Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di era yang semakin modern ini transportasi sudah menjadi kebutuhan
pokok sehingga tidak dapat dipisahkan dari aktivitas keseharian manusia. Hal
ini mempengaruhi pertumbuhan populasi transportasi di Indonesia baik darat,
laut, maupun udara. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jumlah
kendaraan bermotor di Jakarta memiliki rata-rata peningkatan sebesar 9,8 %
setiap tahunnya dan presentase jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat
emisi diatas ambang batas mencapai 36,6 % (Saepudin dan Admono, 2005).
Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingginya pertumbuhan
kendaraan berpotensi meningkatkan pencemaran udara akibat emisi gas
buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, juga mendorong terjadinya
eksploitasi minyak bumi secara besar-besaran guna memenuhi kebutuhan
pengguna kendaraan bermotor.
Berkembangnya teknologi otomotif saat ini menjadikan teknologi
kendaraan juga semakin berkembang. Termasuk dalam perkembangan ini
adalah pada sistem pembakaran yang memiliki tingkat compression ratio
yang tinggi sehingga memerlukan jenis fuel yang sesuai agar pembakaran
berjalan dengan sempurna dan tidak menghasilkan emisi gas buang berlebih
yang beresiko mencemari lingkungan.
Para pengguna kendaraan bermotor dapat mengurangi kadar polusi
sekaligus melakukan tindakan perawatan preventive terhadap kendaraannya
yaitu dengan cara selalu menggunakan fuel dengan octane yang sesuai dengan
kebutuhan mesin. Namun, harga jual fuel dengan octane tinggi jelas lebih
mahal sehingga banyak masyarakat yang mensiasatinya dengan cara
menambah zat aditif octane booster untuk menaikkan nilai octane sehingga
sesuai dengan kebutuhan mesin tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal.
Selain itu, penambahan octane booster ini juga ditujukan untuk menekan
penggunaan bahan bakar secara berlebihan akibat meningkatnya jumlah
kendaraan di Indonesia.
Sedang masyarakat sendiri dengan pengetahuan yang kurang tentang
sifat fuel, telah mencampur fuel dan octane booster tanpa memperhitungkan
volume campuran dan jenis octane booster yang digunakan. Hal ini justru
dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat akibat gas buang yang buruk dan
mengakibatkan sebuah penurunan performa hingga kerusakan pada mesin.
Philip Kristanto (2002), menyatakan bahwa zat aditif Tetra Ethyl
Lead (TEL) mengandung logam timah atau biasa disebut timbal sehingga
ketika terbakar di dalam mesin menghasilkan gas buang Pb anorganik yang
sulit terurai di atmosfir dan berbahaya bagi manusia. Maka digunakan
senyawa alternatif non-logam seperti methanol, ethanol, anilin, dan ether
untuk menggantikan TEL sebagai zat aditif. Salah satu diantara senyawa
tersebut adalah Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE), senyawa methanol
CH3OC4H9 sebagai senyawa organik yang tidak mengandung logam dan
tidak membentuk senyawa peroksida yang berbahaya bagi lingkungan.
Berdasarkan penelitiannya, senyawa MTBE terbukti mampu menaikkan nilai
octane sehingga bisa dijadikan alternatif zat aditif octane booster.
Berdasarkan alasan di atas maka penulis memutuskan untuk
mengadakan sebuah penelitian dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh
Penggunaan Methanol Octane Booster Terhadap Kinerja dan Emisi Gas
Buang Mesin Piston Engine”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah benar dengan menambah zat aditif dapat meningkatkan nilai
octane bahan bakar?
2. Bagaimana daya, torsi, konsumsi bahan bakar, dan emisi gas buang yang
dihasilkan dari penambahan zat aditif octane booster pada bahan bakar
kendaraan bermotor?
3. Berapa kadar campuran zat aditif octane booster pada bahan bakar yang
menghasilkan performa dan emisi gas buang paling baik?

1.3 Pembatasan Masalah


Penelitian ini dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan
dengan batasan masalah sebagai berikut :
1. Variasi pencampuran zat aditif dilakukan pada pada bahan bakar
premium dengan kadar campuran sebagai berikut :
a. 1 liter premium + 5 ml octane booster
b. 1 liter premium + 10 ml octane booster
c. 1 liter premium + 15 ml octane booster
2. Analisa data dilakukan terhadap hasil daya, torsi, konsumsi bahan bakar,
dan emisi gas buang.
3. Pengujian dilakukan menggunakan kendaraan bermotor dengan
spesifikasi engine sebagai berikut:
a. Tipe engine : 4-stroke 1 silinder
b. Kapasitas engine : 155cc
c. Compression Ratio : 10,5 : 1
d. Bore x Stroke : 58,0 mm x 58,7 mm
e. Fuel System : Fuel Injection
4. Pengujian performa engine dilakukan menggunakan alat dynotest dengan
tanpa beban. Dan untuk mendapatkan nilai emisi gas buang dilakukan
pengujian dengan menggunakan alat gas analyzer, yang nantinya data
akan ditampilkan berupa nilai Air-Fuel Ratio (AFR).

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara lain :
1. Mengetahui pengaruh penggunaan octane booster terhadap performa
mesin berupa daya, torsi, konsumsi bahan bakar, dan emisi gas buang.
2. Menambah referensi kepada masyarakat tentang berapa kadar
penambahan octane booster yang efektif untuk digunakan.
1.5 Hipotesis
Dari penelitian ini penulis memiliki hipotesis yaitu premium dengan
campuran octane booster memiliki performa engine serta emisi gas buang
yang lebih baik dibanding dengan premium murni tanpa tambahan octane
booster.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai efektifitas penambahan
octane booster, untuk selanjutnya dijadikan acuan dalam pembelajaran
dan pengaplikasian suatu sistem.
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Menambah referensi guna meningkatkan kualitas sistem
pembelajaran tentang pengaruh pencampuran zat aditif pada bahan bakar
terhadap performa dan emisi gas buang suatu engine.

3. Bagi Pembaca
Menambah wawasan tentang efektifitas penggunaan octane
booster. Juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau
dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian sejenis

1.7 Sistematika Penulisan


Pada penulisan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan sistematika
penulisan berdasarkan urutan bab-bab yang ada. Sistematika penulisan
tersebut antara lain :
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, dan
sistematika dalam penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Menjabarkan tentang teori – teori yang digunakan sebagai
referensi dalam penelitian, dikaji dari literatur buku maupun kajian
pustaka dari penelitian – penelitian sejenis yang telah dilakukan
sebelumnya.
BAB III : METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang perencanaan, metode, bahan atau
materi dan alat yang akan digunakan, data yang dibutuhkan,
instrumen pencapaian, variabel Tugas Akhir, serta gambaran
analisis hasil yang diinginkan.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Menerangkan dan menguraikan hasil dari penelitian yang
telah dilakukan kemudian dianalisa apakah sesuai dengan
perencanaan awal.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari hasil Tugas
Akhir. Serta saran, kritik, dan ide yang bersifat membangun atas
kekurangan dari Tugas Akhir.
BAB II
LANDASAN TEORI

Guna menunjang pembahasan lebih lanjut akan diuraikan beberapa teori


dasar dan pengenalan terhadap bahan yang diketahui sebagai media analisis dengan
tujuan agar nantinya dapat membantu dalam bahan penulisan.

2.1 Teori Penunjang


2.1.1 Gasoline
Bensin atau gasoline adalah bahan bakar hidrokarbon yang
diperoleh dari minyak mentah oleh proses fractional distillation yaitu
minyak mentah dengan ditambah katalis yang sesuai dan dipanaskan
pada suhu tertentu. Seperti tertera pada Gambar 2.1, fraksi ini
dikondensasikan ke dalam produk seperti gasoline, kerosine, turbine
engine fuel, dan heating oil. Gasoline yang diproduksi dengan
fractional distillation disebut dengan straight-run fuel.
Straight gasoline dari proses fractional distillation tidak
sesuai untuk pengaplikasian pada otomotif ataupun penerbangan. Ini
harus dikombinasikan dengan addictive tertentu agar sesuai untuk
penggunaan yang diinginkan. Pada perang dunia I, ditemukan bahwa
sebuah engine dapat berfungsi normal pada bensin tertentu, namun
akan terlalu panas, kehilangan tenaga, dan mengalami kerusakan
struktur apabila menggunakan bensin lain.
Pada tahun 1919, penelitian telah membuktkan bahwa ketika
campuran udara dan fuel dibakar dalam silinder, beberapa panas
diserap oleh fuel yang tidak terbakar. Ketika bahan bakar menyerap
lebih banyak panas daripada yang bisa terbakar, seluruh sisa massa
fuel menyala secara spontan dan meledak menghasilkan tekanan dan
suhu yang sangat tinggi.
Pada tahun 1921, ditemukan bahwa sejumlah kecil senyawa
organic poisonous tetra-ethyl timbal (Pb(C2H5)4) ditambahkan ke
fuel, dapat memperbaiki karakteristik antidetonasi. Selama setengah
abad setelah pengenalan tetra-ethyl lead (TEL) ke gasoline, itu
kemudian menjadi standar dan menjadi tambahan penting yang
digunakan baik pada mesin penerbangan maupun otomotif. Namun
pada beberapa dekade terakhir, TEL tidak lagi digunakan karena
pertimbangan lingkungan yaitu kandungan timah yang ada di dalam
TEL menyebabkan polusi yang kurang baik. (Aviation Maintenance
Technician Series Powerplant, 1996).

Gambar 2.1 Hasil fractional distillation minyak bumi


Sumber: https://mikroteknologi.blogspot.com

2.1.2 Research Octane Number (RON)


Octane number atau bilangan oktan adalah angka yang
menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum
bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran udara dan
bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume
yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang
dihasilkan oleh spark plug. Karena besarnya tekanan ini, campuran
udara dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan
api dari spark plug keluar.
Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi
bukan karena percikan dari spark plug, maka akan terjadi ketukan di
dalam mesin atau biasa disebut knocking. Knocking ini akan
menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus
dihindari yaitu dengan cara selalu menggunakan bahan bakar dengan
nilai oktan yang sesuai dengan kebutuhan mesin.
Nama oktan sendiri berasal dari oktana (C8), karena dari
seluruh molekul penyusun gasoline, oktana yang memiliki sifat
kompresi paling bagus. Oktana dapat dikompres sampai volume kecil
tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi pada
heptana yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit.

2.1.3 Zat Aditif Octane Booster


Zat aditif octane booster adalah zat atau bahan yang sengaja
ditambahkan pada bahan bakar yang bertujuan untuk meningkatkan
nilai oktan atau meningkatkan kualitas bahan bakar. Bahan yang
umum digunakan untuk meningkatkan nilai oktan antara lain Tetra
Etile Lead (TEL) atau timbal, Methyl Tertier Butyl Ether (MTBE) dan
juga etanol.
Pada proses pembakaraan, bahan bakar yang mengandung
senyawa TEL menghasilkan senyawa Pb anorganik pada gas buang
dan umumnya gas tersebut bertahan di atmosfir untuk kurun waktu
yang cukup lama. Senyawa oksida Pb tersebut dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan maupun rantai makanan.
Dampak negatif yang ditimbulkan jika senyawa tersebut
masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi kecerdasaan dan
menurunkan IQ terutama pada anak-anak, menimbulkan
permasalahan tekanan darah tinggi maupun penyakit pembuluh darah
jantung. Berdasarkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat
penggunaan TEL sebagai bahan aditif untuk bahan bakar, maka
penggunaan TEL di negara maju dan sebagian negara berkembang
sudah dilarang.
Beberapa senyawa alternatif non-logam, misalnya metanol,
etanol, anilin dan eter pada dewasa ini dikembangkan untuk
menggantikan TEL sebagai bahan aditif. Salah satu diantara senyawa
tersebut adalah MTBE, CH3OC4H9 sebagai senyawa organik yang
tidak mengandung logam dan tidak membentuk senyawa peroksida
yang berbahaya bagi lingkungan.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan zat aditif octane
booster bermerk Prestone (Gambar 2.2). Merk ini sudah banyak dijual
di pasaran. Namun pada kemasan tidak dijelaskan takaran
pencampuran secara spesifik sehingga menyulitkan pengguna dalam
penggunaan.

Gambar 2.2 Zat Aditif Octane Booster


Sumber: https://tokopedia.com
2.1.4 Piston Engine
Piston engine adalah sebuah mesin yang memanfaatkan energi
panas yang media pembakarannya menggunakan piston. Ada 2
macam piston engine yaitu 4-stroke engine dan 2-stroke engine.
Kedua tipe engine ini memiliki prinsip kerja yang sama, hanya
berbeda pada posisi gerakan piston di setiap event yang terjadi.
Berikut penjelasan lebih detail dari masing-masing tipe.
2.1.4.1 4-Stroke Engine
Piston engine tipe 4-stroke adalah tipe yang paling
banyak digunakan pada kendaraan bermotor termasuk
pesawat. 4-stroke engine memiliki banyak kelebihan
dibanding dengan 2-stroke engine. Salah satunya yaitu pada
sisi gas buang yang lebih ramah lingkungan.
Sesuai dengan namanya, 4-stroke engine memiliki 4
langkah dalam satu cycle. Diawali dengan gerakan piston
dari Top Dead Center (TDC) ke Bottom Dead Center (BDC)
dengan intake valve terbuka, menghasilkan suction sehingga
udara masuk beserta fuel. Langkah ini dikenal dengan intake
stroke.
Setelah melewati BDC, terjadi compression stroke,
yaitu intake valve menutup diiringi piston bergerak ke TDC
dengan mengompres campuran udara dan fuel yang masuk.
Ini menyebabkan volume pada silinder berkurang dan
tekanan dalam silinder meningkat.
Saat piston telah mencapai TDC selanjutnya terjadi
langkah combustion yaitu percikan api oleh spark plug
mengakibatkan campuran udara dan bahan bakar yang telah
terkompres tadi meledak dan mendorong piston menuju
BDC.
Langkah terakhir yaitu exhaust stroke. Dimana hasil
pembakaran pada combustion chamber dibuang oleh
dorongan piston dari BDC ke TDC melalui exhaust valve.
Berikut pada Gambar 2.3 adalah ilustrasi gerakan satu cycle
dari 4-stroke engine.

Gambar 2.3 1 cycle 4-Stroke Engine


Sumber: www.vivadifferences.com

2.1.4.2 2-Stroke Engine


Piston engine 2-stroke lebih simpel dibanding tipe 4-
sroke karena untuk mendapatkan satu cycle hanya
dibutuhkan 2 langkah stroke. Tipe ini memiliki kelebihan
yaitu lebih ringan dan lebih mudah dalam hal perawatan
karena komponennya yang tidak terlalu banyak.
Namun tipe ini memiliki banyak kekurangan,
diantaranya yaitu sulit dalam hal pendinginan dan spark plug
sering mengalami gagal menyala akibat oli yang mengendap.
Hal ini disebabkan karena pada setiap gerakan turun dari
langkah piston adalah langkah power stroke dan tidak
terdapat interval pendinginan seperti pada 4-stroke engine.
Dan karena crankcase-compression dilubrikasi oleh
campuran oli dan fuel menyebabkan terdapat endapan oli
pada spark plug sehingga spark plug tidak dapat menyala.
Berikut Gambar 2.4 ditampilkan ilustrasi gerakan satu cycle
2-stroke engine.
Gambar 2.4 1 cycle 2-Stroke Engine
Sumber: www.vivadifferences.com

2.1.5 Compression Ratio Piston Engine


Compression ratio pada mesin pembakaran adalah nilai yang
mewakili rasio volume ruang pembakaran dari kapasitas terbesar ke
kapasitas terkecil. Ini adalah spesifikasi mendasar bagi hampir semua
mesin pembakaran umum.
Dalam mesin piston, rasio yang dimaksud adalah rasio antara
volume silinder dan ruang bakar ketika piston berada di titik mati
bawah dan volume ruang bakar saat piston berada di titik mati atas.
Semakin tinggi perbandingannya berarti udara yang
terkompresi semakin banyak pula, artinya bahan bakar yang terbakar
bisa semakin banyak. Rasio kompresi menentukan kandungan
Research Octane Number (RON) dalam bahan bakar yang wajib
digunakan. Semakin tinggi maka butuh RON semakin besar, bila tidak
sesuai maka rentan knocking alias detonasi, yang mana knocking
menghasilkan suara yang tidak nyaman dan dapat mengurangi usia
komponen mesin itu sendiri. Berikut pada Gambar 2.5 ditampilkan
cara perhitungan compression ratio.
Gambar 2.5 Hitungan Compression Ratio
Sumber: www.fastnlow.net

2.1.6 Parameter Performa Piston Engine


Performa motor bakar bisa diketahui dengan membaca dan
mengganalisa parameter yang berfungsi untuk mengetahui daya, torsi,
dan emisi gas buang. Adapun parameter-parameter yang digunakan
adalah sebagai berikut :
2.1.6.1 Daya
Daya dalam piston engine merupakan jumlah tenaga
yang mampu dikeluarkan atau dihasikan oleh sebuah mesin
dalam waktu tertentu. Satuan yang digunakan dalam
pengukuran ini adalah newton meter per-second (Nm/s).

2.1.6.2 Torsi
Torsi memiliki arti besarnya momen putar yang
terjadi pada poros output mesin akibat adanya pembebanan
dengan sejumlah massa, atau bisa dikatakan sebagai suatu
gaya yang dibutuhkan untuk memutar sebuah benda pada
titik porosnya. Keberadaan torsi ini memiliki peran yang
begitu penting guna menggerakkan kendaraan bermotor
mulai dari keadaan diam, sampai bergerak atau melaju. Besar
kecilnya sebuah torsi yang ada pada mesin ini juga memiliki
pengaruh pada percepatan perubahan letak suatu kendaraan
dari titik satu ke titik yang lain.

2.1.6.3 Air-Fuel Ratio


Air-Fuel Ratio atau biasa disebut AFR adalah suatu
rasio pencampuran antara udara dan bahan bakar pada ruang
bakar mesin. Seperti yang kita ketahui bahwa bahan bakar
tidak dapat terbakar tanpa adanya udara, dalam hal ini
oksigen. Maka dalam proses pembakaran perlu adanya
pencampuran antara bahan bakar dengan udara agar dapat
terbakar dengan baik.
Pencampuran antara udara dan bahan bakar haruslah
memiliki komposisi yang ideal agar dapat menghasilkan
performa yang maksimal. Idealnya nilai AFR adalah 14,7
artinya campuran tersebut memiliki perbandingan 1 bensin
dan 14,7 udara.
Apabila nilai AFR terlalu rendah maka mesin akan
menjadi lemah, cepat panas, dan sering terjadi detonasi.
Namun apabila nilai AFR terlalu tinggi juga berdampak tidak
baik yaitu bensin sangat boros, asap pembuangan pedih di
mata, dan terjadi penumpukan kerak di ruang bakar.

2.1.7 Instrumen Pengujian


Instrumen pengujian analisa ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat yaitu:
2.1.7.1 Dynamometer
Dynamometer adalah alat yang berfungsi untuk
mengukur tenaga dan torsi sebuah mesin. Contohnya adalah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang dapat dihitung
dengan mengukur secara simultan torsi dan kecepatan
Revolution Per Minute (RPM). Manfaat utama dari alat
dynamometer adalah untuk mendapatkan nilai torsi yang
dihasilkan oleh mesin pada suatu nilai RPM.
Dynotest seperti pada contoh Gambar 2.6 adalah
suatu metode pengujian performa mesin kendaraan dengan
cara melihat power dan torque yang dihasilkan.

Gambar 2.6 Alat Dynotest


Sumber: https://www.pinterest.it/pin/35606653281861144/

2.1.7.2 Gas Analyzer


Secara defenisi, gas adalah salah satu dari empat
unsur dasar. Dimana gas tidak tampak oleh mata manusia
karena adanya pemisah partikel gas yang sangat besar. Gas
analyzer adalah instument / alat yang digunakan untuk
mengukur proporsi dan komposisi dari gabungan gas. Gas
yang bisa dukur melalui Gas Analyzer adalah gas karbon
dioksida (CO2), oksigen (O2), dan karbon monoksida (CO).
Alat ini tidak hanya berguna untuk mengidentifikasi
tetapi juga dapat untuk memberikan nilai pengukuran
kuantitas yang ditampilkannya dengan bentuk numerik atau
secara grafis. Pada gas analyzer terdapat beberapa komponen
penting, salah satunya adalah sensor yang berfungsi untuk
mendeteksi dan mengukur kadar gas tertentu sesuai dengan
jenis sensornya.
Kelayakan kendaraan untuk dapat digunakan
berkendara di jalan raya salah satunya harus lolos dari uji
emisi gas buang, supaya tidak terjadi pencemaran udara yang
berakibat pada kerusakan lapisan ozon. Oleh karena itu,
emisi gas buang sangatlah diperhatikan dalam kendaraan
bermotor. Berikut pada Gambar 2.7 adalah contoh dari alat
gas anaylizer.

Gambar 2.7 Alat Gas Analyzer


Sumber: https://scannermobilmotor.blogspot.com
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Peneliti Judul Penelitian Perbandingan


1. Syaiful Mukmin, Pengaruh Octane Persamaan dengan penulis
Achmad Farid, Nurida Booster Pada adalah pada beberapa
Finahari dari Bahan Bakar variabel terikat yaitu daya
Universitas Terhadap dan konsumsi bahan bakar.
Widyagama (Tahun Konsumsi dan
2012) Daya Untuk
Motor Bensin 4 Perbedaan dengan penulis
Tak 1 Silinder adalah pada variabel bebas
yaitu berbeda takaran
campuran bahan bakar.
Selain itu perbedaan pada
variabel terikat yaitu penulis
menambahkan pengaruh
pada emisi gas buang.
2. Syahrizal Zein Analisis Persamaan dengan penulis
Achmad Al Ghiffari Campuran Bahan adalah pada variabel terikat
dari Universitas Bakar Pertalite yaitu konsumsi bahan bakar
Nusantara PGRI dengan Variasi dan emisi gas buang.
Kediri (Tahun 2017) Penambahan
Octane Booster
Terhadap Perbedaan dengan penulis
Konsumsi Bahan adalah pada variabel bebas
Bakar dan Emisi yaitu berbeda campuran
Gas Buang bahan bakar, penulis
menggunakan campuran
premium bukan pertalite.
3. Gusti Yuditia Pengaruh Persamaan dengan penulis
Rahmadania, Rosyida Penambahan adalah pada keseluruhan
Permatasari dari Octane Booster X variabel terikat.
Universitas Trisakti Terhadap Kinerja
(Tahun 2017) dan Emisi Gas
Buang Kendaraan Perbedaan dengan penulis
Sepeda Motor adalah pada variabel bebas
Tipe All New yang mana penulis
CBR150R menggunakan campuran
premium bukan pertamax.
4. Pande Gede Ganda Membuktikan Persamaan dengan penulis
Kusuma, Ainul Octane Booster adalah pada variabel terikat
Ghurri, I Made Astika Berfungsi Untuk yaitu mengenai emisi gas
dari Universitas Mengurangi buang.
Udayana (Tahun Emisi Gas Buang
2017) Pada Bahan
Bakar Ber-octane Perbedaan dengan penulis
Rendah adalah pada variabel terikat
penulis menambahkan
pengaruh daya dan
konsumsi bahan bakar.
5. Tommy Hadi dari Kaji Persamaan dengan penulis
Universitas Bengkulu Eksperimental adalah pada variabel terikat
(Tahun 2014) Pengaruh dan bahan bakar yang
Penggunaan digunakan sebagai media
Campuran Zat campuran.
Aditif Terhadap
Performa Mesin
Motor. Perbedaan dengan penulis
adalah pada kadar octane
booster yang dicampurkan
ke premium.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penyusunan sebuah penelitian diperlukan sebuah metodologi, menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metodologi memiliki arti sebagai ilmu
tentang metode; uraian tentang metode. Secara sederhana, metodologi dapat di
artikan sebagai, memberikan sebuah ide yang jelas tentang metode apa atau peneliti
akan memproses dengan cara bagaimana di dalam penelitiannya agar dapat
mencapai tujuan penelitian sehingga dapat diambil kesimpulan. Metode penelitian
adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu.

3.1 Desain Penelitian


Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang
sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang
memerlukan jawaban (Sugiyono, 2011). Kegiatan penelitian yang benar
berangkat dari inti atau rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak
dicapai. Langkah-langkah yang diambil penulis harus didasarkan atas
permasalahan dan tujuan penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif karena penelitian ini berhubungan dengan angka-angka. Menurut
Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang
banyak dituntut menguak angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.
Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan penulis memiliki
tahapan seperti pada diagram flow chart gambar 3.1. Diagram flow chart
sendiri ialah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk
menggambarkan arus dari sistem, yang penggunaannya sangat membantu
untuk memahami sistem secara logika, terstruktur dan jelas.
Mulai

Studi literatur

Pengadaan bahan, pengadaan alat ukur, dan persiapan alat uji

Pencampuran premium dan zat aditif octane booster

Pengujian sampel

Pengambilan data

Analisa data

Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab timbulnya perubahan pada variabel terikat. (Sugiyono,
2011). Variabel bebas yang digunakan pada analisis kali ini adalah
sebagai berikut:
1. 1 liter premium murni (A)
2. 1 liter premium + octane booster 5 ml (B)
3. 1 liter premium + octane booster 10 ml (C)
4. 1 liter premium + octane booster 15 ml (D)
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variable yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011).
Variabel terikat pada analisis kali ini meliputi:
1. Daya
2. Torsi
3. Konsumsi bahan bakar
4. Emisi gas buang

3.3 Populasi, Sampel, dan Objek Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang
menjadi sumber pengambilan sampel yang memenuhi syarat tertentu
berkaitan dengan masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2006),
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau
obyek yang memiliki karakter dan kualitas tertentu yang ditetapkan
oleh seorang peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik
kesimpulan. Jadi populasi tidak hanya sekedar manusia, namun juga
dapat berupa benda.
Membahas tentang populasi dan sampel, bila diibaratkan
dalam kehidupan sehari-hari populasi dan sampel adalah seperti kue.
Apabila seseorang melihat kue, lali dia ingin mengetahui rasa dari kue
tersebut, maka orang tersebut tidak perlu memakan seluruhnya. Orang
tersebut cukup mengambil seiris, mencicipinya, kemudian
menyimpulkan bagaimana rasa kue tersebut.
Dari perumpamaan tersebut, kue adalah populasi, sedangkan
irisan kue adalah contoh atau sampel. Dalam penelitian ini penulis
mengambil populasi dari campuran bahan bakar premium dan octane
booster.
3.3.2 Sampel
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampel adalah
bagian dari populasi statistik yang cirinya dipelajari untuk
memperoleh informasi seluruhnya atau bagian kecil yang mewakili
kelompok.
Seperti pada penjelasan sebelumnya tentang perumpamaan
populasi dan sampel, maka penulis dalam analisis ini mengambil
sampel campuran premium dan octane booster dengan variasi
komposisi campuran sebagai berikut:
1. 1 liter premium + octane booster 5 ml
2. 1 liter premium + octane booster 10 ml
3. 1 liter premium + octane booster 15 ml

3.3.3 Objek Penelitian


Definisi objek penelitian adalah merupakan suatu atribut atau
nilai orang, benda, maupun kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2009).
Penelitian ini memiliki objek penelitian yaitu hasil uji dari
pencampuran premium dengan octane booster dengan berbagai
variasi kadar campuran tertentu. Yang mana beberapa campuran fuel
tersebut diuji pada kendaraan bermotor piston engine compression
ratio 10,5 : 1 dengan piston displacement 155cc.

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Penegasan mengenai teknik penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik eksperimental. Penelitian eksperimental
dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
yang terkendalikan (Arikunto, 2002).
3.4.2 Instrumen Penelitian
Guna mendukung berjalannya analisis, maka diperlukan
instrument penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan. Setelahnya, data yang didapat dari instrument penelitian
akan dianalisis dan diambil kesimpulan sehingga tujuan analisis dapat
tercapai. Berikut beberapa instrument penelitian yang digunakan:
1. Dynotest
2. Gas analyzer

3.5 Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif yaitu mengamati
langsung hasil eksperimen, seterusnya menyimpulkan dan menentukan hasil
penelitian yang paling baik (Arikunto, 2002:274).
Data yang diperoleh dari pengujian berupa data daya, torsi, konsumsi
bahan bakar dan kadar emisi gas buang yang dicatat ke dalam tabel kerja
kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel dan digambarkan ke dalam
sebuah grafik. Selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah di pahami dan
dapat menjawab permasalahan yang sedang diteliti. Dengan demikian dapat
diketahui daya, torsi, konsumsi bahan bakar dan kadar emisi gas buang
tertinggi maupun terendah pada setiap sampel penelitian.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada sebuah bengkel yang ada di kota
Sidoarjo bernama RAT Motorsport. Lokasi tepatnya yaitu di Jalan Bypass
Sedati, kec. Sedati kab. Sidoarjo. Bengkel tersebut dipilih karena memiliki
semua alat pengujian yang dibutuhkan untuk memperoleh data. Selain itu
lokasi dari bengkel tersebut juga strategis sehingga mempermudah dalam
melakukan pengujian.
Untuk waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih 5 bulan
dikarenakan waktu buka bengkel tersebut tidak 24 jam dan variabel bebas
yang beragam membuat pengujian tidak bisa dilakukan dalam satu waktu.
Berikut adalah tabel waktu perencanaan penelitian.
Tabel 3.1 Waktu Perencanaan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai