Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOSEROLOGI I

PEMERIKSAAN TITER ASTO (ANTI STREPTOLISIN – O)

Nama : Ida Ayu Gita Prayascitta Utami


Nim : 18071011

Kelompok : Dua (II)

Hari / Tanggal : Senin, 28 Oktober 2019

Dosen Pengampu : Ayu Saka Laksmita W. S.Si., M.Si

Desak Putu Risky Vidika Apriyanthi. S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR
2019

PRAKTIKUM III

PEMERIKSAAN TITER ASTO (ANTI STREPTOLISIN – O)

I. Tujuan
Untuk menentukan ada tidaknya antibodi terhadap Streptococcus

hemolyticus yang dikenal dengan nama Anti Streptolisin O (ASTO).


II. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang dilakukan pada praktikum pemeriksaan titer ASTO
ini adalah kualitatif, yaitu dengan metode aglutinasi.
III. Prinsip Pemeriksaan
Aglutinasi indirek yaitu terjadi aglutinasi antara serum penderita yang
mengandung anti streptolisin O dengan partikel latex yang sudah dilapisi dengan
antigen streptolisin O apabila kadar ASTO > 200 / mL.

IV. Dasar Teori


Bakteri Streptococcus beta hemolyticus grup A sebagai organisme penginfeksi
memiliki peran penting dalam patogenesis rheumatic fever. Bakteri ini sering
berkolonisasi dan berproliferasi di daerah tenggorokan, dimana bakteri ini memiliki
supra-antigen yang dapat berikatan dengan major histocompatibility complex kelas 2
(MHC kelas 2) yang akan berikatan dengan reseptor sel T yang apabila teraktivasi
akan melepaskan sitokin dan menjadi sitotosik. Supra-antigen bakteri Streptococcus
beta hemolyticus grup A yang terlibat pada patogenesis rheumatic fever tersebut
adalah protein M yang merupakan eksotoksin pirogenik Streptococcus. Selain itu,
bakteri Streptococcus beta hemolyticus grup A juga menghasilkan produk
ekstraseluler seperti streptolisin, streptokinase, DNA-ase, dan hialuronidase yang
mengaktivasi produksi sejumlah antibodi autoreaktif. Antibodi yang paling sering
adalah antistreptolisin-O (ASTO) yang tujuannya untuk menetralisir toksin bakteri
tersebut. Namun secara simultan upaya proteksi tubuh ini juga menyebabkan
kerusakan patologis jaringan tubuh sendiri. Tubuh memiliki struktur yang mirip
dengan antigen bakteri Streptococcus beta hemolyticus grup A sehingga terjadi
reaktivitas silang antara epitop organisme dengan host yang akan mengarahkan pada
kerusakan jaringan tubuh (Premana,2018).
Streptolisin O merupakan suatu toksin yang dihasilkan oleh beberapa kuman
Streptococcus yang berperan dalam proses hemolisis sel darah merah. Streptolisin O
berkombinasi dengan anti streptolisin O, yaitu suatu antibodi yang muncul karena
infeksi dari kuman Streptococcus. Antibodi ini menghambat hemolisis dengan
streptolisin O (Jawetz dkk, 2005).
Demam rematik merupakan penyakit vascular kolagen multisistem yang
terjadi setelah infeksi Streptokokus grup A pada individu yang memiliki faktor
predisposisi. Keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit ini ditandai oleh adanya
inflamasi endokardium dan mmiokardium melalui suatu proses autoimun yang
menyebabkan kerusakan jaringan. Serangan pertama demam reumatik akut terjadi
paling sering antara umur 5 – 15 tahun. Demam reumatik jarang menyerang anak
dibawah umur lima tahun. Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptococcus
beta hemolyticus grup A yang tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap
faringitis akut hampir meniadakan risiko terjadinya demam reumatik. Diperkirakan
hanya 3 % dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan
menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis Streptococcus yang tidak diobati
(Pusponegoro,2004).

V. Alat dan Bahan


Alat :
1. Tip kuning
2. Batang pengaduk
3. Slide
4. Mikropipet
5. Rotator

Bahan :
1. Serum
2. Reagen :
- Latex yang telah dilekati dengan streptolisin O
- Kontrol positif
- Kontrol negatif

VI. CARA KERJA


1. Slide diletakkan pada bidang horizontal dan rata.
1. Botol reagen digoyangkan perlahan agar latex di dalamnya
homogen.
2. Diambil 50 L latex kemudian diteteskan pada slide.
3. Serum diambil sebanyak 50 L dan diteteskan disamping latex yang

telah diletakkan pada slide.


4. Serum dicampur dengan latex perlahan-lahan dengan batang
pengaduk.
5. Slide digoyangkan di rotator selama 5 menit.
6. Hasil dibaca dengan cara melihat ada tidaknya aglutinasi.

VII. DATA PENGAMATAN

a) Identitas Sampel :
- Kode sampel : IV (empat)
- Jenis Sampel : Serum
- Nama :x
- Jenis kelamin :x
- Umur :x
- Tgl. Pemeriksaan : 28 Oktober 2019
b) Hasil Pemeriksaan :
ASTO Negatif
Karena, tidak terjadi aglutinasi.

VIII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini menggunakan sampel serum dengan kode “IV” untuk
mendeteksi ada tidaknya antibodi ASTO pada sampel serum tersebut secara kualitatif
dengan metode aglutinasi. Dari hasil pengamatan yang dilakukan hasilnya sampel
tersebut negatif mengandung ASTO. Hal tersebut karena tidak adanya aglutinasi yang
terbentuk.
ASTO menunjukkan bahwa tubuh bereaksi terhadap infeksi Streptococcus β
hemolitikus grup A yang merupakan salah satu penyebab infeksi saluran napas atas,
terutama pada anak-anak. Bila tonsilitis kronis tersebut benar-benar disebabkan oleh
Streptokokus β hemolitikus grup A, maka akan didapatkan anti streptolisin O dalam
serum penderita sekitar 80-85%. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan kadar
ASTO dalam tubuh (Herwanto,2008).
Prinsip dari pemeriksaan ASTO adalah reaksi antara antibodi anti Streptolysin
O yang ada pada serum pasien dengan antigen Streptolysin O yang dilekatkan pada
latex yang menyebabkan terjadinya aglutinasi atau gumpalan pada kertas slide tes.
Hasil positif menandakan kemungkinan terdapat infeksi Streptococcus pada sampel
(Kristiana,2018).
Berdasarkan penelitian observasi analitik dengan pendekatan case control dari
Pranandari (2015), melaporkan bahwa usia dan jenis kelamin merupakan salah satu
faktor risiko kejadian gagal ginjal kronik. Secara klinik pasien usia >60 tahun
mempuyai risiko 2,2 kali lebih besar mengalami gagal ginjal kronik dibandingkan
dengan pasien usia.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh serta pembahasan yang
dipaparkan dapat disimpulkan bahwa dari sampel serum yang diteliti hasilnya sampel
tersebut negatif mengandung ASTO. Hal tersebut dilihat dari tidak adanya aglutinasi
yang terjadi. Pengaruh factor reagen juga dapat membuat hasil positif palsu pada uji
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Herwanto.2008. Korelasi Kuman Streptococcus Β hemolitikus Grup A Dengan


Pemeriksaan ASTO Pada Pemeriksaan Tonsilofaringitis Akut (diakses pada
tanggal 17 desember 2019). Tersedia pada https://repository.usu.ac.id

Jawetz, E. 2005. Mikrobiologi Kedokteran diterjemahkan oleh Mudihardi. Jakarta:


Salemba Medika

Kristiana. 2018. Pemeriksaan Anti Streptolysin O (ASO) Pada Penderita Gagal Ginjal
Di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta (diakses pada tanggal 17 desember 2019).
Tersedia pada https://repository.usu.ac.id

Pranandari.2015. Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisis RSUD


Wates Kulon Progo (diakses pada tanggal 17 desember 2019). Tersedia pada
https://jurnal.ugm.ac.id

Premana.2018. Penyakit Jantung Rematik. Denpasar: Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana

Pusponegoro.2004. Perspektif Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC


LAMPIRAN :

- Dokumentasi Hasil Praktikum

(terlampir)

- Laporan Sementara Data Pengamatan

(terlampir)

DOKUMENTASI HASIL PRAKTIKUM

Gambar 1. Hasil Pemeriksaan ASTO Pada Slide ( lingkaran nomor 1 adalah kontrol
positif), (lingkaran nomor 2 adalah kontrol negatif), (lingkaran nomor 3 adalah
sampel)

Anda mungkin juga menyukai