Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)


merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang biasanya
ditemukan di daerah tropis. Infeksi virus dengue menyebabkan kematian dan
kesakitan yang tinggi di seluruh dunia. Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita demam berdarah di tiap tahunnya. Sementara itu terhitung sejak
tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi
di Asia Tenggara.
Penanganan kasus DHF/BDB yang yang terlambat akan menyebabkan
Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan kematian. Hal tersebut
disebabkan karena penderita mengalami defisit volume cairan akibat dari
meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga penderita
mengalami syok hipovolemik dan akhirnya meninggal (Ngastiyah, 2010).

1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit demam berdarah dengue.

Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian demem berdarah.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis, penyebab, manifestasi klinis,
komplikasi, dan pemeriksaan penunjang demam berdarah.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien demam berdarah.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan
demam berdarah.

1.3 Manfaat
BAB II
KONSEP MEDIK

2.1 DEFINISI

Demam dangue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leucopenia, ruam, limfa denopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
(Sudoyo Aru, dkk 2009).
Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer dan Suprohaita: 2000;419).
Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995; 341)

2.2 KLASIFIKASI/STADIUM

WHO 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya :


Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
Derajat 2 : Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan/ atau perdarahan lain
Derajat 3 : Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.
Derajat 4 : Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di ukur

2.3 ETIOLOGI

Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF) disebabkan


oleh virus dengue yang termasuk dalam family flaviviridae genus flavivirus.
Virus dengue ditularkan dari seorang penderita ke orang lain melalui gigitan
nyamuk genus Aedes, yaitu nyamuk aedes aegypti betina. Aedes aegypti tersebar
di daerah tropis dan subtropis yang merupakan vektor utama
Terdapat 4 serotype virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi
salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang
bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotype lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotype selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru,dkk : 2009).

2.4 PATOFISIOLOGI

Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
Aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan akan terjadi proses
peradangan yang akan menimbulkan demam pada penderita. Bereaksinya virus
dengan antibodi akan membentuk kompleks virus antibodi, sehingga dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen.
Akibat dari aktivasi tersebut akan dilepaskan anafilaktoksin C3a dan C5a,
dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga
terjadi penurunan volume plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Dari pembentukan kompleks virus antibodi juga mengakibatkan depresi
tulang belakang sehingga terjadi trombositopenia, yang menyebabkan timbulnya
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi koagulasi yang merupakan
penyebab utama terjadinya perdarahan.
Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan
trombositopenia, sedangkan perdarahan massive akibat kelainan yang lebih
kompleks, yaitu trombositopenia, gangguan faktor pembekuan, dan
kemungkinan oleh faktor DIC.

2.5 MANIFESTASI KLINIK

Infeksi virus dengue mempunyai spectrum klinis yang luas mulai dari
asimptomatik (silent dengue infection), Demam dengue (DD), Demam
Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom
syok dengue (SSD)).

1. Manifestasi klinik infeksi demam dengue


Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari disertai dua atau lebih
manifestasi berikut:
 Nyeri kepala
 Nyeri retro-orbital
 Malgia/atralgia
 Ruam kulit
 Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)
 Leukopenia
 Pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan criteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegagkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi:
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
 Uji tourquet positif
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
 Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
 Peningkatan nilai hematrokit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
 Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
 Penurunan kesadaran, gelisah
 Nadi cepat, lemah
 Hipotensi
 Tekanan darah turun ≤20 mmHg
 Perfusi perifer menurun
 Kulit dingin-lembab

2.6 PENATALAKSANAAN
1). Penatapelaksanaan Medik
 Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan
tetesan 20 cc / Kg BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1 – 1,5 liter
di guyur (cor), selanjutnya 5 cc / Kg BB / Jam atau 50 cc / Kg BB /
24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan cairan
rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik.
 Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan,
seperti parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh
0
≥ 38,5 C dan Metoklopramide bila terjadi muntah-muntah.
 Bila TD sistolik menurun ≥ 20 mmHg, atau Nadi ≥ 110 x / menit, atau
tekanan nadi (TD sistol – TD diastol ≤ 20 mmHg), atau jumlah urine ≤
40 cc / jam, pertanda adanya kebocoran plasma (plasma leakage) →
tambahkan cairan infus guyur 5 cc / KgBB / Jam sampai keadaan
kembali stabil. Setelah Tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke
tetesan rumatan
 Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi
penurunan TD, peningkatan Nadi, atau penurunan volume urine yang
berlanjut, atau terjadi perdarahan masif, atau penurunan kesadaran,
perlu di periksa Hb, Ht, Trombosit. Penurunan jumlah trombosit perlu
dipantau secara laboratorium dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan
periksa Haemorrhagic test.
 Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin
memberat atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita
dinyatakan untuk dirujuk (bila dirawat di Puskesmas atau klinik atau
rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih intensif,
kalau perlu di rawat di ICU.
 Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang
menyolok disertai dengan tanda-tanda perdarahan masif. Bila terjadi
perdarahan yang masif dengan penurun kadar Hb dan Ht, segera beri
tansfusi Whole blood.
 Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan
yang cukup sesuai perhitungan, tanda-tanda perdarahan tidak nyata,
dan pemantauan laboratorium tidak menunjukkan perbaikan, maka
pilihan kita adalah pemberian FFP (Fresh Frozen Plasma) atau
Plasma biasa.
2). Penatapelaksanaan Non Medik
 Tirah baring
 Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
 Keadaan klinis di monitor : TD, Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu
( minimal 2 kali sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu
pada status), jumlah urine perjam (sebaiknya ≥ 50 cc / jam).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (Mungkin normal atau lekositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi (Uji H): Respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (Setiap jam
atau 4- 6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan), Faal
hemostatis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

2.8 KOMPLIKASI

1. Perdarahan Luas

Infeksi virus dengue menyebabkan terbentuknya antigen-antibodi yang


dapat mengaktivasi sistem kompelem. Juga menyebabkan agregasi, trombosit
dan mengaktivasi sistem kongulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh
darah. Kedua faktor tersebut menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi
trombosit terjadi sebagai akibat dari porlekatan kompleks antigen-antibodi
pada membrane trombosit mengeluarkan ADT.
Hal ini menyebabkan trombosit akan dihancurkan oleh RES, sehingga
terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan
pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan koagulopati konsumtif, ditandai
dengan peningkatan FDT, sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.
perdarahan yang terjadi pada klien DBD terjadi karena trombositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin,
faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen).

2. Syok

Infeksi sekunder oleh virus dengue akan menyebabkan respon antibody


amnestic yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan
proliferesi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi
IgG anti dengue. Di samping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam
limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah
banyak. Kemudian terbentuklah sistem komplemen, pelepasan C3a C5a akibat
aktivasi C3 dan C5, menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang
ekstra vaskuler.

3. Kelainan Ginjal

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom
uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka
setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting
diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis
merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui
apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml/kg berat badan/jam.
4. Oedema Paru

Oedema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat


pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga
sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila
cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan
hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan
mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan
ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.

Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin


beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock
syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai
berikut:

· Dehidrasi

· Perdarahan

· Jumlah platelet yang rendah

· Bradikardi

5. Penurunan Kesadaran

Saat terjadi infeksi virus dengue kemudian mengalami replikasi maka


terbentuk kompleks virus antibodi yang menyebabkan efek salah satunya
permeabilitas kapiler yang mengikat sehingga terjadi penurunan transportasi
O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
A. Pengkajian Primer
a. Anamnesa
I. Identitas klien
Nama : ………………………………………………..
Usia : ………………………………………………..
Jenis kelamin : …………………………………………………
Agama : …………………………………………………
Alamat : ………………………………………………….
Pendidikan : ………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………….
II. Keluhan Utama
Biasanya klien sering mengeluhankan apa yang klien rasakan saat itu
III. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan yang diderita klien.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Jika pasien memiliki riwayat kesehatan sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.
d. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
IV. Pola Fungsional Gordon
a. Pola presepsi-Manegement kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolic
c. Pola eliminasi
d. Pola latihan dan aktifitas
e. Pola istrahat dan tidur
f. Pola presepsi dan kognitif
g. Pola presepsi dan konsep diri
h. Pola peran dan hubungan
i. Pola seksual dan reproduksi
j. Pola koping-toleransi stress
k. Pola nilai dan kepercayaan
B. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
 Status kesehatan umum
 Kepala
 Mata
 Hidung dan sinus
 Mulut da tenggorok
 Leher
 Toraks
 Sirkulasi
 Abdomen
 Ekstremitas
b. Pengkajian Psikososial
 Anak : Perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan
penyakit, mekanisme koping yang digunakan
 Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan
keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stres

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertemia
2. Resiko defisit volume cairan
3. Resiko syok hypovolemik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Resiko perdarahan
6. Nyeri akut

3.3 INTERVENSI DAN RASIONAL

NO Dianosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. HIPERTERMIA NOC NIC - mengetahui
DEFINISI: Peningkatan THERMOREGULATION FEVER peningkatan
suhu tubuh diatas kisaran KRITERIA HASIL: TREATMENT: suhu tubuh,
normal  Suhu tubuh dalam - Monitor suhu memudahkan
BATASAN rentang normal sesering intervensi
KARAKTERISTIK:  Nadi dan RR dalam mungkin
 Konvulsi rentang normal - Monitor IWL
 Kulit kemerahan  Tidak ada perubahan - Monitor warna
 Peningkatan suhu warna kulit dan dan suhu kulit
tubuh diatas kisaran tidak pusing
normal
 Kejang - Monitor
 Takikardi tekanan darah,
 Takipneu nadi dan RR

 Kulit terasa hangat - Monitor

FAKTOR YANG penurunan

BERHUBUNGAN: tingkat

 Anastesia kesadaran

 Penurunan respirasi - Monitor WBC,


HB, HCT
 Dehidrasi
- Monitor intake - Pemberian
 Pemanjaan
dan output cairan sangat
lingkungan yang
- Berikan anti penting bagi
panas
piretik pasien dengan
 Penyakit
- Berikan suhu tubuh yang
 Pemakaian pakaian
pengobatan tinggi. Obat
yang tidak sesuai
untuk khususnya
dengan suhu
mengatasi untuk
lingkungan
demam menurunkan
 Peningkatan laju
- Selimuti pasien panas tubuh
metabolism
- Lakukan tapid pasien.
 Medikasi
sponge - mengurangi
 Trauma
- Kolaborasi panas dengan
Aktivitas berlebihan
pemberian pemindahan
cairan panas secara
intravena konduksi. Air
hangat
mengontrol
pemindahan
panas secara
perlahan tanpa
menyebabkan
hipotermi atau
menggigi.
- Pemberian obat
sangat penting
- Kompres bagi pasien
pasien pada untuk mencegah
lipat paha dan terjadinya
aksila dengan menggigil
air hangat
- Tingkatkan
sirkulasi udara

- Berikan
pengobatan
TEMPERATURE
REGULATION
- Monitor suhu
minimal tiap 2
jam
- Rencanakan
monitoring
suhu secara
continue
- Monitor TD,
nadi dan RR
- Monitor warna
dan suhu kulit
- Monitor tanda-
tanda
hipertermi dan
hipotermi
- Tingkatan
intake cairan
dan nutrisi
- Selimuti pasien
untuk
mencegah
hilanggnya
kehangatan
tubuh
- Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
- Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan
suhu
- Dan
kemungkinan
efek negative
dari kedinginan
- Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergensi yang
diperlukan
- Ajarkan
indikasi dari
hipotermi dan
penanganan
yang
diperlukan
- Berikan anti
piretik jika
perlu
VITAL SIGN
MONITORING
- Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
- Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
baringkan
- Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama dan
setelah
aktivitas
- Monitor
kualitas dari
nadi
- Monitor
frekuensi dan
irama
pernafasan
- Monitor suara
paru
- Monitor pola
pernafasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
- Monitor
sianosis perifer
- Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari
Perubahan vital
sign

2. Resiko defisit volume NOC NIC - Vital sign


cairan  Fluid Fluid management membantu
Definisi: penurunan cairan  Hydration - Pertahankan mengidentifikasi
intra vascular, interstial, dan  Nutritional status: catatan intake fluktuasi cairan
atau intraseluler. Ini mengacu food and fluid intake dan output yang
pada dehidrasi, kehilangan Kriteria Hasil: akurat - intravaskuler
cairan saat tampak perubahan  Mempertahankan - monitor vital dapat
pada natrium urine output sesuai sign meningkatkan
Batasan karakteristik: dengan usia dan BB, - monitor masukan jumlah cairan
 Perubahan status BJ urine normal, HT makanan / cairan tubuh, untuk
mental normal dan hitung intake mencegah
 Penurunan tekanan  Tekanan darah, nadi kalori harian terjadinya
darah suhu tubuh dalam - kolaborasi hipovolemic
 Penurunan tekanan batas normal pemberian IV syok.
nadi  Tidak ada tanda- - monitor status

 Penurunan volume tanda dehidrasi, nutrisi

nadi elastisitas turgor - dorong keluarga

 Penurunan turgor kulit baik, untuk membantu

kulit membrane mukosa pasien makan

 Penurunan turgor lembab, tidak ada - tawarkan snack (

lidah rasa haus yang jus buah, buah


berlebihan segar)
 Membrane mukosa
- kolaborasi
kering
dengan dokter
 Kulit kering
- atur
 Peningkatan
kemungkinan
hematokrit
transfusi
 Peningkatan suhu
Hypovolemia
tubuh
management
 Peningkatan frekuensi
nadi
 Peningkatan - Monitor status
konsentrasi urine cairan termasuk
 Penurunan berat intake dan output
badan cairan
 Haus - Pelihara IV line

 Kelemahan - Monitor tingkat

Faktor yang berhubungan: Hb dan

 Kehilangan cairan hematokrit

aktif - Monitor tanda

 Kegagalan vital

mekanisme regulasi - Monitor respon


pasien terhadap
penambahan
cairan
- Monitor berat
badan
- Monitor adanya
tanda gagal
ginjal

3. Resiko syok hypovolemik NOC NIC


Definisi : beresiko terhadap  Syok prevention Syok prevention
ketidakcukupan aliran darah  Syok management - Monitor status
kejaringan tubuh, yang dapat Kriteria hasil: sirkulasi BP,
mengakibatkan disfungsi  Nadi dalam batas warna kulit, suhu
seluler yang mengancam jiwa yang diharapkan kulit, denyut
Factor resiko jantung, HR, dan
 Hipotensi
 Hipovolemi  Irama jantung dalam ritme, nadi
 Hipoksemia batas yang perifer,
 Hipoksia diharapkan Dan kapiler refill

 Infeksi  Frekuensi nafas - Monitor tanda

 Sepsis dalam batas yang inadekuat

 Sindrom respons diharapkan oksigenasi

inflamasi sistemik  Irama pernafasan jaringan


dalam batas yang - Monitor suhu
diharapkan dan pernafasan
 Natrium serum dbn - Monitor input
 Kalium serum dbn dan output
 Klorida serum dbn - Monitor tanda
 Kalsium serum dbn awal syok
 Magnesium serum - Berikan
dbn vasodilator yang
 Ph aliran darah tepat
serum dbn - Ajarkan keluarga
Hidrasi dan pasien
 Indicator: tentang tanda
 Mata cekung tidak dan gejala
ditemukan datangnya syok
 TD dbn - Ajarkan keluarga
 Hematokrit dbn dan pasien
tentang langkah
untuk mengatasi
syok
management
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi
renal
- Monitor tekanan
nadi
- Monitor status
cairan, input
output
- Catat gas darah
arteri dan
oksigen di
jaringan

4. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan  Nutritional status: - Kaji adanya
tubuh  Nutritional status: alergi makanan
Defisini : Food and Fluid - Kolaborasi
Asupan nutrisi tidak cukup intake dengan ahli gizi
untuk memenuhi kebutuhan  Nutritional status: untuk
metabolic nutrient intake menentukan
 Weight control jumlah kalori
Batasan karakteristik : Kriteria hasil: dan nutrisi yang
 Kram abdomen  Adanya peningkatan dibutuhkan
 Nyeri abdomen berat badan sesuai pasien
 Menghindari makanan dengan tujuan - Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
 Berat badan 20 %  Berat badan ideal protein dan
atau lebih dibawah sesuai dengan tinggi vitamin C
berat badan ideal badan - Monitor jumlah
 Kerapuhan kapiler  Mampu nutrisi dan
 Diare mengidentifikasi kandungan kalori

 Kehilangan rambut kebutuhan nutrisi - Berikan

berlebihan  Tidak ada tanda- informasi

 Bising usus hiperaktif tanda malnutrisi tentang

 Kurang makanan  Menunjukan kebutuhan nutrisi


peningkatan fungsi Nutrition monitoring
 Kesalahan konsepsi
pengecapan dari - BB pasien
 Membrane mukosa
menelan dalam batas
pucat
 Tidak terjadi normal
 Ketidakmampuan
penurunan berat - Monitor adanya
memakan makanan
badan yang berarti penurunan berat
 Tonus otot menurun
badan
 Cepat kenyang setelah
- Monitor tipe dan
makan
jumlah aktivitas
 Sariawan rongga
yang biasa
mulut
dilakukan
Factor yang berhubungan
- Monitor mual
 Factor biologis
dan muntah
 Factor ekonomi
- Monitor
 Ketidakmampuan
pertumbuhan
untuk mengabsorbsi
dan
nutrient
perkembangan
 Ketidakmampuan - Monitor kalori
untuk mencerna dan intake
makanan nutrisi
 Ketidakmampuan
untuk menelan
makanan
 Factor psikologis

5. Resiko perdarahan NOC NIC


Defisini :  Blood lose severity Bleeding precautions
Beresiko mengalami  Blood koagulation - Monitor ketat
penurunan volume darah Kriteria hasil tanda-tanda
yang dapat mengganggu  Tidak ada hematuria perdarahan
kesehatan. dan hematemesis - Catat nilai Hb
 Kehilangan darah dan HT
Faktor resiko : yang terlihat sebelum dan
 Aneurime  Tekanan darah sesudah
 Sirkumsisi dalam batas normal perdarahan
 Defisiensi sistol dan diastole - Monitor nilai
pengetahuan  Tidak ada lab yang

 Koagulopati perdarahan meliputi PT,

intravaskuler pervagina PTT,

diseminata  Tidak ada distensi Trombosit

 Riwayat jatuh abdominal - Pertahankan

 Gangguan  Hemoglobin dan beed rest

gastrointestinal hematokrit dalam selama


batas normal perdarahan
 Gangguan fungsi hati
aktif
 Koagulopati inheren
 Komplikasi  Plasma, PT, PTT - Kolaborasi
paskapartum dalam batas normal dalam
 Komplikasi terkait pemberian
kehamilan prodak
 Trauma - Anjurkan

 Efek samping terkait pasien untuk

terapi meningkatkan
intake makanan
yang banyak
mengandung
vitamin K
- Bleeding
reduction
- Identifikasi
penyebab
perdarahan
monitor status
cairan yang
meliputi intake
dan output
- Monitor
penentu
pengiriman
oksigen ke
jaringan
- Monitor trend
tekanan darah
dan parameter
hemodinamik
- Pertahankan
potensi IV line
Bleeding reduction :
Wound/luka
- Lakukan
manual
pressure pada
area
perdarahan.
- Gunakan
icpack pada
area perdarahan
- Lakukan
pressure
dressing
(perban yang
menekan) pada
area luka
- Monitor nadi
distal dari area
yang luka atau
perdarahan
- Instruksikan
pasien untuk
menekan area
luka pada saat
bersin atau
batuk
- Instruksikan
pasien untuk
membatasi
aktivitas
Bleeding reduction :
gastrointestinal
- Observasi
adanya darah
dalam sekresi
cairan tubuh
- Monitor
complete blood
count dan
leukosit
- Kolaborasi
dalam
pemberian
terapi lactulose
atau
fasopressin
- Kurangi factor
stress
- Pertahankan
jalan nafas
- Monitor status
nutrisi pasien
- berikan cairan
intravena
- Hindari
penggunaan
aspirin dan
ibuprofen

6. Nyeri akut NOC NIC


Definisi : pengalaman sensori  Paint level Paint management
dan emosional yang tidak  Paint control - Lakukan
menyenangkan yang muncul  Comfort pengkajian
akibat kerusakan jaringan  Level nyeri secara
yang actual atau potensial Kriteria hasil komprehensif
atau di gambarkan dalam hal  Mampu mengontrol - Observasi
kerusakan sedemikian rupa nyeri reaksi
(international association for  Melaporkan bahwa nonverbal dari
the study of paint) : awitan nyeri berkurang ketidak
yang tiba-tiba atau lambat dengan nyamanan
dari intensitas ringan hingga menggunakan - Gunakan tehnik
berat dengan akhir yang management nyeri komunikasi
dapat di antisipasi atau  Mampu mengenali teraupeutik
diprediksi berlangsung < 6 nyeri - Evaluasi
bulan.  Mengatakan rasa pengalaman
Batasan karakteristik : nyaman setelah nyeri masa
 Perubahan selera nyeri berkurang lampau
makan - Evaluasi
 Perubahan tekanan bersama pasien
darah dan tim
 Perubahan frekuensi kesehatan lain
jantung tntang ketidak
 Perubahan frekuensi efektifan
pernafasan control nyeri
 Laporan isyarat masa lampau

 Diaphoresis - Pilih dan

 Perilaku distraksi lakukan

 Mengekpresikan penanganan

perilaku nyeri
- Kaji tipe dan
 Sikap melindungi area
sumber nyeri
nyeri
untuk
 Indikasi nyeri yang
menentukan
dapat di amati
intervensi
 Perubahan posisi
- Ajarkan
untuk menghindari
tentang tehnik
nyeri
nonfarmakologi
 Sikap tubuh
- Berikan
melindungi
analgetik untuk
 Dilatasi pupil
mengurangi
 Melaporkan nyeri
nyeri
secara verbal
- Evaluasi
 Gangguan tidur
keefektifan
Faktor yang berhubungan :
control nyeri
Agen cedera
- Tingkatkan
(mis.,biologis,zat kimia, fisik,
istrahat
psikologis
- Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor
penerimaan
pasien tentang
management
nyeri
Analgesic
administrasion
- Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis dan
frekuensi
- Cek riwayat
alergi
- Pilih analgesic
yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic
ketika
pemberian
lebih dari 1
- Tentukan
pilihan
analgesic
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
- Tentukan
analgesic
pilihan, rute
pemberian dan
dosis optimal
- Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
- Monitor vilat
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesic
pertama kali
- Berikan
analgesic tepat
waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Demam dangue/DF dan demam berdarah engue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leucopenia, ruam, limfa denopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer
dan Suprohaita: 2000;419).
Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995; 341)

4.2 SARAN

Lampiran

1. Pathway

Arbovirus (Melalui nyamuk Berdarah dalam aliran Infeksi virus dangue


aedes aegypti) darah (viremia)

Membentuk dam Mengaktifkan sistem


PGE2 Hipotalamus
melepaskan zat C3a, C5a komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Permeabilitas membrane


Na+ dan H2O meningkat

Resiko syok
Kerusakan endotel hipovolemik
Agregasi trombosit
pembulu darah
Trombositopenia Merangsang & Rejatan hipovolemik
mengaktifasi factor dan hipotensi
pembekuan

DIC Kebocoran plasma

Perdarahan

Resiko perdarahan

Resiko perfusi jaringan Ke extravaskuler


tidak efektif

Asidosis metabolik
Hipoksia jaringan Abdomen

Kekurangan volume cairan


Resiko syok (Hipovolemik)
Ascites
Hepar

Paru-Paru Mual, Muntah


Hepatomegali

Anda mungkin juga menyukai