Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia banyak melakukan
pengembangan di segala bidang, salah satunya adalah pembangunan di bidang
industri termasuk industri kimia. Saat ini Indonesia masih bergantung kepada
negara lain dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku maupun bahan antara dalam
industri kimia, salah satunya adalah metil salisilat.
Metil salisilat berguna untuk farmasi, kosmetik, dan parfum, namun
sampai saat ini belum ada perusahaan yang memproduksi, sehingga semua
kebutuhan metil salisilat masih diimpor walaupun tingkat konsumsi metil salisilat
di Indonesia cukup besar (Diah & Titus, 2011). Kebutuhan metil salisilat terus
bertambah seiring dengan perkembangan industri-industri di Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangat tepat apabila di Indonesia didirikan
pabrik metil salisilat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan
juga dapat diekspor.
Metil salisilat atau 2-hydroxy benzoid acid methyl ester dengan rumus
kimia C8H8O3. Di alam, bahan ini banyak terdapat dalam daun tanaman
Gaultheria Procumbens, batang tanaman Betula Lenta.L atau Sweet Birch dan
berupa glucoside pada bermacam tanaman lainnya. Sedangkan secara sintetis,
metil salisilat dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi antara metanol dengan asam
salisilat dengan bantuan katalis. Reaksi pembentukan ester (esterifikasi)
merupakan reaksi yang berjalan lambat dengan penambahan asam kuat seperti
asam sulfat atau asam klorida sebagai katalis, kecepatan reaksi dapat meningkat
(Groggins, 1958).
Kegunaan dari senyawa metil salisilat antara lain:
1. Meringankan penyakit otot, rematik, dan sakit kepala. Metil salisilat
digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis bahan farmasi, terutama
digunakan untuk penghilang rasa sakit. Produk akhir dari metil salisilat ini
seperti salep, balsam, krim, lotion, dan produk industri farmasi lainnya.

1
2

2. Pemberi aroma dan pengharum karena metil salisilat dapat


diformulasikan dalam essential oil, parfum, dan kosmetik.
3. Sebagai flavouring metil salisilat digunakan dalam perawatan mulut yaitu
untuk pasta gigi juga mouth wash, permen serta minuman.
4. Pembawa zat warna dan stabilizer sinar uv dalam resin akrilat.
5. Pelarut untuk derivate selulosa.
6. Tinta copy, printing ( pencetak ) (Aldha & Athea, 2015).
Sebelumnya pra rancangan pabrik metil salisilat dari metanol dan asam
salisilat dengan kapasitas 15.000 ton/tahun telah dirancang oleh Titus Suryanto
dan Diah Tirtasari pada tahun 2011. Namun pada pra rancangan pabrik metil
salisilat dengan menggunakan proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat ini,
menggunakan 3 unit reaktor untuk mereaksikan asam salisialat dengan metanol
yang menghasilkan produk metil salisilat, pada perancangan kali ini kami dapat
mengoperasikan dengan hanya 1 unit reaktor sehingga dapat menghemat FCI.
Dalam pra rancangan pabrik yang dirancang oleh Titus Suryanto masih
menggunakan perhitungan secara manual; dari perhitungan manual penulis ingin
menghitung menggunakan mesin hitung (HYSYS) yang lebih cepat dan konkrit.
Dari data Tabel 1.1 terlihat kebutuhan metil salisilat di Indonesia
meningkat pesat antara tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Apabila
diproyeksikan ke tahun 2025 maka akan diperlukan metil salisilat yaitu berkisar
8.822,6 ton/tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Kebutuhan metil salisilat di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Selama ini Indonesia mengalami kebutuhan produk metil salisilat yang
besar namun pemenuhan hanya bisa mengimpor. Dengan memilih proses ini lebih
ekonomis harga bahan baku yang digunakan, maka dari itu untuk memenuhi
kebutuhan metil salisilat dalam negeri perlu dilakukannya suatu usaha dengan
cara membuat pra rancangan metil salisilat.
3

1.3 Tujuan
Tujuan didirikannya pabrik untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan
metil salisilat didalam negeri.

1.4 Manfaat
Manfaat dari perancangan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memenuhi kebutuhan dalam Negeri.
2. Menghematkan pendapatan Negara dan meningkatkan devisa Negara.
3. Menciptakan lowongan pekerjaan.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam pra rancangan ini hanya mencangkup pada
kapasitas pabrik dan penyusunan membatasi hanya pada flowsheet (Steady
State) pabrik metil salisilat dari metanol dan asam salisilat, dynamic mode,
neraca massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, analisa ekonomi, unit utilitas,
Autodesk OutoCAD P&ID Drawings, Plot Plan dan tugas khusus.

1.6 Kapasitas Pabrik


Penentuan kapasitas produksi pabrik metil salisilat, didasarkan pada
beberapa pertimbangan, diantaranya sebagai berikut:
1. Ketersediaan bahan baku,
2. Kebutuhan metil salisilat, dan
3. Kapasitas pabrik yang sudah berdiri.

1.6.1 Ketersediaan Bahan Baku


Metanol sebagai bahan baku diperoleh dari PT Kaltim Metanol
Industri, Kalimantan Timur dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun.
Asam salisilat diperoleh dari Jinan Yunxiang Chemical Co.Ltd, Cina dengan
kapasitas produksi 52.000 ton/tahun. Asam sulfat diperoleh dari PT Petrokimia
Gresik, Surabaya, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 600.000 ton/tahun.
4

1.6.2 Kebutuhan Metil Salisilat


Kebutuhan metil salisilat di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Kebutuhan metil salisilat di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan
Gambar 1.1.
Tabel 1.1 Kebutuhan Metil Salisilat di Indonesia
Tahun Kebutuhan Metil Salisilat
(ton/tahun)
2013 2.077,212
2014 2.428,807
2015 2.785,138
2016 3.907,882
2017 4.208,802
(Sumber : Badan Pusat statistik, (2013-2017)

4500
Kebutuhan Metil Salisilat (Ton/Tahun)

4000

3500

3000

2500

2000 y = 574.2x + 1358.


R² = 0.948
1500

1000

500

0
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 1.1 Grafik Tingkat Kebutuhan Impor Metil Salisilat


5

Berikut perkiraan kebutuhan metil salisilat dari tahun 2017-2025 yang


disajikan pada Tabel 1.2 dibawah ini.
Tabel 1.2 Data kebutuhan metil salisilat per tahun dari hasil Ekstrapolasi
Tahun Tahun Ke Ekstrapolasi
2017 1 4.229
2018 2 4.803,2
2019 3 5.377,4
2020 4 5.951,6
2021 5 6.525,8
2022 6 7.100
2023 7 7.674,2
2024 8 8.248,4
2025 9 8.822,6

Dari tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2025 kebutuhan Indonesia
sebesar 8.822,6 ton/tahun. Kapasitas yang digunakan pada pabrik yang ingin
dirancang yaitu diambil 70% dari kebutuhan di Indonesia adalah 6.175,82
ton/tahun.

1.6.3 Kebutuhan Metil Salisilat di Negara Lain


Adapun kebutuhan metil salisilat dari beberapa negara, sebagai berikut:
Tabel 1.3 Data Kebutuhan Metil Salisilat Di Negara Lain

Nama Negara Kebutuhan ( ton/tahun)


Vietnam 2.000
Thailand 6.028,33
Pakistan 8.000
Singapore 9.804
Sri Lanka 15.050
India 20.000
(Sumber: Zauba Teknologi & Data Services PVt Ltd, 2016)
6

Dari tabel di atas dapat dilihat total kebutuhan luar negri sebesar 60.882,33
ton/tahun. Kapasitas yang digunakan pada pabrik yang ingin dirancang yaitu
diambil 30% dari kebutuhan luar negri adalah 18.264,7 ton/tahun.

1.6.4 Kapasitas Pabrik yang Sudah Berdiri


Adapun kapasitas pabrik metil salisilat yang telah berdiri di beberapa
negara, sebagai berikut:
Tabel 1.4 Data Pabrik Yang Sudah Berdiri di Negara Lain
Nama Pabrik Kapasitas Produksi
( ton/tahun)
Monsato ( Ruabon,Inggris ) 900
Rhone-Poulenc (Perancis ) 1.300
Huayin Jingiancheng Chemical ( Cina ) 2.000
Beijing Beijing Ying Fu Tong ( Cina ) 3.000
Hefei TNJ Chemical Industri ( Cina ) 5.000
Zhang Caifeng (Cina) 7.000
Dantu County Chemichal Fetilizer ( Cina ) 8.000
Zhengjiang Maoyuan ( Cina ) 10.000
Green Agriculture (Cina) 12.000
(Sumber: Nurul, 2014)

Dengan berbagai pertimbangan antara lain kebutuhan metil salisilat di


Indonesia yang setiap tahun mengalami peningkatan, dan juga untuk di ekspor,
serta melihat dari kapasitas pabrik yang telah berdiri, maka ditentukan
kapasitas produksi metil salisilat sebesar 25.000 ton/tahun.

1.7 Pemilihan Proses


Proses pembuatan metil salisilat dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara antara lain sebagai berikut:
7

1.7.1 Ekstraksi
Metil salisilat dapat diambil dari tanaman Wintergreen dan sweet birch
dengan ekstraksi karena tanaman tersebut banyak mengandung Glucoside. Yield
minyak yang banyak hanya dapat diperoleh dari bahan yang segar, sehingga masa
penyimpanan bahan maksimal hanya 2 minggu dan untuk 1 proses batch
membutuhkan waktu sekitar 30 jam (Guenther, 1949).

1.7.2 Esterifikasi dengan Katalis Asam Sulfat


Metil salisilat adalah hasil esterifikasi asam salisilat dengan metanol
dengan adanya homogen katalis dipelajari pada unit yang terdiri dari reaktor
bereaksi dengan proses endoterm. Reaksi dilakukan pada suhu 336 K (63oC) dan
waktu pemrosesan yang diperlukan untuk konversi 95% dari asam salisilat
(Chandavasu, 1997).
Asam salisilat, alkohol berlebih, dan katalis ditambahkan ke reaktor. Panas
ditambahkan ke reaktor sampai mencapai suhu reaksi. Ketika konsentrasi asam
telah berkurang sesuai dengan tingkat yang diinginkan (konversi), produk
dipisahkan. Karena esterifikasi antara alkohol dan asam organik merupakan reaksi
kesetimbangan dapat balik, maka untuk mencapai konversi yang tinggi perlu
pemisahan salah satu produk yang terbentuk (ester atau air). Metil salisilat
merupakan ester non volatile, dimana alkoholnya secara nyata tidak larut dalam
air, sehingga metode distilasi dapat digunakan untuk memindahkan air dari reaksi
(Kirk dan Othmer, 1979). Adapun reaksi yang terjadi dalam proses pembentukan
metil salisilat adalah sebagai berikut:
H2SO4
C7H6O3 + CH3OH C8H8O3 + H2O………(1.1)
Asam salisilat Metanol Metil salisilat Air
(Chandavasu, 1997)

1.7.3 Esterifikasi dengan Membrane-Integrated Reactor


Pemisahan air selain menggunakan distilasi dapat juga menggunakan
membrane reactor, dimana air yang dihasilkan dipindahkan melalui permselective
membrane dari zona reaksi, proses reaksi akan terus berlangsung sehingga dapat
tercapai konversi yang tinggi. Dalam proses ini massa pengangkutan melalui
8

membran diinduksi dengan mempertahankan tekanan uap rendah pada sisi hilir,
sehingga menghilangkan efek tekanan osmotik. Membran yang secara khusus
menyerap air dan mempertahankan molekul organik kecil dipekerjakan dalam
proses pervaporasi (Chandavasu, 1997).
Dari ketiga proses pembuatan metil salisilat maka pra rancangan ini
memilih proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat, dengan pertimbangan
dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Dasar Pemilihan Proses


Kriteria Ekstraksi Esterifikasi Esterifikasi dengan
dengan Katalis Membrane-Integrated
Asam Sulfat Reactor
Bahan Baku Wintergreen dan Methanol dan Methanol dan Asam
sweet birch Asam Salisilat Salisilat
Jenis Reaksi Eksotermis Endotermis Endotermis
Konversi (%) 99 95 98,7
Kondisi Operasi I (T = 49oC, (T = 63 oC, (T = 80 oC, P = 1 atm).
P = 1 atm). P = 1 atm).
II ( T = 219-
284oC,
P = 1 atm ).
Katalis chloroform H2SO4 Membrane integrated
Kebutuhan 9 KJ/mol 75,05 KJ/mol 135.09 KJ/mol
Energi
Peralatan/ Reaktori Batch CSTR Membrane Reactor
Reaktor
(Chandavasu, 1997 & Guenther, 1949)

Pada pendirian pabrik metil salisilat ini dipilih proses esterifikasi dengan
katalis asam asetat dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Katalis yang digunakan mudah diperoleh.
2. Reaktor yang digunakan dapat digunakan dalam skala besar.
9

3. Kondisi operasi untuk proses ini tidak terlalu beresiko karena temperatur
reaksi yaitu 63oC dengan tekanan operasi 1 atm.
4. Jumlah reaktor yang dibutuhkan yaitu 1 buah.

1.8 Uraian Proses


Secara garis besar proses pembuatan metil salisilat dari metanol dan asam
salisilat dengan proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat terdiri dari 3 tahap,
yaitu:
1. Penyiapan bahan baku
2. Tahapan reaksi
3. Pemisahan dan pemurnian produk
Sebelum memulai ketiga tahap tersebut, neraca massa harus dihitung
terlebih dahulu untuk mengetahui berapa massa yang masuk pada bahan baku
yang akan dialirkan dalam proses.
Produk Metil salisilat = 25.000 Ton/Tahun
Dengan reaksi
H2SO4
C7H6O3 + CH3OH C8H8O3 + H2O

Menghitung laju alir Produk


ton 1000 kg 1 tahun 1 hari
C8H8O3 = 25.000 x x x = 3.156,56 kg/jam
tahun 1 ton 330 hari 24 jam
Pada proses pembentukan metil salisilat ini reaktan pembatasnya yaitu
asam salisilat. Asam salisilat bersifat toxic oleh karena itu asam salisilat harus
habis bereaksi sehingga asam salisilat dipilih sebagai reaktan pembatas, maka
diperoleh perbandingan mol asam salisilat dengan metanol yaitu 1 : 2 dengan
konversi 95%.

Massa C8H8O3 = 3.156,56 kg/jam

BM C8H8O3 = 152,149 kg/kmol


10

massa C8 H8 O3 3.156,56 kg/jam


Mol C8H8O3 = =
BM C8 H8 O3 152,149 kg/kmol
= 20,75 kmol/jam

Mol mula-mula reaktan pembatas:


95
x C7H6O3 = 20,75 kmol/jam
100
20,75 kmol/jam
C7H6O3 =
0,95

C7H6O3 = 21,84 kmol/jam

Pada mol C7H6O3 = 21,84 kmol/jam


Jadi, mol CH3OH = 21,84 x 2 = 43,68 kmol/jam
Tabel 1.7 Komposisi di HYSYS Keluaran Reaktor
Material %
C7H6O3 0
CH3OH 11,52
H2SO4 27,10
C8H8O3 54,69
H2O 6,7

H2SO4
C7H6O3 + CH3OH C8H8O3 + H2O
M = 21,84 43,68
R = 20,75 20,75 20,75 20,75
S = 1,09 22,93 20,75 20,75

Dimana :
M = Mol mula-mula
R = Mol Reaksi
S = Mol Sisa
11

Selektivitas C8H8O3
C8 H8 O3
SC8H8O3 = x 100 %
C7 H6 O3 in C7 H6 O3 out
20,75 kmol/jam
= x 100%
(21,84 – 1,09) kmol/jam

20,75 kmol/jam
= x 100%
20,75 kmol/jam

= 100 %

Yield C8H8O3
mol C8 H8 O3 out
Y C8H8O3 = x 100 %
mol C7 H6 O3 in
20,75 kmol/jam
= x 100%
21,84 kmol/jam

= 95 %

1.8.1 Penyiapan bahan baku


Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan umpan reaktor pada fase cair
dengan suhu 63oC dan tekanan 1 atm. Asam salisilat disimpan dalam tangki
penyimpanan asam salisilat (T-001) dan metanol disimpan dalam tangki
penyimpanan metanol (T-002) pada fase cair suhu 30oC dan tekanan 1 atm. Asam
salisilat dialirkan dengan menggunakan pompa (P-001) menuju heat exchanger
(HE-001) untuk menaikkan suhu menjadi 63oC dan metanol dialirkan dengan
menggunakan pompa (P-002) menuju heat exchanger (HE-002) untuk menaikkan
suhu menjadi 63oC sehingga suhunya sesuai dengan kondisi umpan reaktor (63oC,
1 atm).

1.8.2 Tahapan Reaksi


Di dalam reaktor, bahan direaksikan antara metanol, asam salisilat dengan
bantuan katalis asam sulfat. Reaksi esterifikasi dilakukan di dalam reaktor yang
bekerja secara endoterm. Reaktor dioperasikan pada suhu 63oC dengan tekanan 1
12

atm. Produk keluar reaktor (CSTR-001) pada suhu 55,87oC dipanaskan ke heat
exchanger (HE-003) untuk meperoleh suhu 64oC kemudian dipompa menuju ke
menara distilasi (MD-001). Berikut adalah terjadinya reaksi pembentukan metil
salisilat:
H2SO4
C7H6O3 + CH3OH C8H8O3 + H2O

1.8.3 Pemisahan dan Pemurnian Produk


Produk keluar reaktor dipompa ke menara distilasi 1 (MD-001) untuk
memisahkan metanol. Hasil atas distilasi yaitu metanol dengan suhu 64,96 oC akan
didinginkan di heat exchanger (HE-003) untuk direcycle lagi ke umpan reaktor.
Hasil distilasi keluaran bawah dilakukan pemurnian lagi di distilasi (MD-002)
untuk memisahkan air dari produk. Hasil keluaran atas distilasi (MD-002) yaitu
air dengan suhu 99oC akan dimanfaatkan panasnya sebagai air pemanas Heat
Exchanger. Selanjutnya hasil keluaran bawah distilasi dilakukan pemurnian lagi di
distilasi (MD-003) untuk pemisahan antara asam sulfat dengan metil salisilat.
Hasil atas distilasi yaitu metil salisilat dengan kemurnian 99% dan suhu 218,4oC
diambil sebagai produk sebelum disimpan dalam tangki penyimpanan produk (T-
004), metil salisilat didingankan terlebih dahulu ke heat exchanger (HE-005)
untuk memperoleh suhu 30oC agar sesuai standar pemasaran, kemudian
dipompakan ke tangki penyimpanan produk (T-004). Sedangkan hasil bawah
distilasi (MD-003) yaitu asam sulfat dengan kemurnian 90% yang masih
bercampur dengan metil salisilat akan disimpan di tangki (T-003) sementara untuk
dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu proses pemisahan antara asam sulfat
dengan metil salisilat. Asam sulfat yang telah murni akan dikembalikan sebagai
katalis ke dalam reaktor, sedangkan metil salisilat akan disimpan ke tangki
penyimpanan produk metil salisilat.

Anda mungkin juga menyukai