PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain,
agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa campuran tambahan
yang membentuk massa padat (SK SNI T-15-1991-03). Campuran ini akan
membentuk batu tiruan yang kekuatannya bervariasi bergantung pada
campuran yang direncanakan.
Beton bertulang itu sendiri adalah penggabungan dari dua buah bahan yaitu:
beton dan baja (tulangan) yang dalam perencanaannya harus mengacu pada
standar yang ada di Indonesia SNI 2847-2013 tentang Persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung. Keunggulan dari bahan beton adalah
material yang kuat menahan tekan, sedangkan baja (tulangan) merupakan
material yang sangat baik untuk menahan tarik dan geser. Penggabungan
kedua material ini diharapkan mampu menahan gaya tarik, gaya tekan dan
gaya geser sehingga suatu struktur bangunan tetap kuat dan aman.
Penggunaan beton bertulang pada struktur gedung meliputi : fondasi, balok,
kolom, pelat, dinding shearwall.
3
2.1.2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
4
Gambar 2.1. Gaya Lintang Rencana untuk SRPMM
Sumber : SNI 03-2847-2002
Tulangan Lentur:
Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus ≥ sepertiga kuat lentur
negatifnya.
Kuat lentur negatif dan positif pada setiap irisan penampang di
sepanjang bentang harus ≥ seperlima kuat lentur yang terbesar yang
disediakan pada kedua ujung balok tersebut.
Tulangan Sengkang:
Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua
kali tinggi komponen struktur dari muka perletakan. Sengkang pertama
harus dipasang pada jarak ≤ 50 mm dari muka perletakan. Spasi
maksimum sengkang tidak boleh melebihi:
a. d/4,
b. Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil,
5
c. 24 kali diameter sengkang, dan
d. 300 mm.
Sengkang harus dipasang di sepanjang bentang balok dengan spasi ≤
d/2.
6
2.4. Pelat Dua Arah Tanpa Balok pada SRPMM
Paling sedikit seperempat dari seluruh jumlah tulangan atas lajur kolom
di daerah tumpuan harus dipasang menerus di keseluruhan panjang
bentang.
Jumlah tulangan bawah yang menerus pada lajur kolom harus ≥
sepertiga jumlah tulangan atas lajur kolom di daerah tumpuan.
Paling sedikit setengah dari seluruh tulangan bawah di tengah bentang
harus diteruskan dan diangkur hingga mampu mengembangkan kuat
lelehnya pada muka tumpuan.
Pada tepi pelat yang tidak menerus, semua tulangan atas dan bawah
pada daerah tumpuan harus dipasang sedemikian hingga mampu
mengembangkan kuat lelehnya pada muka tumpuan.
7
Gambar 2.3. Pengaturan Tulangan Pelat
Sumber : SNI 03-2847-2002
Sesuai dengan SNI 1726-2012 terkait dengan gempa rencana yang pengaruhnya
harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung dan
nongedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana
ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarnya selama umur
struktur bangunan 50 tahun adalah 2 %.
8
2.5.2.Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban
Gempa.
Berdasarkan SNI 1726-2012 suatu beban gempa rencana harus dikalikan
dengan suatu faktor keutamaan gempa Ie (Tabel 2.2) sesuai dengan Tabel
2.1 kategori risiko bangunan gedung.
Tabel 2.1 kategori risiko bangunan gedung.
9
2.5.3. Sistem Struktur Penahan Beban Gempa
10
BAB III
DESAIN PARAMETER
12
3.3. Deskripsi Bangunan
13
Gambar 3.3. Tampak X dan Z Gedung
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
14
b. Denah Lantai Dua
15
3.4. Karakteristik Tanah
3.4.2.Kriteria Seismik
Karakteristik seismic yang digunakan adalah respon spektrum yang
diperoleh dari SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung dan website
puskim.pu.go.id.
3.5. Material
16
g. u = 0.3
h. E = 200000 Mpa
17
BAB IV
PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN
Pelat lantai yang didesain menggunakan sistem pelat dua arah karena
menurut SNI 2847- 2013 panjang Lx/Ly < 2 menggunakan pelat dua arah. Pelat
akan meerima beban sesuai dengan SNI 1727-2013 PPIUG-1983 menggunakan
metode envelope. Dimensi pelat lantai menggunakan tebal 0.12 m. Pelat ini
diguanakan pada semua lantai (homogen).
18
4.1.2. Dimensi Balok
Balok Induk
1. Balok Induk 1
Panjang bentang dari balok telah ditentukan sebelumnya yaitu 5000
mm. Sesuai dengan aturan yang berlaku, tinggi balok ini mengikuti
𝐿
rumus ℎ = dan ditentukan lebar balok. Lebar balok mengikuti aturan
12
ℎ
𝑏= dengan pembulatan ke atas dengan kelipatan 50 mm. didapatkan
2
19
4.1.3. Kolom
20
3. Sesuaikan grid dengan gambar
21
Material yang digunakan adalah baja dan beton:
22
Gambar 4.5. Frame Properties.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
23
8. Mendefinisikan massa
Define > Mass Source
Massa yang digunakan adalah 30% dari beban hidup dan 100%
untuk beban mati.
24
9. Mendefinisikan Fuctions untuk Response Spectrum
Define > Functions > Response Spectrum
Menggunakan IBC 2006 dengan menginput nilai SS dan S1 yang
diperoleh dari website puskim dengan memasukan koordinat titik
bangunan
𝑆𝑆 = 0.718
𝑆1 = 0.311
𝐿𝑜𝑛𝑔 − 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = 12
𝑆𝑖𝑡𝑒 𝐶𝑙𝑎𝑠𝑠 = 𝐷
𝐹𝑢𝑛𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐷𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 5%
𝐹𝑎 = 1.226
𝐹𝑣 = 1.779
2
𝑆𝐷𝑠 = ( ) 𝑥 𝐹𝑎 𝑥 𝑆𝑠 = 0.587
3
2
𝑆𝐷1 = ( ) 𝑥 𝐹𝑣 𝑥 𝑆1 = 0.3688
3
Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
25
10. Menggambar elemen struktur pada grid sesuai dengan denah dan
gambar yang ada.
Draw > Draw Frame/Cable/Tendon
Menggambar frame dengan menyesuaikan dengan frame section yang
akan digunakan pada gambar, dapat juga menggunakan replicate
untuk mempermudah pekerjaan.
26
Gambar 4.11. Area Section.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
27
Gambar 4.13. Load Cases.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
13. Mendefinisikan Diaphragm
Define >Diaphragm Constraints
28
Gambar 4.15. Analysis.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
29
Setelah prosesk cek selesai, cek struktur aman atau tidak dengan melihat
rasio yang ada, jika tidak aman (merah) ganti dimensi penampang
kemudian run kembali. Lakukan proses ini sampai struktur aman.
Kemudian tampilkan gaya perletakkan dengan melihat tabel gaya pada
joint reaction, Display > Show Tables > Joint Output > Reaction.
30
Gambar 4.18. EX Statik dan EX Dinamik.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
𝐸𝑋 𝑆𝑡𝑎𝑡
Perhitungan dilakukan degan melihat 0,85 𝑥 ( 𝐸𝑋 𝐷𝑖𝑛 ) 𝑥 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
31
Gambar 4.20. Detail EX Din
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
32
BAB V
PEMBEBANAN
Beban pada struktur bangunan merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam perencanaan sebuah gedung. Kesalahan dalam perencanaan beban
atau penerapan beban pada perhitungan akan mengakibatkan kesalahan
yang fatal pada hasil desain bangunan tersebut. Untuk itu sangat penting
bagi kita untuk merencanakan pembebanan pada struktur bangunan dengan
sangat teliti agar bangunan yang didesain tersebut nantinya akan aman pada
saat dibangun dan digunakan.
Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
33
terpisahkan dari gedung itu. Beban-beban struktur yang dipakai dalam
perencanaan pada Gedung Kuliah Umum (GKU) 4 Lantai sebagai berikut :
1. Berat Sendiri
Berat sendiri komponen struktur dipengaruhi oleh ρ (massa jenis) dari
material penyusunnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian
material bangunan, digunakan material beton bertulang dengan massa
SIDL
Plaster 21 Kg/m2
Keramik 24 Kg/m2
MEP 5 Kg/m2
Langit – langit 11 Kg/m2
Penggantung 7 Kg/m2
Beban hidup (Live Load) ialah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin
34
serta peralatan yang merupakan bagian yang terpisahkan dari gedung dan
dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan
perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap,
beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air.
Pada Gedung Kuliah Umum (GKU) 4 Lantai ini, beban hidup yang
direncanakan umumnya berasal dari beban manusia yang beraktivitas di
dalam gedung tersebut. Beban hidup yang diaplikasikan pada Gedung
Kuliah Umum (GKU) 4 Lantai ini sesuai dengan rangkuman adalah SNI
1727 : 2013 beban hidup aula sebesar 4,79 Kn/m².
35
5.2.4. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban static ekwivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah
akibat gempa itu. Kriteria desain untuk struktur bangunan tahan gempa
mensyaratkan bahwa bangunan harus didesain agar mampu menahan
beban gempa sesuai dengan SNI 03 - 1726 - 2012. Akibat pengaruh
gempa rencana tersebut, struktur bangunan secara keseluruhan harus masih
dapat berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
besarnya gaya gempa yang diterima struktur bangunan pada dasarnya
dipengaruhi oleh karakteristik gempa yang terjadi, karakteristik tanah
tempat bangunan berada, dan karakteristik struktur bangunan. Gedung
Kuliah Umum (GKU) yang direncanakan terletak di Lampung dengan jenis
tanah sedang (tipe D).
Respon spektra adalah respon maksimum suatu struktur degree of freedom
(SDOF), akibat pengaruh suatu sumber getaran gempa yang sama.
Perencanaan struktur bangunan tahan gempa bertujuan untuk mencegah
terjadinya keruntuhan struktur yang dapat berakibat fatal pada saat terjadi
gempa. Respon spektra yang digunakan dalam perencanaan Gedung Kuliah
Umum (GKU) 4 Lantai ini sebagai berikut :
36
BAB VI
KOMBINASI PEMBEBANAN
37
Dalam merencanakan pondasi menggunakan metode Allowable Stress
Design (ASD) atau dapat juga menggunakan metode Load Resistant Factor
Design (LRFD) dengan referensi FEMA 750 dan 751. Pada ASCE 7-10
chapter 2 diterangkan mengenai kombinasi pembebanan dasar, yaitu untuk
pembebanan nominal (LRFD) adalah:
1. 1,4DL
2. 1,2DL +1,2 SIDL +1,6 LL+0,5 (Lr atau H)
3. 1,2DL +1,2SIDL +1,6 (Lr atau H) + LL
4. 1,2DL +1,2SIDL +LL+ W+0,5(Lr atau H)
5. 1,2DL +1,2SIDL +E +LL
6. 0,9DL + W
7. 0,9DL + E
Sementara untuk beban ASD adalah:
1. DL
2. DL + LL
3. DL + (Lr or S or R)
4. DL + 0,75LL + 0,75 (Lr or S or R)
5. DL + (0,6W or 0,7E)
6. DL + 0,75LL + 0,75(0,6W) + 0,75(Lr or S or R)
7. DL + 0,75LL + 0,75(0,7E) + 0,75S
8. 0,6DL + 0,6W
9. 0,6DL + 0,7E
38
BAB VII
KRITERIA DEFLEKSI
39
BAB VIII
HASIL
40
Berat Jenis Pasir = 1600 kg/m³
fy 8000 400
ln x (0,8+( )) (0,8+( ))
1500 2 1500
H2= = = 155,092 mm
36 36
41
Hitung Momen Pada Tumpuan dan Lapangan
Tumpuan
Lapangan
= 0,0202
Menghitung Kebutuhan Tulangan Pelat Tumpuan
1. Tumpuan X
Asumsi b = 1000 mm
Asumsi Diameter Tulangan = D12
Selimut (s) = 30 mm
1
d =h-s-2D
1
=120 – 30 - 2 𝑥 12
= 84 mm
Mtx 5,815
Mn = 0,85 = = 6,8412 kNm = 6841200 Nmm
0,85
Mn 6841200
As = fy x 0,9d = 400 x 0,9(84) = 226,23 mm²
As x fy 226,32 x 400
a = 0,85 x fc x b = 0,85 x24,9 x 1000 = 4,2755 mm
Mn 6841200
As Aktual = 𝑎 = 4,2755 = 208,92 mm²
fy x (d - ) 400 x (84 - )
2 2
42
As 208,92
ρ aktual = = = 0,002487
bxd 1000 x 84
ρ pakai = 0,0035
2. Tumpuan Y
Asumsi b = 1000 mm
Asumsi Diameter Tulangan = D12
Selimut (s) = 30 mm
1 1
d = h - s - 2 D =120 – 30 - 2 𝑥 12 = 84 mm
Mty 6,006
Mn = 0,85 = = 7,0659 kNm
0,85
= 7065900 Nmm
Mn 7065900
As = fy x 0,9d = 400 x 0,9(84)
= 233,66 mm²
As x fy 233,6 x 400
a = 0,85 x fc x b = 0,85 x24,9 x 1000
= 4,416 mm
Mn 7065900
As Aktual = 𝑎 = 4,416
fy x (d - ) 400 x (84 - )
2 2
= 215,97 mm²
As 215,97
ρ aktual = bxd
= 1000 x 84
= 0,00257
ρ pakai = 0,0035
As pada pelat = ρ min x b x d = 0,0035 x 1000 x 84
= 294 mm²
43
Menghitung Kebutuhan Tulangan Pelat Lapangan
3. Lapangan X
Asumsi b = 1000 mm
Asumsi Diameter Tulangan = D12
Selimut (s) = 30 mm
1 1
d = h - s - 2 D =120 – 30 - 2 𝑥 12
= 84 mm
Mlx 13,108
Mn = 0,85 = 0,85
= 15421200 Nmm
Mn 15412200
As = fy x 0,9d = 400 x 0,9(84)
= 509,96 mm²
As x fy 509,96 x 400
a = 0,85 x fc x b = 0,85 x24,9 x 1000
= 9,638 mm
Mn 15421200
As Aktual = 𝑎 = 9,6385
fy x (d - ) 400 x (84 - )
2 2
= 486,897 mm²
As 486,897
ρ aktual = =
bxd 1000 x 84
= 0,00579
ρ pakai = 0,00579
= 0,00579 x 1000 x 84
= 486,97 mm²
Kesimpulan Tulangan Lapangan X
Lihat pada tabel kebutuhan besi ulir pada pelat = D10-140
4. Lapangan Y
Asumsi b = 1000 mm
44
Asumsi Diameter Tulangan = D12
Selimut (s) = 30 mm
1 1
d = h - s – 2 D =120 – 30 – 2 𝑥 12
= 84 mm
Mly 17,094
Mn = 0,85 = 0,85
= 20110500 Nmm
Mn 20110500
As = fy x 0,9d = 400 x 0,9(84)
= 950,177 mm²
As x fy 950,17 x 400
a = 0,85 x fc x b = 0,85 x24,9 x 1000
= 17,95 mm
Mn 20110500
As Aktual = 𝑎 = 17,95
fy x (d - ) 400 x (84 - )
2 2
= 669,94 mm²
As 669,94
ρ aktual = =
bxd 1000 x 84
= 0,00797
ρ pakai = 0,00797
As pada pelat = ρ aktual x b x d
= 0,00797x 1000 x 84
= 669,48 mm²
Kesimpulan Tulangan Lapangan X
Lihat pada tabel kebutuhan besi ulir pada pelat = D10-1000
45
8.4. Perhitungan Balok SRPMM
1. Vu Tumpuan = 88.525 kN
2. Vu Lapangan = 88.525 kN
3. V2E = 119,233 kN
4. Vg = 88.525 kN
5. Tu = 50,1195 kN
Penampang Balok Induk 1 Dan Propertis Material Yang Digunakan
Tabel 8.2. Dimensi Balok Induk 1
Jenis Balok Dimensi Balok
lebar (b) tinggi (h) bentang (Ln)
B1 - 400 x 800
(mm) (mm) (mm)
Balok Induk 400 800 5000
46
Adapun Perencanaan Struktur Dilakukan Sebagai Berikut:
1. Gaya aksial tekan terfaktor
Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak boleh melebihi
= 0.1 x Ag x fc`
a. Gaya aksial ijin elemen struktur balok
320000
0.1 x Ag x fc' = 0,1 x x 24,9 = 796.8 kN
1000
f. Tulangan perlu
fc' Rn
As =0,85 x [ 1- √1-2 x ]x b x d
fy 0,85 x fc'
24,9' 1,1050
= 0,85 x [ 1- √1-2 x ] x 400 x 702 = 796,5640 mm
400 0,85 x 24,9
g. Tulangan minimum
√fc' 24,9
Asmin1 = 4 x fy x b x d = 4√𝑥 400 x 400 x 702 = 875,1195 mm²
1,4 1,4
Asmin2 = x b x d= 400 x 400 x 702 = 982,1 mm²
fy
h. Tulangan maksimum
β1 x 0.85 x fc`x b xd 600
Asmax = 0,75 x [ x 600+fy ]
fy
0,85 x 0.85 x 24,9 x 400 x 702 600
= 0,75 x [ x 600+400 ]
400
=5679,0722 mm²
i. Tulangan desain
As < Asmin < Asmax = 982,1 mm²
4 19 1134.11 1146.000
48
k. Jumlah tulangan dalam satu baris tulangan
(b – 2 x ts) (400 - 2 x52)
ntul.1baris = = = 8,7059 buah
db+stul 4 + 30
o. Momen nominal
Mn = As x fy x (d - a/2) = 1146 x 400 x ( 750,5 – 54,1459/2)/100000
= 331,6189 kNm
p. Mu < ǾMn
116,6 Kn < Ǿb x Mn
116,6 Kn < 0,9 x 331,6189 116,6 kN < 298,4570 kN
Memenuhi
49
e. Faktor tahanan momen
f. Tulangan perlu
fc' Rn
As =0,85 x [ 1- √1-2 x ]x b x d
fy 0,85 x fc'
24,9' 1,0878
= 0,85 x [ 1- √1-2 x ] x 400 x 697 = 778,1953 mm
400 0,85 x 24,9
g. Tulangan minimum
√fc' 24,9
Asmin1 = 4 x fy x b x d = 4√𝑥 400 x 400 x 697 = 868,882 mm²
1,4 1,4
Asmin2 = x b x d= 400 x 400 x 697 = 975,1 mm²
fy
h. Tulangan maksimum
β1 x 0.85 x fc`x b xd 600
Asmax = 0,75 x [ x 600+fy ]
fy
0,85 x 0.85 x 24,9 x 400 x 607 600
= 0,75 x [ x 600+400 ]
400
=5638,5941 mm²
i. Tulangan desain
As < Asmin < Asmax = 975,1mm²
50
l. Jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton
Diameter tulangan
d’ = ( ) +s tul + 10
2
22
= + 30 + 10 = 51 mm
2
o. Momen nominal
Mn = As x fy x (d - a/2) = 1160 x 400 x ( 749 – 54,8075/2)/100000
= 334,8207 kNm
p. Mu < ǾMn
116,6 Kn < Ǿb x Mn
190 Kn < 0,9 x 334,8207 190 kN < 3338601,Kn
Memenuhi
f. Tulangan perlu
51
fc' Rn
As =0,85 x [ 1- √1-2 x ]x b x d
fy 0,85 x fc'
24,9' 0,4704
= 0,85 x [ 1- √1-2 x ] x 400 x 701,5 = 333,7581
400 0,85 x 24,9
mm
g. Tulangan minimum
√fc' 24,9
Asmin1 = 4 x fy x b x d = 4√𝑥 400 x 400 x 701,5 = 875,1195 mm²
1,4 1,4
Asmin2 = x b x d= 400 x 400 x 702 = 982,1 mm²
fy
h. Tulangan maksimum
β1 x 0.85 x fc`x b xd 600
Asmax = 0,75 x [ x ]
fy 600+fy
0,85 x 0.85 x 24,9 x 400 x 702 600
= 0,75 x [ x 600+400 ]
400
=5679,0722 mm²
i. Tulangan desain
As < Asmin < Asmax = 982,1 mm²
52
m. Tinggi efektif penampang
d = h - d` = 800 – 49,5 = 750,5 mm
n. Tinggi daerah tekan
fy 400
a = As x 0.85 x fc`x b = 1146 x 0.85 x 24,9`x 400 = 54,1459 mm
o. Momen nominal
Mn = As x fy x (d - a/2) = 1146 x 400 x ( 750,5 – 54,1459/2)/100000
= 331,6189 kNm
p. Mu < ǾMn
83,3 Kn < Ǿb x Mn
83,3 Kn < 0,9 x 331,6189 116,6 kN < 298,4570 kN
Memenuhi
f. Tulangan perlu
fc' Rn
As =0,85 x [ 1- √1-2 x ]x b x d
fy 0,85 x fc'
53
24,9' 0,5911
= 0,85 x [ 1- √1-2 x ] x 400 x 701,5 = 420,6537
400 0,85 x 24,9
mm
g. Tulangan minimum
√fc' 24,9
Asmin1 = 4 x fy x b x d = 4√𝑥 400 x 400 x 701,5 = 875,1195 mm²
1,4 1,4
Asmin2 = x b x d= 400 x 400 x 701,5 = 982,1 mm²
fy
h. Tulangan maksimum]
0,85 x 0.85 x fc`x b xd 600
Asmax = 0,75 x [ x 600+fy ]
fy
0,85 x 0.85 x 24,9 x 400 x 702 600
= 0,75 x [ x 600+400 ]
400
=5679,0722 mm²
i. Tulangan desain
As < Asmin < Asmax = 982,1 mm²
4 19 1134.11 1146.000
54
fy 400
a = As x 0.85 x fc`x b = 1146 x 0.85 x 24,9`x 400 = 54,1459 mm
o. Momen nominal
Mn = As x fy x (d - a/2) = 1146 x 400 x ( 701 – 54,1459/2)/100000
= 308,9281 kNm
p. Mu < ǾMn
104,7 Kn < Ǿb x Mn
104,7 Kn < 0,9 x 308,9281 104,7 kN < 278,0353 kN
Memenuhi
= 66.941 kN.m
c. Ø Mn positif - negatif minimum di sepanjang bentang
(memenuhi persyaratan) = 308,9281 kN.m
b. mpr_kiri
67,6842
750,5− 2
1000000
(1.25 𝑥 1146 𝑥 400) x 0.85 x 24.9 x 400 = 415,662 kNm
mpr_kiri=mn_kanan
55
Momen nominal negative di tumpuan j :
1.25 x As x fy 1.25 x 1160 x 400
a. apr_kanan = = = 68.5093 mm
0.85 x fc' x b 0.85 x 24.9 x 400
b. mpr_kanan
68.5093
749− 2
1000000
(1.25 𝑥 1160 𝑥 400) x 0.85 x 24.9 x 400 = 414.552 mm
mpr_kanan = mn_kanan
56
8. Gaya Geser dan Torsi
57
a. Gaya geser ultimate daerah tumpuan (Vu_tump)= 88,525 Kn
b. Kebutuhan tulangan geser
Vs = (Vu/Ǿv-Vc) = (88,525/0,75 – 233,3652) =-115,3318 Kn
59
Tabel 8.8. Data Tulangan
Jenis Dimensi
Jumlah Avt/s spasi
Diameter Area
D 10 Kaki (mm2/mm) (mm)
(mm) (mm2)
(buah)
Sengkang 3 10 78.54 1.570796327 150
1 10 78.54 78.540
60
Ǿv [1/12 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
0,75 x [ 1/12 x √24,9 x (320000²/2400)] = 13,3066 Kn.m
Butuh tulangan torsi !!
e. Penampang tidak perlu diperbesar jika memenuhi persamaan berikut :
[(Vu/(b x d)) ² + (Tu x ph/(1.7 x Aoh2))2]1/2 < Ǿv(Vc/(b x d) + 2/3 x
√fc`)
[(Vu/(b x d)) ² + (Tu x ph/(1.7 x Aoh²))²]1/2
[(88,525/(400 x 701,5)) ² + (50,1195 x 2040/(1,7 x 220100²))²]1/2
= 0,00039
- Θ = 45
- Ǿv[1/3 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
= 0,75 x √24,9 x(320000²/2400)]/10000 =53,2266 Kn.m
Kategori desain torsi Kompatibilitas
Karena Tu < Ǿv[1/3 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
- Momen torsi yang digunakan dalam perencanaan (Tu) = 50.1195
- Kebutuhan tulangan transversal torsi
Tn = Tu/Ǿv = 50,1195/0,75 =66,826 Kn.m
Ao = 0.85 x Aoh =0,85 x 220100 =187085 mm²
At/s = Tn/(2 x A0 x fyv x cot θ)
= 66,826 x 1000000/(2 x 187085 x 400 x cot 45) = 0,5685
61
- Spasi maksimum tulangan geser di sepanjang bentang balok
d/2 = 701,5/2 =350,75 mm
Tabel 8.10. Data Tulangan
Jenis Dimensi
Jumlah Avt/s spasi
Diameter Area
D 10 Kaki (mm2/mm) (mm)
(mm) (mm2)
(buah)
Sengkang 3 10 78.54 1.178097245 200
Tipe Dimensi
0 10 78.54 78.540
62
Data Perencanaan Balok Induk 2
63
Data Perencanaan Balok Anak 2
64
Penampang kolom dan propertis material yang digunakan:
Tabel 8.8. Data dimensi Kolom 1
fc’ = 25 Mpa
fy = 400 Mpa
fyv = 400 Mpa
Øb = 0.9
Øv = 0.75
β1 = 0.85
tcov = 40 mm
stul = 25
Ag = lebar x tinggi = 550 x 550 = 302500 mm
Adapun perencanaan struktur dilakukan sebagai berikut :
1. Definisi kolom
Pu > 0.1 x Ag x fc’
Gaya aksial ijin elemen struktur kolom :
302500
0.1 x Ag x fc’ = 0.1 𝑥 𝑥 25 = 1406.25 kN (OK!)
1000
2. Konfigurasi Penulangan
Tabel 8.9. Penulangan Kolom 1 dari PCA Col
Tipe Dimensi
Jumlah Diameter
Luas (mm2)
D22 (buah) (mm)
4 28.6512 645.16
65
3. Cek perhitungan
Pu = 0.84*fc'*(Ag-As) + As*fy
(Pu − 0.85∗fc′ ∗Ag)
As = (fy−0.85∗fc′ )
Pu = 1100.29 kNm
(Pu − 0.85∗fc′ ∗Ag)
As = = 8456.33 mm2
(fy−0.85∗fc′ )
4. V2E = 514.349 kN
5. Vu = 514.349 kN
𝑉𝑢 514.349
6. Gaya geser rencana = Ǿ 𝑣 = = 685.799 kN
0.75
66
0.5 x Vc = 0.5 x 224.125 =217.18 kN
(perlu tulangan geser)
Tulangan geser minimum mencukupi jika V u/Ǿv < Vc + 1/3 b d
10. Vc + 1/3 x b x d = 224.125 + 1/3 x 550 x 550 / 1000
= 608.125 kN (bukan tulangan geser minimum)
11. Tulangan geser
1 1
𝑥𝑏 𝑥 550
3 3
Avmin/s = = = 0.625 mm2/mm
𝑓𝑦𝑣 400
Sengkang ikat pertama dipasang dengan spasi tidak boleh lebih daripada
0.5so = 75 mm
67
Sengkang ikat pada sembarang penampang kolom tidak boeh melebihi
2so 300 mm
Dimensi
Jenis jumlah
Jumlah kaki Diameter Av/s Spasi (mm)
Tulangan
(buah) (mm) (mm2) (buah)
D10 2 10 0.904401679 240 3
68
Tabel 8.11. Data Kolom 2
P M22 M33
M22
Kriteria P (kN) M33 (kN.m)
(kN.m)
P (MAX) -1212.997 -187.5989 -165.7896
M22 (MAKS) 13.17 215.9775 165.8383
M22 (MIN) -1094.032 -215.8212 -162.9375
M33 (MAKS) 15.68 111.6418 188.9571
M33 (MIN) -625.008 -157.2363 -188.059
Tipe Dimensi
Jumlah Diameter
As (mm2)
D22 (buah) (mm)
12 28.6512 7741.92
Dimensi
Jenis Spasi jumlah
Jumlah kaki Diameter Av/s
Tulangan (mm)
(buah) (mm) (mm2) (buah)
D10 2 10 0.632668776 225 3
69
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan
1. Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai
Tabel 9.1. Kesimpulan Tulangan Pelat Lantai
Arah Kebutuan Tulangan Kebutuhan Tulangan
Momen Tumpuan Lapangan
X D10-240 D10-140
Y D10-240 D10-100
Tulangan Atas
Tulangan Tulangan
Atas Atas
3 D 22 4 D 19 3 D 22
Tulangan Tulangan
Tulangan Torsi
Torsi Torsi
1 D 10 0 D 10 1 D 10
Tulangan Tulangan
Tulangan Bawah
Bawah Bawah
4 D 19 4 D 19 4 D 19
70
Tumpuan Lapangan Tumpuan
3 D 10 3 D 10 3 D 10
s 150 0 s 150
3 D 10 3 D 10 3 D 10
s 150 0 s 150
71
Tumpuan Lapangan Tumpuan
3 D 10 3 D 10 3 D 10
s 150 0 s 150
Tulangan Utama
12 D 28.6512
Lo = 1000 mm
Tulangan Sengkang
2 D 10 225
2000 mm L= 4000mm
Tulangan Sengkang
0 D 10 0
Lo = 1000 mm
Tulangan utama
2 D 10 225
72
Tulangan Utama
12 D 28.6512
Lo = 1000 mm
Tulangan Sengkang
2 D 10 225
2000 mm L= 4000mm
Tulangan Sengkang
0 D 0 0
Lo = 1000 mm
Tulangan utama
2 D 10 225
73
BAB X
DETAIL PENULANGAN
10.1. Pelat
10.2. Balok
10.3. Kolom
74