Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Yurike Olivia Sella
190070300111028
Kelompok 1A
Oleh :
Yurike Olivia Sella
190070300111028
Kelompok 1A
A. Definisi
Hepatitis merupakan proses penyakit hepar yang mengenai parenkim, sel-sel kuffer,
duktus empedu, dan pembuluh darah (Andra S.W dan Yessie M.P 2013).
Hepatitis merupakan peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis
dan degenarasi sel (Charlene J. Reveens, 2001)
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, suatu
anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis
yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika
perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit
menetap, tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran
patologi anatomi selama 6 bulan (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
B. Klasifikasi
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013), klasifikasi hepatitis secara umum
adalah :
1. Hepatitis Virus
1) Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan penyakit endemis di beberapa
negara berkembang. Selain itu hepatitis A merupakan hepatits yang ringan, bersifat akut,
sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak menyebabkan infeksi kronik.
Penularan penyakit ini melalui fekal oral. Sumber penularannya umumnya terjadi karena
pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi
yang buruk, dan personal hygiene yang rendah.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya IgM antibody serum penderita.
Gejalanya bersifat akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah,
sampai icterus, bahkan sampai menyebabkan pembengkakan hati. Tidak ada pengobatan
khusus untuk penyakit ini tetapi hanya pengobatan pendukung dan menjaga keseimbangan
nutrisi. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan,
terutama terhadap makanan dan minuman serta melakukan PHBS
2) Hepatitis B akut
Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis B dari golongan
virus DNA. Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya vertical terjadi pada masa perinatal
dan 5% intra uterine. Penularan horizontal melalui transfuse darah, jarum suntik tercemar,
pisau cukur, tattoo, dan transplantasi organ. Gejala hepatitis B akut tidak khas, seperti rasa
terlalu lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat
timbul icterus, dan air kencing warna teh.
Diagnosis diteggakkan dengan tes fungsi hati serum transaminase (ALT meningkat),
serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum. Pengobatan tidak diperlukan antiviral,
pengobatan umumnya bersifat simtomasis. Pencegahannya : telah dilakukan penapisan
darah sejak tahun1992 terhadap bank darah melalui PMI, Imunisasi yang sudah masuk
dalam program nasional : HBO (<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2 (3 bulan) DPT/HB3
(4 bulan), dan menghindari faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penularan.
3) Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadinya infeksi
mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi
hepatitis B kronik. Sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-30% menjadi
hepatitis B kronik dan bila penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita
hepatitis B kronik.
Hepatitis B kronik ditandai dengan HBsAG (Hepatitis B surface antigen) positif (> 6
bulan). Selain HBsAG, perlu diperiksa HBeAG (hepatitis B E-Antigen, anti-HBe dalam
serum, kadar ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA (hepatitis B virus-Deoxyribunukleic
Acid) serta biopsy hati. Biasanya tanpa gejala. Sedangkan untuk pengobatannya saat ini
telah tersedia 7 macam obat untuk hepatitis B. prinsip pengobatan tidak perlu terburu buru
tapi jangan terlambat. Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan hidup,
menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau hepatoma
4) Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus hepatitis C
termasuk golongan virus RNA (ribo nucleic acid). Masa inkubasi 2-24 minggu. Penularan
hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa perinatal sangat kecil melalui
jarum suntik (IDUs, tattoo) transpaltasi organ, kecelakaan kerja (petugas kesehatan),
hubungan seks dapat menularkan tetapi sangat kecil. Kronisitasnya 80% penderita akan
menjadi kronik. Pengobatan hepatitis C: kombinasi pegylated interferon dan ribavirin.
Pencegahan hepatitis C dengan menghindari faktor resiko karena sampai saat ini belum
tersedianya vaksin untuk hepatitis C.
5) Hepatitis D
Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya. Hepatitis D juga
disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga
hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi virus hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi
secara otomatis orang akan terlindungi jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.
6) Hepatitis E
Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi virus hepatitis E termasuk
virus RNA. Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan melalui fecal oral seperti hepatitis A.
diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV pada penderita yang terinfeksi.
Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai icterus. Pengobatannya belum ada
pengobatan antivirus. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama
kebersihan makanan dan minuman. Vaksinasi hepatitis E belum tersedia.
2. Hepatitis Kronik
Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik labolatorik atau gambaran
patologik anatomi dalam waktu 4 bulan. Dikatakan hepatitis kronik jika kelainan menetap lebih
dari 6 bulan. Ada 2 jenis hepatitis kronik, yaitu :
a. Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurna
b. Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis
3. Hepatitis Fulminan
Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat, icterus menjadi hebat,
kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi/ensefalopati dan masuk ke dalam keadaan koma
dan kegagalan hati dan ditemukan tanda-tanda perdarahan. Biasanya penderita meninggal 1
minggu sampai 10 hari.
C. Etiologi Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali
ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen Australia.
Virus ini termasuk DNA virus.Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm
yang disebut "Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus
partikel inti (core).
Faktor Predisposisi
1. Faktor Host (Penjamu)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya
penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi:
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak
(25 - 45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana
pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada
orang dewasa 3-10%.8 Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup
untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria.
c. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B,
terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang belum
mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang
sempurna.
d. Kebiasaan hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan
gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto,
pemakaian akupuntur.
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah,
dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka
dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja,
air kemih).
2. Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri
atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein
pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan
perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan
Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di
Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.
3. Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan
hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:
a. Lingkungan dengan sanitasi jelek
b. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
c. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
d. Daerah unit laboratorium
e. Daerah unit bank darah
f. Daerah tempat pembersihan
g. Daerah dialisa dan transplantasi.
h. Daerah unit perawatan penyakit dalam
Sumber dan cara penularan virus Hepatitis B berupa:
a. Darah
b. Saliva
c. Kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B
d. Feces dan urine
e. Lain-lain: Sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang terkontaminasi
virus hepatitis B. Selain itu dicurigai penularan melalui nyamuk atau serangga
penghisap darah.
Cara penularan infeksi virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu :
a. Parenteral : Dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya
melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan
pembuatan tattoo
b. Non Parenteral : Karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar
virus hepatitis B.
Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu:
a. Penularan vertikal : Yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg
positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal. Resiko
terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar negara satu dan lain
berkaitan dengan kelompok etnik.
b. Penularan horizontal : Yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang
pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya, misalnya: melalui
hubungan seksual.
D. Patofisiologi (Terlampir)
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus melalui cairan tubuh seperti
darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah virus hepatitis sampai di tubuh melalui peredaran
darah akan menyerang hati dan akan menyebabkan peradangan atau inflamasi pada hepar
sehingga menyebabkan kerusakan hati di lobulus dan generasi sel, nekrosis parenkim hati dan
menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga mempengaruhi kekebalan tubuh, adanya reaksi
antara antigen antibodi menimbulkan respon imun seperti demam sehingga timbul hipertermi,
respon imun yang timbul kemudian mendukung respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung terhadap
antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi sehingga hati menjadi
edematosa (hepatomegali). Terjadinya hepatomegali menimbulkan keluhan seperti nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas, nyeri pada epigastrium, nyeri di hulu hati sehingga menimbulkan
perubahan kenyamanan dan perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, pemenuhan
nutrisi yang tidak adekuat dan disertai dengan hipermetabolik sehingga akan menimbulkan
keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang menyebabkan
stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin, tetapi bilirubin tidak dapat mencapai
usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekskresi urobilinogen di tinja sehingga
tinja berwarna gelap. Bilirubin terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran darah sehingga terjadi
kelebihan bilirubin dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya ikterus pada sclera mata, kulit
dan membran mukosa lainnya sehingga menimbulkan kerusakan integritas jaringan. Pada kulit
biasanya menyebabkan terjadinya pruritus yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan
integritas kulit sebagian besar dari bilirubin terkonjugasi tersebut akan diekresikan melalui ginjal
sehinga warana urin menjadi berwarna sangat gelap.
E. Manifestasi Klinis
Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu :
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang
sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari
tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri atas :
a. Hepatitis B akut yang khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang jelas.
Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
1) Fase Praikterik (prodromal)
Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demam tinggi, anoreksia,
mual, nyeri didaerah hati disertai perubahan warna air kemih menjadi gelap.
Pemeriksaan laboratorium mulai tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum,
SGOT dan SGPT, Fosfatose alkali, meningkat).
2) Fase lkterik
Gejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai hepatomegali dan
splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat dengan puncak pada minggu
kedua. setelah timbul ikterus, gejala menurun dan pemeriksaan laboratorium
tes fungsi hati abnormal.
3) Fase Penyembuhan
Fase ini ditandai dengan menurunnya kadar enzim aminotransferase.
pembesaran hati masih ada tetapi tidak terasa nyeri, pemeriksaan laboratorium
menjadi normal.
b. Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar
mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir
dengan kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang
berat, tetapi pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan
fisik, hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan
muntah yang hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria
dan uremia.
Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu
dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk
menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB. Kira-kira
5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis B kronik. Hepatitis ini
terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan yang bagus.
F. Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah:
1. Tes antigen-antibodi virus Hepatitis B:
a. HbsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B)
Merupakan material permukaan/kulit VHB. HBsAg mengandung protein yang dibuat oleh
sel-sel hati yang terinfesksi VHB. Jika hasil tes HBsAg positif, artinya individu tersebut
terinfeksi VHB, karier VHB, menderita hepatatitis B akut ataupun kronis. HBsAg bernilai
positif setelah 6 minggu infeksi VHB dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil tetap setelah
lebih dari 6 bulan berarti hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau pasien menjadi
karier VHB. HbsAg positif makapasien dapat menularkan VHB.
b. Anti-HBs (antibodi terhadap HBsAg)
Merupakan antibodi terhadap HbsAg. Keberadaan anti-HBsAg menunjukan adanya antibodi
terhadap VHB. Antibodi ini memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B. Jika tes
anti-HbsAg bernilai positif berarti seseorang pernah mendapat vaksin VHB ataupun
immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya.
Anti-HbsAg posistif pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatitis B
menunjukkan bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB.
c. HbeAg
Yaitu antigen envelope VHB yang berada di dalam darah. HbeAg bernilai positif
menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau membelah/memperbayak diri. Dalam
keadaan ini infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan
berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang memiliki HbeAg positif dalam keadaan
infeksius atau dapat menularkan penyakitnya baik kepada orang lain maupun janinnya.
d. Anti-Hbe
Merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang diproduksi oleh tubuh. Anti-HbeAg yang
bernilai positif berati VHB dalam keadaan fase non-replikatif.
e. HbcAg (antigen core VHB)
Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di dalam inti sel hati yang
terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan keberadaan protein dari inti VHB.
f. Anti-Hbc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B)
Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe yaitu IgM anti HBc dan
IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi menunjukkan infeksi akut. IgG anti-HBc positif dengan
IgM anti-HBc negatif menunjukkan infeksi kronis pada seseorang atau orang tersebut penah
terinfeksi VHB.
2. Viral load HBV-DNA. Apabila positif menandakan bahwa penyakitnya aktif dan terjadi replikasi
virus. Makin tinggi titer HBV-DNA kemungkinan perburukan penyakit semakin besar.
3. Faal hati. SGOT dan SGPT dapat merupakan tanda bahwa penyakit hepatitis B-nya aktif dan
memerlukan pengobatan anti virus.
4. Alfa-fetoprotein (AFP), adalah tes untuk mengukur tingkat AFP,yaitu sebuah protein yang dibuat
oleh sel hati yang kanker.
5. USG (ultrasonografi), untuk mengetahui timbulnya kanker hati.
6. CT (computed tomography) scan ataupun MRI (magnetic resonance imaging), untuk
mengetahui timbulnya kanker hati.
7. Biopsi hati dapat dilakukan pada penderita untuk memonitor apakah pasien calon yang baik
untuk diterapi antivirus dan untuk menilai keberhasilan terapi
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002)
adalah:
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan
merasakan lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan pada mereka
dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk
2. Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah.
Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obat-obatan yang
memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih
dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih
dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi
secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai akan
menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV,
HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.
H. Komplikasi
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia
serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin besar jaringan parut yang terbentuk
dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
1) P e ngk a ji a n
1. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status perkawinan,
agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2. Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, serta hubungan
dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut kembung,diare dan nafsu makan
menurun.
Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis, apakah tidak pernah,
apakah menderita penyakit lain.
Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada perut bagian atas,
perut kembung, nafsu makan menurun dan diare.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita hepatitis atau sakit lain
Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari atas hingga
ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan keterangan
manakah symbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia
serta pasien yang sakit.
4. Pengkajian 11 Pola Gordon
Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan persepsi terhadap kesehatan?
Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami gangguan ini?
b. Nutrisi/ metabolic
Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan mulai terasa?
Apa konstipasi zatau diare?
Bagaimana pola BAK klien?
Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing, sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kmampuan ADL sepertii makan minum, mandi, toileting, mobilisasi di
tempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi ROM apakah pasien
melakukannya secara mandiri atau dengan bantuan orang lain atau bantuan alat.
Adapaun skor yang dapat diberikan berkaitan dengan pola akivitas dan latihan
seperti: 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
Bagaimana pola tidur klien, apakah mengalami perubahan?
Bagaimana istirahanya, dapatkah klien beristirahat dengan tenang?
f. Pola kognitif-perseptual
Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
Apakah klien menggunakan alat bantu?
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?
Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan seksual? (jika sudah
menikah)
i. Pola peran-hubungan
Apakah setelah sakit, peran klien di keluarga berubah?
Bagaimana hubungan klien dengan orang sekitar setelah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?
k. Pola keyakinan-nilai
Apakah klien selalu rajin sembahyang?
Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hepatitis
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering dan kulit kering
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis dan ketidakmampuan untuk mencerna makanan di tandai dengan nyeri abdomen
dan ketidakmampuan memakan makanan
3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai dengan melaporkan nyeri
secara verbal, perubahan selera makan dan gangguan tidur.
4) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
5) Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
6) Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
7) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
8) Intoleransi akivitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan
kekuatan/ketahanan;nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas;depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Reeves J. Charlene, dkk. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer. Suzanne C.2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Jakarta : EGC
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Wijaya, andra saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
Nyeri
Kerusakan sel sel hepar
Gangguan
Penurunan sel
metabolism zat besi
darah merah
Nekrosis
Resti perdarahan Anemia
Kolaps lobulus hati
Sirosis hepatis Defisit perawatan diri
Oleh :
Yurike Olivia Sella
190070300111028
Kelompok 1A
A. Identitas Klien
Nama : Tn. J ............................. No. RM : 11438297
Usia : 40 tahun Tgl. Masuk : 20 - 10 - 2019 (22:24)
Jenis kelamin : Laki - laki.......................... Tgl. Pengkajian : 22 - 10 - 2019
Alamat : Jl. Padat Karya, Pontianak Sumber informasi : Keluarga dan RM
No. telepon : -........................................ Nama klg. Dekat yg bisa dihubungi: Ny. S
Status pernikahan : Kawin............................... Status : Istri
Agama : Kristen.............................. Alamat : Jl. Padat Karya, Pontianak
Suku : Jawa................................. No. telepon : 081216578569
Pendidikan : SMA................................. Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta....................... Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Lama berkerja : -........................................
5. Obat-obatan yg digunakan:
C. Riwayat Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
GENOGRAM
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Tinggal dalam
satu rumah
Tn. J
Meninggal
40 thn
D. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Bersih Bersih
Kebersihan ....................................................... .......................................................
Tidak ada
Tidak ada
Bahaya kecelakaan ....................................................... .......................................................
Tidak ada Tidak ada
Polusi ....................................................... .......................................................
Baik Baik
Ventilasi ....................................................... .......................................................
Cukup Cukup
Pencahayaan ....................................................... .......................................................
E. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
0 4 (dibantu perawat)
Makan/minum .................................................... ....................................................
0 4 (seka, dibantu perawat)
Mandi .................................................... ....................................................
0 4 (dibantu perawat)
Berpakaian/berdandan .................................................... ....................................................
0 1 (terpasang kateter+ pampers)
Toileting .................................................... ....................................................
0 4
Mobilitas di tempat tidur .................................................... ....................................................
0 4
Berpindah .................................................... ....................................................
0 4
Berjalan .................................................... ....................................................
0 4
Naik tangga .................................................... ....................................................
PemberianSkor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain lebih dari 1 orang, 4 = tidak
mampu
G. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB: Pasien belum BAB semenjak MRS
1 atau 2 kali sehari (2 hari)
4. Frekuensi/pola .................................................... .................................................
Padat -
- Konsistensi .................................................... .................................................
Coklat dan bau khas -
- Warna & bau .................................................... .................................................
Tidak ada -
- Kesulitan .................................................... .................................................
Tidak ada -
I. Upaya mengatasi .................................................... .................................................
BAK:
±3-4 kali sehari Pasien terpasang kateter
5. Frekuensi/pola .................................................... .................................................
Cair Cair
- Konsistensi .................................................... .................................................
Kuning dan bau khas Kuning dan bau khas
- Warna&bau .................................................... .................................................
Tidak ada Pasien belum mempoduksi urin
- Kesulitan .................................................... .................................................
Tidak ada Kolaborasi terkait pemberian terapi
- Upaya mengatasi .................................................... .................................................
Balance Cairan
INPUT
1. Infus dan Obat Obatan
- RL = 240 cc
- Levofloxacin = 150 cc TOTAL INPUT : 1666 cc
- Lansoprazole = 10 cc
- Metocloperamide = 6 cc
2. Air metabolisme= 300 cc
3. Diet = 960 cc
OUTPUT
1. Urine = 0 cc
TOTAL OUTPUT : 600 cc
2. IWL = 600 cc
Maka, terjadi kelebihan cairan sebanyak 1066 cc pada pasien ini
H. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
- On Sedasi
Tidur siang: Lamanya .............................................. ....................................................
- On Sedasi
- Jam …s/d… ............................................. ..................................................
- On Sedasi
- Kenyamanan stlh.tidur ............................................. ..................................................
On Sedasi
8 jam
Tidur malam: Lamanya .............................................. ....................................................
21.00 – 05.00 On Sedasi
- Jam …s/d… ............................................. ..................................................
Nyaman On Sedasi
- Kenyamanan stlh. tidur ............................................. ..................................................
Tidak ada On Sedasi
- Kebiasaan sblm. tidur ............................................. ..................................................
Tidak ada On Sedasi
- Kesulitan ............................................. ..................................................
- On Sedasi
- Upaya mengatasi ............................................. ..................................................
………………………………………………………………………………………………….…
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah : Tn. J selalu bercerita kepada istri atau
orang tua, dan apabila menemui sebuah masalah akan segera diselesaikan dengan kekeluargaan
4. Harapan setelah menjalani perawatan : Sejak terdiagnosa penyakitnya pada 2013, Tn. J sangat
ingin pulih atau terjadi perbaikan dari penyakit yang dideritanya agar bisa senantiasa menemani
istri dan anaknya hingga anaknya dewasa
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit : Keluarga mengatakan Tn. J gampang merasa kelelahan
dan lebih rentan untuk sakit semenjak terdiagnosa penyakitnya pada 2013
K. Konsep Diri
1. Gambaran diri : Keluarga mengatakan bahwa Tn. J adalah sosok yang selalu bersemangat dan
ceria dalam beraktifitas di kesehariannya. Meskipun Tn. J terdignosa CKD dan hepatitis sejak
2013, beliau sangat bersemangat dalam menjalankan pengobatan yang dijalaninya.
2. Ideal diri : Keluarga mengatakan bahwa semenjak sakit – sakitan sejak beberapa tahun lalu, Tn. J
mengatakan ingin sembuh agar bisa terus menemani istri dan anaknya hingga anaknya dewasa.
Hal itulah yang membuat Tn. J selalu bersemangat untuk menjalani pengobatan agar cepat
sembuh dan pulih.
3. Harga diri : Keluarga mengatakan bahwa Tn. J sudah menerima kondisi yang dideritanya dengan
lapang dada
4. Peran : Keluarga mengatakan meskipun sakit sejak beberapa tahun lalu dan sering bolak balik RS
untuk menjalani HD dan kontrol, peran Tn. J sebagai sosok kepala keluarga dan ayah masih
berjalan dengan baik dan baru kali ini saja peran Tn. J berkurang karena harus MRS yang berefek
pada penghasilan yang diterima
5. Identitas diri : Keluarga mengatakan bahwa Tn. J selalu berserah diri dan bersyukur dengan apa
yang terjadi pada dirinya sembari tetap terus bersemangat untuk kesembuhannya
( ) Tidak ada
M. Pola Komunikasi
( ) Kos/asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu:.........................................................................
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut : Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut : Tidak ada pantangan, agama Kristen
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
N. Pola Seksualitas
P. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: On Sedation
GCS : E1 Vx M1
Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 155-180/90-110 mmHg - Suhu : 36,2-36,7 oC
- Nadi : 79-90 x/menit - RR : 20-25 x/menit
- SpO2 : 100% (on ventilator)
Tinggi badan: 165 cm........................... IMT : 16,5 (Status : Kurang)
Berat Badan : 45 kg.............................. BB Ideal : 58,5 kg
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat benjolan, A/I/C/D : -/-/-/-, rambut berwarna hitam dan tampak
sedikit berantakan
b. Mata:
Pupil pint point, reflek cahaya -/-, konjungtiva anemis, sklera unikterik, tidak terdapat
benjolan maupun hematoma
c. Hidung:
Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat perdarahan
d. Mulut & tenggorokan:
Bibir tidak sumbing, tidak ada lesi, tidak bengkak, terdapat gigi yang sudah tanggal, tidak
terdapat stomatitis, warna lidah merah muda, terdapat perdarahan pada saat dilakukan
oral hygiene
e. Telinga:
Bentuk simetris, warna sama dengan anggota tubuh yang lain, tidak ada lesi, tidak ada
perdarahan
f. Leher:
Bentuk simetris, warna kulit bagian leher sama dengan anggota tubuh yang lain, tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak terdapat benjolan.
3. Thorak& Dada:
Dada : Terpasang double lumen
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V Midclavicula Sinistra, Nadi : 79 x/menit
Perkusi : Dulness, batas jantung normal dimana batasnya yaitu:
Kanan atas : Intercostae II Linea para sternalis dextra
Kanan bawah : Inercostae IV Linea para sternalis dextra
Kiri atas : Intercostae II Linea para sternalis sinistra
Kiri bawah : Inercostae IV Linea Medio clavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
- Inspeksi : Terdapat retraksi dinding dada, RR : 25x/menit......................................................
- Palpasi : Fremitus vocal dan raba normal
- Perkusi : Suara sonor.............................................................................................................
- Auskultasi:
Wh : - - Rh : + +
- - + +
- - + +
1 1 + +
Sistem Neuorologi
- GCS : E1 Vx M1 (On Sedasi)
9. Kulit & Kuku
Kulit : Kulit bersih, tidak ada lesi, kulit lembab, turgor kulit kembali dalam waktu >2 detik
Kuku : Kuku pendek, bersih, CRT >2 detik
R. Terapi
- IV Metocloperamid 3 x 10 mg
Metoclopramide adalah obat yang digunakan untuk meredakan mual dan muntah yang dapat disebabkan
oleh migrain, efek samping dari prosedur bedah, kemoterapi, atau radioterapi. Dalam mengurangi rasa
mual, metoclopramide bekerja dengan cara mendorong makanan lebih cepat dari lambung ke usus
- Levofloxacin 1 x 750 mg
evofloxacin adalah obat golongan antibiotik quinolone yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, sinusitis, infeksi kulit, jaringan lunak, dan infeksi prostat.
Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati anthrax, serta mencegah penyakit pes (termasuk
bentuk pneumonic dan septicemic). Levofloxacin bekerja dengan cara membunuh bakteri dan
mencegahnya tumbuh kembali.
- Lansoprazole 1 x 30 mg
Lanzoprazole adalah kelompok obat proton pump inhibitor. Obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan
pada sistem pencernaan akibat produksi asam lambung yang berlebihan, seperti sakit maag dan tukak
lambung. Selain itu, obat ini juga bisa meredakan gejala akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan,
seperti kesulitan menelan dan batuk berkepanjangan. Lanzoprazole bekerja dengan cara mengurangi
jumlah asam yang dihasilkan oleh dinding lambung.
- Nicardipine 2 mg/jam
Nicardipine adalah obat yang digunakan untuk menangani hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
dapat meningkatkan beban kerja jantung dan pembuluh darah. Jika hipertensi tidak diobati, kondisi ini
dapat mengakibatkan otak, jantung, pembuluh darah, dan ginjal tidak dapat berfungsi secara normal.
Gangguan pada organ-organ tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, gagal
jantung, Nicardipine merupakan jenis obat antagonis kalsium. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
dan mengendalikan pergerakan kalsium ke dalam sel jantung melalui pembuluh darah, sehingga
meningkatkan pasokan darah dan oksigen menuju jantung, serta mengurangi beban kerja jantung.
- Fentanyl 25 mcg/jam
Fentanyl adalah obat pereda nyeri yang digunakan untuk meredakan rasa sakit yang hebat. Obat ini juga
digunakan sebagai salah satu obat bius ketika pasien akan menjalani operasi. Fentanyl bekerja dengan
mengubah respon otak dan sistem saraf pusat terhadap rasa sakit.
- Midazolam 2 mg/jam
Midazolam adalah obat golongan benzodiazepine yang diberikan sebelum operasi, untuk mengatasi rasa
cemas, membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks, serta menimbulkan rasa kantuk dan tidak sadarkan diri.
Obat ini bekerja dengan cara memperlambat kerja otak dan sistem saraf.
- PO N ACE 3 x 200 mg
Acetylcysteine adalah obat golongan mukolitik yang berfungsi untuk mengencerkan dahak yang
menghalangi saluran pernapasan. Oleh karena itu, obat ini tidak cocok diberikan untuk penderita batuk
kering. Dahak kental yang menempel dan menghambat saluran pernapasan biasanya muncul akibat
penyakit pada paru-paru, yang meliputi bronkitis, tuberkulosis, pneumonia, serta cystic fibrosis. Obat ini
bekerja dengan cara mengencerkan dahak sekaligus membantu untuk melancarkan saluran pernapasan.
- Nebul ventolin/8 jam
Ventolin adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit pada saluran pernafasan
seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Ventolin nebulizer termasuk obat golongan
agonis adrenoreseptor beta-2 selektif kerja pendek pada otot-otot bronkus (short acting beta-adrenergic
receptor agonist). Obat ini merupakan obat yang berfungsi membuka saluran pernafasan bronkus
(bronkodilator) dengan melemaskan otot-otot di sepanjang saluran pernafasan.
T. Kesimpulan
Tn. J adalah pasien dengan diagnosa medis CKD st V on routine HD, Hepatitis B on treatment, Post
Cardiac Arrest s/ Respiratory Failure type II, Acute DOC (Uremic Encephalopathy) dan Hematemesis
(SRMD). Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. J adalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas, hambatan pertukaran gas, kelebihan volume cairan, risiko syok dan risiko perdarahan. Pada
saat pengkajian didapatkan GCS pasien E1VxM1, TD 155/104 mmHg, Nadi 79 x/menit, RR 25
x/menit, Suhu 36,7oC, SpO2 100%. Namun pada saat akhir shift jaga pagi tanggal 22 Oktober 2019,
pasien mengalami penurunan tekanan darah sehingga TD pasien 86/55 mmHg, N 105 x/menit dan
RR 25 x//menit. Pada hasil pemeriksaan foto thorax didapatkan kesimpulan terdapat efusi pleura
kanan, edema pulmonum dan cardiomegaly. Hingga saat ini pasien masih terpasang ventilator
dengan mode PC-SIMV 16x/menit dan masih harus mendapatkan perawatan total di ICU karena
kondisi pasien yang belum stabil.
U. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang : Jl. Padat Karya
Transportasi pulang : Kendaraan pribadi
Dukungan keluarga : Istri mengatakan bahwa istri dan orang tua siap membantu Tn. D
dalam menjalankan perawatan serta memantau status kesehatannya. Selain itu istri dan
orang tua juga akan men-support pasien secara moral
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : Biaya perawatan dicover oleh BPJS
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang : Melakukan KIE kepada keluarga
terkait penyakit yang diderita pasien dan bagaimana pengobatan serta perawatan pasien
apabila sudah berada di rumah.
Pengobatan: Pasien diresepkan PO N ACE 3 x 200 mg sebagai obat yang harus
dikonsumsi secara rutin dirumah. Apabila obat yang diresepkan sudah habis, pasien
disarankan untuk tetap melakukan kontrol di poli penyakit dalam sesuai dengan anjuran
dokter.
Rawat jalan ke : Poli penyakit dalam
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah : Perawatan klien harus dibantu oleh anggota
keluarga lain dan kepatuhan minum obat harus diperhatikan
Keterangan lain :
Pasien masih harus dilakukan perawatan di RS karena saat ini pasien dalam keadaan yang tidak
stabil dan masih dalam proses monitoring hasil lab serta pemeriksaan diagnostik lainnya. Apabila
keadaan pasien sudah stabil, maka pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap non intensive
care untuk mendapatkan perawatan biasa sembari memonitoring terkait kondisi pasien.
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : - Pasien terdiagnosa efusi Ketidakefektifan
DO : pleura Bersihan Jalan
- Pasien terintubasi ETT dan ↓ Nafas
terhubung ventilator dengan Ekspansi paru terbatas,
mode PC-SIMV 16x/menit. terjadi proses peradangan
- Pada saat dilakukan suction
pada rongga pleura
berkala, terdapat secret
berwarna coklat dan kental
↓
- Terdapat rektraksi dinding Hipersekresi mukus
dada ↓
- RR 20-25 x/menit
- Pada hasil pemeriksaan foto Secret tertahan di saluran
thorax didapatkan nafas
kesimpulan terdapat efusi ↓
pleura kanan, edema Terdengar ronki tetapi tidak
pulmonum dan cardiomegaly ada reflex batuk
- Rh :
↓
+ +
Ketidakefektifan Bersihan
+ + Jalan Nafas
- Pasien tidak ada reflex batuk
+ +
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
2 DS : - CKD Gangguan
DO :
↓ Pertukaran Gas
- Pada hasil pemeriksaan Sekresi eritropoietin ↓
foto thorax didapatkan
↓
kesimpulan terdapat efusi Hb ↓
pleura kanan, edema
↓
pulmonum dan Oksihemoglobin ↓
cardiomegaly
↓
- Terdapat retraksi dinding Suplai O2 ↓
dada ↓
- RR 20-25 x/menit Kompensasi pemenuhan O2
- Nadi 79-90 x/menit ↓
- SpO2 88% (On BVM), Sesak
- SpO2 100% (on ventilator) ↓
- Hasil pemeriksaan BGA : Gangguan Pertukaran Gas
pO2 : 139,8 mmHg (N:
80-100 mmHg)
pCO2 : 27 mmHg (N: 35-
45 mmHg)
Kesimpulan hasil BGA :
Asidosis Metabolik
- Hb : 7,6 g/dl (N :11,4-15,1
g/dL)
- Ureum :128,8 mg/dL (N :
16.6-48.5 mg/dL)
- Kreatinin : 13,33 mg/dL (N :
<1.2 mg/dL)
- Asam Laktat : 5 mmol/L (N :
0,5 - 2,2 mmol/L)
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
3 DS: - GGK Kelebihan
DO: ↓ Volume Cairan
- CRT >2 det Penurunan GFR
- Turgor kulit >2 det ↓
- Pasien anuria ↓
Retensi Na dan air ↑
- Edema
↓
+ + Output < Intake
+ + ↓
Kelebihan volume cairan
- Albumin : 2,9 g/dL (N :3,5
– 5,5 g/dL) -> Hipoalbumin
- Pada hasil pemeriksaan
foto thorax didapatkan
kesimpulan terdapat
edema pulmonum
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
4 DS : - Pasien post cardiac arrest Penurunan Curah
DO :
↓ Jantung
- Pasien mengalami cardiac
Peningkatan beban kerja
arrest sesampainya di IGD
jantung
RSSA
- Pasien mendapatkan ↓
tindakan ROSC Irama jantung : Sinus
- Pada hasil pemeriksaan takikardi
foto thorax didapatkan ↓
kesimpulan dan Penurunan Curah Jantung
cardiomegaly
- Terdapat retraksi dinding
dada
- SpO2 100% (on ventilator)
- Pada saat akhir shift jaga
pagi tanggal 22 Oktober
2019, pasien mengalami
penurunan tekanan darah
sehingga :
TD : 86/55 mmHg
N : 105 x/menit
RR : 25 x/menit
- Irama EKG : Sinus Takikardi
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
5 DS : - Sesak nafas Nyeri Akut
DO :
↓
- Pasien terintubasi ETT dan
Hipoksemia
terhubung ventilator dengan
↓
mode PC-SIMV 16x/menit.
- Pasien dalam keadaan on Penurunan kesadaran
sedasi ↓
- GCS E1VxM1
Lidah jatuh kebelakang
- Pasien menderita CKD
↓
dan hepatitis sejak 2013
Penurunan O2 yang masuk
- Pasien post cardiac arrest ke otak
dengan tindakan ROSC ↓
- Pada hasil pemeriksaan Respiratory Failure
foto thorax didapatkan ↓
kesimpulan terdapat efusi Terintubasi ETT dan
pleura kanan, edema terhubung ventilator
pulmonum dan ↓
cardiomegaly Merangsang mediator nyeri
- TD:155-180/90-110 mmHg ↓
- RR 20-25 x/menit Nyeri Akut
- Nadi 79-90 x/menit
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
6 DS : - Sesak nafas Defisit Perawatan
DO :
↓ Diri
- Pasien terintubasi ETT dan
Hipoksemia
terhubung ventilator dengan
↓
mode PC-SIMV 16x/menit.
- Pasien dalam keadaan on Penurunan kesadaran
sedasi ↓
- GCS E1VxM1
Lidah jatuh kebelakang
- Pasien mendapatkan
bantuan perawatan total oleh ↓
perawat Penurunan O2 yang masuk
- Pasien terlihat lusuh dan ke otak
terdapat bau mulut
↓
- Rambut pasien terlihat
berminyak dan berantakan Respiratory Failure
↓
Terintubasi ETT dan
terhubung ventilator
↓
Tidak bisa melakukan ADL
↓
Defisit perawatan diri
- - +
- +
-
+ + +
- +
3 Turgor Kulit >10 detik >9-10 >6-8 2-5 detik <1 detik
detik detik
+ +
- Sudah diberikan nebul ventolin/8 jam dan terapi PO N
+ +
ACE 3 x 200 mg
2
08.00,
09.00,
10.00, S:
11.00, O:
12.00, 1. Konsultasikan dengan tenaga medis lain terkait
- Terdapat retraksi dinding dada
13.00, pemilihan jenis dan mode ventilator
14.00 2. Monitor setting ventilator, termasuk suhu dan - RR 20-25 x/menit
kelembaban dari udara yang dihitup secara rutin - Nadi 79-90 x/menit
3. Cek secara teratur semua sambungan ventilator - SpO2 100% (on ventilator)
4. Monitor adanya penurunan volume yang dihembuskan
- Pasien terpasang ventilator dengan mode PC-SIMV
dan peningkatan tekanan pernafasan
16x/menit, PEEP 5 cm H2O, PS 12, PC 12 cm H2O, FiO2
5. Berikan agen paralisis otot, sedasi dan analgesic sesuai
40%, MVE 5,8, VP 240-320
dengan advice dokter (Midazolam 2 mg/jam, Fentanyl
25 mcg/jam) - Sudah diberikan terapi Midazolam 2 mg/jam,
6. Monitor aktivitas yang meningkatkan konsumsi oksigen Fentanyl 25 mcg/jam
(misalnya demam, menggigil, kejang, dll)
3
7. Monitor gejala gejala yang mengindikasikan peningkatan
08.00,
09.00, kerja pernafasan
10.00, 8. Monitor efektifitas ventilasi mekanik terhadap status
11.00, fisiologi pasien
12.00, 9. Monitor tekanan ventilator, sinkronisasi pasien dan
13.00, S:
ventilator serta suara nafas pasien
14.00 O:
- CRT >2 det
1. Monitor status hidrasi pasien - Turgor kulit >2 det
2. Jaga intake atau asupan yang akurat dan catat - Edema pada ke empat ektremitas
output pasien - Pada perhitungan balance cairan didapatkan pasien
3. Monitor status hemodinamik (MAP)
terjadi kelebihan cairan sebanyak 1066 cc
4. Monitor TTV pasien
5. Kaji daerah edema - TD : 86/55 mmHg
- N : 105 x/menit
- RR : 25 x/menit
IMPLEMENTASI II
Nama Klien : Tn. J Tanggal : 23 Oktober 2019
Diagnosa Medis : CKD st V on routine HD, Hepatitis B on treatment, Post Cardiac Arrest s/ Respiratory Failure type II, Acute DOC
iii(Uremic Encephalopathy) dan Hematemesis (SRMD)
No. Dx
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien dan Evaluasi
Kep
S:
O:
O:
1. Monitor status hidrasi pasien
2. Jaga intake atau asupan yang akurat dan catat output - CRT >2 det
pasien
3. Monitor status hemodinamik (MAP) - Turgor kulit >2 det
4. Monitor TTV pasien - Edema pada ke empat ektremitas
3 08.00,
5. Kaji daerah edema
- Pada perhitungan balance cairan didapatkan pasien
09.00,
terjadi kelebihan cairan sebanyak 520 cc
10.00, - TD : 80-90/50-65 mmHg
- N : 80-105 x/menit, RR : 18-24 x/menit
11.00,
12.00,
13.00,
14.00
IMPLEMENTASI III
Nama Klien : Tn. J Tanggal : 24 Oktober 2019
Diagnosa Medis : CKD st V on routine HD, Hepatitis B on treatment, Post Cardiac Arrest s/ Respiratory Failure type II, Acute DOC
iii(Uremic Encephalopathy) dan Hematemesis (SRMD)
No. Dx
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien dan Evaluasi
Kep
- -
+ +
ACE 3 x 200 mg
S:
O:
O:
1. Monitor status hidrasi pasien
2. Jaga intake atau asupan yang akurat dan catat output
- CRT >2 det
pasien
3 3. Monitor status hemodinamik (MAP) - Turgor kulit >2 det
4. Monitor TTV pasien
- Edema pada ektremitas bawah
08.00, 5. Kaji daerah edema
- Pada perhitungan balance cairan didapatkan pasien
terjadi kelebihan cairan sebanyak 355 cc
09.00, 1. Jelaskan prosedur hemodialysis dan tujuannya - TD : 120-135/80-95 mmHg
2. Periksa peralatan dan cairan sesuai peraturan - N : 80-105 x/menit
10.00, 3. Berikan dialysis sesuai kebutuhan dan catat respon - RR : 18-22 x/menit
pasien
11.00, UF Goal : 0 Liter
QB : 300 mL/menit
Heparin : Free heparin
12.00, Time Dialisat : 4 jam
4. Periksa sistem monitor (tekanan, suhu, pH,
13.00, konduktivitas, pembekuan, detector udara, tekanan
negatif untuk ultrafiltrasi dan sensor aliran darah) untuk
14.00
memastikan keselamatan pasien
5. Monitor TD, denyut nadi, pernafasan, suhu dan respon
pasien selama dialysis
6. Berikan heparin sesuai peraturan
16.00 7. Monitor waktu pembekuan dan sesuaikan pemberian
heparin dengan tepat
8. Hindari mengukur tekanan daarah atau melakukan
tusukan infus di lengan yang dekat dengan fistula
EVALUASI
Kamis, 24 1 S: -
O: NOC : Respon Ventilasi Mekanik
Oktober 2019
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Sekresi Pernafasan 3 5 4
2 Suara nafas 1 4 3
tambahan
3 Batuk 5 5 5
Kamis, 24 2 S: -
Oktober 2019
O:
NOC : Status Pernafasan: : Ventilasi
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
RR
1 4 5 5
Irama Pernafasan
2 4 5 5
Retraksi dinding
3 dada 3 5 4
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
Tekanan parsial
oksigen di darah
1 1 5 3
arteri (pO2)
Tekanan parsial
karbondioksida di
2 4 5 4
darah arteri (pCO2)
Saturasi Oksigen
3 5 5 5
Kamis, 24 3 S: -
Oktober 2019
O:
NOC : Keseimbangan Cairan
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
Keseimbangan
1 intake dan output 2 4 4
selama 24 jam
2 Edema periperal 2 5 4
3 Turgor Kulit 4 5 4
4 Hematokrit 2 4 3
S O A P I E
- - Keadaan Resiko Tujuan : - Melakukan S:-
umum : lemah Ketidakefektifan Setelah dilakuakan tindakan keperawatan 3x24 jam monitoring TTV: O :
- GCS : Perfusi Jaringan diharapkan perfusi jaringan otak pada klien mengalami suhu, nadi, - GCS : E4V1M6
tampak kepala yang d.d Kriteria Hasil : - Melakukan MAP: 120 mmHg
kesakitan Subdural Terdapat kenaikan skor pada masing masing indicator monitoring tingkat N : 90 x/m
kepala yang frontotemporal NOC : Tissue Perfusion: Cerebral dan Mean Aterial SPO2: 96%
Akhir
Awal
Trgt
1 >180 >130 >130 Coma - Menghindari Indikator
ka/ki
2 160-180 110-130 120-130 Sopor
P ka: 15 ml 3 150-160 100-110 110-120 Delirium kegiatan yang
Tekanan
P ki : 60 ml 4 130-140 105-100 100-110 apatis bisa darah
5 <130 <90 70-100 Compos 3 4 3
- Keluaran meningkatkan sistolik
mentis
drain berwarna NIC: Cerebral Edema Management TIK, Head up 300 Tekanan
1. Monitor karakteristik, warna, konsistensi pada CSF/ SDD darah 5 5 4
merah terang dan O2 NRBM 15
diastolic
drainage
lpm
2. Laporkan perubahan respon saat di stimulus Mean
3. Kolaborasi pemberian cairan IV hypotonik
Aterial
Pressure 4 4 3
(MAP)
NIC: Neurologic Monitoring
7. Monitor tanda-tanda vital: suhu, nadi, tekanan Tingkat
kesadaran 3 4 3
darah, dan RR
8. Monitor tingkat kesadaran (GCS) dan Mean Aterial
Pressure (MAP) A:
9. Monitor pantau ukuran pupil, bentuk, dan Masalah sesuai indicator NOC
Awl
Akr
Tgt
4 pH arteri AGD ( Ph arteri, No Indikator
asidosis
respiratorik PaCO2, dan HCO3)
PO2 : 100 dan kadar elektrolit 1. PO2 5 5 5
darah untuk 2. PaCO2 3 5 4
mmHg
PaCO2 : 55 4 SPO2 5 5 5
menentukan
5 pH arteri 3 5 4
mmHg efektivitas
SPO2 : 99%
intervensi
pH arteri : 7,2 - Monitor kerusakan A:
Keterangan:
No PO2 PaCO2 SPO2 pH arteri mukosa oral, Masalah sesuai indicator NOC
1 >140mmHg >60 mmHg >75% 7,0 hidung, dari teratasi sebagian
2 130 mmHg 55-60 >80% 7,0-7,1 tekanan jalan nafas P:
mmHg buatan, tekanan
Intervensi dilanjutkan dan
3 120 mmHg 50-55 >85% 7,1-7,2 cuff yang tinggi
- Melakukan didelegasikan sesuai dengan
mmHg
4 110 mmHg 45-50 >90% 7,2-7,3 fisioterapi dada intervensi NIC Acid Base
- Tingkatkan
mmHg Management: Asidosis
pengkajian secara
5 80-100 35-45 95- 7,35-7,45 Respiratorik poin 1-5 dan
rutin adanya kriteria
mmHg mmHg 100% Manajemen Ventilasi Mekanik 1-
penyapihan
7
(kemampuan untuk
NIC: Acid Base Management: Asidosis Respiratorik
mulai usaha nafas)
1. Perhatikan kepatenan jalan napas
2. Monitor tanda gejala tingginya HCO3-
3. Monitor intake dan output cairan pasien setiap 1 jam
4. Monitor status kesadaran dan neuromuscular
sebagai adanya komplikasi dari akaliosis metabolic
(reflek otot yang hiperaktif, pusing, kelemahan, koma)
5. Berikan cairan sesuai indikasi karena adanya
kehilangan yang berlebihan dikarenakan penyebab
yang mendasar
RESUME KEPERAWATAN 3
Akh
Trgt
Awl
N: 90x/m Indikator
intake dan output pemberian
RR: 18 x / m
selama 24 jam insulin untuk Peningkatan urin 2 4 3
menggunakan
Peningkatan glukosa mengontrol
bantuan output
darah kadar glukosa Peningkatan 3 4 3
ventilator
darah glukosa darah
SPO2 : 99%
GD 1: 260
GD 2: 307 Keterangan : A:
GD 5: 382 Masalah sesuai indicator NOC belum
- Diet: DM 6 x teratasi
200 cc via NGT P:
- Balance
Intervensi dilanjutkan dan
cairan 24 jam
didelegasikan sesuai dengan
1206 cc
intervensi NIC Hyperglycemia
Peningkatan Peningkatan
glukosa darah Management poin 1-5
urin output
1. 1500-1700 cc 500
2. 1000-1500 cc 400
3. 500-1000 cc 250-300
4. 1-500 cc 210-240
5. 0 – (-500) cc <200