Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

ANALISIS KESTABILAN LERENG

Lokasi penambangan batubara pada seam 13 Utara sebelumnya berupa


perbukitan dengan tumbuhan yang lebat. Kegiatan pengupasan tanah penutup
saat ini berada lebih kurang pada kedalaman 50 m dari keadaan topografi
awalnya. Analisis kestabilan lereng pada daerah ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng yang ditunjukkan oleh angka faktor
keamanan, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan untuk menghindari
bahaya kelongsoran pada desain berikutnya.
Analisis dilakukan dengan melihat kondisi daerah telitian yang ada saat ini,
mengkaji dari teori-teori yang sesuai dan mempelajari data-data yang ada yang
kemudian digunakan untuk menganalisa kestabilan lereng. Hasil analisis yang
diperoleh dapat digunakan untuk merencanakan lereng yang lebih stabil dan
mengantisipasi terjadinya bahaya kelongsoran sehingga kerugian – kerugian yang
terjadi dapat diminimalkan .

4.1 Kondisi Lokasi Penelitian


Lokasi penambangan pada seam 13 Utara sebelumnya berupa perbukitan dengan
tumbuh-tumbuhan yang lebat, daerah penelitian terletak di daerah Tandung Mayang
pada koordinat antara 0 13’ 23” LU - 0 13’ 35” LU dan 117 14’ 37” - 117 14’ 50”
BT. Kondisi perlapisan tanah pembentuk lereng seam 13 Utara memiliki kekerasan
yang bervariasi, hal ini menyebabkan geometri lereng jenjang akhir yang terbentuk
tidak teratur. Disamping bervariasinya kekerasan dari perlapisan tanah, kondisi
alat mekanis dan kurangnya keterampilan para operator juga menjadi penyebab
tidak teraturnya geometri lereng yang terbentuk. Litologi pada lokasi penelitian
berdasarkan hasil log bor yang berdekatan dengan lokasi telitian terdiri dari
batulanau, batulempung, batupasir dan sisa batubara yang belum di tambang.
Dari pengamatan di lapangan struktur geologi lereng yang terdiri dari perlapisan
batuan dengan bentuk laminasi dan struktur kekar yang dijumpai di lokasi telitian
telah mengalami pelapukan menjadi material lepas menyerupai tanah. Kondisi yang
demikian mengakibatkan longsoran yang paling mungkin terjadi pada daerah
penelitian adalah longsoran berupa busur, hal ini didukung oleh fakta yang terjadi
di lokasi telitian yaitu adanya longsoran di beberapa lokasi yang berupa busur.
Berdasarkan data curah hujan dan hasil test pit menunjukkan kondisi air tanah dan
air permukaan pada musim kemarau dan penghujan yang ada sangat kecil sehingga
kondisi tingkat kejenuhan air yang mungkin adalah kondisi kering sampai kondisi
setengah jenuh.

4.2 Metode Analisis Yang Dipilih


Batuan yang telah mengalami pelapukan sehingga menyerupai tanah adalah
material pembentuk lereng di daerah telitian saat ini, sehingga analisis yang
diterapkan adalah analasis pada material tanah.
Adapun ciri-ciri perbedaan dalam kelongsoran tanah adalah umumnya
mempunyai bentuk bidang longsoran berupa busur, faktor bidang lemah penentu
model keruntuhan tidak ada, Teori dasar dalam mekanika tanah menganggap
keruntuhan terjadi akibat adanya keruntuhan geser dalam, yaitu adanya gerak relatif
antara partikel butir tanah, kekuatan geser tanah disebabkan oleh kohesi dan bagian
yang bersifat gesekan yang tergantung pada tegangan efektif pada bidang geser, yaitu
sudut geser dalam ( ).
Metode kesetimbangan batas digunakan untuk menentukan nilai kemantapan
lereng di mana dalam perhitungan menggunakan irisan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan teliti. Penampang lereng yang terletak di atas longsor potensial dibagi
menjadi beberapa potongan vertikal, kemudian momen-momen penahan dan
penggerak dari setiap potongan dianalisis. Dari beberapa metode analisis yang ada
untuk longsoran tersebut dipilih metode Janbu dan penggunaan softwere Galena
untuk menganalisis kemantapan lereng.

4.3 Lereng Yang Dianalisis


Dalam penentuan letak penampang-penampang lereng yang akan dianalisis perlu
dipertimbangkan daerah di sekitar lokasi penambangan yang meliputi jalan masuk ke
areal penambangan seam 13 Selatan yang saat ini masih aktif berproduksi dimana
alat-alat berat beroperasi serta kegiatan peledakan yang mempengaruhi kestabilan
lereng secara tidak langsung.
Lereng yang akan dianalisis pada seam 13 Utara daerah Tandung Mayang terdiri
dari lima buah lereng total yang diberi simbol dengan AA’, BB’, CC’, DD’ dan EE’.
Koordinat penampang-penampang tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1
Koordinat penampang melintang lereng

No. Penampang Koordinat Peta ( UTM )


Northing Easting
1 AA’ 22037 – 24902 527430 - 527457
2 BB’ 24970 – 24887 527508 - 527394
3 CC’ 24853 – 24866 527508 - 527430
4 DD’ 24685 – 24773 527490 – 527383
5 EE’ 24691 – 24768 527260 - 527283

Pengukuran geometri lereng meliputi tinggi dan sudut kemiringan dari lereng, serta
kondisi dari air tanah yang ada di lokasi telitian saat ini. Dalam analisis kestabilan
lereng geometri lereng yang ada diproyeksikan ke dalam model-model dua
dimensi, hasil pengukuran terhadap tinggi, sudut kemiringan dan orientasi lereng
dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Geometri dan orientasi kemiringan lereng

Penampang Lereng Jenis Lereng  ()  () h (m) H (m)


A – A’ A1 Tunggal 41,98 - 21 -
A2 Tunggal 29,05 - 20 -
A3 Tunggal 40,90 - 13 -
A4 Tunggal 41,98 - 9 -
AA’ Total - 29,50 - 63
B – B’ B1 Tunggal 32,30 - 12 -
B2 Tunggal 33,70 - 10 -
B3 Tunggal 31,30 - 17 -
BB’ Total - 29,05 - 39
C – C’ C1 Tunggal 53,97 - 11 -
C2 Tunggal 42,50 - 11 -
C3 Tunggal 39,60 - 19 -
CC’ Total - 37,59 - 41
D – D’ D1 Tunggal 46,65 - 18 -
D2 Tunggal 35,86 - 15 -
D3 Tunggal 28,95 - 11 -
DD’ Total - 34,50 - 44
E - E’ E1 Tunggal 35,10 - 19 -
E2 Tunggal 33,69 - 14 -
EE’ Total - 31,70 - 33
4.4 Karakteristik Material
Untuk mengetahui stratigrafi dari lereng yang akan dianalisa dilakukan dengan
membuat enam penampang melintang yang mewakili lereng yang terbentuk pada
orientasi lereng yang sama dan masing-masing diberi simbol AA’, BB’, CC’, DD’ dan
EE’ ( tabel 4.2 ) . Penampang melintang dibuat berdasarkan data dari peta topografi
dan data lubang bor pada daerah penelitian. Penyelidikan geologi pada daerah
penelitian menunjukkan untuk mengetahui kondisi material dan adanya struktur
regional.

Tabel 4.3
Data lubang bor pada daerah penelitian

No. Penampang Lubang bor


1 AA’ Pry TM 65, TM 72, Pry D227, Pry Y6
2 BB’ Pry TM 65, TM 72, Pry D227, Pry Y6
3 CC’ Pry TM 65, TM 72, Pry D227, Pry Y6
4 DD’ Pry TM 65, TM 72, Pry D227, Pry Y6
5 EE’ Pry TM 65, TM 72, Pry D227, Pry Y6

Penentuan sifat fisik dan mekanik dari batuan sepenuhnya diambil dari
kesebandingan dengan hasil penelitian geomekanika terdahulu oleh Balai
Pengujian dan Peralatan, Kantor Wilayah Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan
Timur, tahun 1997 pada beberapa titik pemboran di lokasi penelitian.

Tabel 4.4
Data sifat-sifat fisik dan mekanik tanah

Data Siltstone Sandstone Mudstone


Kohesi sisa material (c’) 0,035 0,025 0,165
Sudut geser dalam sisa 44,15 42,09 31,91
material (’)
Densitas material () 2,523 2,663 2,473
Densitas air (w) 2,563 2,687 2,527

Penyelidikan hidrogeologi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi air tanah


mengenai tekanan dan tinggi muka air tanah. Dalam hal ini karena tidak
adanya alat pengukur tinggi muka air tanah ( piezometer ), maka dalam
melakukan analisa kestabilan lereng digunakan asumsi tingkat kejenuhan air
tanah antara kering 50% jenuh dan jenuh total, baik untuk lereng tunggal
maupun lereng total.

4.5 Analisis Kestabilan Lereng


Berdasarkan pengamatan mengenai kondisi di lapangan pada daerah seam 13
Utara daerah Tandung Mayang PT. KITADIN, maka terdapat beberapa hal yang
perlu dilakukan analisis, yaitu:
1) Hasil pengamatan di lokasi telitian menunjukkan struktur geologi yang ada saat ini
sudah sulit untuk dikenali, hal ini dikarenakan batuan awal pembentuk lereng
sudah mengalami pelapukan menyerupai material tanah.
2) Geometri lereng yang terbentuk dari hasil penambangan
Perbedaan dari sifat kekerasan perlapisan material tanah yang bervariasi dan
keterbatasan dari alat mekanis yang dipergunakan mengakibatkan bentuk dari
geometri lereng tidak teratur.
3) Pengaruh tinggi muka air tanah
Kehadiran air tanah dalam badan lereng yang selalu berfluktuasi ( naik-turun
) pada penggantian musim mengakibatkan kestabilan lereng dapat berubah
setiap saat.
4) Sifat fisik dan mekanik tanah
Material lereng yang terdiri dari batulanau, batulempung, batupasir akan
memberikan kestabilan lereng yang berbeda.

Tingkat kestabilan lereng dalam metode kesetimbangan batas ditunjukan


dengan nilai faktor keamanan yang merupakan perbandingan antara gaya
penahan dengan gaya penggerak. Analisa kestabilan lereng dengan metode
kesetimbangan batas cara Janbu digunakan untuk menganalisa lereng yang
mempunyai bentuk longsoran berupa busur yang terjadi pada tanah atau
material yang bersifat seperti tanah dan terjadi pada daerah yang perlapisan
tanahnya tidak seragam . Selanjutnya terdapat beberapa tahap yang harus
ditempuh, yaitu :
 Penentuan geometri lereng dan bidang perlapisan
 Penentuan sifat-sifat fisik dan mekanik tanah
 Penentuan kondisi air tanah
 Perhitungan faktor keamanan

4.6 Hasil Perhitungan Faktor Keamanan


Perhitungan faktor keamanan lereng dilakukan dengan cara Janbu dengan cara
menghitung faktor keamanan pada model lereng dan dibandingkan dengan hasil
perhitungan program softwere galena. Perhitungan faktor keamanan untuk lereng
tunggal menggunakan data kuat geser sisa dan untuk lereng total menggunakan data
kuat geser puncak. Sedangkan untuk lereng total digunakan hasil kuat geser puncak.
Hal ini dikarenakan jenjang tunggal lebih banyak mengalami gangguan dari aktivitas
penambangan maupun pengaruh cuaca
Hasil perhitungan faktor keamanan lereng, baik lereng tunggal maupun total pada
lokasi penelitian di daerah seam 13 Utara Tandung Mayang dengan menggunakan
perhitungan metode Janbu dengan beberapa asumsi tingkat kejenuhan air ( keadaan
jenuh air, setengah jenuh dan kering ), adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5
Nilai faktor keamanan lereng penelitian dengan metode Janbu

No. Lereng Tinggi (m) Sudut () Nilai Faktor Keamanan Pada Tingkat
Kejenuhan Air

Jenuh Setengah Kering


Jenuh

1 Tunggal A1 21 41,98 0,321 0,649 0,982


2 Tunggal A2 20 29,05 0,828 1,223 1,623
3 Tunggal A3 13 40,90 0,362 0,693 1,030
4 Tunggal A4 9 41,99 0,332 0,661 0,996
5 Total AA’ 63 29,50 0,759 1,142 1,532
6 Tunggal B1 12 32,30 0,695 1,067 1,444
7 Tunggal B2 10 33,70 0,587 0,940 1,299
8 Tunggal B3 17 31,30 0,673 1,039 1,413
9 Total BB’ 39 29,05 0,781 1,167 1,560
10 Tunggal C1 11 53,97 0,004 0,347 0,697
11 Tunggal C2 11 42,50 0,353 0,692 1,035
12 Tunggal C3 19 39,60 0,443 0,788 1,137
13 Total CC’ 41 37,59 0,484 0,828 1,178
14 Tunggal D1 18 46,65 0,224 0,561 0,902
15 Tunggal D2 15 35,86 0,565 0,922 1,282
16 Tunggal D3 11 28,95 0,792 1,182 1,579
17 Total DD’ 44 34,50 0,593 0,951 1,314
18 Tunggal E1 19 35,10 0,534 0,880 1,233
19 Tunggal E2 14 33,69 0,584 0,937 1,297
20 Total EE’ 33 31,70 0,662 1,028 1,400

Anda mungkin juga menyukai