Anda di halaman 1dari 1

Belanja Non K/L

Rp546,0 T
Rancangan (naik Rp4,6 T dari APBN 2016)
PENDAPATAN NEGARA Pembayaran bunga utang meningkat Rp6,8 T diakibatkan a.l. dari outstanding utang;

APBN Penerimaan Perpajakan


Subsidi BBM & LPG turun Rp23,1 T sejalan dengan kebijakan penghematan dengan
kebijakan subsidi tetap solar Rp350/liter per 1 Juli 2016;

Perubahan
Subsidi listrik bertambah Rp18,8 T akibat penundaan penerapan subsidi tepat sasaran
Penerimaan perpajakan turun Rp19,6 T dari APBN 2016: (gol. Tarif 900 VA);
Subsidi Non energi meningkat Rp10,4 T a.l. disebabkan oleh tambahan kurang bayar
PPh Migas Penerimaan PPh migas turun Rp17,1 T -> audited subsidi pangan Rp1,5 T, subsidi pupuk Rp7,4 T, dan PSO PT Pelni Rp0,047 T;
dipengaruhi rendahnya perkiraan asumsi ICP dan lifting migas;

2016
Rp24,3 T Tambahan pagu belanja Hibah Rp4,6 T a.l. untuk penghapusan piutang kepada PDAM
Penerimaan pajak nonmigas naik Rp0,2 T dari APBN Rp3,9 T -> diikuti oleh penyertaan modal daerah (PMD) kepada PDAM untuk menyelesaikan
tahun 2016
Pajak Non Migas -> dengan extra effort dan langkah kebijakan: utang kepada Pemerintah;
Rp1.527,1 T Rp1.318,9 T - Kenaikan alamiah penerimaan pajak nonmigas dari Penyediaan dana penyangga dalam rangka mendukung ketahanan energi Rp1,6 T
Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I realisasinya dalam APBNP 2015 sekitar 13%;
tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik. - Potensi dari kebijakan Tax Amnesty;
Kepabeanan & Anggaran Pendidikan turun Rp12,0 T dari APBN 2016 (sejalan dengan
Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Penerimaan
Cukai Rp184,0 T
Penerimaan kepabeanan & cukai mengalami penurunan volume belanja negara), a.l disebabkan oleh adanya penghematan belanja
penurunan Rp2,6 T
Perpajakan
(Inflasi , Nilai tukar Rupiah , ICP , dan
Lifting ) Defisit Terjaga Rp546,0 T pendidikan melalui K/L dan penurunan DAK nonfisik pendidikan
- Bea masuk dan bea keluar dipengaruhi perkembangan ekonomi
Perubahan Baseline -> realisasi APBNP 2015,
policy update
Policy update -> -belanja prioritas
2,48%
terhadap PDB
184,0
yang masih moderat;
- Target cukai naik Rp1,7 T dengan extra effort dan policy measure
(a.l. barang kena cukai baru). Rp102,4 T
Anggaran Kesehatan turun Rp2,4 T dari APBN 2016 (sejalan dengan
penurunan volume belanja negara), a.l disebabkan oleh adanya penghematan belanja
kesehatan melalui K/L dan penurunan DAK nonfisik kesehatan
- subsidi tepat sasaran Kebijakan
Pengendalian
Langkah kebijakan dan policy measure penerimaan perpajakan Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat, a.l. :
Fiskal Rp
Penghematan dan efisiensi Belanja K/L;
Mengendalikan tax ratio pada kisaran 12% terhadap PDB; Mendorong pemanfaatan energi yang berkelanjutan:
Optimalisasi dan implementasi kebijakan Tax Amnesty; Skema penerapan subsidi yang lebih tepat sasaran;
Optimalisasi penerimaan cukai -> a.l. melalui pengendalian barang kena cukai. Pengalokasian dana terkait ketahanan energi.
DAMPAK FISKAL Pendapatan Negara
Pendapatan perpajakan
PNBP
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Penerimaan Negara Bukan Pajak Transfer ke Daerah turun Rp11,9 T dari APBN 2016:
Dampak Belanja Negara PNBP turun Rp68,4 T dari APBN 2016:
Dana bagi Hasil turun Rp4,7 T -> dampak penurunan pendapatan
PNBP SDA Migas turun Rp50,2 T dari APBN 2016,
Subsidi
Bunga utang
karena penurunan asumsi lifting minyak, ICP dan kurs. negara yang dibagihasilkan Rp28,0 T, dan telah menampung tambahan
Pendapatan kurang bayar DBH Rp23,3 T;
SDA Rp50,3 T PNBP SDA Nonmigas turun Rp24,4 T dari APBN 2016,
karena penundaan kenaikan tarif royalti batu bara, dan Dana transfer khusus mengalami penurunan Rp8,3 T ->
Pendapatan Bagian penurunan harga komoditas batubara kalori rendah, sedang, pengurangan/pemotongan DAK Fisik Rp6,0 T dan Non fisik Rp2,3 T (a.l.
Asumsi Dasar Laba BUMN Rp34,2 T dan tinggi, serta penurunan harga komoditas mineral lainnya
seperti emas, perak, tembaga, dan timah.
BOK/BOKB Rp1,0 T, TPG Rp1,3 T);
Dana Otsus dan Keistimewaan DIY mengalami kenaikan Rp1,1 T.
PNBP Lainnya
Ekonomi Makro Rp205,4 T Rp84,9 T PNBP Lainnya naik sebesar Rp5,4 T dari APBN 2016 a.l.
kenaikan Pendapatan Penjualan Hasil Tambang, pendapatan
Pendapatan RS pada Kemenhan, dan penerimaan atas restrukturisasi
Tingkat Suku BLU Rp36,1 T piutang non pokok Pemerintah pada PDAM. Langkah kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, al.:
Pertumbuhan Inflasi (%yoy) Nilai Tukar Bunga
ekonomi (%yoy) (Rp/USD) Pendapatan BLU naik Rp0,8 T dari APBN 2016 karena Pengurangan/pemotongan pagu alokasi DAK Fisik tahun 2016 secara mandiri
SPN 3 Bulan (%)
adanya perubahan Satker PNBP menjadi Satker BLU pada (self blocking) oleh daerah.
Kementerian Ristek Dikti dan Kementerian Perhubungan. Penguatan infrastruktur Prov. Papua dan Papua Barat;
5,3 5,3 4,7 4,0 13.900 13.500 5,5 5,5 Mengoptimalkan Dana Alokasi Umum, Dana Insentif Daerah, dan Dana Desa
->dipertahankan sama dengan pagunya dalam APBN tahun 2016;
Langkah kebijakan pengamanan PNBP, a.l. :
Lifting Gas Bumi Menahan turunnya lifting migas;
Harga MInyak Lifting Minyak Bumi
Mentah (USD/barel) (ribu barel perhari) (ribu barel setara APBN Mengendalikan cost recovery migas;
PEMBIAYAAN ANGGARAN

Rp
Rp
Rp
Rp
minyak per hari) 2016 Mengoptimalkan PNBP Lainnya (K/L), melalui penyempurnaan/revisi

Rp
Rp
Rp
Rp
regulasi PNBP.
50 35 830 810 1155 1115
RAPBNP
2016

Rp
Rp
Rp
Rp
Pembiayaan anggaran meningkat Rp40,2 T dari APBN 2016

Pendapatan Negara 1.822,5 1.734,5 BELANJA NEGARA Langkah kebijakan pengamanan pembiayaan anggaran, al:
Penerbitan SBN dengan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan antara
Penerimaan Perpajakan 1.546,7 1.527,1 lain biaya dan risiko utang, kondisi dan kapasitas pasar keuangan, dan
kebutuhan kas negara
Penerimaan Negara
Belanja Pemerintah Pusat Pemanfaatan SAL dengan tetap memperhatikan likuiditas Pemerintah.

RAPBN Bukan Pajak 273,8 205,4


Belanja Pemerintah Pusat turun Rp36,0 T dari APBN 2016:
Hibah 2,0 1,9 Penerimaan pembiayaan naik Rp76,9 T, a.l:
Belanja K/L

PERUBAHAN Belanja Negara


Belanja Pemerintah Pusat
2.095,7 2.047,8
1.289,5
Penghematan Belanja K/L, termasuk penyesuaian anggaran pendidikan &
anggaran kesehatan Rp50,0 T;
Tambahan Belanja untuk program prioritas Rp5,8 T;
Rp
SBN neto naik Rp57,8 T
Pemanfaatan SAL Rp19,0 T
1.325,5
Rp743,5 T
2016 Belanja K/L
Belanja Non K/L
784,1
541,4
743,5
546,0
(turun Rp40,6 T
dari APBN 2016)
Pemberian penghargaan K/L Rp0,7 T;

Efisiensi Belanja Operasional, dilakukan antara lain pada:


Untuk membiayai pelebaran
defisit dan tambahan
Transfer ke Daerah & Dana Desa 770,1 205,4
758,3 Belanja Perjalanan Dinas dan Paket Meeting; pengeluaran investasi Pemerintah
Transfer Ke Daerah 723,2 711,3 Belanja Jasa (listrik, telepon, air, serta daya dan jasa lainnya);
Dana Desa 47,0 47,0 Penghematan Pembangunan gedung baru (yang masih diblokir).
Pengeluaran pembiayaan naik Rp36,7 T, a.l:
+/- Keseimbangan Primer (88,2) (121,6) Belanja K/L
PMN kepada PT PLN naik Rp13,6 T untuk mendukung program 35.000 MW
Surplus/Defisit Anggaran (273,2) (313,3) Efisiensi belanja lainnya, dilakukan antara lain pada:
Rp 50,0 T PMN kepada BPJS Kesehatan Rp6,8 T untuk menjaga kesinambungan
Belanja jasa seperti: iklan, banner, spanduk;
Pembiayaan Anggaran 273,2 313,3 program JKN
Kegiatan-kegiatan prioritas dan pendukung yang setelah dikaji ulang
Pembiayaan Dalam Negeri 272,8 315,9 ternyata tidak mendesak/dapat ditunda; Rp
Pembiayaan investasi kepada BLU LMAN Rp16,0 T untuk mendukung
0,4 (0,2) Hasil optimalisasi/sisa dana swakelola; pengadaan tanah dalam rangka pembangunan infrastruktur.
Pembiayaan Luar Negeri
Honorarium kegiatan; Copyright 2016
APBN RAPBNP Kementerian Keuangan RI
2016 2016 Direktorat Jenderal Anggaran
1.174.510,8 1.325.551,4 1.289.537,6

Anda mungkin juga menyukai