik. Preparat lingkungan dan okupasi yang telah menunjukkan
mempunyai dampak dalam gagal ginjal kronik termasuk timah, cadmium, merkuri, dan
kromium. Pada akhirnya dialysis atau transplantasi ginjal diperlukan untuk menyelamatkan
pasien. (Baughman, 2000).
Penyebab utama End-Stage Renal Disease (ESRD) adalah diabetes mellitus 32%,
hipertensi 28%, dan glomerulonefritis 45%. Progresi gagal ginjal kronik melewati empat
tahap, yaitu penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal, dan ESRD.
(Baradero, 2008).
C. Manifestasi Klinis
Pasien akan menunjukkan beberapa tanda gejala, keparahan kondisi bergantung pada tingkat
kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
1. Manifestasi kardiovaskular: hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema pulomonal,
perikarditis. Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengerut
(vasokonstriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan mengakibatkan kerusakan
sel-sel ginjal. Pada akhirnya, dapat terjadi gangguan fungsi ginjal. Apabila tidak segera
teratasi dapat terjadi gagal ginjal terminal yang hanya dapat ditangani dengan cuci darah
(hemodialisis) atau cangkok ginjal. (Dalimartha, 2008).
2. Gejala dermatologis: gatal-gatal hebat (pruritis), serangan uremik tidak umum karena
pengobatan dini dan agresif.
3. Gejala gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva,
haus, rasa kecap logam dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap,
parotitis atau stomatitis.
4. Perubahan neuromuscular: perubahan tingkat kesadaran, kacau mental, letidakmampuan
konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
5. Perubahan hematologis: kecenderungan perdarahan.
6. Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum.
7. Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk, karakter pernapasan menjadi Kussmaul, dan
terjadi koma dalam, sering dengan konvulsi (kedutan mioklonik) atau kedutan otot.
Vaskuler
GFR menurun
Hiperfiltrasi
Adaptasi fungsi
Sklerosis nefron
CKD
Stage 1(GFR > 90) Stage 2 (GFR 60 – 90) Stage 3 GFR 30-59%) Stage 4 (GFR 15-29) Stage 5 (GFR <15)
Nausea, Iritasi
↑Bendungan vomiting lambung MK:
atrium kiri Hambatan
Mobilitas
MK: mual MK: Fisik
Tekanan vena
pulmonalis Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Kapiler paru naik
Edema paru
MK : gangguan
pertukaran gas
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang penting untuk deteksi gangguan fungsi ginjal yaitu:
1. Urine rutin untuk deteksi gangguan pada ginjal dan saluran kencing.
2. Mikroalbumin untuk deteksi dini kebocoran pada glomerulus ginjal.
3. Urea-N, Kreatinin, dan Cystatin-C merupakan penanda gangguan fungsi ginjal.
(Dalimartha, 2008).
4. BUN meningkat.
5. Natrium dan osmolalitas serum akan menurun bila terjadi hipovolemia sebagai akibat dari
kelebihan retensi air.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan dalam menentukan gagal ginjal kronik, antara lain:
1. Gambaran klinis
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi :
a) Diabetes melitus, infeksi traktus, urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi,
hiperurikemi, Lupus, Eritomatosus Sistemik (LES), dan lain sebagainya.
b) Syndrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia,
kelebihan volume cairan, (Volume Overload) neuropati perifer, proritus, uremic, frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c) Gejala komplikasi nya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung,
asidiosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida).
F. Penatalaksanaan Medis
Rencana penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya menurut Suwitra
(2007) antara lain:
Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya
LFG
Derajat Rencana Tatalaksana
(ml/mn/1,73m2)
1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,evaluasi
perburukan (progression) fungsi ginjal, memperkecil
risiko kardiovaskuler
2 60-80 Menghambat perburukan (progession) fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 ˂15 Terapi pengganti ginjal
Di bawah ini merupakan penjelasan dari penatalaksanaan penyakit ginjal kronik berdasarkan
tabel diatas adalah:
1. Terapi Spesifik Terhadap Penyakit Dasarnya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya
penurunan LFG sehingga perburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang
masih normal secara ultrasonografi, biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dapat
menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Sebaliknya, bila LFG sudah
menurun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak
bermanfaat.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa adalah mengetahui kondisi klien dengan cara wawancara atau interview.
Mengetahui kondisi klien untuk saat ini dan masa lalu. Anamnesa mencakup identitas
klien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dantempat tinggal.
a. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu: nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah,
tangggal MRS, tanggal pengkajian, no.RM, diagnose medis, alamat.
b. Keluhan utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau
berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa
yang digunakan. Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine
output sedikit sampai tidak ada BAK, glisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera
makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau
(ureum), dan gatal pada kulit.
c. Riwayat kesehatan sekarang (PQRST)
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan klien pada saat di anamnesa meliputi
palliative, provocative, quality, quantity, region, radiation, severity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onset penurunan urine output, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, dan
pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk
mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hiperplasia, dan prostektomi. Kaji
adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system perkemihan yang berulang.
Penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Bagaimana pola hidup yang biasa diterapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat
infeksi sistem perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyait hereditas dan
penyakit menular pada keluarga.
f. Riwayat psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan
menyebabkan enderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan klien mengalami
kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan gangguan peran pada keluarga.
g. Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tmpat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat
tinggal, area lingkungan rumah.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
Tingkat kesadaran: menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat
TTV: sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi
perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
b. Sistem pernapasan
Klien bernapas dengan bau uremia didapatkan adanya pernapasa kusmaul. Pola napas
cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang
menumpuk di sirkulasi.
c. Sistem hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub
yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal
jantung kongestif. TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan
sesak napas, gangguan irama jantung, edem penurunan perfusi perifer sekunder dari
penurunan curah jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot
ventrikel. Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai
akibat dari penurunan produksi eritropoitin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia
sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan
mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
d. Sistem neuromuskuler
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses
berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati
perifer, burning feet syndrome, retless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system
rennin angiostensin aldosteron. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi
pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
f. Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan
metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai
amenorea. Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna
klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang.
Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan
berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D.
g. Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat
h. Sistem pencernaan
Di dapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut
ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di
dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
i. Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ),
petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit
jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan fisik
secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
B. Analisa Data
Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berpikir dan
penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan
pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan untuk
mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
klien.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan
dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialysis.
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Kelebihan volume Tujuan: 1. Periksa tanda dan 1. Untuk
cairan berhubungan Setelah dilakukan asuhan gejala mengetahui
dengan penurunan keperawatan selama hipervolemia (mis. apakah klien
haluran urin dan 3x24 jam volume cairan Ortopnea, dispnea, mengalami
retensi cairan dan seimbang. edema, JVP/CVP hipervolemia atau
natrium Kriteria Hasil: meningkat, refleks tidak.
Terbebas dari hepatojugular 2. Untuk memonitor
edema, efusi, positif, suara nafas berat badan klien
anasarka tambahan). agar tetap ideal.
Bunyi nafas 2. Timbang berat 3. Untuk mencegah
bersih,tidak adanya badan setiap hari terjadinya
dipsnea pada waktu yang dehidrasi.
Memilihara tekanan sama. 4. Untuk membuang
vena sentral, tekanan 3. Anjurkan melapor kelebihan garam
kapiler paru, output jika haluaran urin dan air dari
jantung dan vital <0,5 mL/kg/jam dalam tubuh
sign normal. dalam 6 jam. melalui urin.
4. Kolaborasi
pemberian
diuretik.
2. Perubahan pola napas Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas 1. Untuk
berhubungan dengan keperawatan selama (frekuensi, mengetahui
hiperventilasi paru 3x24 jam nutrisi kedalaman, usaha adanya
seimbang dan adekuat. napas). peningkatan kerja
Kriteria Hasil: 2. Posisikan semi- nafas.
Nafsu makan Fowler atau 2. Untuk
meningkat Fowler. memudahkan
Tidak terjadi 3. Ajarkan teknik klien untuk
penurunan BB batuk efektif. bernafas.
Masukan nutrisi 4. Kolaborasi 3. Untuk
adekuat pemberian mengeluarkan
Rahman, M., Kaunang, T., & Elim, C. (2016). Hubungan antara lama menjalani
hemodialisis dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Unit
Hemodialisis RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. e-CliniC, 4(1).
Widianti, A. T., Hermayanti, Y., & Kurniawan, T. (2017). Pengaruh latihan kekuatan
terhadap restless legs syndrome pasien hemodialisis. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
5(1), 47-56.
Suri, R.S. 2015. Update of the KDOQI clinical practice guideline for hemodialysis
adequacy.
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC.
Ignatavicius, DD,. & Workman. L,. (2006). Medical surgical nursing, critical thinking
for collaborative care. Elsevier Saunders.
Alam, Syamsir dan Hadibroto, Iwan. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Suwitra, Ketut. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD
FKUI.