Makalah Hipersensitif Dentin
Makalah Hipersensitif Dentin
Disusun Oleh:
Pembimbing :
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah yang sering dikeluhkan oleh
pasien kepada praktisi kesehatan gigi.1 Hipersensitivitas dentin dapat digambarkan sebagai
rasa sakit yang berlangsung pendek dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya
rangsangan terhadap dentin. Rangsangan atau stimulus yang dapat memicu terjadinya
hipersensitivitas dentin dapat berupa taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan
Rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam akibat adanya rangsangan terhadap
dentin yang terbuka disebabkan oleh atrisi, abrasi, fraktur mahkota, resesi gingiva dan
trauma ortodontik.2 Dilaporkan bahwa 8% hingga 30% dari populasi dewasa mengalami
hipersensitivitas dentin dan prevalensi tertinggi dilaporkan pada populasi dengan penyakit
periodontal. Gigi dengan resesi gingiva lebih sering mengalami hipersensitivitas dentin.3
Keluhan ngilu atau nyeri dirasakan tidak hanya terjadi ketika gigi berkontak dengan
minuman atau makanan yang dingin, tetapi dapat juga oleh udara atau angin pada saat
membuka mulut. Ciri khas dentin hipersensitif adalah rasa sakit yang diderita bersifat akut,
tajam namun singkat pada dentin yang tidak terlindung email. Reaksi tersebut merupakan
respons pulpa terhadap rangsang termal, taktil, osmotik atau kimia tanpa keterlibatan
bakteri.4
hipersensitivitas dentin dapat dijumpai pada semua jenis gigi tapi paling sering adalah pada
gigi kaninus (25%) dan premolar pertama (24%) terutama pada permukaan bukal (93%). 5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Dentin hipersensitif adalah rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam akibat
adanya rangsang terhadap dentin yang terbuka yang dapat disebabkan oleh atrisi, abrasi,
fraktur mahkota, resesi gingiva, dan trauma ortodontik. Manifestasinya bisa secara fisik
dan secara psikologis tidak nyaman bagi pasien dan dapat didefinisikan sebagai nyeri akut
tajam, durasi pendek yang disebabkan oleh terbukanya tubulus dentin pada permukaan
dentin. Dentin hipersensitif seringkali terjadi pada gigi permanen, terutama kaninus dan
b. Reseptor Odontoblas
mekanik langsung dari saraf ini akan memulai potensial aksi. Ada banyak kekurangan dari
teori ini. Kurangnya bukti bahwa dentin luar, yang biasanya merupakan bagian paling
sensitif, diinervasi.3,6
3
Studi perkembangan menunjukkan bahwa pleksus Rashkow dan saraf intratubular
tidak membentuk diri sampai gigi tersebut pecah. Namun, gigi yang baru erupsi itu sensitif.
Selain itu, penginduksi rasa sakit seperti bradikinin gagal menginduksi rasa sakit saat
diterapkan pada dentin, dan mengaplikasikan dentin dengan larutan anestesi lokal tidak
Rapp dkk menyatakan bahwa odontoblas bertindak sebagai reseptor oleh mereka
sendiri dan menyampaikan sinyal ke terminal saraf. Tetapi mayoritas penelitian telah
menunjukkan bahwa odontoblas adalah sel-sel pembentuk matriks dan karenanya mereka
tidak dianggap sebagai sel-sel yang berekspansi, perubahan yang tidak langsung dalam
potensi membran odontoblas melalui sambungan sinaptik dengan saraf. Hal ini dapat
mengakibatkan rasa sakit dari ujung-ujung saraf yang terletak di batas pulpodentinal.
Namun bukti dari teori transduser dengan odontoblas mekanisme ini kurang dan tidak
meyakinkan.7
Teori hidrodinamik
Sakit yang disebabkan oleh pergerakan cairan di dalam tubulus dentin (gaya fluida),
dapat dijelaskan dan dapat diterima secara luas, diusulkan oleh Brannstrom dan Astron
pada tahun 1964. Menurut teori ini, lesi melibatkan enamel dan hilangnya sementum di
daerah servikal dan akibatnya tubulus dentin terbuka di rongga mulut, di bawah rangsangan
tertentu, memungkinkan pergerakan cairan di dalam tubulus dentin secara tidak langsung
merangsang ekstremitas dari saraf pulpa menyebabkan sensasi rasa sakit. Teori ini juga
4
menyimpulkan bahwa hipersensitif dentin dimulai dari dentin yang terpapar mengalami
rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak menuju reseptor syaraf perifer pada pulpa yang
kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa
sakit.2,6
adanya tubulus dentin secara luas terbuka. Kehadiran tubulus lebar di dentin hipersensitif
konsisten dengan teori hidrodinamik. Telah dicatat bahwa rangsangan yang cenderung
memindahkan cairan menjauh dari kompleks pulpa-dentin menghasilkan lebih banyak rasa
sakit. Rangsangan ini termasuk pendinginan, pengeringan, penguapan dan aplikasi zat
kimia hipertonik. Oleh karena itu, semakin besar jumlah dan diameter tubulus dentin yang
terbuka maka semakin intens rasa sakit yang timbul dari hipersensitif dentin. Pemicunya
yaitu rangsangan dingin akan menstimulasi cairan mengalir menjauhi pulpa menciptakan
respons saraf lebih cepat dan ketat dari rangsangan panas, yang menyebabkan aliran cairan
agak lamban ke arah pulpa. Ini selaras dengan pengamatan bahwa pasien hipersensitif
dentin lebih sering mengeluh sakit terhadap rangsangan dingin daripada panas.3
3. Etiologi
Etiologi hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan tubulus dentin akibat
adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar atau terbuka. Hipersensitif dentin
dimulai dari dentin yang terpapar mengalami rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak
menuju reseptor saraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman
rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa sakit. Rangsangan terhadap tubulus
dentin yang terbuka dapat berupa taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan
5
panasatau dingin. Namun, dingin merupakan rangsangan yang paling sering menyebabkan
Kelainan yang memungkinkan terjadinya hipersensitif dentin dibatasi dengan yang ada
4. Resesi Gingiva
gangguan estetik yang digambarkan oleh penderita sebagai bertambah panjangnya gigi.
Kasus resesi gingiva terutama didapatkan pada penderita wanita, meskipun tidak menutup
kemungkinan pasien pria juga akan menderitanya. Secara klinis, resesi gingiva tampak
sebagai terbukanya permukaan akar gigi karena posisi gingiva yang semakin ke apikal.
Secara definisi dapat dikatakan semakin menurunnya tepi gingiva ke posisi apical, ke arah
cementoenamal junction (CEJ). Resesi gingiva meningkat insidennya antara usia penderita
dan keparahan yang terjadi. Demikian pula dengan standar kebersihan rongga mulut
penderita yang tinggi dan rendah dapat juga mengalami resesi gingiva. 12
Resesi gingiva dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis, secara fisiologis
biasanya terjadi akibat bertambahnya umur penderita. Sedangkan secara patologis, antara
lain karena kesalahan cara menyikat gigi, malposisi gigi, keradangan gingiva, perlekatan
frenulum yang terlalu tinggi, pergerakan alat ortodontik ke labial, restorasi yang tidak
6
Klasifikasi Resesi Gingiva
Klasifikasi untuk resesi gingiva yang digunakan secara luas sampai saat ini adalah
Kelas 1: resesi tidak meluas ke mucogingival junction dan tidak ada kehilangan
daerah interdental.
jaringan lunak di daerah interdental yang parah, dan/atau terdapat malposisi yang
parah.
KELAS 1
KELAS 2
KELAS 3 KELAS 4
7
5. Penyakit periodontal
Tereksposnya permukaan akar gigi juga dapat disebabkan oleh prosedur perawatan
jaringan periodontal dan terkikisnya sementum. Oleh karena itu, dokter gigi harus hati-hati
kunjungan kedua atau ketiga selama perawatan tidak dengan pembedahan dan melaporkan
Terapi hipersensitif dentin merupakan tantangan bagi pasien dan dokter gigi. Disamping
sulitnya mengukur dan membandingkan rasa sakit pasien yang berbeda-beda, mengubah
kebiasaan pasien yang menyebabkan masalah hipersensitif dentin juga merupakan hal yang
sulit. Selain itu, beberapa dokter gigi merasa kurang yakin dalam merawat hipersensitif
dentin. Hal ini dikarenakan mereka kurang mengerti tentang biologis, etiologi, diagnosa
dan pengelolaan hipersensitif dentin. Banyak terapi dan bahan yang digunakan untuk
merawat hipersensitif dentin, tetapi kemanjuran sebagian besar dari bahan-bahan tersebut
bermacam-macam dan tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, dokter
gigi harus mampu menentukan terapi yang memuaskan dan efektif dalam merawat pasien
hipersensitif dentin di praktek. Hipersensitif dentin dapat dirawat tanpa terapi, tetapi dapat
juga membutuhkan beberapa minggu terapi dengan bahan desensitisasi. Ada dua prinsip
terapi hipersensitif dentin, yakni mencegah aliran cairan tubulus dentin dan mengurangi
Berdasarkan berat ringan dilakukannya, terapi hipersensitif dentin dapat bersifat invasif
dan non invasif. Terapi hipersensitif dentinyang bersifat invasif antara lain bedah
8
mukogingival, resin dan pulpektomi serta laser. Sedangkan terapi yang bersifat non invasif
a. Indikasi
b. Kontraindikasi
G. Terapi
Terapi hipersensitif dentin merupakan tantangan bagi pasien dan dokter gigi.
hipersensitif dentin juga merupakan hal yang sulit. Selain itu, beberapa dokter gigi
merasa kurang yakin dalam merawat hipersensitif dentin. Hal ini dikarenakan
9
hipersensitif dentin. Banyak terapi dan bahan yang digunakan untuk merawat
itu, dokter gigi harus mampu menentukan terapi yang memuaskan dan efektif
dirawat tanpa terapi, tetapi dapat juga membutuhkan beberapa minggu terapi
dengan bahan desensitisasi. Ada dua prinsip terapi hipersensitif dentin, yakni
syaraf.10
bersifat invasif dan non invasif. Terapi hipersensitif dentin yang bersifat invasif
antara lain bedah mukogingival, resin dan pulpektomi serta laser. Sedangkan
terapi yang bersifat non invasif antara lain pasta desensitisasi dan bahan topikal.
Terapi hipersensitif dentin dapat dilakukan oleh pasien sendiri di rumah ataupun
oleh dokter gigi di praktek. Terapi di rumah lebih sederhana dan murah.
desensitisasi dan agen topikal merupakan terapi yang ringan dan mudah
dilakukan oleh pasien ataupun dokter gigi. Terapi non invasif lebih sederhana
dan murah dibandingkan dengan terapi invasif. Pasta gigi merupakan terapi
hipersensitif dentin yang paling sering dan mudah dilakukan. Beberapa pasta
gigi mengandung bahan yang dapat menutup tubulus dentin seperti strontium
10
salt dan fluoride. Selain itu ada juga pasta gigi yang mengandung bahan yang
mengandung potassium nitrate telah digunakan sejak tahun 1980. Setelah itu,
dentin. Salah satu pasta gigi yang mengandung potassium nitrate yang sering
dipakai untuk mengurangi hipersensitif dentin. Disamping itu, ada juga pasta
bahanabrasif, seperti bahan anti plak seperti triclosan atau zinc citrate.10
kepada pasien bagaimana menggunakan pasta gigi dan teknik penyikatan gigi
11
yang benar. Banyak pasien yang berkumur-kumur secara berlebihan setelah
melarutkan dan menghilangkan bahan aktif pasta gigi tersebut dari rongga
karies.10
Disamping pasta gigi, obat kumur dan permen karet juga merupakan
bahwa obat kumur yang mengandung potassium nitrate dan sodium fluoride,
hipersensitif dentin. 10
Pasta gigi, obat kumur dan permen karet merupakan bahan desensitisasi
phosphates sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi di praktek. Hal ini bertujuan
12
syaraf. Oxalate juga merupakan bahan desensitisasi topikal. Pada tahun 1981,
permeabilitas dentin10
mukogingiva, pulpektomi, resin dan adesif serta laser merupakan terapi yang
membutuhkan keahlian khusus dan hanya dilakukan oleh dokter gigi. Terapi
invasif lebih kompleks dan lebih mahal dibandingkan dengan terapi non
invasif. 10
Bahan resin dan adesif seperti fluoride varnish, oxalic acid dan resin,
sealant dan primer, etching dan adhesive dapat juga digunakan sebagai terapi
hipersensitif dentin. Bahan resin dan adesif lebih adekuat sebagai terapi
bahan desensitisasi topikal tidak berikatan dengan struktur gigi dan efeknya
13
Terapi invasif lainnya adalah iontophoresis yang merupakan terapi
dentin, tergantung pada jenis laser dan parameter perawatan. Penelitian Lier
kompleks.10
terarah (Guided tissue regeneration) juga mulai dikenal sebagai terapi resesi
hingga 92 %. 10
perawatan saluran akar yang terpapar dengan cara membuang pulpa dan
14
akses ke saluran akar. Setelah pulpa dan jaringan yang terinfeksi lainnya
proses pengisian saluran akar dilakukan dengan bahan yang diterima secara
15
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Anamnesa:
Pasien perempuan berusia 28 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan gigi depan bawah terasa ngilu
yang singkat dan tajam saat makan atau minum dingin sejak ± 3 bulan yang lalu. Pasien
sudah dilakukan perawatan pembersihan karang gigi pada 12 Maret 2019. Namun pasien
merasa giginya masih terasa ngilu ketika makan atau minum panas dan dingin. Pasien
menyikat gigi 2x sehari saat pagi sebelum makan dan malam sebelum tidur. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik. Pasien datang dalam keadaan tidak sakit dan ingin
dirawat.
16
II. Status Umum :
- Pernafasan : 15x/menit
- Suhu : 37°𝐶.
17
FOTO INTRA ORAL
18
2. Pemeriksaan intra oral:
Resesi gingiva : Gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33 klas I Miller
Palatum : Sedang
dan 46.
Gingiva :
19
3. Keadaan gigi geligi :
V G O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab
33 + - + - - + - - - - -/-
32 + - + - D + - - - - -/-
31 + - + MLV M + - - - - -/-
41 + - + MLV - + - - - - -/-
42 + - + DLV - + - - - - -/-
43 + - + - - + - - - - -/-
Keterangan :
31 1 1 1 41 1 1 1
32 2 1 2 42 2 0 2
33 0 2 2 43 2 0 2
31 1 1 1 41 1 1 1
32 1 1 2 42 2 1 2
33 2 0 2 43 1 1 1
Resesi
Gigi Mesial Labial Lingual Distal Gigi Mesial Labial Lingual Distal
31 2 1 2 1 41 1 2 2 0
32 2 2 2 2 42 0 1 2 1
33 1 2 2 1 43 2 1 1 1
Loss of Attachment
Gigi Mesial Labial Lingual Distal Gigi Mesial Labial Lingual Distal
31 3 2 3 2 41 2 3 3 1
32 4 3 3 4 42 3 1 3 3
33 1 4 2 3 43 4 1 4 2
21
GAMBARAN RADIOGRAFI
Diagnosis : Gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33 periodontitis kronis lokalis
- Etiologi Primer : Bakteri Plak
- Etiologi Sekunder :
Lokal :
- Kalkulus
- Resesi gingiva: Kelas I Miller pada gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33
- Lain-lain: Karies oklusal gigi 17, 26, 27, 28, karies
distomesiopalatooklusal gigi 37, karies distobukaloklusal gigi 47, gigi
13, 31, 41 mesiopalato versi, gigi 12 mesiolabio versi, gigi 23
mesiopalato versi, gigi 35, 45 mesiolabio torsi, gigi 42 distolinguo versi.
Missing gigi 36 dan 46.
Sistemik :-
22
IV. Etiologi :
Etiologi Sekunder :
Resesi gingiva : Gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33 klas I miller
Kalkulus
Lain-lain :
Etiologi dari kasus pasien ini adalah kesalahan cara menyikat gigi dan diperberat
oleh karies oklusal gigi 17, 26, 27, 28, karies distomesiopalatooklusal gigi 37, karies
distobukaloklusal gigi 47, gigi 13, 31, 41 mesiopalato versi, gigi 12 mesiolabio versi, gigi
23 mesiopalato versi, gigi 35, 45 mesiolabio torsi, gigi 42 distolinguo versi. Missing gigi
36 dan 46. Penyikatan gigi yang dilakukan terlalu keras dan menggunakan bulu sikat yang
keras sehingga menimbulkan trauma pada gigi yang mengakibatkan menyebabkan adanya
penurunan margin gingiva kearah apikal atau resesi yang menimbulkan rasa ngilu pada
23
V. Prognosis:
Good Prognosis: Dukungan tulang yang adequat, pasien yang kooperatif, tidak
Desensitisasi untuk resesi klas I: gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33
Ortodontik
Kondisi gingival
Pemberian OHIS
24
Bagan Rencana Terapi
Fase I (Initial)
Scalling + OHI + Polishing + DHE, desensitisasi untuk resesi klas I: gigi 43, 42,
41, 31, 32, 33, restorasi Kelas I gigi 17, 26, 27, 28, restorasi kelas II gigi 37, 47,
ortodontik
Fase IV (Maintenance)
Kontrol periodik, kontrol plak, kalkulus, gingiva, cek poket dan OHIS.
VII. Rujukan:
- Bagian Konservasi: Restorasi Kelas I gigi 17, 26, 27, 28, Restorasi kelas II gigi 37, 47
- Bagian Ortodonti
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Hipersensitivitas dentin adalah salah satu kondisi kronis yang paling menyakitkan
dan paling tidak dapat diprediksi dalam perawatan gigi.12 Rasa nyeri yang berlangsung
singkat dan tajam akibat adanya rangsangan terhadapan dentin yang terbuka disebabkan
oleh atrisi, abrasi, fraktur mahkota, resesi gingiva dan trauma ortodontik.2 Sensitivitas gigi
Brannstrom, yang berteori bahwa pergerakan cairan dalam tubulus dentinal merangsang
reseptor saraf pulpa dan, dengan demikian, menyebabkan rasa sakit. Pemahaman tentang
teori yang paling banyak diterima ini memberikan dasar untuk mengembangkan strategi
permukaan akar yang semula tertutup oleh gingiva. Permukaan akar yang terbuka juga
memudahkan terjadinya erosi maupun abrasi pada sementum maupun dentin akibat
lingkungan rongga mulut maupun akibat aktifitas menyikat gigi.13 Kondisi ini cenderung
menimbulkan rasa sakit (ngilu) jika terkena rangsangan terutama akibat perubahan suhu.
Selain itu, permukaan akar yang terbuka menyebabkan gigi rentan terhadap karies
servikal.3
Pasien perempuan berusia 28 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan gigi depan bawah terasa ngilu
yang singkat dan tajam saat minum dingin sejak ± 2 bulan yang lalu. Pasien sudah
dilakukan perawatan pembersihan karang gigi pada 12 Maret 2019. Namun pasien merasa
26
giginya masih terasa ngilu ketika minum panas dan dingin. Pasien menyikat gigi 2x sehari
saat pagi setelah makan dan malam sebelum tidur. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik. Pasien datang dalam keadaan tidak sakit dan ingin dirawat.
Etiologi dari kasus pasien ini adalah kesalahan cara menyikat gigi dan diperberat
oleh karies oklusal gigi 17, 26, 27, 28, karies distomesiopalatooklusal gigi 37, karies
distobukaloklusal gigi 47, gigi 13, 31, 41 mesiopalato versi, gigi 12 mesiolabio versi, gigi
23 mesiopalato versi, gigi 35, 45 mesiolabio torsi, gigi 42 distolinguo versi, missing gigi
36 dan 46. Penyikatan gigi yang dilakukan terlalu keras dan menggunakan bulu sikat yang
keras sehingga menimbulkan trauma pada gigi yang mengakibatkan menyebabkan adanya
penurunan margin gingiva kearah apikal atau resesi yang menimbulkan rasa ngilu pada
beberapa agen desensitisasi dapat bekerja dengan mekanisme blocking saraf. Sebuah
penelitian baru-baru ini melaporkan bahwa hipersensitif dentin dapat secara negatif
mempengaruhi kualitas kesehatan mulut yang terkait dengan kesehatan gigi. Salah satu
tujuan pengobatan hipersensitif dentin adalah pengurangan rasa sakit dengan menutup
tubulus dentin permeabel atau dengan desensitisasi saraf. Agen desensitisasi diterapkan
untuk mengurangi HD dapat diterapkan di gigi oleh seorang profesional atau oleh pasien
di rumah.11 Bahan untuk perawatan hipersensitif dentin ada beberapa macam seperti
Potassium Nitrat, Oxalate, Strontium Chloride, Calcium Phosphate, Fluor, Resin dan
27
sodium fluoride dan stannous fluoride dapat mengurangi hipersensitif dentin dengan cara
mengurangi permeabilitas dentin. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pengendapan calcium
a. Alat
1. Lap Putih
6. Glass plate
7. Microbrush
b. Bahan
1. Disclosing agent
2. Pumish/pasta profilaksis
c. Prosedur Desensitisasi:
2. Oral profilaksis: bersihkan gigi dengan brush dan pumice atau pasta
28
3. Periksa permukaan gigi 31, 32, 33, 41, 42, 43 yang hipersensitifitas dengan
32, 33, 41, 42, 43 dengan gerakan searah pada daerah yang hipersensitif
7. Biarkan 1 menit
9. Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur, tidak makan dan minum selama
1 jam
29
BAB V
KESIMPULAN
Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah yang sering dikeluhkan oleh
pasien kepada praktisi kesehatan gigi. Hipersensitivitas dentin dapat digambarkan sebagai
rasa sakit yang berlangsung pendek dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya
rangsangan terhadap dentin. Rangsangan atau stimulus yang dapat memicu terjadinya
hipersensitivitas dentin dapat berupa taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan
Etiologi hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan tubulus dentin akibat
adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar atau terbuka dimulai dari dentin yang
terpapar mengalami rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak menuju reseptor saraf perifer
pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul
Terapi hipersensitif dentin dapat bersifat invasif dan non invasif. Terapi
hipersensitif dentin yang bersifat invasif antara lain bedah mukogingival, resin dan
pulpektomi serta laser. Sedangkan terapi hipersensitif dentin yang bersifat non invasif
seperti pasta desensitisasi dan agen topikal merupakan terapi yang ringan dan mudah
dilakukan oleh pasien ataupun dokter gigi. Terapi di rumah lebih sederhana dan murah.
30
DAFTAR PUSTAKA
4. Mattulada IK. Penanganan Dentin Hipersensitif. Makassar Dent J. 2015; 4(5): 148-
51.
6. Carranza FA, Newman MG, Takei HH, dan Klokkevold PR. Carranza’s Clinical
31
9. Ladalardo dkk. Laser therapy in the treatment of dentine hypersensitivity. Braz
10. Bamise CT, Olusile AO, Oginni AO. An Analysis of the Etiological and
Split-mouth Clinical Trial. Indian Journal of Dental Research. 2018; 29(1): 51-55.
32