Pedoman Pengorganisasian PKRS 2015
Pedoman Pengorganisasian PKRS 2015
PENDAHULUAN
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada pasien
rehabilitasi yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang
bersangkutan diberi pengobatan. Dalam keadaaan yang memerlukan, si pasien
dirawat di rumah sakit. Sesudah sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit
yang sama sehingga yang bersangkutan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian
siklus ini berlangsung terus, kemudian disadari, bahwa untuk memelihara kesehatan
masyarakat diperlukan sesuatu rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan
dan pengobatan rumah sakit hanyalah salah satu bagin kecil dari rangkaian usaha
tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan selain dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan yang
ada serta sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga
pada kerjasama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya.
Kalau pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan
dan pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi
secara positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesahatan
masyarakat pada umumnya. Promosi Kesehatan rumah sakit (PKRS) berusaha
mengembangkan pengertian pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit tentang
penyakit dan pencegahannya. Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran
dan minat pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit untuk berperan secara positif
dalam berusaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, PKRS
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program pelayanan kesehatan rumah
sakit.
Isu Strategis
Promosi Kesehatan di Rumah sakit telah diselenggarakan sejak tahun 1994
dengan nama Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Seiring
dengan perkembangannya, pada tahun 2003, istilah PKMRS berubah menjadi
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKMRS). Seiring dengan pengembangannya, pada
tahun 2003, istilah PKMRS berubah menjadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS). Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mengembangkan PKRS seperti
penyusunan pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada Direktur rumah
B. Tugas Pokok Dan Fungsi Rumah Sakit Khusus Dr. Tadjuddin Chalid
Makassar
Tugas pokok Rumah Sakit Khusus Dr. Tadjuddin Chalid Makassar adalah
melaksanakan pelayanan penderita kusta secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan guna peningkatan kualitas hidup dan produktifitas penderita
kusta serta melaksanakan kegiatan diklat dan litbang di bidang rehabilitasi kusta
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rumah Sakit Kusta
Makassar juga mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Melaksanakan Pelayanan medik pada penderita kusta
b. Melaksanakan Asuhan keperawatan penderita kusta
c. Melaksanakan upaya pencegahan cacat penderita kusta
d. Melaksanakan Rehabilitasi medik penderita kusta
e. Melaksanakan Pelayanan rujukan penderita kusta
f. Melaksanakan Pendidikan dan pelatihan di bidang rehabilitasi kusta
g. Melaksanakan Pengembangan/diversifikasi pelayanan umum
h. Melaksanakan Penelitian dan pengembangan di bidang rehabilitasi kusta
i. MenerapkanTeknologi tepat guna di bidang rehabilitasi kusta
Melaksanakan Administrasi umum dan keuangan.
Visi
Menjadi rumah sakit terkemuka di Indonesia dalam pelayanan rehabilitasi kusta
tahun 2019.
Misi
1. Menyediakan fasilitas untuk pendidikan latihan, penelitian dan pengembangan
rehabilitasi medik.
2. Meningkatkan profesionalisme dalam bidang pelayanan kesehatan dan
manajemen rumah sakit.
3. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu dan parifurna dengan memanfaatkan
teknologi mutakhir.
4. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berbasis kemitraan.
Motto
Melayani Dengan Keikhlasan
Nilai
K : Komitmen
U : Usaha Maksimal
S : Sesuai Standar
T : Tulus Ikhlas
A : Akuntabel
Fungsi
1. Melaksanakan pelayanan pelayanan Medik penderita Kusta
2. Melaksanakan Asuhan Keperawatan penderita Kusta
3. Melaksanakan upaya Pencegahan cacat Penderita kusta
4. Melakukan Rehabilitasi medik penderita kusta
5. Malaksanakan Pelayanan Rujukan Penderita Kusta
6. Melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan di Bidang Rehabilitasi Kusta
Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar menjadi
acuan dalam pengembangan kegiatan PKRS dan pengembangan Akreditasi Rumah Sakit
yang berhubungan dengan promosi kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan Rumah sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan mereka
yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi RS, dan
menjadi urusan (tugas) bagi hampir seluruh jajaran RS. Yang paaing penting
dilaksanakan dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik
pemberdayaan terhadap pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadapa klien
sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil, jika
didukung oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadapa
mereka yang paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi dilakukan
terhadap mereka yang dapat mendukung.membantu RS dari segi kebijakan (peraturan
perundang-undangan) dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut harus
dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yangbersangkutan.
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang termasuk dalam subsistem Upaya
Kesahatan. Rumah Sakit tidak boleh dipandang sebagai suatu entitasyang terpisah
dan berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Peran rumah sakit adalah mendukung
pelyanana kesehatan dasar melalui penyediaan fasilitas rujukan dan mekanisme
bantuan. Menurut WHO, “ Rumah sakit harus terintegrasi dalam sistem kesehatan
dimana ia berada. Fungsinya adalah sebagai pusat sumber daya bagi peningktana
kesehatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.” Reformasi perumahsakitan di
Indonesia sangat diperlukan mengingat masih banyaknya rumah sakit yang hanya
menekankan pelayanannya kepda aspek kuratif dan rehabilitatif saja. Padahalkeadaan