Anda di halaman 1dari 140

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.L KHUSUSNYA NY.

A
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA
ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA HIPERTENSI
DI DESA MEKAR KECAMATAN SOROPIA
KABUPATENKONAWE
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program


Diploma III Keperawatan

Oleh :

SALBIA
NIM. P00320015046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018

i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Salbia

Nim :P00320015046

Institusi pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul proposal :ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.L


KHUSUSNYA NY.A DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA ANGGOTA
KELUARGA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI
DESA MEKAR KECAMATAN SOROPIA
KABUPATEN KONAWE TAHUN 2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 30 Juli 2018

Yang Membuat Pernyataan,

Salbia

iii
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

1. Nama : Salbia

2. Tempat Tanggal Lahir : Lombe, 13 Agustus 1997

3. Suku / Bangsa : Muna Buton / Indonesia

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri 1 Bone Tamat Tahun 2009

2. MTsN 1 Parigi Tamat Tahun 2012

3. SMA Negeri 1 Bone Tamat Tahun 2015

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Masuk tahun 2015

iv
MOTTO

Tidak ada sesuatu yang lebih baik dan pada akal yang
diperindah Dengan ilmu, dan ilmu diperindah dengan kebenaran,
Kebenaran diperindah dengan kebaikan dan kebaikan diperindah
dengan ketaatan.

Kupersembahkan karya tulis ini teruntuk Ayah dan Ibu


tercinta, Keluarga, Almameter, Agama, Nusa dan Bangsa yang selalu
memberikan kasih dan mendoakan, yang menjadi kebanggaan,
pedoman hidup, dan tempatku berpijak dalam menyelesaikan
penulisan karya tulis ilmiah ini.

Salbia

v
ABSTRAK

SALBIA,NIM : P00320015046 ‘’Asuhan Keperawatan Keluarga TN.L


Khususnya NY.A dalam pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Anggota
Keluarga Yang Menderita Hipertensi Di Desa Mekar Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe Tahun 2018”.Dibimbing oleh Ibu Dian Yuniar Syanti
Rahayu,.SKM, M.Kep dan ibu Dewi Satiya Rini, M.Kep,.Sp.KMB.hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah pada dua kali pengukuran denga selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.peningkatan tekanan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak deteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai.berdasarkan data kunjungan dari puskesmas soropia
kabupaten konawe, menunjukan bahwa 10 besar penyakit di kecamatan soropia
yaitu Hipertensi,Influenza, tukak lambung, Demam, Rematik dan Penyakit
Jantung, penyakitsaluran pernafasan, Diare, Asma, dan Penyakit Gangguan Saraf
Lainya, sehingga yang menduduki peringkat pertama yaitu Hipertensi, Pada
Oktober 2017 sebanyak 149 penderita ( 49,6%), november 2017 sebanyak 149
penderita (39%), pada desember 2017 sebanyak 88 penderita (32,7%), pada bulan
januari 2018 sebanyak 82 penderita (27,3%), pada bulan Februari sebanyak 89
penderita (57,4%), Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui asuhan
keperawatan keluarga pada penderita Hipertensi dalampemenuhan kebutuhan
Rasa Nyaman denga latihan Tekhnik Relaksasi nafas dalam(Terapi Non
Farmakologi). Rancangan studi kasus yang digunakan menggunakan studi kasus
deskriptif. Subjek pada studi kasus ini yaitu menggunakan satu orang pasien dan
melibatkan anggota keluarga pasien sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
yang telah ditetapkan. Data diperoleh dengan melakukan pengkajian secara
langsung dan wawancara kepada pasien dan keluarga. Hasil studi kasus diperoleh
bahwa dengan adanya latihan Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam selama 2 minggu
(14 hari) dapat memberikan pengaruh terhadap kenyamanan kllien pada pasien
Hipertensi. Sebelum dilakukan tindakan Tekhnik Relaksasi klien nampak tidak
nyaman dengan gejala hipertensi karena Nyeri, setelah di lakukan tindakan
Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam, klien nampak lebih rileks dan nyaman nyeri
sedang bisa teratasi. Bagi perawat tindakan Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam dapat
dijadikan salah satu Intervensi keperawatan serta serta di masukan kedalam
discharge planning sebagai tindakan mandiri pasien ketika berada di rumah
apabila pasien mengalami nyeri,yang mengganggu kenyamanan klien.

Kata Kunci : Hipertensi, Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam, Asuhan Keperawatan,


desa mekar kecamatan soropia kabupaten konawe.

vi
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah dan paling mulia yang patut penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa kecuali rasa syukur atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul ” Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.L khususnya Ny.A Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Anggota Keluarga Yang Menderita
Hipertensi Di Desa Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018.
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis sadari amat banyak
aral yang melintang, namun berkat Allah SWT yang senantiasa memberi
petunjuk-Nya serta keyakinan pada kemampuan diri sendiri, sehingga segala
hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilai serta
sembah sujud penulis ucapkan kepada Kedua orang tua yang amat kucintai,
Ayahanda Amiruddin P dan Ibunda Salma atas segala doa dan kasih sayang yang
tak henti-hentinya tercurahkan demi keberhasilanku serta semua pengorbanan
materil yang telah dilimpahkan, tanpa restu keduanya penulis tidak ada apa-
apanya.
Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua
pembimbingku Ibu Dian Yuniar Syanti Rahayu, SKM.,M.Kep selaku
Pembimbing I dan Ibu Dewi Sartiya Rini, M.kep, Sp.KMB Selaku Pembimbing
II yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
4. Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Penguji I, Bapak Muhaimin
Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku Penguji II dan Ibu Asminarsih Zainal

vii
Prio, M.Kep., Sp.Kom selaku Penguji III yang telah membantu dan
mengarahkan penulis dalam ujian Proposal sehingga penelitian ini dapat
lebih terarah.
5. Bapak / Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan yang
turut membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.
6. Kepala Kelurahan Desa Mekar dan Kepala Puskesmas Soropia yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
7. Saudara-saudaraku tersayang Sairun, Salam Ramadhan dan Sahwan
Ardiansyah yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayangnya.
8. Terkhusus kekasihku Ardan Said Muna yang selalu memberi dukungan dan
motivasi selama ini sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
9. Terakhir, teruntuk sahabat-sahabatku Iking , Eko Febrisnto, Apriandi,
Reonaldi Aprizal, Aat Nugraha Utama, Aswan, Hilya Mahzura, Meriyanti,
Hera Yulianingsi Tri Putri, Mirasantika, Riski Adelin, Novianti Rusli,
Nining selva marsentiani dan Megasari serta teman-teman angkatan 2015
khususnya teman-teman tingkat III A dan III B, yang telah memberikan
motivasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya
di Politeknik Kesehatan Kendari serta kiranya Tuhan selalu memberi rahmat
kepada kita semua. Amin.

Kendari, 30 Juli 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...........................................................ii
KEASLIAN TULISAN .......................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................iv
HALAMAN MOTTO..........................................................................................v
ABSTRAK ...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus ..........................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga...........................................7
B. Asuhan Keperawatan dalam Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) 28
C. Konsep Dasar Hipertensi..................................................................46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Studi Kasus ..........................................................................56
B. Subyek Studi Kasus..........................................................................56
C. Fokus Studi.......................................................................................56
D. Definisi Operasional.........................................................................56
E. Lokasi Dan Waktu Studi ..................................................................60
F. Pengumpulan data ............................................................................60
G. Penyajian data ..................................................................................61
H. Etika studi kasus...............................................................................61

ix
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. HASIL STUDI KASUS ..................................................................63
B. PEMBAHASAN .............................................................................91
C. KETERBATASAN STUDI KASUS.............................................. 97
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN......................................................................98
B. SARAN...................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Genogram

Gambar 4.2 Denah Rumah

Gambar 6.1 Pengukuran Tekanan Darah

Gambar 6.2 Pemeriksaan Mata

Gambar 6.3 Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas

Gambar 6.4 Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah

Gambar 6.5 Melakukan Penyuluhan Hipertensi

Gambar 6.6 Melakukan Penyuluhan Hipertensi

Gambar 6.7 Pengukuran Tekanan darah Pada Ny.A

Gambar 6.8 Pengukuran Tekanan darah Pada Ny.N

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Nyeri

Tabel 3.1 Perencanaan Keperawatan Ibu A dengan Hipertensi

Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik Keluarga

Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik Klien

Tabel 4.3 Analisa Data

Tabel 4.4 Skala Prioritas Masalah Keperawatan Nyeri Kronik

Tabel 4.5 Skala Prioritas Masalah Keperawatan Defisiensi Pengetahuan

Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.7 Implentasi Keperawatan

Tabel 4.8 Catatan Perkembangan

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Bebas Administrasi

Lampiran 2. Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 3. Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 5. Surat Usul Izin Penelitian Dari Jurusan

Lampiran 6. Surat Pengantar Izin Penelitian Dari Kampus

Lampiran 7. Lembar Konsul Perbaikan Proposal

Lampiran 8. Lembar Konsul KTI

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang

Lampiran 10. Lembar Persetujuan Menjadi Respondent

Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi

Lampiran 12. Media Penyuluhan Leafleat Hipertensi

Lampiran 13. Kuisioner Pengetahuan

Lampiran 14. Foto Dokumentasi Penelitian

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat

akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh

salah satu anggota keluarga dapat memengaruhi sistem keluarga tersebut.

Salah satu gagguan kesehatan yang sering di alami adalah penyakit hipertensi

(Sudiharto & Hartono, 2007).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka

waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila

tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai

(Kemenkes RI, 2013).

Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 972 juta

orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini

kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta

pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di

negara berkembang, termasuk Indonesia . Penyakit terbanyak pada usia lanjut

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi, dengan

prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65-74 tahun dan

63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2016).

1
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran

pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 %, yang tertinggi di Provinsi Bangka

Belitung (30,9%), diikuti Provinsi Kalimantan Selatan (30,8%), Provinsi

Kalimantan Timur (29,6%) dan Provinsi Jawa Barat (29,4%)

(Rikesdas,2013).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner

terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga

kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 %. Sehingga, ada 0,1 % yang

minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi

sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 %. Di dapatkan angka prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 % (Rikesdas,2013 ).

Di Provinsi Sulawesi Tenggara, pada Tahun 2018 data tersedia

adalah data yang diperoleh dari kunjungan pada unit-unit pelayanan seperti

Puskesmas dan jaringannya. Dari 82.425 (8%) penduduk berusia 18 tahun ke

atas yang dilakukan pengukuran tekanan darah, sebanyak 31.817 orang atau

38,60% yang mengalami hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin, hipertensi

lebih banyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebesar 50,32%, sedangkan pada

perempuan hanya sebesar 34,67%. Data ini hanya berasal dari 11

Kabupaten/Kota, karena 6 daerah lainnya tidak melaporkan hasil pemeriksaan

tekanan darah di wilayahnya, meskipun demikian data tersebut di atas dapat

menjadi acuan tentang gambaran kasus hipertensi di Provinsi Sulawesi

Tenggara yang persentasenya berada di atas prevalensi nasional (Dinkes

Sultra, 2016).

2
Berdasarkan data kunjungan dari Puskesmas Soropia Kabupaten

Konawe, bahwa 10 besar penyakit di Kecamatan Soropia yaitu Hipertensi,

ISPA, Influenza, Tukak Lambung, Demam Rematik dan Penyakit Jantung

Rematik, Penyakit Lain Saluran Pernapasan, Diare, ASMA, Penyakit

Gangguan Saraf Lainnya. Sehingga yang menduduki peringkat pertama yaitu

hipertensi dengan data pada bulan Oktober 2017 sebanyak 149

penderita(49,6%), bulan November 2017 sebanyak149 penderita (39%),

bulan Desember 2017 sebanyak 88 penderita(32,7%), pada bulan Januari

2018 sebanyak 82 penderita (27,3%), pada bulan Februari sebanyak 89

penderita (57,4%). Desa Mekar adalah Desa yang mengalami penyakit

Hipertensi lebih tinggi dari pada penyakit yang lain. Penderita Hipertensi

sebanyak 15 (50-60%) penderita dari 25-30 kunjungan ( Laporan bulanan

Puskesmas Soropia Konawe tahun 2017-2018).

Peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dengan selang waktu yang sangat

lama dapat menimbulkan beberapa gejala antara lain yaitu sakit kepala atau

nyeri kepala, jantung berdebar – debar, sulit bernafas setelah bekerja keras

atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah

memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama dimalam hari,

telinga berdenging (tinnitus), dan dunia terasa berputar (vertigo). Kondisi ini

dapat memicu gangguan rasa nyaman yang dapat menghambat aktifitas dalam

kegiatan sehari-hari klien (Situmorang, Paska Rina, 2015).

Penatalaksanaan perawatan hipertensi pada penderita hipertensi

sangat diperlukan suatu peran keluarga yang baik, dalam arti bahwa anggota

3
keluarga mendukung penatalaksanaan perawatan hipertensi. Adanya

keterlibatan anggota keluarga secara langsung untuk membantu pasien

hipertensi merupakan salah satu wujud bentuk dukungan agar

penatalaksanaan perawatan hipertensi dapat berjalan dengan baik.

Penatalaksanaan hipertensi yang dilakukan dengan baik diharapkan pasien

hipertensi dapat menjaga tekanan darahnya dengan normal (Yunita Ayu

Rachmawati, Dkk,2013).

Keluarga mempuyai peranan sangat penting dalam pemeliharaan

kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita hipertensi. Friedman (1981)

menbagi lima peranan yang dilakukan keluarga yaitu mengenal gejala

hipertensi, mampu mengambil keputusan untuk mengambil keputusan dalam

menolong hipertensi, mampu memberi asuhan keperawatan pada anggota

keluarga yang menderita hipertensi dalam mengatasi masalah dan

meningkatkan produktifitas keluarga, dalam meningkatkan mutu hidup

anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi (Yunita Ayu

Rachmawati, Dkk,2013).

Pencapaian tujuan perawatan kesehatan keluarga yang optimal,

diperlukan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Adapun

peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluargannya

menderita penyakit hipertensi antara lain : mampu mengenal asuhan

keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi, sebagai

pengamat masalah dan kebutuhan keluarga, sebagai pemberi pelayanan

kesehatan, sebagai role model dan sebagai fasilitator (Yunita Ayu

Rachmawati, Dkk,2013).

4
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.L Khususnya

Ny.A Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Anggota

Keluarga yang Menderita Hipertensi Di Desa Mekar Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan

Keluarga Tn.L Khususnya Ny.A Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa

Nyaman pada Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi Di Desa

Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Pasien Hipertensi

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Desa Mekar

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada anggota

keluarga yang menderita hipertensi

b. Menegakan diagnosa keperawatan keluarga pada anggota

keluarga yang menderita hipertensi.

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga yang telah

diterapkan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi.

5
d. Melakukan tindakan keperawatan keluarga pada anggota

keluarga yang menderita hipertensi.

e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada penderita

hipertensi pada pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

f. Melakukan pendokumentasian keperawatan keluarga pada

penderita hipertensi pada pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis

a. Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan asuhan

keperawatan keluarga dengan hipertensi

b. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam

penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.

2. Manfaat bagi institusi keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari

Adapun manfaat bagi institusi adalah sebagai bahan bacaan untuk

menambah wawasan.dan sebagai acuan ataupun referensi dalam

pembelajaran di institusi.

3. Manfaat bagi Klien dan Keluarga

Adapun manfaat bagi Klien dan keluarga adalah untuk mengurangi

dampak dari hipertensi bagi klien dan meningkatkan derajat kesehatan

klien serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

D. Konsep Asuhan Keperawatan keluarga

1. Konsep Dasar Teori

a. Definisi

Menurut departemen kesehatan (1988), keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Bailon dan Madgaya (1978) mendefinisikan keluarga

sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam dalam satu

rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran

masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu

budaya. Menurut Friedman (1998), definisi keluarga dua atau lebih

individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling

membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta

mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih

yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu

memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,

bertaqwa kepada Tuhan, memilikihubungan yang selaras dan

seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan

(Sudiharto, 2007).

7
b. Struktur dan Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga mempuyai struktur peran formal

dan informal. Misalnya, ayah mempuyai peran formal sebagai

kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah

sebagai panutan dan perlindungan keluarga.

Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan

berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi,

kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga,

kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan

masalah.

Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta

kasih, serta saling menerima dan mendukung.

2. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial

dan belajar berperan dilingkungan sosial.

3. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4. Fungsu ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.

5. Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk

merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

8
c. Tahap perkembangan

1. Tahap keluarga baru menikah (keluarga baru)

Tugas perkembangannya :

a) Membina hubungan intim yang memuaskan

b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan

kelompok sosial.

c) Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga dengan anak baru lahir

Tugas perkembangannya:

a) Mempersiapkan menjadi orang tua

b) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga,

interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan.

c) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan

pasangannya

3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah

Tugas perkembangannya :

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya

kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.

b) Membantu anak untuk bersosialisasi

c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara

kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi

d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau

di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

9
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak

(biasannya keluarga mempuyai tingkat kerepotan yang

tinggi)

f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

g) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan anak

4. Keluarga dengan anak usia sekolah

Tugas perkembangannya :

a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang tidak/kurang

diperolehdari sekolah atau masyarakat)

b) Mempertahankan keintiman pasangan

c) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termaksud biaya

kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

5. Keluarga dengan anak remaja

Tugas perkembangannya :

a) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung

jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan

mulai memiliki otonomi

b) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga

c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan

orang tua. Hindari terjadinya perdebatan, kecurigaan dan

permusuhan.

10
d) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan

(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang anggota keluarga.

6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa

Tugas perkembangan :

a) Memperluas jaringan keluarga inti dari keluarga inti

menjadi keluarga besar.

b) Mempertahankan keintiman pasangan

c) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di

masyarakat

d) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah

7. Keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangannya :

a) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia

pertengahan

b) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan

dengan anak-anaknya dan sebaya

c) Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia tua

Tugas perkrmbangannya :

a) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang

saling menyenangkan pasangannya

b) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi: kehilangan

pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga.

11
c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat

d) Melakukan life review masa lalu.

2. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian.

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika ketika seorang

perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang

keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data

pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga,

perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang digunakan

setiap hari), lugas dan sederhana (Suprajitno,2004).

Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu

dilakukan, yaitu:

a. Membina hubungan yang baik. Hubungan yang baik antara

perawat dan klien ( keluarga) merupakan modal utama

pelaksanaan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat

dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapeutik yang

merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada

klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatanya. Beberapa hal

yang perlu dilakukan:

1) Diawali dengan memperkenalkan diri dengan sopan dan

ramah.

2) Menjelaskan tujuan kunjungan.

12
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk

membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang

ada di keluarga.

4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat

dilakukan

5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang

menjadi jaringan perawat.

b. Pengkajian awal. pengkajian ini terfokus sesuai data yang

diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.

c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah tahap

pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai

masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal.

Di sini perawat perlu mengungkap keadaan keluarga hingga

penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.

d. Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan

metode wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan

fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan data

sekunder.

Data yang perlu diperoleh dari pengkajian yaitu :

1) Berkaitan dengan keluarga.

a) Data demografi dan sosiokultural.

a) Data lingkungan.

b) Struktur dan fungsi keluarga.

c) Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga.

13
d) Prkembangan keluarga.

2) Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga.

a) Fisik.

b) Mental.

c) Emosi.

d) Sosial.

e) Spiritual.

a) Data Umum.

Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan

telepon), pekerjaan KK, pendididkan KK, dan komposisi keluarga.

Selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya.

b) Data lingkungan.

Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil

identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah

ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air

limbah dan kebutuhan mck (mandi,cuci,dan kakus),sarana air bersih

dan minum yang digunakan.keadaan rumah akan lebih mudah

dipelajari bila digambar dengan sebagai denah rumah

(Suprajitno,2004).

Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan

tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,yaitu

tempat keluarga bertempat tingga, meliputi kebiasaan, seperti

lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/kesepakatan penduduk

setempat, dan budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.

14
Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas

keluarga dan anggota keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah

tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering

berkunjung pada keluarga yang dibina.

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Sistem pendukung keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga

yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (akses,

jamsostek, kartu sehat, asuransi atauyang lain). Fasilitas fisik yang

dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), dukungan psikologis

anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas sosial yang ada di

sekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya

kesehataan (Suprajitno,2004).

1. Diagnosis Keperawatan

Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan

perawat sebagai berikut:

a. Pengelompokan data.

Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada

asuhan keperawatan klinik. Perawat mengelompokkan data hasil

pengkajian dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok

diagnosis keperawatan.

15
b. Perumusan diagnosis keperawatan.

Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada

sasaran individu dan atau keluarga. komponen diagnosis

keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi),

dan atau tanda (sign).

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan

aturan yang telah disepakati, terdiri dari:

1. Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang di alami

oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.

2. Penyebab (etiologi) adalah suatu pernyataan yang dapat

menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima

tugas keluarga, yaiu mengenal masalah, mengambil

keputusan yang tepat, merawat angota keluarga,

memlihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan.

3. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan

objektif yang diperoleh perawat dari kluarga secara

langsung atau tidak yang mendukung masalah dan

penyebab.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan

menjadi tiga kelompok, yaitu:

16
1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang

sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan

dari perawat dengan cepat.

2. Diagnosis risiko tinggi/risiko tinggi adalah masalah

keperawatan yang belum terjadi dengan cepat apabila

tidak segera mendapat bantuan perawat.

3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari

keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi

kebutuhan kesehatanya dan mempunyai sumber

penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat

ditingkatkan.

c. Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan

Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang

mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai yang

mempunyai skor terendah. namun, perawat perlu

mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah

keperawatan mana yang perlu di atasi segera .

Contoh: diagnosa keperawatan keluarga

Risiko terjatuh berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga menyediakan lingkungan yang aman bagi lansia

.langkah-langkah selanjutnya, yaitu perlu melakukan pemberian

skor dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh bailon

dan maglaya. Penilaian dilakukan pada semua diagnosis

keperawatan yang telah dirumuskan oleh perawat.

17
d. Misi Memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga Berkualitas.

Misi memberikan asuhan keperawatan keluarga yang

berkualitas adalah sebagai berikut :

1. Memberdayakan keluarga untuk membangun setiap

anggota keluarganya agar dapat memellihara kesehatan

yang optimal.

2. Membina kemitraan dengan keluarga sehingga dapat

mandiri dan meningkatkan ketahanan keluarga.

3. Meningkatkan peran keluarga dalam prevensi primer,

sekunder, dan tersier dibidang kesehatan.

4. Mewujudkan kesehatan sebagai hak setiap individu

dalam anggota keluarga.

5. Mempersiapka SDM yang berkualitas denagn peran serta

aktif keluarga sehingga memiliki karakter yang kuat dan

cerdas.

3) Intervensi Keperawatan Keluarga

Ada beberapa definisi intervensi keperawatan dalam literatur

ANA’s Social Policy Statement (1995) mendefinisikan intervensi

keperawatan keluarga sebagai tindakan perawat untuk kepentingan

pasien, serta keluarga dan komunitas dengan tujuan untuk membantu

pasien, serta keluarga dan komunitas dengan tujuan untuk

meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, emosional, psikososial,

spiritual, budaya, serta lingkunagn tempat mereka mencari bantuan.

Selain itu, Bulechek dan McCloskey (1994) mendefinisikan intervensi

18
keperawatan sebagai penanganan perawatan langsung yang perawat

lakukan untuk kepentingan klien. Intervensi meliputi tindakan yang di

prakasai oleh perawat dan tindakan yang diprakasai oleh dokter.

Menurut Wright dan Bell (1994), intervensi keperawatan adalah

tindakan atau respons dari perawat yang meliputi hubungan tindakan

terapeutik yang terjadi dalam kontes hubungan dalam perawat klien

untuk memengaruhi individu, keluarga, atau fungsi komunitas yang

merupakan tanggung jawab perawat (Suprajitno,2004).

Intervensi keperawatan keluarga atau perencanaan adalah

proses menetapkan tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber dalam

keluarga untuk tindakan keperawatan, membuat alternatif-alternatif

pendekatan kepada keluarga, merancang intervensi, dan menetapkan

prioritas terapi keperawatan.

Tujuan jangka panjang dalam asuhan keperawatan keluarga

merupakan arah untuk menghilangkan penyebab atau etiologi. Tujuan

jangka pendek ditetapkan melalui pelaksanaan lima keluarga dalam

bidang kesehatan.

Tahap intervensi dan evaluasi keperawatan merupakan tahap

lanjut dari proses keperawatan keluarga. Setelah menyusun rencana

keperawatan, perawat mencoba untuk mengiplementasikannya dalam

bentuk tindakan secara nyata di dalam keluarga dengan mengarahkan

segala kemampuan profesional yang di miliki untuk mendapatkan

perubahan kondisi kesehatan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.

pada tahap intervensi, perawat diharapkan dapat memobilisasi sumber-

19
sumber yang ada didalam dan di luar keluarga. Untuk mencapai tujuan

yang diharapkan dalam rencana keperawatan (Suprajitno,2004).

Kemampuan perawat dalam mengimplementasikan rencana

keperawatan keluarga dihadapkan dengan berbagai faktor-faktor yang

ada didalam keluarga, seperti keterbatasan pengetahuan keluarga,

keterbatasan sumber daya dan dana keluarga, serta pengaruh sosial

budaya masyarakat. Berbagai bentuk intervensi keperawatan keluarga

dapat dilakukan mulai dari intervensi yang sederhana sampai kompleks

yang memerlukan kemampuan khusus dalam berbagai tatanan kondisi

kesehatan keluarga.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam asuhan

keperawatan keluarga, perawat perlu melakukan evaluasi terhadap

asuhan keperawatan yang dapat dilaksanakan secara bertahap atau pada

akhir asuhan keperawatan keluarga. Hasil evaluasi ini sangat

bermanfaat sebagai bahan untuk pengambilan keputusan, apakah

asuhan keperawatan perlu diakhiri atau dimodifikasi terhadap rencana

keperawatan yang telah disusun (Suprajitno,2004).

4) Indikasi untuk intervensi keperawatan keluarga

Wright dan Leahey menganjurkan untuk melakukan intervensi

keperawatan keluarga pada kondisi-kondisi berikut.

1. Adanya keluarga dengan suatu masalah yang berhubungan di

antara anggota keluarga yang dipengaruhi.

20
2. Adanya anggota keluarga dengan penyakit yang memiliki

dampak yang merugikan secara nyata terhadap anggota keluarga

yang lain.

3. Anggota keluarga mendukung permasalahan atau gejala pada

individu.

4. Salah satu anggota keluarga menunjukan perbaikan dari gejala,

sedangkan anggota keluarga yang lain mengalami kemunduran.

5. Seorang anggota keluarga di diagnosis penyakitnya untuk

pertama kali.

6. Perkembangan anak atau remaja secara emosional, tingkah laku,

atau fisik dalam konteks anggota keluarga yang sakit

7. Salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit kronis

pulang atau pindah dari suatu institusi ke komunitas

8. Anggota keluarga mengalami penyakit yang mematikan.

5) Tingkatan intervensi keperawatan keluarga

Ada perbedaan tingkatan intervensi keperawatan keluarga yang

berkenaan dengan kompleksitas intervensi keperawatan mereka. Wright

dan Leahey menggambarkan adanya dua tingkat keahlian dalam

keperawatan keluarga,yaitu generalis dan spesialis konsep keahlian

generalis memandang keluarga sebagai konteks untuk bekerja dengan

pasien secara individual. Konsep keahlian spesialis memandang

keluarga sebagai unit asuhan dengan kompetensi wawancara klinik dan

pengetahuan sistem teori keluarga, penelitian keluarga dan model

pengkajian, serta intervensi keluarga. Freadman (1992) menyatakan

21
bahwa lulusan DIII biasanya lebih efektif bekerja dengan keluarga

sebagai unit. Untuk keluarga dengan permasalahan lebih kompleks,

biasanya di rujuk ke spesial (Suprajitno,2004).

6) Klasifikasi intervnsi keperawatan

Secara umum intervensi keperawatan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Supplemental. Perawat secara langsung memberikan pelayanan

keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga.

2. Facilitative. Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga

dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahtraan sosial,

transportasi, atau pelayanan perawatan kesehatan di rumah.

3. Developmental. Perawat membantu keluarga untuk menolong diri

sendiri sesuai kemampuannya (misalnya, meningkatkan kemampuan

merawat diri dalam keluarga dan tanggung jawab diri sendiri).

Perawat juga membantu keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang bersumber dari diri sendiri, seperti dukungan sosial

internal dan eksternal.

Nursing intervention classifcation (NIC,1992) telah

mempublikasikan 336 intervensi keperawatan intervensi keperawatan

secara langsung. Kekuatan utama NIC adalah memberikan jarak yang

luas antara intervensi keperawatan generalis dan spesialis

(Suprajitno,2004).

22
7) Model intervensi keluarga Calgary

Model intervensi kelurga Calgary, (CFIM, Calgari Family

Intervention Model) oleh Wright and Leahey (1994) merupakan suatu

kerangka pengorganisasian konseptual pemagian domain khusus dari

fungsi keluarga dan intervensi spesifik yang diusulkan oleh perawat.

Fokus utama CFIM adalah meningkatkan, memperbaiki, dan membantu

fungsi keluarga secara efektif dalam tiga domain, yaitu : kognitif

(thought), afektif (emotion), dan perilaku (action).

Intervensi keperawatan keluarga spesifik

Strategi intervensi spesifik pelayanan kesehatan yang

profesional di dalam keluarga bergantung pada tingkatan fungsi

keluarga. Selanjutnya, bentuk intervensi, keperawatan khusus adalah

sebagai berikut:

1. Modifikasi tingkah laku

2. Kontrak

3. Manajemen kasus, meliputi koordinasi dan advokasi

4. Kolaborasi

5. Konsultasi

6. Konseling, meliputi dukungan, umpan-balik kognitif, intervensi

krisis, dan bekerja dalam kelompok

7. Strategi pemberdayaan

8. Modifikasi lingkungan

9. Advokasi keluarga

10. Modifikasi gaya hidup, meliputi manajemen stress

23
11. Hubungan antartetangga (misalnya, dasawisma) yang meliputi

penggunaan kelompok swabantu (self-helf-group) dan dukungan

sosial

12. Merujuk

13. Model peran

14. Peran tambahan, misalnya peran sebagai kader kesehatan,pokjakes,

PKK, atau posyandu

15. Stategi pengajaran

16. Klarifikasi nilai-nilai

8) Hambatan-hambatan dalam intervensi keperawatan keluarga

Menurut Bailon & Maglaya (1978), ada berbagai hambatan yang

sering dihadapi perawat dalam melakukan intervensi keperawatan

keluarga. Hambatan-hambatan ini dapat disebabkan oleh beberapa

faktor berikut :

1. Informasi yang diperoleh keluarga mungkin kurang atau keliru

2. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh sehingga

keluarganya yang melihat sebagian dari masalah

3. Keluarga memperoleh informasi yang diperlukan, tetapi tidak dapat

mengaitkanya dengan situasi mereka.

4. Keluarga tidak mau menghadapi situasi

5. Anggota-anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga

atau sosial.

6. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku

7. Kegagalan dalam mengaitkan antara tindakan dan sasaran keluarga

24
8. Keluarga kurang percaya terhadap tindakan yang diusulakan

9. Kesulitan-kesulitan pada tahap implemntasi dapat juga diakibatkan

oleh tindakan-tindakan perawat yang tidak tepat. Hal tersebut

merupakan akibat dari hal-hal sebagai berikut:

1. Perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan yang

tetap (perawat kaku, kurang luwes)

2. Perawat kurang memberikan penghargaan dan perhatikan

terhadap faktor-faktor sosial budaya

3. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan serta

menggunakan berbagai macam tekhnik, mengingat rumitnya

masalah yang berhubungan dengan tingkah laku dalam

kehidupan keluarga, seperti menanggulangi kesulitan-kesulitan

antara suami dan istri.

9) Implementasi keperawatan keluarga

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses

aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di

dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan.

Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dapat dimiliki

mereka dan mengembangkan melalui implementasi yang bersifat

memampukan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, mengambil

keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi,

merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatanya,

memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, seru

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Suprajitno,2004).

25
Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan

pendekatan keperawatan transkultural mnggunakan tiga strategi utama,

yaitu mempertahankan budaya yang sesuai dengan situasi dan kondisi

kesehatannya saat ini, negosiasi budaya yang lebih menguntukan situasi

dan kondisi kesehatannya ini dan melakukan restrukturisasi budaya,

yaitu dengan mengganti budaya yang lebih sesuai dengan situasi

kesehatan saat ini (Suprajitno,2004).

10) Evaluasi keperawatan keluarga

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai

keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya

sehingga memiliki produktifitas yang tinggi dalam mengembangkan

setiap anggota keluarga.

Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi

adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan

dalam perencanaan sudah tercapai. Bentuk rumusan tujuan yang

ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan

evaluasi.

Evaluasi sebagai suatu proses dapat dipusatkan dalam empat

dimensi berikut :

1. Dimensi keberhasilan dari tindakan keperawatan, evaluasi ini

dikaitkan dengan pencapaian tujuan

2. Dimensi ketepatgunaan (efficiency) tindakan keperawatan, evaluasi

ini dikaitkan dengan biaya, waktu, tenaga, dan bahan

26
3. Dimensi kecocokan (appropriateness) tindakan keperawatan adalah

kesanggupan dari tindakan untuk mengatasi masalah dengan baik

dan sesuai pertimbangan profesional

4. Dimensi keadekuatin (adequacy) tindakan keperawatan yang

berhubungan dengan kelengkapan tindakan.

11) Kriteria dan standar

Kriteria dan standar adalah dua istilah yang berhubungan

dengan evaluasi. Kriteria menunjukan tanda-tanda yang dapat

memberi informasi kepada kita apakah tujuan telah tercapai. Kriteria

adalah gambaran tentang faktor-faktor tetap yang dapat memberi

petunuk bahwa tujuan telah tercapai. Kriteria tidak terikat dengan

evaluasi dan tidak bergantung pada waktu. Ketika evaluasi digunakan

pada kriteria, kriteria akan menjadi standar.

Standar menunjukan tingkat pelayanan yang diinginkan untuk

membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya.

12) Evaluasi Kuantitatif dan kualitatif

Secara umum, ada dua macam evaluasi, yaitu : evaluasi

kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Dalam evaluasi kuantitafif,

pengurangain dilaksanakan dalam jumlah pelayanan atau jumlah

kegiatan yang telah dikerjakan misalnya jumlah imunisasi yang telah

diberikan dan jumlah anak sekolah yang telah diperiksa. Jenis evaluasi

ini adalah jenis yang paling sering digunakan karena mudah dilakukan

dibandingan dengan evaluasi kualitatif.

27
13) Metode-metode dan sumber-sumber data evaluasi

Untuk menentukan apak tujuan tindakan keperawatan telah

tercapai, metode-metode yang sering digunakan adalah melakukan

observasi langsung, memeriksa laporan atau dokumentasi, melakukan

wawancara atau angket, dan melakukan latihan stimulasi.

14) Langkah-langkah dalam evaluasi

Langakah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi adalah

sebagai berikut :

1. Menetapkan garis dasar (basis) masalah kesehatan dari individu

atau seluruh keluarga

2. Merumuskan tujuan khusus keperawatan untuk klien

3. Menentukan kriteria dan standar evaluasi

4. Menentukan metode atau teknik evaluasi serta sumber data

5. Membandingkan keadaan yang benar-benar nyata dengan kriteria

dan standar untuk evaluasi

6. Mencari penyebab dari pelaksanaan yang kurang memuaskan

B. Asuhan Keperawatan dalam Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada masalah nyeri (gangguan rasa nyaman) yang

dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi

nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan.(H. Aziz

Alimul,2008). Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :

- P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya

nyeri.

28
- Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau

tersayat.

- R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri.

- S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.

- T (time) adalah lama / waktu serangan atau frekuensi nyeri.

Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien

melalui skala nyeri berikut :

Tabel 2.1 Skala Nyeri

SKALANYERI
SKALA NYERI

Tidak
Tidak Nyeri
Nyeri Sedikit
Sedikit Nyeri
Nyeri Sedang
Sedang Parah
Parah // Berat
Berat

Tidak
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Ringan Sedang
Sedang Parah
Parah Separah-parahnya
Separah-parahnya

0 : Tidak nyeri
1 : Nyeri ringan
2 : Tidak nyaman
3 : Mengganggu
4 : Sangat mengganggu

2. Diagnosa Keperawatan

Terdapat beberapa diagnosis yang berhubugan dengan masalah

nyeri, diantaranya :

a. Nyeri Kronis

Definisi

Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan

kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau di gambarkan sebagai

suatu kerusakan (International Association for the Study of Pain);

awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga

29
berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat

dilantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari (>3) bulan.

Batasan Karakteristik

 Anoreksia

 Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri

untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya ( misa.,

Neonatal Infat Pain Scale, Pain Assessment Checklist for

Senior with Limited Ability to Communicate)

 Eksprsi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak

kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus,

meringis)

 Fokus pada diri sendiri

 Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnnya

 Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri

(mis., skala Wong Baker FACES, skala analog visual, skala

penilaian numerik)

 Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan

standar instrumen nyeri (mis., McGill Pain Questioonnaire,

Brief Pain Inventory)

 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis.,

anggota keluarga, pemberi asuhan)

 Perubahan pola tidur

Faktor Yang Berhubungan

 Agens pencedera

30
 Cedera medula spinalis

 Cedera otot

 Cedera tabrakan

 Distres emosi

 Fraktur

 Gangguan genetik

 Gangguan imun (mis., neuro patik karena human

immunodeficiency virus (HIV), virus varisela zoster)

 Gangguan iskemik

 Gangguan metabolik

 Gangguan muskuloskeletal kronik

 Gangguan pola tidur

 Infiltrasi tumor

 Isolasi sosial

 Jender wanita

 Keletihan

 Kerusakan sistem saraf

 Usia >50 Tahun

 Vibrasi seluruh tubuh

b. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga

Definisi

Pola pengaturan dan pengintergrasian ke dalam proses keluarga, suatu

program untuk pengobatan penyakit dan sakuelanya yang tidak

31
memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan tertentu dari unit

keluarga

Batasan Karakteristik

 Akselerasi gejala penyakit seorang anggota keluarga

 Kurang perhatian pada penyakit

 Kesulitan dengan regimen yang ditetapkan

 Kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor risiko

 Ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan

kesehatan

Faktor Yang Berhubungan

 Konflik pengambilan keputusan

 Kesulitan mengatasi kerumitan program pengobatan

 Kesulitan mengarahkan sistem pelayanan kesehatan yang rumit

 Konflik keluarga

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Definisi

Penurunan sirkulasi darah keperifer yang dapat mengganggu

kesehatan

Batasan Karakteristik

 Edema

 Nyeri ekstermitas

 Parestesia

 Penurunan nadi perifer

 Perubahan fungsi motorik

32
 Tidak ada nadi perifer

 Waktu pengisian kapiler >3 detik

 Warna kulit pucat saat elevasi

Faktor Yang Berhubungan

 Diabetes melitus

 Gaya hidup kurang gerak

 Hipertensi

 Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat

 Kurang pengetahuan tentang proses penyakit

 Merokok

d. Intoleran aktivitas

Definisi

Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk

mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari

yang harus atau yang ingin dilakukan

Batasan Karakteristik

 Dipsnea setelah beraktivitas

 Keletihan

 Ketidaknyaman setelah beraktivitas

 Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

Faktor Yang Berhubungan

 Gaya hidup kurang gerak

 Imbolititas

 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

33
 Tirah baring

e. Ketidakefektifan koping keluarga

Definisi

Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stresor,

ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan/atau

ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia.

Batasan Karakteristik

 Akses dukungan sosial tidak adekuat

 Kesulitan

 Ketidakmampuan memenuhi harapan peran

 Letih

 Perubahan pola komunikasi

 Perubahan pola tidur

 Sering sakit

 Strategi koping tidak efektif

Faktor Yang Berhubungan

 Derajat ancaman yang tinggi

 Krisis situasi

 Krisis maturasi

 Penilaian ancaman tidak akurat

34
f. Resiko cidera

Definisi

Rentang mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang

berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu,

yang dapat menggangu kesehatan.

Faktor Risiko

Eksternal

 Agens nosokomial

 Gangguan fungsi kognitif

 Hambatan sumber nutrisi

 Moda transportasi tidak aman

Internal

 Disfungsi biokimia

 Disfungsi eketor

 Disfungsi imun

 Gangguan orientasi afektif

 Gangguan sensasi

 Hipoksia jaringan

 Malnutrisi

 Usia ekstrim

3. Perencanaan Keperawatan

a. Nyeri Kronik

NIC:

35
1) Lakaukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau beratnya

nyeri dan faktor pencetus.

2) Monitor tanda-tanda vital secara kompherensif.

3) Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai

ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat

berkomunikasi secara efektif.

4) Pastikan perawatan analgesik bagi pasien di lakukan dengan

pemantauan yang ketat.

5) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap

nyeri.

6) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.

7) Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri.

8) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup

pasien (misalnya: tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan,

hubungan, performa kerja dan tanggung jawab peran).

9) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau

memperberat nyeri.

10) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat

nyeri kronik individu atau keluarga atau nyeri yang

menyebabkan disability/ketidakmampuan /kecacatan, dengan

tepat.

36
11) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainya, mengenai

efektifitas tindakan pengontrolan nyeri yang pernah digunakan

sebelumnya.

12) Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan.

13) Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan

perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor

perubahan nyeri dan akan dapat membantu mengidentifikasi

faktor pencetus aktual dan potensial (misalnya: catatan

perkembangan, catatan harian).

14) Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian

ketidaknyamanan pasien dan mengimplementasikan rencana

monitor.

15) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri

berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari

ketidaknyamanan akibat prosedur.

16) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya: suhu

ruangan, pencahayaan, suara bising).

17) Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan

atau meningkatkan nyeri (misalnya ketakutan, kelelahan,

keadaan, monoton dan kurang pengetahuan).

18) Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi,

kemampuan yang ada, kecenderungan, dukungan dari orang

37
terdekat terhadap metode dan kontraindikasi ketika memilih

strategi penurunan nyeri.

19) Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya:

farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk

memfasilitasi penurunan nyeri , sesuai dengan kebutuhan.

20) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.

21) Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi

penurunan nyeri.

22) Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya

dengan tepat.

23) Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmaklogi (seperti.,

biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif,

terapi musik, terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur,

aplikasi panas/dingin dan pijatan, sebelum, sesudah dan jika

memungkinkan, ketika melakukan aktivitas yang menimbulkan

nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersamaan

dengan tindakan penurunan rasa nyeri lainya).

24) Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien saat

ini untuk menurunkan nyeri.

25) Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri.

26) Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun nyeri

yang adekuat.

38
27) Kolaborasi denga pasien, orang terdekat dan tim kesehatan

lainya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan

penurun nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan.

28) Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan pereepan

analgesik.

29) Implementasikan pengunaan pasien terkontrol analgesik

(PCA), jika sesuai.

30) Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah

berat.

31) Berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk

meningkatkan partisipasi, namun (lakukan) evaluasi

(mengenai) bahaya dari sedasi.

32) Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi non

farmakologi sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan

nyeri.

33) Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat

perubahan dalam catatan medis pasien, informasikan petugas

kesehatan lain yang merawat pasien.

34) Evaluasi keefektifan dar itindakan pengontrol nyeri yang

dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan.

35) Mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan

respon pasien.

36) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu

penurunan nyeri.

39
37) Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya

sesuai kebutuhan.

38) Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan

pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri

sebelumnya.

39) Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai

strategi nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk

mendorong pendekatan preventif terkait dengan manajemen

nyeri.

40) Gunakan pendekatan multi disiplin untuk manajemen nyeri

jika sesuai.

41) Pertimbangkan untuk merujuk pasien, keluargadan orang

terdekat pada kelompok pendukung dan sumber- sumber lainya

sesuai kebutuhan.

42) Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan

pengetahuan dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri.

43) Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri, jika

memungkinkan.

44) Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam

interval yang spesifik.

b. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga

NIC:

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit

yang spesifik.

40
2) Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagimana hubunganya

dengan anatomi dan fisiologi, sesuai kebutuhan.

3) Review pengeahuan pasien mengenai kondisinya.

4) Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya.

5) Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit sesuai

kebutuhan.

6) Eksplorsi bersama pasien apakah dia telah melakukan

manajemen gejala.

7) Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan.

8) Indentifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan.

9) Berikan informasi kepada pasien mengenai kondisinya,

ssesuai kebutuhan.

10) Identifikasi perubahan komdisi fisik pasien .

11) Hindari memberikan harapan yang kosong.

12) Beri ketenangan terkait kondisi pasien, sesuai kebtuhan

13) Beri informasi kepada keluarga/orang yang penting bagi

pasien mengenai perkembangan pasien, sesuai kebutuhan.

14) Berikan informasi mengenai pemeriksaaan diagnostik yang

tersedia, sesuai kebutuhan.

15) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan

datang dan/atau mengontrol proses penyakit.

16) Diskusikan pilihan terapi/penanganan.

41
17) Jelaskan alasan di balik manajemen/terapi/penanganan

yang direkomendasikan.

18) Dorong pasien untuk menggali pilihan-

pilihan/mendapatkan pendapat kedua, sesuai kebutuhan

atau sesuai yang diindikasikan.

19) Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada, sesuai

kebutuhan.

20) Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk

mencegah/meminimalkan efek samping penanganan dari

penyakit, sesuai kebutuhan.

21) Edukasi pasien mengenai tindakan utuk

mengontrol/meminimalkan gejala, sesuai kebutuhan.

22) Eksplorasi sumber-sumber dukungan yang ada sesuai

kebutuhan.

23) Rujuk pasien kepada kelompok pendukung/agen komunitas

lokal, sesuai kebutuhan.

24) Edukasi pasien mengenai tnda dan gejala yangharus

dilaporkan kepadapetugas kesehatan,sesuai kebutuhan.

4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya

ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan

kebosanan.

1) Ketidakpercayaan

42
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di derita pasien dapat

mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan

verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan

nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa perawat

mengkaji rasa nyeri pasien agar lebih dapat memahami tentang

nyerinya.

2) Kesalah pahaman

Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan

mengurangi nyeri, hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien

bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang

tahu secara pasti tentang nyerinya.

3) Ketakutan

Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi

ketakutan pasien dengan mengganjurkan pasien untuk

mengepresikan bagaimana mereka menangani nyeri.

4) Kelelahan

Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya,

kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang

cukup.

5) Kebosanan

Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri, untuk

mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang

bersifat terapeutik. Beberapa tehnik pengalih perhatian adalah

bernafas pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi

43
berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal yang

menyenangkan, dan sebagainya.

b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik

seperti :

Teknik latihan pengalihan :

1) Menonton televisi

2) Berbincang-bincang dengan orang lain

3) Mendengarkan musik

Tehnik relaksasi

Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi

paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,

melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta

mengulangi hal yang sama smabil terus konsentrasi hingga dapat rasa

nyaman, tenang, dan rileks.

Stimulasi kulit :

1) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri

2) Menggosok punggung

3) Menggunakan air hangat dan dingin

4) Memijat dengan air mengalir

c. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau

memblok stransmisis stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan

cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah

narkotika danbukan narkotika. Jenis narkotika diginakan utuk

menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi

44
vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak

dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan anti

inflamasi nonsteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic acid) diguakan

untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer, kemungkinan

menghambat sintesis protagladin yang memiliki khasiat setelah 15-20

menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga

menghambat agregrasi trombosit dan antagonis lemah terhadap

vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu perdarahan dan

protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongan

asetaminofen sama dengan seperti aspirin, akan tetapi tidak

menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis nonsteroid anti

inflamatory drug (NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan

dosis rendah dapat berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini

meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac,

dan lain-lain (H. Aziz Alimul,2008).

d. Pemberian stimulator listrik yaitu dengan memblok atau mengubah

stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan.bentuk

stimulator metode stimulus listrik meliputi:

1) Trancutanneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk

mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan

menempatkan beberapa elektrode diluar.

2) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan

alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang di

implan di bawah kulit dengan transistor timah penerima yang

45
dimasukkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan columna

vetebrae.

3) Stimulator columna vertibrae, sebuah stimulator dengan stimulus

alat penerima transistor dicangkok melalui kantong kulit

intraklavikula atau abdomen, yaitu elektroda ditanam melalui

pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai

kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya

perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya respons fisiologis

yang baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa

keluhan nyeri (Alimul, H. A. Aziz,2008).

C. Konsep Dasar Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik yang

menetap di atas atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik

yang menetap di atas atau sama dengan 90 mmHg sebelum mendiagnosa

seorang hipertensi kita harus membuktikan peninggian pada tekanan darah

pada sedikitnya pada tiga pemeriksa dalam masa 2 minggu. Pasien harus

bebas strees pada saat pemeriksaan antara lain, bebas dari nyeri dan

ansietas (seperti hipertensi white coat) (Mark A. Graber, 2006).

Hipertensi adalah angka kesepakatan berdasarkan bukti klinis

(evidence based) atau berdasarkan konsensus atau berdasar epidemiologi

studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih tinggi dari angka

46
normal yang disepakati, maka risiko morbiditas dan mortalitas kejadian

kardiovaskuler akan meningkat (Siti Setiati,Dkk, 2015).

2. Epidemiologi

Hipertensi dikemukakan pada semua populasi dengan angka

kejadian yang berbeda-beda sebab ada faktor-faktor genetik, ras, regional,

sosial budaya yang juga menyakut gaya hidup yang berbeda. Hipertensi

akan makin meningkat bersama dengan bertambahnya umur (Siti Setiati,

Dkk, 2015).

Hipertensi mengambil porsi sekitar 60% dari seluruh kematian

dunia. Pada anak-anak yang tumbuh kembang hipertensi meningkat

mengikuti dengan pertumbuhan badan. Dengan bertambahnya umur,

angka kejadian hipertensi juga makin meningkat, sehingga diatas umur 60

tahun prevalensinya mencapai 65,4%. Obesitas sindrom metabolik,

kenaikan berat badan adalah faktor risiko independent untuk kejadian

hipertensi. Bila anamnesa keluarga yang didapatkan hipertensi, maka

sebelum umur 55 tahun risiko menjadi hipertensi diperkirakan skitar

empat kali dibandingkan dengan anamnesa keluarga yang tidak didapatkan

hipertensi. Setelah umur 55 tahun, semua orang akan menjadi hipertensi

(90%) (Siti Setiati,Dkk, 2015).

Menurut NHANES 1999-2000, prevalensi tekanan darah tinggi

pada populasi dewasa yang berumur di atas 20 tahun di Amerika Serikat

adalah normal 38%, pre hipertensi 31%, dan hipertensi 31% (Siti

Setiati,Dkk, 2015).

47
3. Patogenesis

Penyebab-penyebab hipertensi ternyata sangat banyak, tidak bisa

diterangkan hanya dengan satu faktor penyebab. Memang betul pada

akhirnya kesemuanya itu akan menyakut kendali natrium (Na) di ginjal

sehingga tekanan darah meningkat (Siti Setiati, Dkk, 2015).

Ada empat faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi yaitu :

a. Peran volume intra vaskuler

Menurut Kaplan tekanan darah tingi adalah hasil interaksi

antara cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (Total

Pheripheral resistance, tahap total perifer) yang masing-masing

dipengaruhi oleh beberapa faktor (Siti Setiati,Dkk, 2015).

Volume intravaskuler merupakan determitan utama untuk

kestabilan tekanan dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan TPR

apakah dalam posisi vasodilatasi atau vasokontriksi. Bila asupan NaCl

meningkat, maka ginjal akan merespons agar ekskresi garam keluar

bersama urine ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya

mengekskresi NaCl ini melebihi ambang kemampuan ginjal, maka

ginjal akan meretensi H2O sehingga volume intravaskuler meningkat.

Pada gilirannya CO dan CJ juga akan meningkat. Akibat

terjadi ekspansi volume intra vaskuler (Siti Setiati, Dkk, 2015).

b. Peran kendali saraf autonom

Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah

sistem saraf simpatik, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi

48
saraf viseral (termaksud ginjal) melalui neurotrasmiter : katekolamin,

epinefrin, maupun dopamin.

Sedangkan saraf parasimpatik adalah yang menghambat

stimulasi para simpatik. Regulasi simpatik dan parasimpatik

berlangsung independent tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan

tetapi terjadi secara autonomis mengikuti siklus sirkardian (Siti

Setiati, Dkk, 2015).

c. Peran sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)

Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks

baroreseptor. Berikut secara fisiologis sistem RAA akan dipicu, yang

mana pada akhirnya renin akan disekresi, lalu angintensi I (A I),

angiontensin II (AII), dan seterunya sampai tekanan darah meningkat

kembali (Siti Setiati,Dkk, 2015).

Adapun proses pembentukan renin dimulai dari pembentukan

angitensinogen akan dirubah menjadi angiontensin I oleh renin yang

dihasilkan oleh makula densa apparat juxta glomelurus ginjal. Lalu

angiontensin I akan dirubah menjadi angiontensin II oleh enzim

ACE (angintensin converting enzyme). Akhirnya angiontensin Iiini

akan bekerja pada reseptor-resepto yang terkait dengan tugas proses

fisiologisnya ialah direseptor AT1,AT2, AT3, AT4 (Siti Setiati,Dkk,

2015).

d. Peran dinding vaskuler pembuluh darah

Hipertensi adalah The Disease Cardiovaskular Continuum,

penyakit yang berlanjut terus menerus sepanjang umur, paradigma

49
yang baru tentang hipertensi dimulai dengan disfungsi endotel, lalu

berakhir dengan TOD (Siti Setiati, Dkk, 2015).

Mungkin hipertensi ini lebih cocok menjadi bagian dari salah

satu gejala sebuah sindroma penyakit yang dengan faktor risiko yang

tidak dikelola, akibatnya hemodinamika tekanan darah makin

berubah, hipertensi makin meningkat serta vaskular biologi berubah,

dinding pembuluh darah makin menebal dan pasti berakhir dengan

kejadian kardiovaskuler (Siti Setiati, Dkk, 2015).

Kesimpulannya faktor risiko yang banyak ini harus dikelola

agar aterosklerosis tidak progresif, sehingga risiko kejadian

kardiovaskuler bisa dicegah atau diturunkan (Siti Setiati, Dkk, 2015).

4. Pencegahan

Hipertensi adalah hanya salah satu gejala dari sebuah sindroma

yang akan lebih sesuai bila disebut sebagai sindroma hipertensi

ateroskierotik (bukan merupakan penyakit tersendiri), kemudian akan

memicu pengerasan pembulu darah sampai terjadi kerusakan target organ

terkait. Awalnya memang hanya berupa faktor resiko. Tetapi bila faktor-

faktor resiko ini tidak diobati maka akan memicu gangguan hemodinamik

dan gangguan vaskular biologi (Siti Setiati, Dkk, 2015).

Dengan demikian maka konsep pengobatan hipertensi menjadi

seperti berikut:

a. Pencegahan primer : mengobati semua faktor resiko yang reversibel

b. Pencegahan sekunder :

50
- Mengobati kelainan non hemodinamik (beyond blood

pressure lowering) yaitu kelainan disfungsi endotel dan

disfungsi vaskular

- Mengobati kelainan hemodinamik dengan obat anti

hipertensi sesuai guideline dengan mono terapi maupun

kombinasi yang di sesuaikan dengan compeling indications

antara lain sebagai berikut :

1) Penurunan tekanan darah sampai 140/90 mm Hg pada

semua penderita hipertensi yang tidak berkomplikasi

2) Penurunan tekanan darah sampai 130/80 mm Hg pada

penderita diabetes dan penyakit ginjal kronik (resiko

tinggi)

3) Penurunan tekanan darah sampai 125/75 mm Hg pada

penderita preoteinuria > 1 g/hari

c. Pencegahan tersier : mengobati kerusakan target organ

Patut dicatat bahwa menurut LARAGH, mekanisme

hipertensi ada dua bentuk ialah pada pasien mudah hepertensinya

karena kadar renin yang tinggi (high renin), sedang pada orang

tua hipertensinya disebabkan karna kadar renin yang rendah (low

renin).

Maka dari itu pada pasien hipertensi usia muda (younger

hypertension) obatnya ialah A (ACE-1 dan ARB) dan B (beta

bloker). Sedang pada pasien tua dengan hipertensi (erderly

51
hypertension) obatnya ialah C (calcium channe blockei) dan D

(diuretic).

5. Diagnosis

Pada umunya penderita hipertensi tidak mempunyai

keluhan,hipertensi adalah The Silent Killer penderita baru mempunyai

keluhan setelah mengalami komplikasi secara sistemik. anamnesa dapat

dilaksanakan sebagai berikut:

a. Anamnesis

Anamnesis meliputi:

1) Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

2) Indikasi adanya hipertensi sekunder

a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)

b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,

pemakaian obat obatan analgesik dan obat obat/bahan lain.

c) Episode berkeringa, sakit kepala, kecemasan ,

palpitasi(feokromositoma).

d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3) Faktor-faktor resiko

a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskuler pada pasie atau

keluarga pasien

b) Riwayat hiperlividemia pada pasien atau keluarganya

c) Kebiasaan merokok

52
d) Pola makan dan olahraga

e) Kegemukan, intensitas olahraga

f) Kepribadian

4). Gejala kerusakan organ

a) Otak dan mata : vertigo, gangguan penglihatan, Trant

Sient Ischemic Attacks Defisit Sensoris atau Motoris

b) Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur

dengan bantal tinggi ( lebih dari 2 bantal)

c) Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria.

d) Hipertensi yang disertai kulit anemis

5). Pengobata anti hipertensi sebelumnya

6). Faktor-faktor pribadi dan lingkungan

6. Komplikasi

Hubungan kenaikan tekanan darah dengan resiko PKV

berlangsung secara terus menerus, konsisten dan idevenden dari faktor-

faktor resiko yang lain. Pada jangka lama bila hipertensi tidak dapat turun

stabil pada kisaran target normal tensi pasti akan merusak ke organ-organ

terkait (Siti Setiati,Dkk, 2015).

Penyakit kardiovaskuler utamanya hipertensi tetap menjadi

penyebab penyakit tertinggi di dunia. Resiko komplikasi ini bukan hanya

tergantung pada kenaikan tekanan darah yang terus menerus, tetapi juga

tergantung bertambahnya umur penderita (Siti Setiati, Dkk, 2015).

Kenaikan tekanan darah yang berlangsung lama juga akan

merusak fungsi ginjal seperti nampak pada hasil metaanalisis dari bakris.

53
Makin tinggi tekanan darah, makin menurun laju filtrasi glomerulus

sehingga menjadi penyakit ginjal tahap akhir.

Karena tingginya tekanan darah adalah faktor resiko independen

yang kuat untuk meruasak ginjal untuk menuju tahapan ginja akhir

(PGTA), maka untuk mencegah progresifitas menuju PGTA, usahakanlah

mempertahankan tekanan darah pada kisaran 120/80mmHg (Siti Setiati,

Dkk, 2015).

7. Pencegahan

Sebagai mana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit,

juga bukan sakit hipertensi, tidak di indikasikan atau di obati dengan obat

farmasi bukan target pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi

adalah kelompok yang beresiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit

kardiovaskuler. Di populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden

pre hipertensi sekitar 31%. (Siti Setiati, Dkk, 2015)

Populasi pre hipertensi ini di prediksi pada akhirnya akan menjadi

hipertensi permanen, sehingga pada populasi ini harus segera di anjurkan

untuk merubah gaya hidup (lifestyle modification) agar tidak terjadi

progresif Ke TOD.

Dengan demikian maka konsep pengobatan hipertensi menjadi

seperti berikut:

a) Penceghan primer, mengobati semua faktor resiko yang reversibel

b) Pecegahan sekunder, mengobati kelainan non hemodinamik (beryond

blood pressure lowering) yaitu kelainan disfungsi endotel dan

disfungsi faskular

54
c) Mengobati kelainan hemodinamik dengan obat anti hipertensi

guideline denga mono terapi maupun kombinasi yang disesuaikan

dengan compelling indications antara lain sebagai berikut:

1) Penurunan tekanan darah samapai 140/90 mmHg pada semua

penderita hipertensi yang tidak berkomplikasi

2) Penurunan tekanan darah sampai 130/80 mmHg pada penderita

diabetes dan penyakit ginjal kronik (resiko tinggi).

3) Penurunan tekanan darah sampai 125/75 mmHg pada penderita

proteinuria .1g/hari ffe.

55
BAB III

METODOLOGI STUDI KASUS

I. Desain Studi Kasus

Desain yang digunakan dalam penelitian ini studi kasus dengan

metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk

memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara

objektif dan menganalisis lebih mendalam tentang asuhan keperawatan

pada pasien Hipertensi Dalam pemenuhan kebutuhan Rasa nyaman Di

Desa Soropia Kabupaten konawe, tahun 2018.

J. Subyek Studi Kasus

Subyek Studi kasus Dalam Penelitian ini adalah keluarga dengan

penderita hipertensi dan mengalami masalah pemenuhan kebutuhan Rasa

Nyaman

K. Fokus Studi

1. Pengetahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan

menderita hipertensi.

2. Gangguan Rasa Nyaman Pada penderita Hipertensi.

3. Intensitas tingkat nyeri

4. Asuhan keperawatan keluarga ( Pengkajian – Evaluasi )

L. Definisi Operasional.

1. Penderita hipertensi apabila seseorang telah didiagnosa oleh dokter

mengalami hipertensi, dikatakan seseorang menderita hipertensi

atau tekanan darah tinggi bila tekanan darah menunjukan nilai yang

56
normal atau berat dikatakan tekanan darah seseorag sedang bila

tekanan sistolik berada pada nilai < 140 dan diastolik < 90 mmhg.

2. Keluarga dalam penelitian adalah dimana anggota keluarga dapat

merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi atau di dalam

suatu keluarga ada salah satu seseorang yang mampu merawat

anggota keluarga yang sedang sakit atau sedang menderita

hipertensi dan mengetahui cara menangani dan mengatasi masalah

hipertensi tersebut.

3. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dalam pelaksanaan ini adalah

dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang mampu mengurangi

intensitas nyeri secara bertahap, dan menunjukan hasil penurunan

intensitas nyeri, yang relevan.

4. Asuhan keperawatan keluarga dengan penderita hipertensi adalah

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.dengan uraian sebagai berikut.

a. Pengkajian.

Pengumpulan data pada keluarga dengan hipertensi terhadap

pentingnya perawatan hipertensi dirumah dan pengumpulan

data pada penderita hipertensi tentang gangguan rasa nyaman

yang di dalami menggunakan format pengkajian asuhan

keperawatan keluarga dan format pengkajian asuhan

keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.

57
b. Diagnosa keperawatan.

Penerapan masalah keperawatan keluarga dengan penderita

hipertensi yang meliputi masalah Defisit Pengetahuan

Keluarga jika terdapat masalah Nyeri Kronis, jika terdapat

batasan karakteristik Nyeri dan mendemonstraksikan

Diagnosa keperawatan dengan menggunakan format Analsisis

Data. Diagnosa Keperawatan yang digunakan adalah Defisit

Pengetahuan Keluarga dan Nyeri Kronis.

c. Perencanaan.

Penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk mengkaji

masalah defisit pengetahuan keluarga melalui Health

Education dan perlu tindakan untuk mengatasi masalah nyeri

kronis dengan manajemen nyeri mendemonstraksikan

perencanaan dengan bentuk format pengkajian keperawatan.

NOC NIC:

Tabel 3.1 Intervensi

Tujua Dan Kriteria Hasil Nic

NOC: 1. lakukan pengkajian nyeri

a. Pain level komprehensif yang meliputi

b. Pain control lokasi,karakteristik,durasi,

c. Comfort level kualitas dan intensitas atau

Kriteria Hasil : beratnya nyeri

2. Monitor tanda-tanda vital


1. Mampu Mengenali

58
kapan nyeri terjadi secara kompherensif.

2. Menggunakan 3.ajarkan tekhnik non

tindakan farmakologi ( tekhnik

pengurangan nyeri relaksasi

tanpa analgesik

3. Melaporkan nyeri

yang terkontrol

1) Ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi (tekhnik

relaksasi nafas dalam) dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Memberikann posisi yang nyaman duduk atau

berbaring.

b) Menganjurkan kaki pasien tidak disilangkan

bila posisi tersebut berbaring.

c) Kemudian instruksikan tarik nafas dalam

secara perlahan dan rasakan perut dan dada

terangkat perlahan

d) Kemudian rileks dan keluarkan nafas dengan

perlahan melalui mulut.

e) Hitung sampai 4,tarik nafas pada hitungan 1

dan 2 keluarkan nafas pada hitungan 3 dan4.

f) Lanjutkan bernafas dengan perlahanda rileks

59
d. Implementasi.

Melaksanakan intervensi keperawatan yang telah dirumuskan

dan menuliskan dalam format implementasi.

e. Evaluasi.

Melakukan penilaian keperawatan yang telah dilakukan

dengan mengukur pengetahuan keluarga dalam merawat

keluarga dengan hipertensi dan intensitas nyeri pada penderita

hipertensi menggunakan format evaluasi.

M. Lokasi Dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 05 Juli 2018 sampai

dengan 14 Juli 2018.

N. Pengumpulan data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek

studi kasus berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan

Keluarga. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil

pemeriksaan, observasi, dan wawancara secara langsung dengan

subjek penelitian.

b. Data sekunder

Data pesien Hipertensi yang diperoleh dari rekam medis

Puskesmas Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.

60
2. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan

cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, wawancara

dan studi dokumentasi. Adapun langkah-langkah pengumpulan data

yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Peneliti meminta surat pengantar pengambilan data awal dari

institusi asal peneliti Politeknik Kemenkes Kendari.

b. Peneliti mengambil data di Puskesmas Kecamatan Soropia

Peneliti meminta surat izin penelitian dari badan Litbang Provinsi

Sulawesi Tenggara

c. Peneliti meminta surat rekomendasi dari Puskesmas Kecamatan

Soropia Peneliti meminta izin kepada kepala puskesmas

Kecamatan Soropia Peneliti mendatangi subjek studi kasus dan

menjelaskan tentang tujuan penelitian.

d. Informed Consent diberikan kepada subjek studi kasus dan

keluarga

O. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tekstular

atau narasi disertai dengan ungkapan verbal dan hasil peneliti dari subjek

studi kasus yang merupakan data pendukungnya.

P. Etika Studi Kasus.

1. Informed consent ( lembaran persetujuan)

Peneliti meminta partisipanatatu keluarga untuk

mendatangani lembar persetujuan peneliti setelah partisipan setelah

61
partisipan menyatakan setuju untuk berpartisipasi dalam

penelitian.(Hidayat.2009).

2. Anonymity (Tanpa Nama).

Untuk menjaga kerahasiaan partisipan,mala dalam lembar

pengumpulan data tidak di cantumkan data atau nama tetapi

kode.(Hidaya,2009).

3. Confidentiality ( Kerahasiaan).

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari

partisipan dijaga pleh peneliti. Data hanya disajikan atau di

laporkan dalam bentuk kelompok yang berhubungan dengan

penelitian ini.(Hidayat,2009).

4. Beneficence.

Prinsip untuk memberi manfaat. Kepada orang lain,bukan

untuk membahayakan orang lain, dan berarti perawatan yang

bertanggung jawab atau kewajiban melindungi Duty of care.

62
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


1. Pengkajian
a. Pengkajian Keluarga
I. Data Umun
1) Nama KK : Tn. L
2) Umur KK : 39 Tahun
3) Pekerjaan KK : Nelayan
4) Pendidikan KK : SMP
5) Agama : Islam
6) Alamat : Desa Mekar
7) Komposisi Anggota Keluarga :

N L/

Immunisasi
Umur (thn)

Pendidikan
Hubungan

KB
Pekerjaan

Penyakit\
Keluarga

P
keluhan
O
Agama
Nama

1 Ny. N Istri P 33 SD IRT Islam Tida - -


k ada

2 Nn. L Anak P 11 SD Tidak Tida - -


bekerja k ada

3 Nn. S Anak P 5 Belum Tidak Tida - -


sekolah bekerja k ada

4 Ny. A Ibu P 72 SD Menjua Islam Sakit - -


l ikan
kering

5 Tn. A Kemana L 31 SMA Tidak Islam Tida - -


nakan bekerja k ada

63
8) Genogram

? 72 ?

? ? 55 ? ? ? ? 33 ? 39 ? ?
?

31 11 5

Keterangan :
: Laki - Laki
: Perempuan
? : Umur tidak diketahui
X : Meninggal
: Klien
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
9) Tipe Keluarga
Keluarga Tn. L termaksud dalam type Extended Family
(Keluarga besar). Di mana di dalam rumah terdiri dari suami,
istri, anak, nenek, dan kemanakan.
10) Suku Bangsa
Keluarga Tn. L merupakan Suku Bugis Bajo / Indonesia
11) Agama
Seluruh anggota Keluarga Tn. L menganut Agama Islam
12) Status Sosial Ekonomi
Penghasilan keluarga Tn.L di tentukan oleh Tn. L dan Pasien
sejumlah ± Rp. 2.000.000/bulan.

64
13) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Menurut keluarga, keluarga jarang sekali mengadakan
rekreasi keluar rumah secara khusus, hanya ke tempat
saudara atau jalan-jalan sekitar rumah. Sarana rekreasi yang
ada dirumah antara lain televisi.
II. Riwayat Tahapan Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. L memiliki tahapan perkembangan keluarga
dengan anak sekolah (IV)
2) Tugas perkembangan keluarga
Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang
tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat)
 Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termaksud
biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga
3) Riwayat keluarga inti
Pada setiap anggota keluarga Tn. L tidak memiliki penyakit
turunan dan tidak memiliki riwayat kesehatan atau masalah
kesehatan kecuali Ny. A (pasien).
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Tn.L tidak memiliki riwayat penyakit baik dari istri
maupun pihak suami kecuali Ny. A (pasien) pernah
mengalami Post Op Tumor pada bagian bawah telingan.
III. Lingkungan
1. Karateristik Rumah
1) Kebersihan
Kebersihan rumah cukup, penataan ruangan cukup baik,
keadaan rumah cukup terang.

65
2) Penerangan
Penerangan di dalam rumah baik karena sinar matahari
masuk ke dalam rumah.
3) Ventilasi
Ventilasi rumah baik dari luas lantai, ada beberapa
jendela di dalam rumah, bisa dibuka sehingga udara
tidak masuk ke dalam rumah.
4) Jamban
Jamban / WC yang digunakan oleh keluarga Tn.L
adalah jamban cemplung.
5) Sumber Air Bersih dan Minum
Sumber air bersih yang digunakan keluarga Tn.L berasal
dari Gunung. Keadaan air baik, tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna dan tidak keruh. Sedangkan untuk
air minum, menggunakan air galon.
6) Jenis Rumah
Jenis rumah yang di milki keluarga Tn. L yaitu rumah
semi permanen.
7) Status Kepemilikan Rumah
Status kepemilikan rumahnya yaitu awalnya merupakan
rumah milik Ny.A dan sekarang sudah menjadi milik
anak klien yang sedang tinggal bersamanya.
8) Luas Rumah
Rumah Tn.L seluas 6 x 20 M2

2. Denah Rumah
4

1
3

1
1
2

66
Keterangan :
: Pintu
: Jendela
1 : Kamar
2 : Ruang Tamu
3 : Ruang Keluarga
4 : Dapur
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT/RW/Dusun
Karakteristik tengga dan lingkungan memilki kebiasaan atau
aturan yang disepakati antar penduduk di lingkungannya.
4. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. L merupakan pindahan dari Pulau Bokori.
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn. L sering mengikuti perkumpulan di
masyarakat seperti pertemuan di balai desa.
6. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn. L memiliki dukungan jika ingin berobat yaitu
anggota kelurga yang sakit langsung di bawah ke perawat
desanya.
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga, komunikasi antar anggota keluarga cukup
baik, dimana anggota keluarga berkomunikasi dalam bahasa
Bajo.
2. Struktur Kekuatan keluarga
Dalam hal pengambilan keputusan, biasanya selalu
dimusyawarahkan bersama-sama yang paling sering
mengambil keputusan terakhir adalah Tn.L sebagai kepala
keluarga.
3. Struktur Peran

67
Menurut keluarga setiap anggota keluarga memiliki
perannya masing-masing, seperti Tn. L sebagai pengambil
keputusan.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma keluarga Tn. L tidak ada yang bertentangan
dengan nilai kesehatan maupun masyarakat.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. L memilki keakraban tiap anggota keluarga
serta mendukung antara anggota keluarga satu dengan
anggota keluarga lainnya.
2. Fungsi Sosial
Keluarga Tn. L mempuyai hubungan sosial yang baik
dengan lingkungan di masyarakat serta memilki norma dan
budaya yang baik pula.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. L memmilki 2 orang anak, dan istri Tn.L
menggunakan alat kontrasepsi KB.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. L memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan dengan cara memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat
5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
- Masalah/Penyakit
Hipertensi atau tekanan darah tinggi

a. Kemampuan keluarga mengenal masalah


Keluarga tidak mampu mengenal atau mengetahui
penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan yang tepat

68
Keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang
tepat tetapi keluarga hanya membawa ke perawat
desannya.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga
yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi
lingkungan/memelihara lingkungan yang sehat
untuk perawatan anggota keluarga yang sakit
Keluarga tidak mampu menciptakan lingkungan
untuk perawatan anggota keluarga yang sakit.
e. Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di masyarakat
Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di masyarakat seperti keluarga jika ada
yang sakit langsung di bawah ke rumahnya perawat
desa.
VI. Stress Dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stresor jangka pendek (<6 bln)
Keluarga Tn. L stress jika tidak mendapat ikan karena
tidak mendapat penghasilan.
b. Steros jangka panjang (>6 bln)
Keluarga Tn. L tidak memilki strssor jangka panjang
2. Respon keluarga terhadap stresor dan mekanisme koping
yang digunakan
a. Respon keluarga terhadap sterossor
Keluarga Tn. L hanya bisa pasrah dengan keadaan.
b. Strategi koping yang digunakan
Keluarga Tn.L hanya bisa berdoa.

69
3. Strategi adaptasi disfungsional
Ny.A bila merasa pusing maka ia langsung istrahat atau
tidur
VII. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik

N Aspek Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A


o yang
Dinilai

1 Keadaan Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat


Umum

Kesadaran Compos Compos Compos Compos Compos


mentis mentis mentis mentis mentis

Suhu 36,5 o C 36,8 o C 36,1 o C 36,2 o C 36,4 o C

Nadi 88 x/mnt 78 x/mnt 76 x/mnt 69 x/mnt 88 x/mnt

Tensi 120/90 mmHg 120/80 110/70 120/70 120/80


mmHg mmHg mmHg mmHg

Pernafasan 18 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit

2. Head to toe

a. Kepala

Kulit Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih Bersih


kepala lengket tidak lengket tidak lengket tidak tidak tidak
ada lesi dan ada lesi dan ada lesi dan lengket lengket
benjolan benjolan benjolan tidak ada tidak ada
lesi dan lesi dan
benjolan benjolan

Rambut Warna hitam, Warna hitam, Warna hitam, Warna Warna


penyebaran penyebaran penyebaran hitam, hitam,
merata, tidak merata, tidak merata, tidak penyebaran penyebaran
mudah mudah mudah merata, merata,
dicabut dicabut dicabut tidak tidak
mudah mudah
dicabut dicabut

Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris

Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

b. Mata

70
N Aspek Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
o yang
Dinilai

Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris

Konjung- Warna merah Warna merah Warna merah Warna Warna


tiva muda muda muda merah merah
muda muda

Sclera Warna putih Warna putih Warna merah Warna Warna


muda merah merah
muda muda

Refleks ++/++ ++/++ ++/++ ++/++ ++/++


pupil

Fungsi Baik, Baik, terbukti Baik, Baik, Baik,


penglihatan terbukti Tn.L Ny.N mampu terbukti An.L terbukti terbukti
bisa membaca bisa An.S bisa Tn.A bisa
membaca papan nama membaca melihat membaca
papan nama perawat pada papan nama papan nama papan nama
perawat jarak 30 cm perawat perawat perawat
dalam jarak tanpa alat dalam jarak dalam jarak dalam jarak
30 cm tanpa bantu 30 cm tanpa 30 cm 30 cm
alat bantu alat bantu tanpa alat tanpa alat
bantu bantu

Gerakan Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat


bola mata digerakkan digerakkan ke digerakkan digerakkan digerakkan
ke segala segala arah ke segala ke segala ke segala
arah arah arah arah

c. Telinga

Bentuk Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


ujung pina ujung pina ujung pina ujung pina ujung pina
sejajar sejajar dengan sejajar sejajar sejajar
dengan sudut sudut bola dengan sudut dengan dengan
bola mata mata bola mata sudut bola sudut bola
mata mata

Warna Sama dengan Sama dengan Sama dengan Sama Sama


warna kulit warna kulit warna kulit dengan dengan
sekitar sekitar sekitar warna kulit warna kulit
sekitar sekitar

Kelenturan Daun telinga Daun telinga Daun telinga Daun Daun


dan teraba elastis, teraba elastis, teraba elastis, telinga telinga
kebersihan tidak ada lesi tidak ada lesi tidak ada lesi teraba teraba
dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada elastis, elastis,
nyeri tekan, di nyeri tekan, di nyeri tekan, tidak ada tidak ada
dalam lubang dalam lubang di dalam lesi dan lesi dan

71
N Aspek Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
o yang
Dinilai

telinga tidak telinga tidak lubang tidak ada tidak ada


tampak tampak telinga tidak nyeri tekan, nyeri tekan,
kotoran kotoran tampak di dalam di dalam
telinga telinga kotoran lubang lubang
telinga telinga telinga
tidak tidak
tampak tampak
kotoran kotoran
telinga telinga

Fungsi Baik, Kurang baik, Baik, Baik, Baik,


pendengaran terbukti Tn.S fungsi terbukti Nn.L terbukti terbukti
mampu pendengaran mampu Nn.S Tn.A
menjawab Ny.T sudah menjawab mampu mampu
semua berkurang, semua menjawab menjawab
pertanyaan namun pertanyaan semua semua
dengan baik mampu dengan baik pertanyaan pertanyaan
menjawab dengan dengan
pertanyaan baik baik
jika penanya
bertanya
dengan suara
agak keras.

d. Hidung

Bentuk Simetris, Simetris, tidak Simetris, Simetris, Simetris,


tidak ada ada secret, tidak ada tidak ada tidak ada
secret, septum berada secret, secret, secret,
septum di tengah septum septum septum
berada di berada di berada di berada di
tengah tengah tengah tengah

Fungsi Baik, Baik, terbukti Baik, Baik, Baik,


penciuman terbukti Tn. Ny.N dapat terbukti Nn. terbukti terbukti Tn.
L dapat membedakan L dapat Nn. S dapat A dapat
membedakan bau minyak membedakan membedak membedak
bau minyak kayu putih bau minyak an bau an bau
kayu putih dan bau kopi kayu putih minyak minyak
dan bau kopi dengan mata dan bau kopi kayu putih kayu putih
dengan mata tertutup dengan mata dan bau dan bau
tertutup tertutup kopi kopi
dengan dengan
mata mata
tertutup tertutup

e. Mulut

72
N Aspek Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
o yang
Dinilai

Bentuk Simetris, Simetris, bibir Simetris, Simetris, Simetris,


bibir lembab, lembab, bibir lembab, bibir bibir
mukosa mukosa mulut mukosa lembab, lembab,
mulut bersih bersih mulut bersih mukosa mukosa
mulut mulut
bersih bersih

Fungsi Baik, Baik, terbukti Baik, Baik, Baik,


pengecapan terbukti Tn.L Ny.N mampu terbukti Nn.L terbukti terbukti
mampu membedakan mampu Nn.s Tn.A
membedakan rasa asin dan membedakan mampu mampu
rasa asin dan manis rasa asin dan membedak membedak
manis manis an rasa asin an rasa asin
dan manis dan manis

Gigi Jumlah gigi Jumlah gigi Jumlah gigi Jumlah gigi Jumlah gigi
tidak lengkap tidak lengkap lengkap lengkap lengkap

Fungsi Baik, tidak Baik, tidak Baik, tidak Baik, tidak Baik, tidak
menelan ada keluhan ada keluhan ada keluhan ada keluhan ada keluhan
dalam dalam dalam dalam dalam
menelan menelan menelan menelan menelan

f. Leher

Bentuk Simetris, Simetris, JVP Simetris, Simetris, Simetris,


JVP tidak tidak JVP tidak JVP tidak JVP tidak
meninggi, meninggi, meninggi, meninggi, meninggi,
KGB tidak KGB tidak KGB tidak KGB tidak KGB tidak
teraba teraba, di teraba teraba teraba
leher bagian
belakang
(tengkuk)
kadang suka
merasakan
berat/tegang.

Pergerakan Baik, leher Baik, leher Baik, leher Baik, leher Baik, leher
Tn.L dapat Ny.N dapat An.L dapat An.S dapat Tn.A dapat
digerakkan digerakkan ke digerakkan digerakkan digerakkan
ke segala segala arah, ke segala ke segala ke segala
arah, tidak ada nyeri saat arah, tidak arah, tidak arah, tidak
ada nyeri di tengkuk ada nyeri ada nyeri ada nyeri
saat terasa tegang, saat saat saat
digerakan, digerakan, digerakan, digerakan,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kaku kuduk kaku kuduk kaku kuduk kaku kuduk

73
N Aspek Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
o yang
Dinilai

g. Dada

Bentuk Simteris, Simteris, Simteris, Simteris, Simteris,


warna kulit warna kulit warna kulit warna kulit warna kulit
sama dengan sama dengan sama dengan sama sama
warna kulit warna kulit warna kulit dengan dengan
daerah daerah sekitar, daerah warna kulit warna kulit
sekitar, tidak tidak ada lesi sekitar, tidak daerah daerah
ada lesi atau atau benjolan, ada lesi atau sekitar, sekitar,
benjolan, tidak ada benjolan, tidak ada tidak ada
tidak ada nyeri tekan tidak ada lesi atau lesi atau
nyeri tekan nyeri tekan benjolan, benjolan,
tidak ada tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan

Bunyi nafas Vesikuler, Vesikuler, Vesikuler, Vesikuler, Vesikuler,


tidak tidak tidak tidak tidak
terdengar terdengar terdengar terdengar terdengar
ronkhi pada ronkhi pada ronkhi pada ronkhi pada ronkhi pada
semua area semua area semua area semua area semua area
paru paru paru paru paru

Vokal Vibrasi Vibrasi teraba Vibrasi Vibrasi Vibrasi


fremitus teraba sama sama di kedua teraba sama teraba sama teraba sama
di kedua lobus paru di kedua di kedua di kedua
lobus paru lobus paru lobus paru lobus paru

Ekspansi Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris


paru

Jantung S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2


terdengar terdengar terdengar terdengar terdengar
normal normal normal normal normal

h. Abdomen

Bentuk Datar Datar lembut, Datar Datar Datar


lembut, tidak tidak ada lembut, tidak lembut, lembut,
ada nyeri nyeri tekan ada nyeri tidak ada tidak ada
tekan dan dan nyeri tekan dan nyeri tekan nyeri tekan
nyeri lepas, lepas, hati nyeri lepas, dan nyeri dan nyeri
hati tidak tidak teraba, hati tidak lepas, hati lepas, hati
teraba, ginjal ginjal tidak teraba, ginjal tidak tidak
tidak teraba, teraba, tidak teraba, teraba, teraba,
ginjal tidak ginjal tidak
teraba, teraba,

i. Punggung

74
N Aspek Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
o yang
Dinilai

Bentuk Tidak ada ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan bentuk tulang kelainan kelainan kelainan
bentuk belakang, bentuk bentuk bentuk
tulang klien berjalan tulang tulang tulang
belakang, dengan posisi belakang, belakang, belakang,
tidak ada lesi bungkuk, tidak ada lesi tidak ada tidak ada
atau benjolan tidak ada lesi atau benjolan lesi atau lesi atau
atau benjolan benjolan benjolan

J. Ekstermitas

Ekstremitas Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk


atas simetris, simetris, tidak simetris, simetris, simetris,
tidak ada ada lesi, tidak ada tidak ada tidak ada
lesi, oedema oedema dan lesi, oedema lesi, lesi,
dan benjolan, benjolan, dan benjolan, oedema dan oedema dan
warna kulit warna kulit warna kulit benjolan, benjolan,
sawo sawo matang,, sawo warna kulit warna kulit
matang, kedua tangan matang, sawo sawo
kedua tangan bebas kedua tangan matang, matang,
bebas bergerak, bebas kedua kedua
bergerak, refleks trisep bergerak, tangan tangan
refleks trisep dan bisep refleks trisep bebas bebas
dan bisep ++/++ dan bisep bergerak, bergerak,
++/++, ++/++, refleks refleks
trisep dan trisep dan
bisep bisep
++/++, ++/++,

Ekstremitas Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk


bawah simetris, simetris, tidak simetris, simetris, simetris,
tidak ada ada lesi, tidak ada tidak ada tidak ada
lesi, edema edema dan lesi, edema lesi, edema lesi, edema
dan benjolan, benjolan, dan benjolan, dan dan
warna kulit warna kulit warna kulit benjolan, benjolan,
sawo sawo matang, sawo warna kulit warna kulit
matang, kedua tungkai matang, sawo sawo
kedua bebas kedua matang, matang,
tungkai bergerak, tungkai kedua kedua
bebas refleks patella bebas tungkai tungkai
bergerak, ++/++ bergerak, bebas bebas
refleks refleks bergerak, bergerak,
patella ++/++ patella ++/++ refleks refleks
patella patella
++/++ ++/++

75
N Aspek Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
o yang
Dinilai

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
otot
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

k. Integumen

Warna Sawo matang Sawo Sawo matang Sawo Sawo


matang matang matang

Keadaan Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih

Turgor Cepat kembali Cepat Cepat Cepat Cepat


dalam 2 detik kembali kembali kembali kembali
dalam 2 dalam 2 detik dalam 2 dalam 2
detik detik detik

Sensasi Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat


membedakan membedaka membedakan membedak membedak
sensasi tajam n sensasi sensasi tajam an sensasi an sensasi
dan tumpul tajam dan dan tumpul tajam dan tajam dan
tumpul tumpul tumpul

VIII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar selalu
meningkatkan mutu pelayanan dan membantu mengatasi
masalah penyakitnya

b. Pengkajian Individu
1) Identitas
Nama : Ny. A

Umur : 72 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

76
Suku/Bangsa : Bugis Bajo

Alamat : Desa Mekar

2) Riwayat Kesehatan
a) Masalah Kesehatan yang Pernah Dialami
Ny.A mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering merasakan pusing
atau sakit kepala di bagian belakang ,dan tegang leher. Sakit
berkurang jika istirahat. Ny.A mengatakan kalau sudah mulai
tegang leher langsung istrahat. Ny.A mengatakan pernah berobat
ke puskesmas, setelah itu Ny.A jarang melakukan pengobatan ke
puskesmas tetapi hanya memeriksanyya di perawat desa sekalipun
sakit sering dirasakan.Ny.A mulai tegang leher setelah makan ikan
asin. Ny.A mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi
semenjak 2 tahun lalu. Pada saat dikaji tekanan darah Ny. A
180/90 mmHg, pada saat pertemuan ke 2 Ny.A mengeluhkan sakit
kepala kembali dan nyeri tengkuk setelah dicek nilai tekanan darah
menjadi 180/100 mmHg.
b) Masalah Kesehatan Keluarga (Keturunan)
Menurut penuturan keluarga, dikeluarga tidak ada yang menderita
sakit sistemik seperti hipertensi dan DM.
3) Kebiasaan Sehari-hari
a) Biologis
(1) Pola Makan
Menurut Ny.A pola makannya sehari adalah 2 atau 3 kali, Menu
makanan yang disajikan adalah nasi, sayur, dan lauk. Keluarga
tidak pernah memberikan menu khusus untuk Ny.A.
(2) Pola Minum
Ny.A minum 5 - 6 gelas sehari, jenis minuman air putih.
(3) Pola Tidur
Pasien tidur malam Pkl. 22.00 – 05.00 sedangkan tidur siang
kadang-kadang klien tidur kadang-kadang juga tidak.

77
(4) BAB / BAK
Pasien buang air besar 1X dalam dua hari dengan konsistensi
keras, sedangkan buang air kecil 3X dalam sehari.
(5) Aktifitas Sehari-hari
Pasien melakukan pekerjaan rumah seperti: memasak, menyapu,
mencuci, membersihkan rumah, membersihkan kamar, membuat
ikan asin, kadang mengangkat batu yang ada dibelakang
rumahnya.
(6) Rekreasi
Pasien mengatakan tidak ada aktifitas rekreasi. Klien hanya
nonton dan jalan di sekitaran rumahnya.
b) Psikologis
(1) Keadaan Emosi
Ny.A tampak tenang. Dalam menjalani sakitnya ini Ny.A
mengatakan menerima (karena faktor usia) dan berusaha untuk
hidup sehat.
c) Sosial
(1) Hubungan Antar Keluarga
Hubungan Ny.A dengan seluruh anggota keluarga baik, menurut
pengakuan keluarga tidak pernah terjadi pertengkaran antar
anggota keluarga.
(2) Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan Ny.A dengan tetangga sekitar baik terutama dengan
tetangga yang berdekatan dengan rumahnya, terbukti Ny.A sering
bertegur sapa saat bertemu dan berbincang-bincang dengan
tetangga dekat rumahnya.
d) Spiritual / Kultural
(1) Pelaksanaan Ibadah
Ny.A adalah seorang yang beragama Islam, menurut
pengakuannya Ny.A sering shalat 5 waktu yang menjadi
kewajiban bagi seorang muslim.

78
(2) Keyakinan Tentang Kesehatan
Ny.A meyakini bahwa kesehatan itu penting bagi setiap orang,
dan lebih penting mencegah daripada mengobati, karena biaya
yang dikeluarkan lebih besar.
4) Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik
No Aspek yang Dinilai Ny. A

1 Keadaan Umum Sakit

Kesadaran Composmentis

Suhu 36,7o C

Nadi 78 x/mnt

Tensi 180/100 mmHg

Pernafasan 20 x/menit

2. Head to toe

a. Kepala

Kulit kepala Bersih tidak lengket tidak ada lesi


dan benjolan

Rambut Warna hitam campur putih


,mudah dicabut

Bentuk Simetris

Keluhan Tidak ada

b. Mata

Bentuk Simetris

Konjungtiva Warna anemis

Sclera Warna putih

Refleks pupil Normal

Fungsi penglihatan Penglihatan kabur,

Gerakan bola mata Dapat digerakkan ke segala arah

c. Telinga

Bentuk Simetris, ujung pina sejajar

79
No Aspek yang Dinilai Ny. A

dengan sudut bola mata

Warna Sama dengan warna kulit sekitar

Kelenturan dan kebersihan Daun telinga teraba elastis, tidak


ada lesi dan tidak ada nyeri tekan,
di dalam lubang telinga tidak
tampak kotoran telinga

Fungsi pendengaran Pendengaran kurang, pasien tuli-


tuli

d. Hidung

Bentuk Simetris, tidak ada secret, septum


berada di tengah

Fungsi penciuman Baik, terbukti Ny. A dapat


membedakan bau minyak kayu
putih dan bau kopi dengan mata
tertutup

e. Mulut

Bentuk Simetris, bibir lembab, mukosa


mulut bersih

Fungsi pengecapan Baik, terbukti Ny. A mampu


membedakan rasa asin dan manis

Gigi Jumlah tidak lengkap

Fungsi menelan Baik, tidak ada keluhan dalam


menelan

f. Leher

Bentuk Simetris, JVP tidak meninggi,


KGB tidak teraba

Pergerakan Baik, leher Ny. A dapat


digerakkan ke segala arah, tidak
ada nyeri saat digerakan, tidak ada
kaku kuduk

g. Dada

Bentuk Simteris, warna kulit sama dengan


warna kulit daerah sekitar, tidak
ada lesi atau benjolan, tidak ada
nyeri tekan

80
No Aspek yang Dinilai Ny. A

Bunyi nafas Vesikuler, tidak ada bunyi nafas


tambahan

Vokal fremitus Vibrasi teraba lebih keras pada


bagian lobus kanan paru

Ekspansi paru Simetris

Jantung S1 dan S2 terdengar normal

h. Abdomen

Bentuk Datar lembut, tidak ada nyeri


tekan dan nyeri lepas, hati tidak
teraba, ginjal tidak teraba,

i. Punggung

Bentuk Tidak ada kelainan bentuk tulang


belakang, tidak ada lesi atau
benjolan

J. Ekstermitas

Ekstremitas atas Bentuk simetris, tidak ada lesi,


edema dan benjolan, warna kulit
sawo matang, kedua tangan bebas
bergerak, refleks trisep dan bisep
++/++,

Ekstremitas bawah Bentuk simetris, tidak ada lesi,


edema dan benjolan, warna kulit
sawo matang, kedua tungkai
bebas bergerak, refleks patella
++/++

Kekuatan otot 5 5
5 5

k. Integumen

Warna Sawo matang

Keadaan Bersih

Turgor Tidak cepat kembali dalam 2


detik/ keriput

Sensasi Dapat membedakan sensasi tajam


dan tumpul

81
c. Pengkajian Kebutuhan Rasa Nyaman
1) Penyebab Nyeri
Ny. A mengatakan Nyeri di rasakan pada saat terlalu banyak kerja dan
setelah memakan ikan asin
2) Regional ( Daerah )
Ny. A mengatakan Pada bagian belakang kepala, dan tidak menjalar
3) Intensitas Nyeri
Ny. A mengatakan skala nyerinya 4
4) Kualitas Nyeri
Ny. A mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk
5) Waktu
Ny. A mengatakan nyerinya hilang timbul dan meningkat pada saat
kelelahan.
6) Faktor Yang Meringan
Ny. A mengatakan sering meminum catopril (2x1) jika tekanan
darahnya tinggi dan pasien istrahat atau baring serta tidur.
7) Pengaruh Nyeri Terhadap Aktifitas
Ny. A mengatakan nyerinya dapat meningkat pada saat bekerja atau
kegiatan.
8) Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri
Gejala klinik yang menyertai nyeri yaitu pusing

TABEL 4.3 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Faktor penyakit Nyeri Kronik
- Ny.A mengatakan
menderita penyakit
darah tinggi sejak 2
tahun lalu
- Ny.A mengatakan sering
merasakan sakit kepala
dan tegang leher.
- Ny.A mengatakan sakit

82
kepalanya seperti di
tusuk-tusuk dengan
skala 4.
- Ny.A mengatakan
nyerinya hilang timbul
dan meningkat pada saat
kelelahan
DO :
TD : 180/100 mmHg
R : 20 x/menit
N : 78 x/mnt
2 DS : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Keluarga Tn.L keluarga mengenal manajemen
mengatakan tidak tahu masalah kesehatan kesehatan keluarga
merawat penyakit
anggota keluarga
tekanan darah tinggi
- Keluarga Tn.L
mengatakan tidak
mampu memodifikasi
lingkungan yang sehat
- Keluarga Tn.L
mengatakan tidak tahu
tanda dan gejala serta
dampak dari penyakit
tekanan darah tinggi
DO :
TD : 180/100 mmHg
R : 20 x/menit
N : 78 x/mnt

83
SKALA PRIORITAS MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1 Diagnosa keperawatan keluarga I


Nyeri kronik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit

Tabel 4.4 Tabel Skoring Nyeri Kronik

No Kriteria Perhitungan Score Pembahasan


1 Sifat masalah 3/3 x 1 1 Nyeri kepala yang di
Tidak/kurang rasakan karena peningkatan
sehat tekanan vaskuler serebral
2 Kemungkinan ½ x2 2 Dengan kontrol yang
masalah dapat teratur dapat menurunkan
di ubah tekanan darah
sebagian
3 Potensial 2/3 x 1 2/3 Rasa nyeri dapat dikurangi
masalah untuk melalui pengobatan dan
di cegah perawatan yang tepat
cukup
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari Ny.A
masalah mempuyai masalah
Masalah berat dampak dari tekanan darah
harus segera tinggi maka segera
ditangani mengatasi masalah tersebut
Total 4 2/3

2 Diagnosa keperawatan keluarga II


Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
kurang sumber pengetahuan
Tabel 4.5 Skoring Defisiensi Pengetahuan

No Kriteria Perhitungan Score Pembahasan


1 Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Keluarga Tn.L kurang
Tidak/kurang mengetahui tentang
sehat penyakit tekanan darah
tinggi secara signifikan
2 Kemungkinan 2/2 x 2 2 Kemungkinan masalah
masalah dapat dapat di ubah karena sudah
di ubah ada upaya untuk
sebagian pengobatan namun belum
optimal
3 Potensial 2/3 x 1 2/3 Masalah penyakit sudah
masalah untuk terjadi 10 tahun.
di cegah Ny.A mengatakan suka

84
cukup mengonsumsi makanan
yang mengandung tinggi
garam
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga Tn.L sangat
masalah merasakan masalah
Masalah berat penyakit tekanan darah
harus segera tinggi pada Ny.A dan harus
ditangani segera ditangani
Total 3 4/3

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronik pada Ny.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
Ditandai dengan :
DS :
- Ny.A mengatakan menderita penyakit darah tinggi sejak 2 tahun lalu.
- Ny.A mengatakan sering merasakan sakit kepala dan tegang leher.
- Ny.A mengatakan sakit kepalanya seperti di tusuk-tusuk dengan skala
4.
- Ny.a mengatakan nyerinya hilang timbul dan meningkat pada saat
kelelahan
DO :
TD : 180/100 mmHg
R : 20 x/menit
N : 78 x/mnt
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga Tn.L berhubungan dengan
kurang sumber pengetahuan.
Ditandai dengan :
DS :
- Keluarga Tn.L mengatakan tidak tahu merawat penyakit tekanan darah tinggi
- Keluarga Tn.L mengatakan tidak mampu memodifikasi lingkungan yang sehat
- Keluarga Tn.L mengatakan tidak tahu tanda dan gejala serta dampak dari
penyakit tekanan darah tinggi
DO :
TD : 180/100 mmHg

85
R : 20 x/menit
N : 78 x/mnt

TABEL 4.6 INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Nyeri kronik b.d Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Mengetah
ketidakmampuan kunjungan rumah 2x di pengkajian ui status
keluarga harapkan rasa nyeri nyeri nyeri yang
merawat anggota berkurang kompherensif di alami
keluarga yang Dengan NOC : yang meliputi klien
sakit a. Paint level lokasi,
b. Paint control karakteristik,
Dengan kriteria hasil: durasi,
1. Mampu mengenali kualitas, dan
nyeri kapan terjadi intensitas
2. Mendemonstrasikan atau beratnya
tehnik relaksasi nafas nyeri
dalam. 2. Monitor 2. Mengeta
3. Melaporkan nyeri yang TTV secara hui
terkontrol kompherensi perkemb
f angan
kondisi
klien
3. Ajarkan 3.Untuk
teknik non membantu
farmakologi mengontr
(teknik ol nyeri
relaksasi) yang di
alami
klien
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1.Mengetah
kunjungan rumah 2x pengetahuan ui sejauh
manajemen
diharapkan keluarga pasien dan mana
kesehatan mampu mengenal keluarga kemampu
masalah mengenai terkait an klien
keluarga Tn.L
hipertensi dengan dan
berhubungan Dengan NOC : proses keluarga
a. Knowledge: health penyakit terhadap
dengan kurang
promotion yang spesifik proses
sumber Dengan kriteria hasil: penyakit
1. Health Education 2. Berikan 2.Memberik
pengetahuan.
tentang hipertensi edukasi an
2. KLien dan keluarga pasien dan pemaham
menyatakan keluarga an kepada
pemahaman tentang mengenai klien dan

86
penyakit tanda dan keluarga
3. Klien dan keluarga gejala serta terhadap
mampu menjelaskan pencegahan hipertensi
kembali apa yang dan
dijelaskan perawat bagaiman
a cara
mencegah
hipertensi

TABEL 4.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/ Dx Tujuan Implementasi TTD


Tanggal Keperawatan
1 Jumat, 13 I Setelah 1. Melakukan pengkajian
juli 2018 dilakakukan nyeri kompherensif yang
kunjungan meliputi lokasi,
rumah 2x di karakteristik, durasi,
harapkan kualitas, dan intensitas atau
keluarga beratnya nyeri
mampu Hasil :
merawat P : Klien mengatakan
Ny.A dengan masih nyeri pusing atau
nyeri sakit kepala.
hipertensi Q : klien mengatakan
pusing atau nyeri kepala
yang dirasakan seperti
tertusuk.
R : klien mengatakan nyeri
yang dirasakan di kepala
bagian belakang dan
tegang leher.
S : klien mengatakan skala
nyerinya 4.
T : klien mengatakan
pusingnya hilang timbul
2. Memonitor TTV secara
kompherensif

87
Hasil :
TD : 180/100 mmHg
N : 78 x/mnt
RR: 20 x/mnt
3. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik
relaksasi)
Hasil :
Klien bisa melakukan
tenhik relaksasi nafas
dalam
2 Jumat, 13 II Setelah 1. Mengkaji tingkat
juli 2018 dilakukan pengetahuan pasien dan
kunjungan keluarga terkait dengan
rumah 2x proses penyakit yang
diharapkan spesifik
keluarga Hasil :
mampu Pasien dan keluarga tidak
mengenal mengetahui penyakit
masalah hipetensi atau tekanan
mengenai darah tinggi secara spesifik
hipertensi 2. Memberikan edukasi
pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
serta pencegahan\
Hasil :
Pasien dan keluarga
mampu memahami
penyakit hipertensi/tekanan
darah tinggi dan mampu
menyebutkan tanda dan
gejala dari hipertensi
3 Sabtu, 14 I Setelah 1. Melakukan pengkajian
juli 2018 dilakakukan nyeri kompherensif yang
kunjungan meliputi lokasi,

88
rumah 2x di karakteristik, durasi,
harapkan kualitas, dan intensitas atau
keluarga beratnya nyeri
mampu Hasil :
merawat P : Klien mengatakan tidak
Ny.A dengan nyeri pusing atau sakit
nyeri kepala
hipertensi Q : klien mengatakan
pusing atau nyeri kepala
yang dirasakan seperti
tertusuk.
R : klien mengatakan nyeri
yang dirasakan di kepala
bagian belakang dan
tegang leher.
S : klien mengatakan skala
nyerinya 2
T : klien mengatakan
pusingnya hilang timbul
2. Memonitor TTV secara
kompherensif
Hasil :
TD : 140/90 mmHg
N : 78 x/mnt
RR: 20 x/mnt
3. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik
relaksasi)
Hasil :
Klien mampu melakukan
tehnik nafas dalam secara
mandiri
4 Sabtu, 14 II Setelah 1. Memberikan edukasi
juli 2018 dilakukan pasien dan keluarga
kunjungan mengenai tanda dan gejala

89
rumah 2x serta pencegahan
diharapkan Hasil :
keluarga Klien dan keluarga mampu
mampu mengetahui mengenai
mengenal penyakit hipertensi, tanda
masalah dan gejala serta
mengenai pencegahan dari hipertensi.
hipertensi

TABEL 4.8 EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Dx Keperawatan Catatan Perkembangan TTD


1 Jumat, 13 Juli I S : Klien mengatakan
2018 masih nyeri pusing atau
sakit kepala.
O: klien mampu
mendemostrasikan tehnik
relaksasi nafas dalam
A: masalah Nyeri Kronik
sakit kepala belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
(1,2,3)
2 Jumat, 13 Juli II S : klien dan keluarga
2018 mengatakan belum
mengetahui penyakit
hipertensi/tekanan darah
tinggi secara kompherensif
O: Pasien dan keluarga
mampu memahami
penyakit hipertensi
/tekanan darah tinggi dan
mampu menyebutkan tanda
dan gejala dari hipertensi

90
A: intervensi sedikit
teratasi
P: intervensi di lajutkan (2)
3 Sabtu, 14 juli I S: Klien mengatakan
2018 nyerinya berkurang
O: Klien mampu
mendemonstrasikan tehnik
nafas dalam secara mandiri
A: Masalah sedikit teratasi
P : Intervensi
dipertahankan
4 Sabtu, 14 juli II S : Klien dan keluarga
2018 mengatakan mengetahui
penyakit hipertensi, tanda
dan gejala serta
pencegahan dari hipertensi
O: klien dan keluarga bisa
memahami materi dan
menyebutkan penyakit
hipertensi, tanda dan gejala
serta pencegahan dari
hipertensi.
A: Masalah teratasi
P:Intervensi di hentikan

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi kasus yang
penulis lakukan dari tanggal 5-14 Juli 2018, maka pada bagian ini penulis akan
membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek atau kasus yang
ditemukan selama melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada klien
Ny.A, berumur 72 tahun dengan Hipertensi dalam Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman Di Desa Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe yang
akan dibahas berdasarkan tahapan proses keperawatan yaitu tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

91
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa
ibu (yang digunakan setiap hari), lugas dan sederhana (Suprajitno,2004).
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Selain tahap
ini, penulis tidak mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien
cukup kooperatif dan dapat diajak kerjasama dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Penulis melakukan pengkajian pada keluarga Tn.L di
temukan data: Ny.A mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering merasakan
pusing atau sakit kepala bagian belakang dan tegang leher, skala nyerinya
4, nyeri sering hilang timbul dengan minum obat catopril (2x1). Keluarga
Tn.L adalah keluarga Extended Family (Keluarga Besar) terdiri dari suami,
istri, anak, nenek, keponakan. Riwayat keluarga Tn.L tidak memiliki
riwayat atau masalah kesehatan, kecuali Ny.A (Klien) mempuyai tiwayat
penyakit hipertensi.
Fungsi keluarga pada Tn.L yaitu sebagai mengenal masalah kesehatan
keluarga karena keluarga Tn.L belum mampu mengenal masalah kesehatan
anggota keluarga yang sakit dengan Ny.A yang mempuyai tekanan darah
tinggi. Saat dikaji keluarga Tn.L tidak mengetahui pengertian hipertensi,
tidak mengetahui tanda dan gejala serta pencegahan hipertensi. Keluarga
juga tidak mengetahui dampak dan tekanan keadaan darah tinggi yang
terus menerus.
Hasil pemeriksaan fisik Tekanan Darah 180/100 mmHg, Nadi 78x/m,
Pernapasan 20x/m, Suhu 36,7̊.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang ditegakan yang sesuai dengan hasil
pengkajian yaitu Nyeri Kronik berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sebagai diagnosa Utama

92
didapatkan data subjektif: Ny.A mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering
merasakan pusing atau sakit kepala bagian belakang dan tegang leher,
provocate: Ny.A mengatakan nyeri kepala, quality: nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, regio: nyeri di rasakan dikepala, skala: skala nyerinya 4,
time: nyerinya sering hilang timbul. Data Objektif: Tekanan Darah 180/100
mmHg, Nadi 78x/m, Pernapasan 20x/m, Suhu 36,7̊.
Dan Diagnosa keperawatan keluarga Defisiensi Pengetahuan keluarga
berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan sebagai diagnosa kedua
didapatkan data subjektif: keluarga Tn.L belum mampu mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga yang sakit, keluarga Tn.L tidak mengetahui
pengertian hipertensi, tidak mengetahui tanda dan gejala serta pencegahan
hipertensi. Keluarga juga tidak mengetahui dampak dan tekanan keadaan
darah tinggi yang terus menerus. Data Objektif: Tekanan Darah 180/100
mmHg, Nadi 78x/m, Pernapasan 20x/m, Suhu 36,7̊.
3. Intervensi keperawatan
Menurut Wright dan Bell (1994), intervensi keperawatan adalah tindakan
atau respons dari perawat yang meliputi hubungan tindakan terapeutik
yang terjadi dalam kontes hubungan dalam perawat klien untuk
memengaruhi individu, keluarga, atau fungsi komunitas yang merupakan
tanggung jawab perawat (Suprajitno,2004).
Dilakukan asuhan keperawatan Nyeri Kronik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sebagai
diagnosa Utama dengan perencanaan yang mempuyai tujuan Setelah
dilakakukan kunjungan rumah 2x di harapkan rasa nyeri berkurang dengan
NOC: Paint level, Paint control Dengan kriteria hasil: Mampu mengenali
nyeri kapan terjadi, Mendemonstrasikan tehnik relaksasi nafas dalam,
Melaporkan nyeri yang terkontrol.
Dengan NIC yaitu :
1. lakukan pengkajian nyeri kompherensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, kualitas, dan intensitas atau beratnya nyeri
2. monitor TTV secara kompherensif
3. ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi)

93
Diagnosa kedua keperawatan keluarga Defisiensi Pengetahuan
keluarga berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan dengan
perencanaan yang mempuyai tujuan Setelah dilakukan kunjungan rumah
2x diharapkan keluarga mampu mengenal masalah mengenai hipertensi
dengan NOC: knowledge: health promotion Dengan kriteria hasil: Health
Education tentang hipertensi, Klien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat.
Dengan NIC yaitu :
1. kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terkait dengan proses penyakit
yang spesifik
2. berikan edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala serta
pencegahan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi
rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga
dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik
untuk dapat menilai potensi yang dapat dimiliki mereka dan
mengembangkan melalui implementasi yang bersifat memampukan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan
membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatanya, memodifikasi
lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, seru memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan terdekat (Suprajitno,2004).
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan keluarga yang utama dengan
diagnosa Nyeri Kronik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan berdasarkan teori (NIC). Pengkajian pada Ny.A hari pertama
tanggal 13 Juli 2018 di rumah Tn.A dengan: Melakukan pengkajian nyeri
kompherensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan intensitas
atau beratnya nyeri dengan hasil (P : Klien mengatakan masih nyeri pusing atau
sakit kepala, Q : klien mengatakan pusing atau nyeri kepala yang dirasakan
seperti tertusuk, R : klien mengatakan nyeri yang dirasakan di kepala bagian

94
belakang dan tegang leher, S : klien mengatakan skala nyerinya 4, T : klien
mengatakan pusingnya hilang timbul). Memonitor TTV secara kompherensif
dengan hasil (TD : 180/100 mmHg, N: 78 x/mnt, RR: 20 x/mnt). Mengajarkan
teknik non farmakologi (teknik relaksasi) dengan hasil ( Klien bisa melakukan
tehnik relaksasi nafas dalam). Pada hari kedua tanggal 14 Juli 2018 di rumah
Tn.A dengan: Melakukan pengkajian nyeri kompherensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, kualitas, dan intensitas atau beratnya nyeri dengan hasil (P :
Klien mengatakan tidak nyeri pusing atau sakit kepala, Q : klien mengatakan
pusing atau nyeri kepala yang dirasakan seperti tertusuk, R : klien mengatakan
nyeri yang dirasakan di kepala bagian belakang dan tegang leher, S : klien
mengatakan skala nyerinya 2, T : klien mengatakan pusingnya hilang timbul).
Memonitor TTV secara kompherensif dengan hasil (TD : 140/90 mmHg, N: 78
x/mnt, RR: 20 x/mnt). Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi)
dengan hasil (Klien mampu melakukan tehnik relaksasi nafas dalam secara
mandiri).
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan keluarga yang kedua dengan
diagnosa Defisiensi Pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang
sumber pengetahuan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
berdasarkan teori (NIC). Pengkajian pada Ny.A hari pertama tanggal 13
Juli 2018 di rumah Tn.A dengan: Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga terkait dengan proses penyakit yang spesifik dengan hasil (Klien dan
keluarga tidak mengetahui penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi secara
spesifik). Memberikan edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
serta pencegahan dengan hasil (Klien dan keluarga mampu memahami penyakit
hipertensi/ tekanan darah tinggi dan mampu menyebutkan tanda dan gejala dari
hipertensi). Pada hari kedua tanggal 14 Juli 2018 di rumah Tn.A dengan:
Memberikan edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala serta
pencegahan dengan hasil (Klien dan keluarga mampu mengetahui mengenai
penyakit hipertensi, tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki
produktifitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga.

95
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan yaitu
Nyeri Kronik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
Evaluasi yang dilakukan penulis berdasarkan prioritas diagnosis
keperawatan utama yang ditegakkan yaitu Nyeri Kronik berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
dan dievaluasi pada hari pertama tanggal 13 Juli 2018 antara lain
Subyektif: Klien mengatakan masih nyeri pusing atau sakit kepala,
Obyektif: Klien mampu mendemonstrasikan tehnik relaksasi nafas dalam,
Assesment: Masalah nyeri kronik belum teratasi, Planing: Intervensi
dilanjutkan (1,2,3). Evaluasi pada hari kedua tanggal 14 Juli 2018 antara
lain Subyektif: Klien mengatakan nyerinya berkurang, Obyektif: Klien
mampu mendemonstrasikan tehnik relaksasi nafas dalam secara mandiri,
Assesment: Masalah sedikit teratasi, Planing: Intervensi dipertahankan.
Evaluasi yang dilakukan penulis berdasarkan diagnosis
keperawatan kedua yang ditegakkan yaitu Defisiensi Pengetahuan keluarga
berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan dievaluasi pada hari
pertama tanggal 13 Juli 2018 antara lain Subyektif: Klien dan keluarga
mengatakan belum mengetahui penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi
secara kompherensif, Obyektif: Klien dan keluarga mampu memahami
tanda dan gejala dari hipertensi, Assesment: Masalah sedikit teratasi,
Planing: Intervensi dilanjutkan (2). Evaluasi pada hari kedua tanggal 14
Juli 2018 antara lain Subyektif: Klien dan kelurga mengatakan mengetahui
penyakit hipertensi, tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi,
Obyektif: Klien dan keluarga bisa memahami materi dan menyebutkan
penyakit hipertensi, tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi.
Assesment: Masalah teratasi, Planing: Intervensi dihentikan

96
C. KETERBATASAN STUDI KASUS
Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur yang ada. Namun
dalam melakukan penelitian penulis memiliki keterbatasan-keterbatasan
sebagai berikut:
1. Pemberian tehnik relaksasi nafas dalam membutuhkan ketenangan
dan konsentrasi sehingga akan memberikan efek penurunan skala
yang maksimal. Penulis tidak dapat membatasi situasi di ruangan
dengan adanya suara keluarga dan tetangga meskipun peneliti
sudah memberikan pemahaman untuk tenang.
2. Waktu pengukuran skala nyeri dilakukan pada jam kunjungan klien
sehingga subyek peneliti akan terdistraksi dengan kehadiran
keluargannya.
3. Penulis tidak dapat memantau klien sepenuhnya selama 24 jam
sehingga dari awal intervensi penulis melibatkan keluarga saat
mengarjakan klien tehnik relaksasi nafas dalam. Diharapkan
adanya keterlibatan keluarga dapat mengoptimalkan intervensi
keperawatan khususnya tehnik relaksasi nafas dalam yang di
lakukan oleh klien.

97
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan

di Desa Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe dari tanggal 5 – 14 Juli

2018 dengan mengacu pada tujuan yang dicapai, maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian keperawatan Ny.A semua aspek bio, psiko, sosial,

spiritual, dan kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga

untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena setiap individu

memberikan respon yang berbeda-beda terhadap stimulus baik internal

maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam menilai setiap

respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien serta memerlukan

kepekaan dan kemampuaan khusus dalam menginterpretasikan dan

menganalisa data pada klien dengan hipertensi dalam pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakkan diagnosa

keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai

dengan kondisi dan keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori

yang ada, kemudian diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia

menurut maslow dan keluhan klien yang betul-betul mengancam kesehatan

klien. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu Nyeri

Akut dan Defisiensi Pengetahuan Keluarga.

98
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan

yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori NANDA NIC-NOC, dan

disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah

pada pasien hipertensi berdasarkan ilmu dan prosedur tindakan

keperawatan.

4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan,

disesuaikan dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat

berdasarkan aplikasi teori NANDA NIC-NOC sehingga tidak terjadi

kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 2 hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 14 Juli 2018

dengan hasil Nyeri Kronik teratasi sebagian dan Defisiensi pengetahuan

Keluarga teratasi.

B. Saran

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada klien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman,

peneliti menyarankan :

1. Bagi Peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi

bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta

dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran untuk menambah

pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, sehingga

99
dapat membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus nyata tentang

penerapan prosedur tehnik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi.

2. Bagi Institusi / Pendidikan

Institusi dan penyelenggaraan pendidikan diharapkan menyediakan

buku-buku referensi yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru

tentang pelaksanaan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman, serta menyediakan waktu yang cukup untuk

pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk

penyusunan karya tulis ilmiah di masa yang akan datang.

3. Bagi Klien / Keluarga

Untuk klien agar selalu menjaga keadaannya, terutama agar selalu

mematuhi program pengobatanya dan bisa melakukan tehnik relaksasi

nafas dalam serta selalu dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai

penyakit hipertensi.

100
DAFTAR PUSTAKA

A. Graber Mark. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga University Of Lowa Edisi 3.
Jakatra: EGC

Dinkes Sultra. 2016. Profil Data Kesehatan Provinsi Sultra. Kendari.

Draf Penetapan Standar Asuhan Keperawatan: Individu, Keluarga, dan


Kelompok/Komunitas di Indonesia dengan Pendekatan NANDA/ICNP,
NIC,& NOC Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Ikatan
Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI).

H, A. Aziz. Alimul. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika

Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2015. Diagnosa Keperawatan


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Hidayat. 2009. Keperawatan Dasar Manusia Buku I. Jakarta: Selemba Medika.

Kemenkes, RI. 2016. Propil Data Kesehatan. Nasional

N, Yesi Hasneli & Tyani, Endar Sulis & Utomo, Wasisto. 2015. Efektifitas
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Esensial. JOM, 2(2).1068-1069.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta:MediAction

Puskesmas Soropia. 2018. Profil Puskesmas Soropia. Kendari: Staf Puskesmas


Soropia.

Rachmawati,Yunita Ayu Dkk. Dukungan Keluarga Dalam Penatalaksanaan


Hipertensi.i Puskesmas Candirejo Magetan:2013

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Pedoman Pewawancara Petugas


Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013.

101
Setiati, Siti Dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublising.

Situmorang, Paskah Rina. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Hipertensi. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 1(1), 68.

Sudiharto & Hartono. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:


EGC

Zaenurrohman, Destiara Hesriantica & Rachmayanti, Riris Diana. 2017.


Relationship between knowledge and hypertension Historywith Blood
Pressure Control in Elderly. Jurnal berkala Epidemiologi, 5(2), 176.

102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
Lampiran 11.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Hipertensi


Sub pokok bahasan : Perawatan dan pecegahan Hipertensi
Sasaran : Pasien dan keluarga Tn.L
Hari /Tanggal : Jumat - Saptu / 13 – 14 Juli 2018
Waktu : 15.00-15.30
Tempat : Rumah Tn.L
Penyuluh : Salbia

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit di Ruang
Pepaya RSUD CengkarengRumah Tn.L diharapkan mampu melakukan
tindakan perawatan dan pencegahan hipertensi.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan tentang hipertensi diharapkan pasien dan
keluarga mampu
1. Menyebutkan pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan faktor resiko Hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4. Menyebutkan kategori Hipertensi
5. Menyebutkan pertolongan pertama pada penderita Hipertensi
6. Menyebutkan pencegahan Hipertensi
7. Menyebutkan obat tradisional untuk mengatasi Hipertensi

C. Materi (Urain terlampir)


1. Pengertian Hipertensi
2. Faktor resiko Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Pertolongan pertama pada penderita Hipertensi

116
5. Pencegahan Hipertensi
6. Obat tradisional untuk mengatasi Hipertensi
7. Strategi Pelaksanaan

No Uraian Kegiatan Metode Media Waktu


1 Pendahuluan : Ceramah Lisan 5 menit
a. Memberi salam
b.Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak waktu
2 Pelaksanaan : • Ceramah Leaflet 20 menit
a. Menjelaskan • Diskusi
pengertian Hipertensi • Tanya
b. Menjelaskan faktor jawab
resiko Hipertensi
c. Menjelaskan tanda dan
gejala Hipertensi
d. Menjelaskan
pertolongan pertama
pada penderita
Hipertensi
e. Menjelaskan
pencegahan Hipertensi
f. Menjelaskan obat
tradisional untuk
mengatasi Hipertensi
3 Penutup : Ceramah Lisan 5 menit
a. Memberikan
kesempatan pada lansia
untu bertanya
b. Menyampaikan
kesimpulan materi

117
c. Memberi evaluasi
secara lisan
d. Memberi salam

9. Evaluasi (Terlampir)
1. Bentuk : Langsung
2. Jenis pertanyaan : Lisan
3. Jumlah pertanyaan : 2 pertanyaan
4. Waktu : 5 menit

EVALUASI
Pertanyaan :
1. Sebutkan pengertian Hipertensi
2. Jelaskan tanda dan gejala Hipertensi
Jawaban :
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
secara menetap > 140/90 mmHg.
2. Tanda dan gejala Hipertensi :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual dan muntah
d. Sesak nafas
e. Pandangan menjadi kabur
f. Mata berkunang –kunang
g. Mudah marah
h. Telinga berdengung
i. Sulit tidur

118
Sumber :
Aris, S. 2007. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: PT Intisari Mediatam.
Armilawaty. 2007. Hipertensi dan Faktor Resiko Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS
http//ridwanamiruddin. com/2007/12/08 hipertensi-dan-faktor-
risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/, (online) diakses tanggal 12
Oktober 2012
Keleher, H., MacDougall, C., & Murphy, B. 2007. Understanding Health
Promotion. Victoria, Australia : Oxford University Press.
Notoadmodjo, Sukidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Renika Cipta : Jakarta.

119
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG HIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah secara menetap > 140/90 mmHg.
B. FAKTOR RESIKO
1. Keturunan
2. Gaya hidup yang tidak sehat :
a. Diit yang tidak sehat (kurang buah dan sayuran, tinggi lemak
jenuh,tinggi kolesterol,tinggi garam dan gula).
b. Kurang aktivitas fisik/olahraga c. Kegemukan / Obesitas d.
Alkohol e. Stress f. Merokok 3. Sekitar 5 – 10 % berhubungan
dengan penyakit ginjal, 1 – 2 %berhubungan dengan kelainan
hormon atau pemakaian obat tertentu (Pil KB).
C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI
Seringkali hipertensi terjadi tampa gejala, sehingga penderita tidak
merasa sakit. Pada umumnya sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual dan muntah
4. Sesak nafas
5. Pandangan menjadi kabur
6. Mata berkunang –kunang
7. Mudah marah
8. Telinga berdengung
9. Sulit tidur
10. Rasa berat ditengkuk
E. PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDERITA HIPERTENSI
Jika mengalami tanda – tanda Hipertensi, sarankan penderita
hipertensi agar :
1. Hentikan kegiatan terutam bila sedang mengemudi

120
2. Minta pertolongan orang terdekat atau hubungi tenaga kesehatan
terdekat
3. Jika memungkinkan kunjungi pelayanan kesehatan terdekat
seperti puskesmas/ Rumah Sakit . Pengobatan sesegera mungkin
dapat menyelamatkan nyawa atau meningkatkan untuk pulih
sepenuhnya
F. PENCEGAHAN HIPERTENSI
Mengurangi dan memodifikasi faktor resiko dengan :
1. Tidak merokok
2. Olahraga / aktivitas fisik secara teratur
3. Pola makanan sehat dan seimbang
Batasan konsumsi garam untuk Hipertensi
a. Hipertensi ringan : ½ sendok teh perhari
b. Hipertensi sedang : ¼ sendok teh perhari
c. Hipertensi berat : Tampa garam
4. Melakukan kesehatan secara rutin

G. OBAT TRADISIONAL
1. Dua buah timun dimakan pagi dan soe atau diparut, diperas dan
diambil airnya diminum pagi dan sore hari.
2. Sepuluh lembar daun salam direbus dalam dua gelas air sampai
airnya tinggal satu gelas diminum pagi dan sore.
3. Sepuluh lembar daun alpukat direbus dalam dua gelas air sampai
airnya tinggal satu gelas diminum pagi dan sore.

121
122
123
Lampiran Sebelum Melakukan Penyuluhan

Tingkat pengetahuan tentag hipertensi (tekanan darah tinggi)

No Pernyataan Benar Salah


1 Hipertensi merupakan suatu penyakit dimana 
tekanan darah mencapai ≥ 140/90 mmHg
2 Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan 
3 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi 
adalah sakit kepala, rasa berat ditengkuk dan
murah marah
4 Hipertensi merupakan dapat menyebabkan 
storeke
5 Makanan yang asin dapat menyebabkan 
hipertensi
6 Hipertensi dapat disembuhkan 
7 Semua orang yang menderita hipertensi 
menunjukan gejala seperti pusing, mimisan,
dan pandangan berkunang-kunang
8 Tekanan darah mencapai ≥ 210/120 mmHg 
termaksud kedalam hipertensi berat
9 Hipertensi merupakan peningkatan darah 
yang tidak menetap
10 Tekanan darah mencapai ≥ 180/110 mmHg 
termaksud dalam hipertensi berat

1, 2, 4, 5, 6, 9, 10 : Salah
3, 7, 8 : Benar

Pengetahuan keluarga Tn.L sebelum melakukan penyuluhan yaitu


30% (Pengetahuan kurang)

Keterangan :
10 – 50 % : Pengetahuan Kurang
60 – 70 % : Pengetahuan Sedang
80 – 100% : Pengetahuan Baik

124
Lampiran Sesudah Melakukan Penyuluhan

Tingkat pengetahuan tentag hipertensi (tekanan darah tinggi)

No Pernyataan Benar Salah


1 Hipertensi merupakan suatu penyakit dimana 
tekanan darah mencapai > 140/90 mmHg
2 Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan 
3 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi 
adalah sakit kepala, rasa berat ditengkuk dan
murah marah
4 Hipertensi merupakan dapat menyebabkan 
storeke
5 Makanan yang asin dapat menyebabkan 
hipertensi
6 Hipertensi dapat disembuhkan 
7 Semua orang yang menderita hipertensi 
menunjukan gejala seperti pusing, mimisan,
dan pandangan berkunang-kunang
8 Tekanan darah mencapai >210/120 mmHg 
termaksud kedalam hipertensi berat
9 Hipertensi merupakan peningkatan darah 
yang tidak menetap
10 Tekanan darah mencapai >180/110 mmHg 
termaksud dalam hipertensi berat

6, 9 : Salah
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10 : Benar

Pengetahuan keluarga Tn.L sebelum melakukan penyuluhan yaitu


80% (Pengetahuan Baik)

Keterangan :
10 – 50 % : Pengetahuan Kurang
60 – 70 % : Pengetahuan Sedang
80 – 100% : Pengetahuan Baik

125
Lampiran 14.

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 6.1 Gambar 6.2

Pengukuran Tekanan Darah Pemeriksaan Mata

Gambar 6.3 Gambar 6.4

Pemeriksaan Kekuatan Otot Pemeriksaan Kekuatan Otot


Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah

126
Gambar 6.5

Melakukan Penyuluhan Hipertensi

Gambar 6.6

Melakukan Penyuluhan Hipertensi

Gambar 6.7 Gambar 6.8

Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran Tekanan Darah


Pada Ny. A Pada Ny. N

127

Anda mungkin juga menyukai