Oleh:
Siti Thoibah
NIM. 1920930320002
i
DAFTAR ISI
ii
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai
macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi,
transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah
menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup
yangmeningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi
dan BALITA tetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular
yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang
meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional
menjadi modern yang cenderung membawa resiko (Irwan. 2017)
HL Bloem (1908) telah mengidentifikasi bahwa derajat kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yakni: Perilaku, Lingkungan, Pelayanan
kesehatan dan Keturunan. Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan memegang
peran lebih dari 75% dari kondisi derajat kesehatan masyarakat (Mubarak,
dkk.2007).
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat
kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. .
Belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Irwan. 2017)
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dipelajari. Perilaku dapat berbentuk perilaku pasif (respon
internal) dan perilaku aktif manusia. Perilaku pasif tidak dapat diamati secara
langsung oleh orang lain, sedangkan bentuk aktif (respon eksternal) adalah
1
tindakan nyata dan merupakan respon secara langsung dapat diobservasi,
(Mubarak, dkk.2007)
B. TUJUAN
Tujuan dalam peyusunan makalah ini adalah melakukan Literatur Review
Teori Perubahan Perilaku
C. PERILAKU KESEHATAN
Perilaku menurut Skinner, 1938 adalah merupakan hasil hubungan antara
rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Dosebut teori ‘SOR’ Stimulus
organisme respons.
- Respodent respons (respondent behavior), yaitu respon yang ditimbulkan
oleh rangsangan/elicting stimuli tertentu. Elicting stimuli menimbulkan
respons yang bersifat relative tetap. Contoh: makanan lezat dan beraroma
akan merangsang keluarnya air liur
- Operant respons timbul dan berkembang diikuti oleh rangsangan tertentu,
perangsangan itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang
telah dilakukan manusia dan merupakan bagian terbesar dari perilaku
manusia, serta kemungkinannya untuk dimodifikasi sangat besar dan tak
terbatas
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Mubarak, dkk.2007)
D. PERUBAHAN PERILAKU
Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau
mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap, yaitu:
1. Pengetahuan
Seseorang individu akan mengadopsi perilaku apabila terlebih dahulu
mengetahu arti dan manfaat perilaku
2
2. Sikap
Sikap merupakan perilaku tertutup. Setelah seseorang diberi stimulus atau
objek, proses selanjutnya dia akan menilai atau bersikap terhadap stimulus
atau objek kesehatan tersebut. Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan
dengan pengetahuan yaitu sebagai berikut:
- Sikap terhadap sakit dan penyakit; bagaimana penilaian atau pendapat
seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab
penyakit, cara penularannya, dan sebagainya.
- Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat. Penilaian atau pendapat
seseorang tentang cara-cara (berprilaku) hidup sehat
- Sikap terhadap kesehatan lingkungan. Penilaian atau pendapat
seseorang terhadap lingkungan dan pengarunya terhadap kesehatan
3. Praktik/tindakan
Praktik/tindakan dalam perilaku terjadi apabila telah melewati dua tahapan
yaitu pengetahuan dan sikap maka seseorang akan mempraktikkan atau
melaksanakan apa yang diketahui.(Agustini, 2019)
Bentuk-bentuk perubahan perilaku:
1) Karena terpaksa (compliance)
2) Karena meniru (identification)
3) Karena menghayati (internalization)
(Agustini, 2019)
3
o Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan
atau keputusan (Personal autonomy).
o Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak(
action situation).
4
kapasitas pengolahan informasi manusia dan mempengaruhi belajar dari
pengalaman, observasi, dan komunikasi simbolik.
Model self-regulation sebenarnya mengacu pada proses pemecahan masalah.
Pemecahan masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya tidak berbeda dengan
pemecahan masalah lain. Dalam model self-regulation terdapat proses interpretasi
masalah, koping, dan appraisal ataupenilaian keberhasilan koping
5
2) Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan
3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan
(Irwan, 2014)
6
sesuai dengan tuntutan. Perceived behavioral control adalah persepsi
seseorang tentang kemampuannya untuk menampilkan suatu perilaku
tertentu..
Teori Blum (H.L Bloom: 1998) menjelaskan ada empat faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat
faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (45 persen), faktor
lingkungan (30 persen), faktor pelayanan kesehatan (20 persen) dan faktor
genetik (5 persen).
Hasil penelitian (prihantini, dkk, 2017) penelitian ini bahwa terdapat
hubungan faktor kepercayaan berupa keparahan, kerentanan, isyarat
melakukan tindakan serta manfaat yang dirasa terhadap upaya pencegahan
DBD di wilayah kerja Puskesmas Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota.
Selaras juga dengan hasil analisis penelitian sisyahid dan Indarjo (2017)
mengungkapkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya
ketidakpatuhan terapi ARV pada ODHA adalah rendahnya persepsi
kerentanan akan menderita suatu penyakit di kemudian hari, rendahnya
persepsi kesakitan informan tentang keparahan penyakit yang diderita,
rendahnya persepsi manfaat yang dirasakan oleh sebagian besar informan,
dan adanya persepsi hambatan adanya efek samping yang dirasakan,
ketiadaan sarana untuk mengakses ARV, dan adanya rasa malu apabila
status HIV positifnya diketahui oleh orang lain.
Beradasarkan penelitian Konsep Health Belief Model memberikan
gambaran sebagai berikut:
1. kerentanan yang dirasakan (Perceived Susceptibility).
2. keparahan yang dirasakan (Perceived Severity).
3. isyarat untuk melakukan tindakan (Cues to action)
4. manfaat yang dirasakan (Perceived Benefits).
5. hambatan yang dirasakan (Perceived Barriers).
7
DAFTAR PUSTAKA
Prihantini, etc all. 2018. Hubungan Perceived Benefit Dan Perceived Barrier
Dengan Stadium Kanker Payudara Berdasarkan Teori Health Belief Model
Pada Pasien Yang Berkunjung Di Posa Rsud Dr. Soetomo Surabaya. CMSNJ
Journal Vol. 7 No.1: Hal 18 – 22
Irwan, 2017. Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV. Absolute Media
Sisyahid, AK dan Indarjo, Sofwan, 2017. Health Belief Model Dan Kaitannya
Dengan Ketidakpatuhan Terapi Antireteroviral Pada Orang Dengan
Hiv/Aids. Unnes Journal of Public Health 6 (1); Hal 9 – 15