Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Didunia pekerjaan Teknik Sipil, pekerjaan pembangunan infrastruktur


merupakan upaya untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
dengan mewujudkan dalam bentuk fisik. Salah satu penunjang dari
pemenuhan kebutuhan infrastruktur adalah pembangunan Gedung Kuliah
Umum di Institut Teknologi Sumatera.

Gedung Kuliah Umum (GKU) merupakan gedung empat lantai yang


dibangun di Institut Teknologi Sumatera pada tahun 2018. Desain struktur
Gedung Kuliah Umum (GKU) merupakan salah satu bagian dari
keseluruhan proses perencanaan bangunan salah satunya perencanaan
arsitekturnya, struktur bawah dan struktur atasnya.

Perancangan desain setiap elemen dibutuhkan dalam mencapai bangunan


dengan tepat guna dan memiliki kekuatan yang efisien. Desain Tulangan
setiap elemen balok, kolom juga plat yang didapat berdasarkan momen,
gaya geser, seta perioda ultimit setiap elemen dari perencanaan juga harus
sesuai dengan nominalnya.

Desain umum yang merupakan peninjauan umum dari garis besar


keputusan-keputusan desain. Tipe struktur dipilih dari berbagai alternative
yang memungkinkan. Tata letak struktur, geometri atau bentuk bangunan,
jarak antar kolom, tinggi lantai dan material bangunan telah ditetapkan
dengan pasti pada tahap ini. Kedua proses ini saling terkait satu sama lain.

1
1.2. Tujuan

Tujuan dari mata kuliah Perencanaan Bangunan Struktur yaitu:


1. Untuk melengkapi syarat kelulusan, mata kuliah Perancangan
Bangunan Struktur
2. Merancang setiap elemen struktur beton Gedung Kuliah Umum Institut
Teknologi Sumatera menggunakan bantuan Software SAP2000
v.20.2.0.
3. Merencanakan Gedung Kuliah Umum Institut Teknologi Sumatera
dengan menggunakan Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM).

1.3. Ruang Lingkup

1. Perencanaan material struktur setiap elemen Gedung Kuliah Umum


Institut Teknologi Sumatera
2. Perencanaan dimensi setiap elemen sesuai dengan SNI 03-28472013
"Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung" pasal 21.3
3. Pembebanan menggunakan SNI 1727-2013 Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain juga PPPURG-1987
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.
4. Beban Non linear yang diguanakan adalah Respon Spektra dari laman
puskim.pu.go.id sesuai dengan SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung
sampai 2 kali skala gempa.
5. Perencanaan elemenelemen struktur SRPMM sesuai SNI 03-2847-2002
6. Software yang digunakan adalah SAP2000 v.20.2.0

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum

2.1.1. Struktur Beton Bertulang

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain,
agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa campuran tambahan
yang membentuk massa padat (SK SNI T-15-1991-03). Campuran ini akan
membentuk batu tiruan yang kekuatannya bervariasi bergantung pada
campuran yang direncanakan.

Beton bertulang itu sendiri adalah penggabungan dari dua buah bahan yaitu:
beton dan baja (tulangan) yang dalam perencanaannya harus mengacu pada
standar yang ada di Indonesia SNI 2847-2013 tentang Persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung. Keunggulan dari bahan beton adalah
material yang kuat menahan tekan, sedangkan baja (tulangan) merupakan
material yang sangat baik untuk menahan tarik dan geser. Penggabungan
kedua material ini diharapkan mampu menahan gaya tarik, gaya tekan dan
gaya geser sehingga suatu struktur bangunan tetap kuat dan aman.
Penggunaan beton bertulang pada struktur gedung meliputi : fondasi, balok,
kolom, pelat, dinding shearwall.

3
2.1.2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)

Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) adalah jenis struktur


yang dipakai untuk memikul gaya-gaya akibat gempa didaerah dengan
resiko rawan gempa menengah (wilayah gempa 3 dan 4) dalam perencanaan
bangunan tahan gempa. Sistem Rangka Pemikul Momen merupakan sistem
yang menahan efek dari gempa yang akan terjadi. Maka pendetailan
moderat atau menengah perlu direncanakan pada struktur gedung ini yang
disesuaikan dengan SNI 03-2847-2002

Ketentuan-ketentuan untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah


(SRPMM)
 Penulangan komponen SRPMM harus memenuhi ketentuan-ketentuan
detailing balok SRPMM bila beban aksial tekan terfaktor pada
komponen struktur tidak melebihi (Ag fc’/10 ).
 Bila beban aksial tekan terfaktor pada komponen struktur melebihi (Ag
fc’/10 ).maka ketentuan kolom SRPMM harus dipenuhi kecuali bila
dipasang tulangan spiral minimum.
 Bila konstruksi pelat dua arah tanpa balok digunakan sebagai bagian
dari sistem rangka pemikul beban lateral, maka detail penulangannya
harus memenuhi ketentutan detailing pelat SRPMM.

Kuat Geser Rencana untuk SRPMM


Kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruksi pelat dua arah yang
memikul beban gempa tidak boleh kurang daripada:
 Jumlah gaya lintang akibat termobilisasinya kuat lentur nominal
komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan gaya
lintang akibat beban gravitasi terfaktor (lihat slide berikut), atau
 Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana
termasuk pengaruh beban gempa, E, dimana nilai E diambil sebesar dua
kali nilai yang ditentukan dalam peraturan perencanaan tahan gempa.

4
Gambar 2.1. Gaya Lintang Rencana untuk SRPMM
Sumber : SNI 03-2847-2002

2.2. Balok SRPMM

Tulangan Lentur:
 Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus ≥ sepertiga kuat lentur
negatifnya.
 Kuat lentur negatif dan positif pada setiap irisan penampang di
sepanjang bentang harus ≥ seperlima kuat lentur yang terbesar yang
disediakan pada kedua ujung balok tersebut.
Tulangan Sengkang:
 Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua
kali tinggi komponen struktur dari muka perletakan. Sengkang pertama
harus dipasang pada jarak ≤ 50 mm dari muka perletakan. Spasi
maksimum sengkang tidak boleh melebihi:
a. d/4,
b. Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil,
5
c. 24 kali diameter sengkang, dan
d. 300 mm.
 Sengkang harus dipasang di sepanjang bentang balok dengan spasi ≤
d/2.

2.3. Kolom SRPMM

 Spasi maksimum, s0, sengkang ikat yang dipasang sepanjang lo dari


muka hubungan balok-kolom tidak boleh melebihi:
a. Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil,
b. 24 kali diameter sengkang ikat,
c. Setengah dimensi penampang terkecil kolom, dan
d. 300 mm.
 Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak ≤ 0,5 s0 dari muka
hubungan balok-kolom.
 Tulangan sengkang pada hubungan balok-kolom harus memenuhi
syarat tulangan geser minimum.
 Spasi sengkang ikat pada sebarang penampang kolom tidak boleh
melebihi 2 s0.
 Panjang lo harus ≥ nilai terbesar berikut ini:
 Seperenam tinggi bersih kolom, – Dimensi terbesar penampang kolom,
dan – 500 mm.

6
2.4. Pelat Dua Arah Tanpa Balok pada SRPMM

 Momen pelat terfaktor pada tumpuan akibat beban gempa harus


ditentukan untuk kombinasi beban gempa. Semua tulangan yang
disediakan untuk memikul Ms, yaitu bagian dari momen pelat yang
diimbangi oleh momen tumpuan, harus dipasang pada lajur kolom
 Bagian momen Ms yang disalurkan sbg lentur harus dipikul oleh
tulangan yang dipasang pada daerah lebar efektif selebar C2+3h (lihat
Gambar 2.2 ).
 Paling sedikit setengah jumlah tulangan lajur kolom di tumpuan
diletakkan di dalam daerah lebar efektif pelat selebar C2+3h.

Gambar 2.2. Lokasi Tulangan pada Konstruksi Pelat Dua Arah


Sumber : SNI 03-2847-2002

 Paling sedikit seperempat dari seluruh jumlah tulangan atas lajur kolom
di daerah tumpuan harus dipasang menerus di keseluruhan panjang
bentang.
 Jumlah tulangan bawah yang menerus pada lajur kolom harus ≥
sepertiga jumlah tulangan atas lajur kolom di daerah tumpuan.
 Paling sedikit setengah dari seluruh tulangan bawah di tengah bentang
harus diteruskan dan diangkur hingga mampu mengembangkan kuat
lelehnya pada muka tumpuan.
 Pada tepi pelat yang tidak menerus, semua tulangan atas dan bawah
pada daerah tumpuan harus dipasang sedemikian hingga mampu
mengembangkan kuat lelehnya pada muka tumpuan.

7
Gambar 2.3. Pengaturan Tulangan Pelat
Sumber : SNI 03-2847-2002

2.5. Persyaratan Umum Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung


Berdasarkan SNI 1726-2012

2.5.1. Gempa Rencana

Sesuai dengan SNI 1726-2012 terkait dengan gempa rencana yang pengaruhnya
harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung dan
nongedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana
ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarnya selama umur
struktur bangunan 50 tahun adalah 2 %.

8
2.5.2.Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban
Gempa.
Berdasarkan SNI 1726-2012 suatu beban gempa rencana harus dikalikan
dengan suatu faktor keutamaan gempa Ie (Tabel 2.2) sesuai dengan Tabel
2.1 kategori risiko bangunan gedung.
Tabel 2.1 kategori risiko bangunan gedung.

Tabel 2.2. Faktor Keutamaan Gempa

9
2.5.3. Sistem Struktur Penahan Beban Gempa

Berdasarkan SNI 1726-2012, sistem penahan-gaya gempa yang berbeda


diizinkan untuk digunakan, untuk menahan gaya gempa di masing-masing
arah kedua sumbu ortogonal struktur. Bila sistem yang berbeda digunakan,
masing-masing nilai R, Cd, dan Ωo harus dikenakan pada setiap sistem,
termasuk batasan sistem struktur yang termuat dalam Tabel 2.3 :
Tabel 2.3. Faktor R,Cd, dan Ωo untuk Sistem Penahan Gaya Gempa.

Catatan : TB : Tidak dibatasi; TI : Tidak diizinkan.

10
BAB III
DESAIN PARAMETER

3.1. Spesifikasi Teknis Struktur Bangunan


1. Mutu beton menggunakan fc’ 24,9 MPa.
2. Tipe semen menggunakan Portland Cement “Spesification For Portland
Cement” (ASTM C150).
3. Agregat yang digunakan memenuhi persyaratan “Spesification for
Concrete Agregate” (ASTM C 33).
4. Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi Standar Industri
Indonesia (SII) dan “Specification for Deformed and Plain Billet Steel
Bars for Concrete Reinforcement” (ASTM A 615). Tulangan yang
digunakan memiliki mutu fy 390 MPa dengan notasi D merupakan baja
tipe ulir.
5. Penggunaan admixture harus mendapatkan persetujuan dari konsultan,
penggunaan Fly-ash atau pozzolan lainnya harus memenuhi
persyaratan “Specification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural
Pozzolan for use as a Mineral Admixture in Portland Cement
Concrete” (ASTM C 618). Untuk elemen struktur beton maximum fly
ash content adalah 15%.
6. Minimum Cement Content adalah 320 kg/m3 untuk struktur bawah yang
bersentuhan langsung dengan tanah (pilecap, tie-beam, pelat besmen, dan
dinding besmen) dan 300 kg/m3 untuk struktur atas.
7. Maksimum Water Cement Ratio untuk beton yang dipergunakan untuk
pilecap adalah 0.45 sedangkan untuk struktur atas adalah 0.53.
8. Selimut beton untuk beton struktur bawah minimum 50 mm net di
samping adanya 50 mm lantai kerja. Selimut beton untuk struktur atas
adalah sebagai berikut:
1. Kolom = 40 mm
2. Balok = 40 mm
3. Pelat = 35 mm
11
9. Menjaga kadar air dalam beton prosedur perawatan beton (curing)
berikut harus segera dilakukan setelah beton dicor:
1. Berikan curing compound yang memenuhi syarat ASTM C 309 untuk
seluruh elemen vertikal (kolom, wall, tepi balok) dan seluruh elemen
horizontal (tepi bawah pelat dan balok). Tepi atas pelat harus dirawat
dengan dilembabkan terus menerus selama 7 hari.
2. Perlindungan terhadap tumbukan mekanis, selain curing compound
(minimal 2 minggu untuk bagian beton) yang diwaterproofing secara
crystaline barrier), beton harus dilindungi terhadap gangguan mekanis
seperti timbunan material yang berat, tertumbuk material keras,
vibrasi berlebihan dan goresan-goresan besar. Struktur tidak boleh
dibebani sehingga mengalami overstress.

3.2. Peraturan yang digunakan adalah:

1. SNI 1727-2013 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung


dan Struktur Lain.
2. SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung.
3. SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
4. PPPURG-1987 Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung.

12
3.3. Deskripsi Bangunan

Gedung Kuliah Umum (GKU) merupakan gedung empat lantai yang


dibangun di Institut Teknologi Sumatera pada tahun 2018. Desain struktur
Gedung Kuliah Umum (GKU) merupakan salah satu bagian dari
keseluruhan proses perencanaan bangunan salah satunya perencanaan
arsitekturnya, struktur bawah dan struktur atasnya.
Bangunan ini memiliki empat lantai sebagai berikut :

Gambar 3.1. Tampak X dan Y Gedung GKU


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

Gambar 3.2 tampak Y dan Z Gedung GKU


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

13
Gambar 3.3. Tampak X dan Z Gedung
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

3.3.1. Fungsi Bangunan

Bangunan yang memiliki empat lantai ini berfungsi sebagai tempat


perkuliahan, aula, dan ruang pertemuan mahasiswa Institut Teknologi
Sumatera. Tempat perkuliahan berada pada lantai satu, dua dan tiga
sedangkan aula dan ruang pertemuan berada di lantai empat.

3.3.2. Denah Bangunan

a. Denah Lantai Satu

Gambar 1.4. Denah Lantai 1


Sunber : Dokumen ITERA

14
b. Denah Lantai Dua

Gambar 1.5. Denah Lantai 2


Sunber : Dokumen ITERA
c. Denah Lantai Tiga

Gambar 1.6. Denah Lantai 3


Sunber : Dokumen ITERA
d. Denah Lantai empat

Gambar 1.7. Denah Lantai 4


Sunber : Dokumen ITERA
e. Denah Lantai Atap

Gambar 1.8. Denah Lantai Atap


Sunber : Dokumen ITERA

15
3.4. Karakteristik Tanah

3.4.1. Kriteria Lingkungan


Bangunan inimerupakan bangunan untuk fasilitas Pendidikan yang
dibangun di lahan Institut Teknologi Sumatera yang merupakan daerah
pertanian. Daerah pembangunan ini merupakan tanah berpasir yang sedikit
tandus.

3.4.2.Kriteria Seismik
Karakteristik seismic yang digunakan adalah respon spektrum yang
diperoleh dari SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung dan website
puskim.pu.go.id.

3.5. Material

Bahan yang digunakan memiliki kriteria sebagai berikut:


a. Tipe = Beton
b. Berat Jenis = 2400 Kg/m3
c. Fc’ = 24,9 MPa
d. u = 0.2
e. E = 4700√Fc' MPa
Serta tulangan (rebar) dengan kriteria sebagai berikut:
a. Tipe = Baja
b. Berat Jenis = 7850 Kg/m3
c. Fy = 400 MPa
d. Fu = 545 MPa
e. Fye = 600 MPa
f. Fue = 817,5 MPa

16
g. u = 0.3
h. E = 200000 Mpa

3.6. Software yang digunakan

Perencanaan suatu struktur harus memenuhi standar nasional yang diatur


dalam SNI-2847-2013 mengenai persyaratan beton struktural untuk
bangunan gedung, meliputi balok, kolom, dan peraturan mengenai
tulangan, spasi tulangan, dll. Selain itu, peraturan yang perlu dipenuhi
yaitu SNI 1727-2013 mengenai beban untuk perencanaan perencanaan
bengunan atau struktur lain, serta PPUPRG 1983 untuk beban yang tidak
tercantum dalam SNI 1727:2013. Aplikasi yang digunakan ialah SAP2000
v.20.2. Untuk membantu perhitungan yang digunakan Software microsoft
Excel.

3.7. Satuan yang digunakan

Satuan yang digunakan pada proses perencanaan struktur bangunan Gedung


Kuliah Umum adalah
1. Fc’ = MPa
2. Fy = MPa
3. Momen = kN.m
4. Panjang =m
5. Gaya Aksial = kN
6. Torsi = kN.m
6. Gaya Aksial Pondasi = ton
7. Gaya Geser = kN.m
8. E concrete = MPa
9. E steel = MPa

17
BAB IV
PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN

4.1. PRELIMINARY DESAIN

Gambaran umum pada struktur bangunan yang dibuat adalah :


 Bentang arah X = 8000 mm.
 Bentang arah Y = 10000 mm.
 Balok Tengah Bentang arah Y = 4000 mm
 Lantai 1 ke lantai 2 = 4000 mm
 Lantai 2 ke lantai 3 = 4000 mm
 Lantai 3 ke lantai 4 = 4000 mm
Spesifikasi material yang digunakan ialah sebagai berikut :
 Fc’ Beton = 24,9 Mpa
 Modulus elastisitas beton = 4700 √𝑓𝑐′
 Fy baja = 400 Mpa
 Es = 200000 Mpa
Setelah itu dihitung preliminary desain pada struktur untuk mendesain awal
ukuran balok, pelat dan kolom pada suatu system bangunan.

4.1.1. Dimensi Pelat

Pelat lantai yang didesain menggunakan sistem pelat dua arah karena
menurut SNI 2847- 2013 panjang Lx/Ly < 2 menggunakan pelat dua arah. Pelat
akan meerima beban sesuai dengan SNI 1727-2013 PPIUG-1983 menggunakan
metode envelope. Dimensi pelat lantai menggunakan tebal 0.12 m. Pelat ini
diguanakan pada semua lantai (homogen).

18
4.1.2. Dimensi Balok
Balok Induk
1. Balok Induk 1
Panjang bentang dari balok telah ditentukan sebelumnya yaitu 5000
mm. Sesuai dengan aturan yang berlaku, tinggi balok ini mengikuti
𝐿
rumus ℎ = dan ditentukan lebar balok. Lebar balok mengikuti aturan
12

𝑏= dengan pembulatan ke atas dengan kelipatan 50 mm. didapatkan
2

hasil h=420 mm dan b=210 mm.


2. Balok Induk 2
Panjang bentang dari balok telah ditentukan sebelumnya yaitu 5000
mm. Sesuai dengan aturan yang berlaku, tinggi balok ini mengikuti
𝐿
rumus ℎ = dan ditentukan lebar balok. Lebar balok mengikuti aturan
12

𝑏 = 2 dengan pembulatan ke atas dengan kelipatan 50 mm. didapatkan

hasil h=420 mm dan b=210 mm.


Balok Anak
1. Balok Anak 1
Panjang bentang dari balok telah ditentukan sebelumnya yaitu 5000
mm. Sesuai dengan aturan yang berlaku, tinggi balok ini mengikuti
𝐿
rumus ℎ = dan ditentukan lebar balok. Lebar balok mengikuti aturan
16

𝑏 = 2 dengan pembulatan ke atas dengan kelipatan 50 mm. didapatkan

hasil h=320 mm dan b=160 mm.


2. Balok Anak 2
Panjang bentang dari balok telah ditentukan sebelumnya yaitu 5000
mm. Sesuai dengan aturan yang berlaku, tinggi balok ini mengikuti
𝐿
rumus ℎ = 16. dan ditentukan lebar balok. Lebar balok mengikuti aturan

𝑏 = 2 dengan pembulatan ke atas dengan kelipatan 50 mm. didapatkan

hasil yaitu h=320 dan b=160 mm.

19
4.1.3. Kolom

Pada preliminary desain kolom mempunyai 2 tipe yaitu tipe 1 berdimensi


550 x 550 mm dan tipe 2 berdimensi 400 x 400 mm. Dimensi diambil sesuai
dengan asumsi yang akan di masukan ke SAP2000 v.20.2.0

4.2. Input Pemodelan


Pemodelan dimulai dengan melakukan pendefisian terhadap material dan
penampang yang digunakan berdasarkan gambaran umum yang telah
dijabarkan pada bab 4.1 setelah itu, setiap komponen struktur Digambar
kedalam SAP 2000. Gambar pemodelan struktur di SAP 2000 v.20.2 dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.1. Pemodelan GKU dengan SAP 2000 v.20.2


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
1. Tahap awal dalam pemodelan pada SAP 2000 adalah membuat grid,
grid yang digunakan adalah koordinat kertasian, yaitu X, Y, dan Z.
2. Inputkan data-data denah kemudian pilih ok.
a. Jumlah titik koordinat (Number of Grid Lines)
b. Jarak antara titik koordinat (Grid Spacing)

20
3. Sesuaikan grid dengan gambar

Gambar 4.2. Detail Grid.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

4. Tampilan grid yang sudah di sesuaikan dengan gambar.

Gambar 4.3. Tampilan Grid.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

5. Mendefinisikan material yang digunakan:

21
Material yang digunakan adalah baja dan beton:

Gambar 4.4. Material yang Digunakan.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
6. Mendefinisikan elemen struktur:
Define > Section Properties > Frame Section dan Area Section
digunakan untuk mendefinisikan dimensi material preliminary desain
Tabel 3.1. Frame Section Properties.
No Nama Kode Bahan Dimensi (mm)
1 B.Induk Y BI 1 Beton 420 x 210
2 B.Induk X BI 2 Beton 420 x 210
3 B Anak Y BA 1 Beton 320 x 160
4 B Anak X BA 2 Beton 320 x 160
5 Kolom 1 K1 Beton 550 x 550
6 Kolom 2 K2 Beton 400 x 400

22
Gambar 4.5. Frame Properties.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

7. Mendefinisikan Area Section Sebagai Pelat

Gambar 4.6 Area Section.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

23
8. Mendefinisikan massa
Define > Mass Source

Gambar 4.7 Mass Source.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

Massa yang digunakan adalah 30% dari beban hidup dan 100%
untuk beban mati.

Gambar 4.8. Detail Mass Source.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

24
9. Mendefinisikan Fuctions untuk Response Spectrum
Define > Functions > Response Spectrum
Menggunakan IBC 2006 dengan menginput nilai SS dan S1 yang
diperoleh dari website puskim dengan memasukan koordinat titik
bangunan
𝑆𝑆 = 0.718
𝑆1 = 0.311
𝐿𝑜𝑛𝑔 − 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = 12
𝑆𝑖𝑡𝑒 𝐶𝑙𝑎𝑠𝑠 = 𝐷
𝐹𝑢𝑛𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐷𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 5%
𝐹𝑎 = 1.226
𝐹𝑣 = 1.779
2
𝑆𝐷𝑠 = ( ) 𝑥 𝐹𝑎 𝑥 𝑆𝑠 = 0.587
3
2
𝑆𝐷1 = ( ) 𝑥 𝐹𝑣 𝑥 𝑆1 = 0.3688
3
Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 4.9. Detail Response Spectrum.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

25
10. Menggambar elemen struktur pada grid sesuai dengan denah dan
gambar yang ada.
Draw > Draw Frame/Cable/Tendon
Menggambar frame dengan menyesuaikan dengan frame section yang
akan digunakan pada gambar, dapat juga menggunakan replicate
untuk mempermudah pekerjaan.

Gambar 4.10. Frame pada Gedung SAP2000 v.20.2.0


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
Perletakkan jepit dengan cara Assign > Join > Restraints > Fixed

11. Kemudian Draw Area Section


Draw > Poly Area
Assign area ini pada bagian balok secara satu persatu, proses ini
dilakukan untuk setiap lantai kecuali lantai 1.

26
Gambar 4.11. Area Section.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

12. Pendefinisian beban yang akan digunakan


Define > Load Patterns

Gambar 4.12. Load Patterns.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

Define > Load Case


Load case digunakan untuk mendefinsikan beban respons spectrum
kedalam pembebanan Gedung.

27
Gambar 4.13. Load Cases.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
13. Mendefinisikan Diaphragm
Define >Diaphragm Constraints

Gambar 4.14.. Diaphragm Constraints


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

14. Memasukan Kombinasi yang akan dibahas di bab selanjutnya


15. Memasukan Beban yang akan dibahas di bab selanjutnya
16. Running Analysis

28
Gambar 4.15. Analysis.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

Setelah proses selesai, kemudian cek struktur dengan cara


Design > Steel Frame Design > Start Design/Check of Structure (Shift +
F5), pilih View/Revise Preference yaitu ACI318-14 dengan nilai default.

Gambar 4.16. Revise Reference.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

29
Setelah prosesk cek selesai, cek struktur aman atau tidak dengan melihat
rasio yang ada, jika tidak aman (merah) ganti dimensi penampang
kemudian run kembali. Lakukan proses ini sampai struktur aman.
Kemudian tampilkan gaya perletakkan dengan melihat tabel gaya pada
joint reaction, Display > Show Tables > Joint Output > Reaction.

Gambar 4.17. Show Table Joint Reaction.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

Gunakan gaya pada output SAP2000 v.20.2.0 untuk menghitung


kebutuhan tulangan setiap elemen
17. Cek Base Reaction dalam pemodelan dengan membandingkan EX Statik
dengan EX Dinamik begitu juga dengan EY Statik dengan EY Dinamik
hitung perbesaran skala faktor yang digunakan untuk beban dinamik dalam
pemodelan.

30
Gambar 4.18. EX Statik dan EX Dinamik.
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

Gambar 4.19. EY Statik dan EY Dinamik.


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

𝐸𝑋 𝑆𝑡𝑎𝑡
Perhitungan dilakukan degan melihat 0,85 𝑥 ( 𝐸𝑋 𝐷𝑖𝑛 ) 𝑥 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟

dengan hasil sebagai berikut:


𝐸𝑋 𝑆𝑡𝑎𝑡
𝐸𝑋 𝐷𝑖𝑛 = 0,85 𝑥 ( ) 𝑥 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝐸𝑋 𝐷𝑖𝑛
1638343.74
𝐸𝑋 𝐷𝑖𝑛 = 0,85 𝑥 ( ) 𝑥 2.943
2478841.44
𝐸𝑋 𝐷𝑖𝑛 = 1,94355
𝐸𝑌 𝑆𝑡𝑎𝑡
𝐸𝑌 𝐷𝑖𝑛 = 0,85 𝑥 ( ) 𝑥 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝐸𝑌 𝐷𝑖𝑛
1603486.7
𝐸𝑌 𝐷𝑖𝑛 = 0,85 𝑥 ( ) 𝑥 1,839
2478841.44
𝐸𝑋 𝐷𝑖𝑛 = 1,94355
Hasil perhitungan diatas digunakan untuk skala faktor untuk masing-masing
beban dinamik.

31
Gambar 4.20. Detail EX Din
Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0

Gambar 4.21. Detail EY Din


Sunber : Hasil SAP 2000 v.20.2.0
18. Kemudian run kembali pemodelan untuk mendapatkan data yang
diperlukan.

32
BAB V
PEMBEBANAN

5.1. Definisi Beban

Beban pada struktur bangunan merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam perencanaan sebuah gedung. Kesalahan dalam perencanaan beban
atau penerapan beban pada perhitungan akan mengakibatkan kesalahan
yang fatal pada hasil desain bangunan tersebut. Untuk itu sangat penting
bagi kita untuk merencanakan pembebanan pada struktur bangunan dengan
sangat teliti agar bangunan yang didesain tersebut nantinya akan aman pada
saat dibangun dan digunakan.

5.2. Deskripsi Pembebanan

Dalam merencanakan suatu struktur bangunan tidak akan terlepas dari


beban- beban yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Agar struktur
bangunan tersebut aman secara konstruksi maka struktur bangunan tesebut
haruslah memenuhi peraturan - peraturan pembebanan yang berlaku.
Struktur bangunan pada Gedung Kuliah Umum (GKU) 4 Lantai yang
direncanakan harus mampu menahan beban hidup, beban mati, beban angin
serta beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan tersebut.

5.2.1. Beban Mati

Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak

33
terpisahkan dari gedung itu. Beban-beban struktur yang dipakai dalam
perencanaan pada Gedung Kuliah Umum (GKU) 4 Lantai sebagai berikut :

1. Berat Sendiri
Berat sendiri komponen struktur dipengaruhi oleh ρ (massa jenis) dari
material penyusunnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian
material bangunan, digunakan material beton bertulang dengan massa

jenis sebesar 2400 kg/m3.

2. Super Imposed Dead Load

Super Imposed Dead Load (SIDL) adalah beban-beban tambahan yang


selalu berada pada struktur yang ikut memberikan tambahan beban
kepada keseluruhan struktur. Yang dapat digolongkan ke dalam SIDL
adalah beban partisi/tembok, finishing, ducting, lighting, ceiling dan
MEP (Mechanical, Electrical, and Plumbing), kursi, meja dan
perangkat-perangkat lainnya. Untuk perencanaan pada Gedung Kuliah
Umum (GKU) 4 Lantai ini, beban SIDL yang diaplikasikan
dikategorikan seperti berikut ini :

Tabel 5.1. Super Imposed Dead Load

SIDL
Plaster 21 Kg/m2
Keramik 24 Kg/m2
MEP 5 Kg/m2
Langit – langit 11 Kg/m2
Penggantung 7 Kg/m2

5.2.2. Beban Hidup

Beban hidup (Live Load) ialah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin
34
serta peralatan yang merupakan bagian yang terpisahkan dari gedung dan
dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan
perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap,
beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air.

Pada Gedung Kuliah Umum (GKU) 4 Lantai ini, beban hidup yang
direncanakan umumnya berasal dari beban manusia yang beraktivitas di
dalam gedung tersebut. Beban hidup yang diaplikasikan pada Gedung
Kuliah Umum (GKU) 4 Lantai ini sesuai dengan rangkuman adalah SNI
1727 : 2013 beban hidup aula sebesar 4,79 Kn/m².

5.2.3. Beban Angin


Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Salah satu faktor
penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan isapan pada bangunan
pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan angin
berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana
biasanya didasarkan untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin
akan semakin tinggi dengan ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan
rencana juga demikian. Selain itu perlu juga diperhatikan apakah bangunan
itu terletak di perkotaan atau di pedesaan. Seandainya kecepatan angin telah
diketahui, tekanan angin yang bekerja pada bagunan dapat ditentukan dan
dinyatakan dalam gaya statis ekuivalen. Pola pergerakan angin yang
sebenarnya di sekitar bangunan sangat rumit, tetapi konfigurasinya telah
banyak dipelajari serta ditabelkan. Karena untuk suatu bangunan, angin
menyebabkan tekanan maupun hisapan, maka ada koefisien khusus untuk
tekanan dan hisapan angin yang ditabelkan untuk berbagai lokasi pada
bangunan. Beban angin yang dipakai pada perencanaan Gedung Kuliah
Umum (GKU) 4 Lantai ini sebesar 40 kg/m².

35
5.2.4. Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban static ekwivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah
akibat gempa itu. Kriteria desain untuk struktur bangunan tahan gempa
mensyaratkan bahwa bangunan harus didesain agar mampu menahan
beban gempa sesuai dengan SNI 03 - 1726 - 2012. Akibat pengaruh
gempa rencana tersebut, struktur bangunan secara keseluruhan harus masih
dapat berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
besarnya gaya gempa yang diterima struktur bangunan pada dasarnya
dipengaruhi oleh karakteristik gempa yang terjadi, karakteristik tanah
tempat bangunan berada, dan karakteristik struktur bangunan. Gedung
Kuliah Umum (GKU) yang direncanakan terletak di Lampung dengan jenis
tanah sedang (tipe D).
Respon spektra adalah respon maksimum suatu struktur degree of freedom
(SDOF), akibat pengaruh suatu sumber getaran gempa yang sama.
Perencanaan struktur bangunan tahan gempa bertujuan untuk mencegah
terjadinya keruntuhan struktur yang dapat berakibat fatal pada saat terjadi
gempa. Respon spektra yang digunakan dalam perencanaan Gedung Kuliah
Umum (GKU) 4 Lantai ini sebagai berikut :

Tabel 5.2 Respon Spektra


Respon Spektra
Ss 0.718
S1 0.311
Fa 1.2264
Fv 1.779
SD1 0.5870368
SDs 0.368846
0.9-0.2SDs 0.8262308
1.2+0.2SDs 1.2737692

36
BAB VI
KOMBINASI PEMBEBANAN

6.1. Kombinasi Beban

Dalam perencanaan struktur, beban harus dikombinasikan dengan faktor -


faktor tertentu sehingga mandapatkan evelope dari seluruh beban yang
menghasilkan bebabn ultimate sebagai dasar perencaan. Kombinasi beban
terfaktor diatur dalam SNI-1727-2013 pasal 2.3.2 yaitu ebagai berikut :
1.4 DL 0.9 DL + WLy-
1.2 Dl + 1.6 LL + 0.5 LLr (0.9-0.25SDs) DL + (1EQx+ + 0.3 EQy+)
1.2 DL + 1.6 LLr + 0.5 LL (0.9-0.25SDs) DL + (1EQx+ + 0.3 EQy-)
1.2 Dl + 1.6 LLr + 0.5 Wlx+ (0.9-0.25SDs) DL + (1EQx- + 0.3 EQy+)
1.2 Dl + 1.6 LLr + 0.5 Wlx- (0.9-0.25SDs) DL + (1EQx- + 0.3 EQy-)
1.2 Dl + 1.6 LLr + 0.5 Wly+ (0.9-0.25SDs) DL + (1EQy+ + 0.3 EQx+)
1.2 Dl + 1.6 LLr + 0.5 Wly (0.9-0.25SDs) DL + (1EQy+ + 0.3 EQx-)
1.2 DL + 0.5 LL + 0.5 LLr +1 Wlx+ (0.9-0.25SDs) DL + (1EQy- + 0.3 EQx+)
1.2 DL + 0.5 LL + 0.5 LLr +1 Wly+ (0.9-0.25SDs) DL + (1EQy- + 0.3 EQx-)
1.2 DL + 0.5 LL + 0.5 LLr +1 Wlx- DL+LL+LLr
1.2 DL + 0.5 LL + 0.5 LLr +1 Wly- DL+ WLx+
(1.2 + 0.2SDs) DL + (1EQx+ + 0.3 EQy+) DL+ WLy+
(1.2 + 0.2SDs) DL + (1EQx+ + 0.3 EQy-) DL+ WLx-
(1.2 + 0.2SDs) DL + (1EQx- + 0.3 EQy+) DL+ WLy-
(1.2 + 0.2SDs) DL + (1EQx- + 0.3 EQy-) DL+0.75LL+ 0.525 (1EQx+ + 0.3 EQy+)
(1.2 + 0.2SDs) DL + (1EQy+ + 0.3 EQx+) DL+0.75LL+ 0.525 (1EQx+ + 0.3 EQy-)
(1.2 + 0.2SDs) DL + (1EQy+ + 0.3 EQx-) DL+0.75LL+ 0.525 (1EQx- + 0.3 EQy+)
(1.2 + 0.2SDs) DL + (1EQy- + 0.3 EQx+) DL+0.75LL+ 0.525 (1EQx- + 0.3 EQy-)
(1.2 + 0.2SDs) DL + (1EQy- + 0.3 EQx-) DL+0.75LL+ 0.525 (1EQy+ + 0.3 EQx+)
0.9 DL + WLx+ DL+0.75LL+ 0.525 (1EQy+ + 0.3 EQx-)
0.9 DL + WLy+ DL+0.75LL+ 0.525 (1EQy- + 0.3 EQx+)
0.9 DL + WLx- DL+0.75LL+ 0.525 (1EQy- + 0.3 EQx-)

37
Dalam merencanakan pondasi menggunakan metode Allowable Stress
Design (ASD) atau dapat juga menggunakan metode Load Resistant Factor
Design (LRFD) dengan referensi FEMA 750 dan 751. Pada ASCE 7-10
chapter 2 diterangkan mengenai kombinasi pembebanan dasar, yaitu untuk
pembebanan nominal (LRFD) adalah:
1. 1,4DL
2. 1,2DL +1,2 SIDL +1,6 LL+0,5 (Lr atau H)
3. 1,2DL +1,2SIDL +1,6 (Lr atau H) + LL
4. 1,2DL +1,2SIDL +LL+ W+0,5(Lr atau H)
5. 1,2DL +1,2SIDL +E +LL
6. 0,9DL + W
7. 0,9DL + E
Sementara untuk beban ASD adalah:
1. DL
2. DL + LL
3. DL + (Lr or S or R)
4. DL + 0,75LL + 0,75 (Lr or S or R)
5. DL + (0,6W or 0,7E)
6. DL + 0,75LL + 0,75(0,6W) + 0,75(Lr or S or R)
7. DL + 0,75LL + 0,75(0,7E) + 0,75S
8. 0,6DL + 0,6W
9. 0,6DL + 0,7E

38
BAB VII
KRITERIA DEFLEKSI

Defleksi merupakan perubahan batang atau member dalam arah Y akibat


pembebanan vertical yang diberikan. Dengan ini batang akan mengalami
pembebanan tranversal baik itu beban terpusat ataupun merata. Sebuah Gedung
harus dapat mempertahankan bentuknya akibat gaya yang diberikan begitu juga
kekuatan karakteristik deformasi bangunan haruslah kecil. Hal-hal yang
mempengaruhi defleksi adalah:
1. Kekakuan Batang
Semakin kaku batang maka lendutan yang terjadi akan semakin kecil.
2. Besar dan Kecilnya Gaya yang Diberikan
Gaya yang diberikan berbanding lurus dengan defleksi yang terjadi, maka dari
itu semakin besar gaya yang diberikan semakin besar defleksi yang terjadi.
3. Jenis Tumpuan
Jumlah reaksi dan arah gaya tiap tumpuan berbeda. Jika gaya yg diberikan
pada tuumpuan semakin banyak maka perlawanan untuk gaya dar struktur
sendiri semakin bagus, akibatnya defleksi yang terjadi akan semakin kecil.
4. Jenis Beban yang Terjadi pada Batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi
pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena
sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi
pada beban titik tertentu saja.

Defleksi maksimum horizontal biasanya terjadi pada kolom, dengan perbandingan


defleksi yang diizinkan adalah H/200. Defleksi maksimum yang terjadi haruslah ≤
H/200 sedangkan Defleksi maksimum vertical yang diizinkan ≤ L/240

39
BAB VIII
HASIL

8.1. Defleksi Horizontal

Defleksi maksimum horizontal biasanya terjadi pada kolom, dengan


perbandingan defleksi yang diizinkan adalah H/200. Defleksi maksimum
yang terjadi haruslah ≤ H/200. Defleksi yang terjadi sebesar 0,0038 m,
dengan panjang bentang sebesar 4000 mm. dengan syarat yaitu 4000/200
sebesar 0,02 m. karena syarat terpenuhi maka defleksi maksimum yang
terjadi diperbolehkan.

8.2. Defleksi Vertikal

Defleksi maksimum vertical biasanya terjadi pada rafter yang diakibatkan


pembebanan, defleksi yang terjadi haruslah ≤ L/240. Defleksi maksimum
yang terjadi sebesar 0.006 m, dengan bentang sebesar 5000 mm. dengan
syarat yaitu 5000/240 sebesar 0,0208 m. Karena syarat terpenuhi maka
defleksi maksimum yang terjadi diperbolehkan.

8.3. Perhitungan Pelat Lantai


Dengan mengasumsikan pelat tipikal ambil beban atau area terluas dari
permodelan.
Data perencanaan :
Berat Jenis Beton = 2400 kg/m³

Mutu Beton = 24,9 Mpa

Mutu Tulangan = 400 Mpa

Tebal Pelat = 120 mm

40
Berat Jenis Pasir = 1600 kg/m³

Ly (Bentang Terpanjang) = 10000 mm

Lx (Bentang Terpendek) = 8000 mm


Ly 10000
β1 = Lx = = 1,25 < 2 ( Pelat 2 arah)
8000

Cek tebal minimum ( SNI 2847 : 2013)


fy 10000 400
ln x (0,8+( )) (0,8+( ))
1500 2 1500
H1= = = 150,39 mm
36+(0,9 xβ1) 36+0,9 x(1,25)

fy 8000 400
ln x (0,8+( )) (0,8+( ))
1500 2 1500
H2= = = 155,092 mm
36 36

Pembebanan pada pelat (PPIUG 1983)

1. Berat sendiri pelat = 0,12 x 2400 kg/m³ = 288 kg/m²


2. Pasir (2 cm) = 0,02 x 1600 kg/m³ = 32 kg/m²
3. Adukan semen/cm tebal (1cm) = 21 kg/m²
4. Keramik = 24 kg/m²
5. Langit – langit = 11 kg/m²
6. Penggantung Langit – langit = 7 kg/m²
7. MEP = 5 kg/m²
Total Beban Mati = 388 kg/m² = 3,88 Kn/m²
Beban Hidup (LL) (SNI 1727 : 2013)
Aula/ Ruang pertemuan = 479 kg/m² = 4,79 kN/m²
Berat Ultimate (Wu)
Comb 1 = 1,4 DL = 1,5 x 3,88 kN/m² = 5,432 kN/m²
Comb 2 = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2X (3,88) + 1,6 x (4,79) = 12,32 kN/m²
Diambil Wu terbesar yaitu Wu = 12,32 kN/m²
Tabel Momen Pelat 2 Arah (Terjepit Penuh)
Ktx = 29,5 Klx = 66,5
Kty = 19,5 Kly = 55,5
10000
Lx = = 5000 mm
2
8000
Ly = = 4000 mm
2

41
Hitung Momen Pada Tumpuan dan Lapangan
 Tumpuan

Mtx = - 0,001 x Wu x Lx² x Ktx = - 0,001 x 12,32 x 4² x 29,5 = -5,815


kN/m²
Mty = - 0,001 x Wu x Ly² x Kty = - 0,001 x 12,32 x t² x 19,5 = -6,006
Kn/m²

 Lapangan

Mtx = 0,001 x Wu x Lx² x Klx = - 0,001 x 12,32 x 4² x 66,5 =


13,108kN/m²
Mty = 0,001 x Wu x Ly² x Kly = - 0,001 x 12,32 x 5² x 55,5 = 17,09
kN/m²
1,4 1,4
ρ min = = 400
Fy
= 0,0035
0,85 x fc' 600
ρ max = 0,75 x ( β1 x 𝑥 600+fy )
fy

0,85 x fc' 600


= 0,75 x ( β1 x 𝑥 600+fy )
fy

= 0,0202
Menghitung Kebutuhan Tulangan Pelat Tumpuan
1. Tumpuan X
Asumsi b = 1000 mm
Asumsi Diameter Tulangan = D12
Selimut (s) = 30 mm
1
d =h-s-2D
1
=120 – 30 - 2 𝑥 12
= 84 mm
Mtx 5,815
Mn = 0,85 = = 6,8412 kNm = 6841200 Nmm
0,85

Mn 6841200
As = fy x 0,9d = 400 x 0,9(84) = 226,23 mm²

As x fy 226,32 x 400
a = 0,85 x fc x b = 0,85 x24,9 x 1000 = 4,2755 mm

Mn 6841200
As Aktual = 𝑎 = 4,2755 = 208,92 mm²
fy x (d - ) 400 x (84 - )
2 2

42
As 208,92
ρ aktual = = = 0,002487
bxd 1000 x 84

ρ pakai = 0,0035

As pada pelat= ρ min x b x d = 0,0035 x 1000 x 84 = 294 mm²

Kesimpulan Tulangan Tumpuan X


Lihat pada tabel kebutuhan besi ulir pada pelat = D10-240

2. Tumpuan Y
Asumsi b = 1000 mm
Asumsi Diameter Tulangan = D12
Selimut (s) = 30 mm
1 1
d = h - s - 2 D =120 – 30 - 2 𝑥 12 = 84 mm
Mty 6,006
Mn = 0,85 = = 7,0659 kNm
0,85

= 7065900 Nmm
Mn 7065900
As = fy x 0,9d = 400 x 0,9(84)

= 233,66 mm²
As x fy 233,6 x 400
a = 0,85 x fc x b = 0,85 x24,9 x 1000

= 4,416 mm
Mn 7065900
As Aktual = 𝑎 = 4,416
fy x (d - ) 400 x (84 - )
2 2

= 215,97 mm²
As 215,97
ρ aktual = bxd
= 1000 x 84

= 0,00257
ρ pakai = 0,0035
As pada pelat = ρ min x b x d = 0,0035 x 1000 x 84
= 294 mm²

Kesimpulan Tulangan Tumpuan X


Lihat pada tabel kebutuhan besi ulir pada pelat = D10-240

43
Menghitung Kebutuhan Tulangan Pelat Lapangan
3. Lapangan X
Asumsi b = 1000 mm
Asumsi Diameter Tulangan = D12
Selimut (s) = 30 mm
1 1
d = h - s - 2 D =120 – 30 - 2 𝑥 12
= 84 mm
Mlx 13,108
Mn = 0,85 = 0,85

= 15421200 Nmm
Mn 15412200
As = fy x 0,9d = 400 x 0,9(84)

= 509,96 mm²
As x fy 509,96 x 400
a = 0,85 x fc x b = 0,85 x24,9 x 1000

= 9,638 mm
Mn 15421200
As Aktual = 𝑎 = 9,6385
fy x (d - ) 400 x (84 - )
2 2

= 486,897 mm²
As 486,897
ρ aktual = =
bxd 1000 x 84

= 0,00579

ρ pakai = 0,00579

As pada pelat = ρ aktual x b x d

= 0,00579 x 1000 x 84

= 486,97 mm²
Kesimpulan Tulangan Lapangan X
Lihat pada tabel kebutuhan besi ulir pada pelat = D10-140

4. Lapangan Y
Asumsi b = 1000 mm

44
Asumsi Diameter Tulangan = D12
Selimut (s) = 30 mm
1 1
d = h - s – 2 D =120 – 30 – 2 𝑥 12

= 84 mm
Mly 17,094
Mn = 0,85 = 0,85

= 20110500 Nmm
Mn 20110500
As = fy x 0,9d = 400 x 0,9(84)

= 950,177 mm²
As x fy 950,17 x 400
a = 0,85 x fc x b = 0,85 x24,9 x 1000

= 17,95 mm
Mn 20110500
As Aktual = 𝑎 = 17,95
fy x (d - ) 400 x (84 - )
2 2

= 669,94 mm²
As 669,94
ρ aktual = =
bxd 1000 x 84

= 0,00797
ρ pakai = 0,00797
As pada pelat = ρ aktual x b x d
= 0,00797x 1000 x 84
= 669,48 mm²
Kesimpulan Tulangan Lapangan X
Lihat pada tabel kebutuhan besi ulir pada pelat = D10-1000

45
8.4. Perhitungan Balok SRPMM

 Data Perencanaan Balok Induk 1


Tabel 8.1. Momen Ultimate Hasil Analisa Struktur
Tanda
Kondisi Lokasi Mu [ kN.m ]
Momen
1 Ujung / Tumpuan - 195.77
2 Ujung / Tumpuan + 189.97
3 Tengah/Lapangan - 83.34
4 Tengah/Lapangan + 104.73

1. Vu Tumpuan = 88.525 kN
2. Vu Lapangan = 88.525 kN
3. V2E = 119,233 kN
4. Vg = 88.525 kN
5. Tu = 50,1195 kN
 Penampang Balok Induk 1 Dan Propertis Material Yang Digunakan
Tabel 8.2. Dimensi Balok Induk 1
Jenis Balok Dimensi Balok
lebar (b) tinggi (h) bentang (Ln)
B1 - 400 x 800
(mm) (mm) (mm)
Balok Induk 400 800 5000

1. Kuat tekan beton (fc’) = 24,9 Mpa


2. Kuat leleh baja tulangan lentur (fy) = 400 Mpa
3. Kuat leleh baja tulangan sengkang (fyv) = 400 Mpa
4. Faktor reduksi lentur (Øb) = 0,9
5. Faktor reduksi geser (Øv) = 0,75
6. Faktor tinggi daerah tekan (β1) = 0,85
7. Selimut beton (tcov) = 40 mm
8. Spasi antar tulangan (stul) = 30 mm
9. Kategori desain torsi ( Ag = b x h) = 320000 mm²

46
 Adapun Perencanaan Struktur Dilakukan Sebagai Berikut:
1. Gaya aksial tekan terfaktor
Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak boleh melebihi
= 0.1 x Ag x fc`
a. Gaya aksial ijin elemen struktur balok
320000
0.1 x Ag x fc' = 0,1 x x 24,9 = 796.8 kN
1000

Elemen yang didesain merupakan elemen lentur


2. Bentang bersih
Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali
tinggi efektifnya
a. Bentang bersih balok (Ln) = 5000 mm
b. Empat kali tinggi efektif balok (4d
(h –d’) x 4 = ( 800 - 98,5) x 4 = 2806
Memenuhi
3. Cek rasio lebar dan tinggi balok
Perbandingan lebar dan tinggi balok tidak boleh kurang dari 0.3
a. b/h = 400/800 = 0,5
Memenuhi
4. Lebar Balok
Lebar balok tidak boleh kurang dari 250 mm
a. b = 400 mm
Memenuhi

5. Baja Tulangan untuk Lentur


Kondisi 1, Momen Ultimate Negatif di Tumpuan
Asumsi kontribusi tulangan tekan diabaikan dalam perhitungan
a. Momen ultimate balok (Mu) = 195,768 Kn m
Mu 195,768
b. Momen nominal balok (Mn) = Ǿb = = 217,52 kNm
0,9

c. Diperkirakan jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton


d’ = dtulangan + tcov + stul +(dtulangan/2)
= 19 + 40 + 30 + (19/2) = 98,5 mm
47
d’ pakai = 98,5 mm
d. Tinggi efektif penampang asumsi
d = h - d' = 800 – 98,5 = 702 mm
e. Faktor tahanan momen

Mn x 10^6 217,52 x 10^6


Rn = d = 702 = 1,1050
bx ( ) 400 x ( )
2 2

f. Tulangan perlu
fc' Rn
As =0,85 x [ 1- √1-2 x ]x b x d
fy 0,85 x fc'

24,9' 1,1050
= 0,85 x [ 1- √1-2 x ] x 400 x 702 = 796,5640 mm
400 0,85 x 24,9

g. Tulangan minimum
√fc' 24,9
Asmin1 = 4 x fy x b x d = 4√𝑥 400 x 400 x 702 = 875,1195 mm²
1,4 1,4
Asmin2 = x b x d= 400 x 400 x 702 = 982,1 mm²
fy

h. Tulangan maksimum
β1 x 0.85 x fc`x b xd 600
Asmax = 0,75 x [ x 600+fy ]
fy
0,85 x 0.85 x 24,9 x 400 x 702 600
= 0,75 x [ x 600+400 ]
400

=5679,0722 mm²
i. Tulangan desain
As < Asmin < Asmax = 982,1 mm²

Tabel 8.3. Data Tulangan


Tipe Dimensi As (mm2)

Jumlah Diameter Luas per


D19 (buah) (mm) baris (mm2)

4 19 1134.11 1146.000

j. Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton


db 19
ts = tcov + dv + 2 = 40 + 10 + 2
= 52

48
k. Jumlah tulangan dalam satu baris tulangan
(b – 2 x ts) (400 - 2 x52)
ntul.1baris = = = 8,7059 buah
db+stul 4 + 30

l. Jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton


Diameter tulangan
d’ = ( ) +s tul + 10
2
19
= + 30 + 10 = 49,5 mm
2

m. Tinggi efektif penampang


d = h - d` = 800 – 49,5 = 750,5 mm
n. Tinggi daerah tekan
fy 400
a = As x 0.85 x fc`x b = 1146 x 0.85 x 24,9`x 400 = 54,1459 mm

o. Momen nominal
Mn = As x fy x (d - a/2) = 1146 x 400 x ( 750,5 – 54,1459/2)/100000
= 331,6189 kNm
p. Mu < ǾMn
116,6 Kn < Ǿb x Mn
116,6 Kn < 0,9 x 331,6189  116,6 kN < 298,4570 kN
Memenuhi

Kondisi 2, Momen Ultimate Positif di Tumpuan


Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak
boleh lebih kecil dari sepertiga kuat lentur negatif pada muka tersebut.
Asumsi kontribusi tulangan tekan diabaikan dalam perhitungan
a. Momen ultimate balok (Mu) = 189.9744 Kn m
Mu 189,9744
b. Momen nominal balok (Mn) = = = 211,0827 kNm
Ǿb 0,9

c. Diperkirakan jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton


d’ = dtulangan + tcov + stul +(dtulangan/2)
= 22 + 40 + 30 + (22/2) = 103 mm
d’ pakai = 103,5 mm
d. Tinggi efektif penampang asumsi
d = h - d' = 800 – 103,5 = 697 mm

49
e. Faktor tahanan momen

Mn x 10^6 211,0826 x 10^6


Rn = d = 697 = 1,0878
bx ( ) 400 x ( )
2 2

f. Tulangan perlu
fc' Rn
As =0,85 x [ 1- √1-2 x ]x b x d
fy 0,85 x fc'

24,9' 1,0878
= 0,85 x [ 1- √1-2 x ] x 400 x 697 = 778,1953 mm
400 0,85 x 24,9

g. Tulangan minimum
√fc' 24,9
Asmin1 = 4 x fy x b x d = 4√𝑥 400 x 400 x 697 = 868,882 mm²
1,4 1,4
Asmin2 = x b x d= 400 x 400 x 697 = 975,1 mm²
fy

h. Tulangan maksimum
β1 x 0.85 x fc`x b xd 600
Asmax = 0,75 x [ x 600+fy ]
fy
0,85 x 0.85 x 24,9 x 400 x 607 600
= 0,75 x [ x 600+400 ]
400

=5638,5941 mm²
i. Tulangan desain
As < Asmin < Asmax = 975,1mm²

Tabel 8.4. Data Tulangan


Tipe Dimensi As (mm2)

Jumlah Diameter Luas per


(buah) (mm) baris (mm2)
D22
3 22 1140.40
1160.000

j. Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton


db 22
ts = tcov + dv + 2 = 40 + 10 + = 61
2

k. Jumlah tulangan dalam satu baris tulangan


(b – 2 x ts) (400 - 2 x61)
ntul.1baris = = = 7,3575 buah
db+stul 3 + 30

50
l. Jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton
Diameter tulangan
d’ = ( ) +s tul + 10
2
22
= + 30 + 10 = 51 mm
2

m. Tinggi efektif penampang


d = h - d` = 800 – 51 = 749 mm
n. Tinggi daerah tekan
fy 400
a = As x 0.85 x fc`x b = 1160 x 0.85 x 24,9`x 400 = 54,8075 mm

o. Momen nominal
Mn = As x fy x (d - a/2) = 1160 x 400 x ( 749 – 54,8075/2)/100000
= 334,8207 kNm
p. Mu < ǾMn
116,6 Kn < Ǿb x Mn
190 Kn < 0,9 x 334,8207  190 kN < 3338601,Kn
Memenuhi

Kondisi 3, Momen Ultimate Negatif di Lapangan


Asumsi kontribusi tulangan tekan diabaikan dalam perhitungan
a. Momen ultimate balok (Mu) = 83,3399 Kn m
Mu 83,3399
b. Momen nominal balok (Mn) = Ǿb = = 92,5999 kNm
0,9

c. Diperkirakan jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton


d’ = dtulangan + tcov + stul +(dtulangan/2)
= 19 + 40 + 30 + (19/2) = 98,5 mm
d’ pakai = 98,5 mm
d. Tinggi efektif penampang asumsi
d = h - d' = 800 – 98,5 = 701,5 mm
e. Faktor tahanan momen

Mn x 10^6 92,5999 x 10^6


Rn = d = 701,5 = 0,4704
bx ( ) 400 x ( )
2 2

f. Tulangan perlu
51
fc' Rn
As =0,85 x [ 1- √1-2 x ]x b x d
fy 0,85 x fc'

24,9' 0,4704
= 0,85 x [ 1- √1-2 x ] x 400 x 701,5 = 333,7581
400 0,85 x 24,9

mm
g. Tulangan minimum
√fc' 24,9
Asmin1 = 4 x fy x b x d = 4√𝑥 400 x 400 x 701,5 = 875,1195 mm²
1,4 1,4
Asmin2 = x b x d= 400 x 400 x 702 = 982,1 mm²
fy

h. Tulangan maksimum
β1 x 0.85 x fc`x b xd 600
Asmax = 0,75 x [ x ]
fy 600+fy
0,85 x 0.85 x 24,9 x 400 x 702 600
= 0,75 x [ x 600+400 ]
400

=5679,0722 mm²
i. Tulangan desain
As < Asmin < Asmax = 982,1 mm²

Tabel 8.5. Data Tulangan


Tipe Dimensi As (mm2)

Jumlah Diameter Luas per


(buah) (mm) baris (mm2)
D19
4 19 1134.11
1146.000

j. Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton


db 19
ts = tcov + dv + 2 = 40 + 10 + = 59,5
2

k. Jumlah tulangan dalam satu baris tulangan


(b – 2 x ts) (400 - 2 x61)
ntul.1baris = = = 7,8079 buah
db+stul 4 + 30

l. Jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton


Diameter tulangan
d’ = ( ) +s tul + 10
2
19
= + 30 + 10 = 49,5 mm
2

52
m. Tinggi efektif penampang
d = h - d` = 800 – 49,5 = 750,5 mm
n. Tinggi daerah tekan
fy 400
a = As x 0.85 x fc`x b = 1146 x 0.85 x 24,9`x 400 = 54,1459 mm

o. Momen nominal
Mn = As x fy x (d - a/2) = 1146 x 400 x ( 750,5 – 54,1459/2)/100000
= 331,6189 kNm
p. Mu < ǾMn
83,3 Kn < Ǿb x Mn
83,3 Kn < 0,9 x 331,6189  116,6 kN < 298,4570 kN
Memenuhi

Kondisi 4, Momen Ultimate Posotif di Lapangan


Asumsi kontribusi tulangan tekan diabaikan dalam perhitungan
a. Momen ultimate balok (Mu) = 104,7279 Kn m
Mu 104,7279
b. Momen nominal balok (Mn) = Ǿb = = 116,3643 kNm
0,9

c. Diperkirakan jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton


d’ = dtulangan + tcov + stul +(dtulangan/2)
= 19 + 40 + 30 + (19/2) = 98,5 mm
d’ pakai = 98,5 mm
d. Tinggi efektif penampang asumsi
d = h - d' = 800 – 98,5 = 701,5 mm
e. Faktor tahanan momen

Mn x 10^6 104,7279 x 10^6


Rn = d = 701,5 = 0,5911
bx ( ) 400 x ( )
2 2

f. Tulangan perlu
fc' Rn
As =0,85 x [ 1- √1-2 x ]x b x d
fy 0,85 x fc'

53
24,9' 0,5911
= 0,85 x [ 1- √1-2 x ] x 400 x 701,5 = 420,6537
400 0,85 x 24,9

mm
g. Tulangan minimum
√fc' 24,9
Asmin1 = 4 x fy x b x d = 4√𝑥 400 x 400 x 701,5 = 875,1195 mm²
1,4 1,4
Asmin2 = x b x d= 400 x 400 x 701,5 = 982,1 mm²
fy

h. Tulangan maksimum]
0,85 x 0.85 x fc`x b xd 600
Asmax = 0,75 x [ x 600+fy ]
fy
0,85 x 0.85 x 24,9 x 400 x 702 600
= 0,75 x [ x 600+400 ]
400

=5679,0722 mm²
i. Tulangan desain
As < Asmin < Asmax = 982,1 mm²

Tabel 8.6. Data Tulangan


Tipe Dimensi As (mm2)

Jumlah Diameter Luas per


D19 (buah) (mm) baris (mm2)

4 19 1134.11 1146.000

j. Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton


db 19
ts = tcov + dv + 2 = 40 + 10 + = 59,5
2

k. Jumlah tulangan dalam satu baris tulangan


(b – 2 x ts) (400 - 2 x61)
ntul.1baris = = = 7,8079 buah
db+stul 4 + 30

l. Jarak antara pusat tulangan lentur ke sisi terluar beton


d’ = dtulangan+s tul + 10 +tcov
= 40 + 30 + 10 + 19= 99 mm
m. Tinggi efektif penampang
d = h - d` = 800 – 99 = 701 mm
n. Tinggi daerah tekan

54
fy 400
a = As x 0.85 x fc`x b = 1146 x 0.85 x 24,9`x 400 = 54,1459 mm

o. Momen nominal
Mn = As x fy x (d - a/2) = 1146 x 400 x ( 701 – 54,1459/2)/100000
= 308,9281 kNm
p. Mu < ǾMn
104,7 Kn < Ǿb x Mn
104,7 Kn < 0,9 x 308,9281  104,7 kN < 278,0353 kN
Memenuhi

6. Kapasitas Momen Positif dan Negatif


Kapasitas momen dan negative minimum pada sebaran penampang di
sepanjang bentang balok tidak boleh kurang dari seperlima kali kapasitas
momen maksimum yang disediakan pada kedua muka kolom tersebut.
a. Ø Mn positif - negatif maksimum di sepanjang bentang
= 334.8207 kN.m
334,8207
b. 1/5 momen terbesar = 5

= 66.941 kN.m
c. Ø Mn positif - negatif minimum di sepanjang bentang
(memenuhi persyaratan) = 308,9281 kN.m

7. Probable Momen Capacity


Geser seismic pada balok dihitung dengan mengasumsikan sendi plastis
terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur
mencapai hingga 1.00 fy dan Ø = 1.00
Momen nominal positif di tumpuan I :
1.25 x As x fy 1.25 x 1146 x 400
a. apr_kiri = = = 67.6842 mm
0.85 x fc' x b 0.85 x 24.9 x 400

b. mpr_kiri
67,6842
750,5− 2
1000000
(1.25 𝑥 1146 𝑥 400) x 0.85 x 24.9 x 400 = 415,662 kNm

mpr_kiri=mn_kanan

55
Momen nominal negative di tumpuan j :
1.25 x As x fy 1.25 x 1160 x 400
a. apr_kanan = = = 68.5093 mm
0.85 x fc' x b 0.85 x 24.9 x 400

b. mpr_kanan
68.5093
749− 2
1000000
(1.25 𝑥 1160 𝑥 400) x 0.85 x 24.9 x 400 = 414.552 mm

mpr_kanan = mn_kanan

Gambar 8.1. Probable Momen Capacity

56
8. Gaya Geser dan Torsi

Gambar 8.2. Gaya Geser dan Torsi


a. V2E =119,223 Kn
b. Vg = 88,525 Kn
c. Vsway = (Mpr_kiri + Mpr_kanan)/Ln
= (415,6621 + 414,5523)/ 5000
= 0,1660 Kn
d. Vu = max( V2E,Vg+Vsway)
= max(119,223, 88,525+0,1660)
= 119,223 Kn
e. Tu = 50,1195 Kn.m

9. Tulangan Untuk Geser dan Torsi


√24,9 x 400 x 701,5
a. Vc = 1/6 x √fc` x b x d = 1/6 x = 233,3652 Kn
1000
√24,9 x 400 x 701,5
b. Vsmax = 2/3 x √fc` x b x d = 2/3 x = 3741,33 Kn
1000

c. Acp = b x h = 400 x 800 = 320000 mm²


d. Pcp = 2 x (b+h) = 2 x (400 + 800) = 2400 mm
e. Aoh = (b – 2 x tcov - dv) x (h - 2 x tcov - dv)
= (400 – 2 x 40 – 10) x (800 – 2 x 40 -10) = 220100 mm²
f. Ph = 2 x [(b – 2 x tcov - dv) + ( h – 2 x tcov - dv)]
= 2 x [(400 – 2 x 40 – 10) + (800 – 2 x 40 – 10)]
= 2040 mm²
Kondisi 1, Geser dan Torsi Ultimate di Tumpuan

57
a. Gaya geser ultimate daerah tumpuan (Vu_tump)= 88,525 Kn
b. Kebutuhan tulangan geser
Vs = (Vu/Ǿv-Vc) = (88,525/0,75 – 233,3652) =-115,3318 Kn

c. Kebutuhan tulangan transversal menahan geser


Av/s = Vs/(fyv x d)
= (1000 x (-115,3318))/(400 x 701,5) = -0,411 mm
d. Batas momen torsi dapat diabaikan
Ǿv [1/12 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
= 0,75 x [ 1/12 x √24,9 x (320000²/2400)] = 13,3066 Kn.m
Butuh tulangan torsi !!
e. Penampang tidak perlu diperbesar jika memenuhi persamaan berikut :
[(Vu/(b x d)) ² + (Tu x ph/(1.7 x Aoh2))2]1/2 < Ǿv(Vc/(b x d) + 2/3 x
√fc`)
[(Vu/(b x d)) ² + (Tu x ph/(1.7 x Aoh²))²]1/2
= [(88,525/(400 x 701,5)) ² + (50,1195 x 2040/(1,7 x 220100²))²]1/2
= 0,00039
Ǿv(Vc/(b x d) + 2/3 x √fc`)
= 0,75 x (223,3652/ (400 x 701,5) + 2/3 x √24,9) = 2,4956
Penampang Tidak Perlu Diperbesar !!!
Jika torsi merupakan torsi kompatibilitas (torsi yang terjadi dapat
dikurangi dengan melakukan redistribusi torsi kestruktur lain,
biasanya pada struktur statis tak tentu) maka momen torsi dapat
direduksi dan nilainya tidak perlu lebih besar dari :
- Θ = 45
- Ǿv[1/3 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
= 0,75 x √24,9 x(320000²/2400)]/10000 =53,2266 Kn.m
Kategori desain torsi  Kompatibilitas
Karena Tu < Ǿv[1/3 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
- Momen torsi yang digunakan dalam perencanaan (Tu) = 50.1195
- Kebutuhan tulangan transversal torsi
Tn = Tu/Ǿv = 50,1195/0,75 =66,826 Kn.m
58
Ao = 0.85 x Aoh =0,85 x 220100 =187085 mm²
At/s = Tn/(2 x A0 x fyv x cot θ)
= 66,826 x 1000000/(2 x 187085 x 400 x cot 45) = 0,5685
dimana nilai θ diambil sebesar 45 untuk struktur non prategang
dan Ao adalah 0.85 x Aoh
Kebutuhan tulangan transversal geser dan torsi
Av+2Ats = -0,4110 + 2 x 0,7529 = 0,7259 mm
Diperlukan sengkang tertutup sepanjang jarak dua kali tinggi
balok dari sisi muka kolom.
- Dua kali tinggi balok = 2 x h = 2 x 800 = 1600 mm
- Panjang daerah tumpuan (Ltump) = Ln/4 = 5000/4 =1250 mm
OK, lebih kecil dari daerah tumpuan!!

Sengkang tertutup pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka


kolom terdekat dan yang berikutnya dipasang dengan spasi
terkecil diantara :
- Setengah dimensi terkecil penampang = 400 mm
- Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil
8 x db = 8 x 19 =152 mm
- 24 kali diameter tulangan sengkang tertutup
24 x dv = 24 x 10 = 240 mm
- sengkang d = 10 mm
- spasi terkecil = 152 mm
sejauh 2h dari muka kolom
- Kebutuhan tulangan transversal geser dan torsi
Av + 2 x Ats = -0,4110 + 2 x 0,7529 = 0,7259 mm
harus lebih besar daripada b/(3 x fyv ) atau 0.2 mm2 /mm

59
Tabel 8.8. Data Tulangan
Jenis Dimensi
Jumlah Avt/s spasi
Diameter Area
D 10 Kaki (mm2/mm) (mm)
(mm) (mm2)
(buah)
Sengkang 3 10 78.54 1.570796327 150

- Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk torsi tidak


boleh kurang daripada
At/s x ph x fyv/fyl x cot²θ
= 0,5685 x 2040 x 400/400 x cot²45 =1159,7297 mm²
- Tulangan longitudinal perlu untuk lentur
= 982,1 +298,4570 = 1280,5570 mm²
- Tulangan longitudinal perlu untuk torsi = 0,5685 mm²
- Tulangan longitudinal perlu untuk lentur dan torsi
= 1280,5570 + 0,5685 =1281,1255 mm²
- Tulangan longitudinal tambahan = 1159,7297 mm²

Tabel 8.9. Data Tulangan


Tipe Dimensi

Jumlah Diameter Area As (mm2)


D10 (buah) (mm) (mm2)

1 10 78.54 78.540

Kondisi 2, Geser dan Torsi Ultimate di Tumpuan


a. Gaya geser ultimate daerah tumpuan (Vu_tump) = 88,525 Kn
b. Kebutuhan tulangan geser
Vs = (Vu/Ǿv-Vc) = (88,525/0,75 – 233,3652) =-115,3318 Kn
c. Kebutuhan tulangan transversal menahan geser
Av/s = Vs/(fyv x d)
= (1000 x (-115,3318))/(400 x 701,5) = -0,411 mm
d. Batas momen torsi dapat diabaikan

60
Ǿv [1/12 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
0,75 x [ 1/12 x √24,9 x (320000²/2400)] = 13,3066 Kn.m
Butuh tulangan torsi !!
e. Penampang tidak perlu diperbesar jika memenuhi persamaan berikut :
[(Vu/(b x d)) ² + (Tu x ph/(1.7 x Aoh2))2]1/2 < Ǿv(Vc/(b x d) + 2/3 x
√fc`)
[(Vu/(b x d)) ² + (Tu x ph/(1.7 x Aoh²))²]1/2
[(88,525/(400 x 701,5)) ² + (50,1195 x 2040/(1,7 x 220100²))²]1/2
= 0,00039

Ǿv(Vc/(b x d) + 2/3 x √fc`)

= 0,75 x (223,3652/ (400 x 701,5) + 2/3 x √24,9) = 2,4956

Penampang Tidak Perlu Diperbesar !!!

Jika torsi merupakan torsi kompatibilitas (torsi yang terjadi dapat


dikurangi dengan melakukan redistribusi torsi kestruktur lain, biasanya
pada struktur statis tak tentu) maka momen torsi dapat direduksi dan
nilainya tidak perlu lebih besar dari :

- Θ = 45
- Ǿv[1/3 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
= 0,75 x √24,9 x(320000²/2400)]/10000 =53,2266 Kn.m
Kategori desain torsi  Kompatibilitas
Karena Tu < Ǿv[1/3 x √fc' x ( Acp² /Pcp)]
- Momen torsi yang digunakan dalam perencanaan (Tu) = 50.1195
- Kebutuhan tulangan transversal torsi
Tn = Tu/Ǿv = 50,1195/0,75 =66,826 Kn.m
Ao = 0.85 x Aoh =0,85 x 220100 =187085 mm²
At/s = Tn/(2 x A0 x fyv x cot θ)
= 66,826 x 1000000/(2 x 187085 x 400 x cot 45) = 0,5685

dimana nilai θ diambil sebesar 45 untuk struktur non prategang dan Ao


adalah 0.85 x Aoh

61
- Spasi maksimum tulangan geser di sepanjang bentang balok
d/2 = 701,5/2 =350,75 mm
Tabel 8.10. Data Tulangan

Jenis Dimensi
Jumlah Avt/s spasi
Diameter Area
D 10 Kaki (mm2/mm) (mm)
(mm) (mm2)
(buah)
Sengkang 3 10 78.54 1.178097245 200

- Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk torsi tidak


boleh kurang daripada
At/s x ph x fyv/fyl x cot²θ
= 0,5685 x 2040 x 400/400 x cot²45 =1159,7297 mm²
- Tulangan longitudinal perlu untuk lentur
= 982,1 +298,4570 = 1280,5570 mm²
- Tulangan longitudinal perlu untuk torsi = 0,5685 mm²
- Tulangan longitudinal perlu untuk lentur dan torsi
= 1280,5570 + 0,5685 = 1281,1255 mm²
- Tulangan longitudinal tambahan = 1159,7297 mm²
Tabel 8.11. Data Tulangan

Tipe Dimensi

Jumlah Diameter Area As (mm2)


D10 (buah) (mm) (mm2)

0 10 78.54 78.540

10. Kesimpulan Penulangan


Tabel 8.12. Data Dimensi Balok Induk 1

Jenis Balok Dimensi Balok


lebar, b tinggi, h bentang, Ln
B1-400x800
(mm) (mm) (mm)
Balok Induk 400 800 5000

62
 Data Perencanaan Balok Induk 2

Tabel 8.13. Momen Ultimate Hasil Analisa Struktur

Kondisi Lokasi Tanda Momen Mu [ kN.m ]

1 Ujung / Tumpuan - 251.57


2 Ujung / Tumpuan + 222.64
3 Tengah/Lapangan - 189.55
4 Tengah/Lapangan + 170.45

Tabel 8.14. Data Dimensi Balok Induk 1


Jenis Balok Dimensi Balok
bentang,
lebar, b tinggi, h
B2 - 400 x 800 Ln
(mm) (mm) (mm)
Balok Induk 400 800 5000

 Data Perencanaan Balok Anak 1

Tabel 8.15. Momen Ultimate Hasil Analisa Struktur

Kondisi Lokasi Tanda Momen Mu [ kN.m ]

1 Ujung / Tumpuan - 299.83


2 Ujung / Tumpuan + 357.47
3 Tengah/Lapangan - 124.80
4 Tengah/Lapangan + 248.87

Tabel 8.16. Data Dimensi Balok Anak 1


Jenis Balok Dimensi Balok
lebar, b tinggi, h bentang, Ln
B1 - 350 x 700
(mm) (mm) (mm)
Balok Anak 350 700 4000

63
 Data Perencanaan Balok Anak 2

Tabel 8.17. Momen Ultimate Hasil Analisa Struktur

Kondisi Lokasi Tanda Momen Mu [ kN.m ]

1 Ujung / Tumpuan - 116.56


2 Ujung / Tumpuan + 79.80
3 Tengah/Lapangan - 63.48
4 Tengah/Lapangan + 45.91

Tabel 8.18. Data Dimensi Balok Anak 2


Jenis Balok Dimensi Balok
B2-350x700 lebar, b (mm) tinggi, h (mm) bentang, Ln (mm)
Balok Anak 350 700 4000

8.4. Perhitungan Kolom


Tabel 8.7. Hasil running SAP2000 B1
Kriteria P (kN) M22 (kN.m) M33 (kN.m)
P (MAX) 1100.29 -585.628 -538.44
M22 (MAKS) 1.467 589.355 562.12
M22 (MIN) -775.592 -589.206 -560.03
M33 (MAKS) 31.966 571.786 574.24
M33 (MIN) -772.414 -524.167 -561.78
Pu = 1979.74 kN
Vu_tump = 265.518 kN
Vu_lap = 265.518 kN
V2E = 514.349 kN
Vg = 265.518 kN
Tu = 15.3703 kN.m
ǾMn1_balok = 222.64 kN
ǾMn2_balok = 251.57 kN

64
Penampang kolom dan propertis material yang digunakan:
Tabel 8.8. Data dimensi Kolom 1

Jenis Kolom Dimensi


lebar, c1 tinggi, c2 panjang, h
K1-1- 750 x 750
(mm) (mm) (mm)
Kolom 750 750 4000

fc’ = 25 Mpa
fy = 400 Mpa
fyv = 400 Mpa
Øb = 0.9
Øv = 0.75
β1 = 0.85
tcov = 40 mm
stul = 25
Ag = lebar x tinggi = 550 x 550 = 302500 mm
Adapun perencanaan struktur dilakukan sebagai berikut :
1. Definisi kolom
Pu > 0.1 x Ag x fc’
Gaya aksial ijin elemen struktur kolom :
302500
0.1 x Ag x fc’ = 0.1 𝑥 𝑥 25 = 1406.25 kN (OK!)
1000

2. Konfigurasi Penulangan
Tabel 8.9. Penulangan Kolom 1 dari PCA Col
Tipe Dimensi

Jumlah Diameter
Luas (mm2)
D22 (buah) (mm)

4 28.6512 645.16

65
3. Cek perhitungan

Pu = 0.84*fc'*(Ag-As) + As*fy
(Pu − 0.85∗fc′ ∗Ag)
As = (fy−0.85∗fc′ )
Pu = 1100.29 kNm
(Pu − 0.85∗fc′ ∗Ag)
As = = 8456.33 mm2
(fy−0.85∗fc′ )

Maka pakai tulangan 12D32 (tabel besi ulir)

4. Desain Tulangan Geser

Kondisi 1, Geser Ultimate di Tumpuan

1. Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton :


𝑑 22
d’ = 𝑡𝑐𝑜𝑣 + + 10 = 40 + + 10 = 55 mm
2 2

2. Tinggi efektik penampang :


d = h – d’ = 550 – 61 = 695 mm
3. Gaya geser pada saat kolom mengimbangi kuat lentur rencana
balok :
Ǿ 𝑀𝑛1+Ǿ 𝑀𝑛2 222.64+251.57
Vsway = = 𝑥 1000 = 118.551 kN
𝐿𝑛 4000

4. V2E = 514.349 kN
5. Vu = 514.349 kN
𝑉𝑢 514.349
6. Gaya geser rencana = Ǿ 𝑣 = = 685.799 kN
0.75

7. Kontribusi beton dalam menahan geser :


1 1
𝑥 √𝑓𝑐`𝑥 𝑏𝑥𝑑 𝑥 √25𝑥 550 𝑥 489
6 6
Vc = = = 434.375 kN
1000 1000

8. Kontribusi tulangan baja tulangan dalam menahan geser:


𝑉𝑢 514.349
Vs = Ǿ 𝑣−𝑉𝑐 = 𝑥 224.125 = 251.424 kN
0.75

Jika Vu < 0.5Vc , maka tidak memerlukan tulangan geser


9. Setengah kapasitas geser beton :

66
0.5 x Vc = 0.5 x 224.125 =217.18 kN
(perlu tulangan geser)
Tulangan geser minimum mencukupi jika V u/Ǿv < Vc + 1/3 b d
10. Vc + 1/3 x b x d = 224.125 + 1/3 x 550 x 550 / 1000
= 608.125 kN (bukan tulangan geser minimum)
11. Tulangan geser
1 1
𝑥𝑏 𝑥 550
3 3
Avmin/s = = = 0.625 mm2/mm
𝑓𝑦𝑣 400

12. Kebutuhan tulangan tranversal menahan geser


𝑉𝑠 461,6737 𝑥 1000
Av/s = = = 0.9044 mm2/mm
𝑓𝑦𝑣 𝑥 𝑑 400 𝑥 𝑑

Peraturan mengharuskan kolom diikat dengan sengkang pada rentang Lo


dari muka muka kolom. Panjang Lo tidak boleh kurang dari nilai terbesar
dari:

1. Seperenam tinggi bersih kolom = 667 mm


2. Dimensi terbesar penampang kolom = 550 mm
3. 500 mm = 500 mm
Diambil nilai terbesar = 1000 mm

(OK! Lebih kecil dari daerah tumpuan)

Sengkang dipasang dengan spasi maksimum so yang tidak boleh lebih


dari :

1. 8db tulangan longitudinal = 229 mm


2. 24dv sengkang ikat = 240 mm
3. Setengah dimensi terkecil penampang struktur = 375 mm
4. 300 mm = 300 mm
Diambil nilai terkecil 240 mm, so = 150 mm

Sengkang ikat pertama dipasang dengan spasi tidak boleh lebih daripada
0.5so = 75 mm

67
Sengkang ikat pada sembarang penampang kolom tidak boeh melebihi
2so 300 mm

Tabel 8.10. Tulangan Geser Kolom 1

Dimensi
Jenis jumlah
Jumlah kaki Diameter Av/s Spasi (mm)
Tulangan
(buah) (mm) (mm2) (buah)
D10 2 10 0.904401679 240 3

Kondisi 2, Geser Ultimate di Lapangan


Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton
d' = tcov + dv + db/2 = 66 mm
Tinggi efektif penampang
d = h - d` = 384 mm
Gaya geser ultimate
Vu = 94.252 kN
Gaya geser rencana
Vu/Ǿv = 125.669 kN
Kontribusi beton dalam menahan geser
Vc = 1/6*√fc`*b*d = 719.758 kN
Kontribusi baja tulangan dalam menahan geser
Vs = Vu/Ǿv-Vc =- 594.09
Tulangan geser tidak diperlukan jika gaya geser ultimate lebih
kecil dari setengah kapasitas geser beton
Setengah kapasitas geser beton
1/2*Vc = 359.879 kN
tidak perlu tulangan geser
Tulangan geser minimum mencukupi jika
V u/Ǿv < Vc + 1/3 b d = 719.758 kN
tulangan geser minimum

68
Tabel 8.11. Data Kolom 2

P M22 M33
M22
Kriteria P (kN) M33 (kN.m)
(kN.m)
P (MAX) -1212.997 -187.5989 -165.7896
M22 (MAKS) 13.17 215.9775 165.8383
M22 (MIN) -1094.032 -215.8212 -162.9375
M33 (MAKS) 15.68 111.6418 188.9571
M33 (MIN) -625.008 -157.2363 -188.059

Tabel 8.12. Data Dimensi Kolom 2

Jenis Kolom Dimensi


lebar, c1 tinggi, c2 panjang, h
K2-2- 450 x 450
(mm) (mm) (mm)
Kolom 450 450 4000

Tabel 8.13. Data Dimensi Kolom 2

Tipe Dimensi

Jumlah Diameter
As (mm2)
D22 (buah) (mm)

12 28.6512 7741.92

Tabel 8.14. Tulangan Geser Kolom 2

Dimensi
Jenis Spasi jumlah
Jumlah kaki Diameter Av/s
Tulangan (mm)
(buah) (mm) (mm2) (buah)
D10 2 10 0.632668776 225 3

69
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan
1. Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai
Tabel 9.1. Kesimpulan Tulangan Pelat Lantai
Arah Kebutuan Tulangan Kebutuhan Tulangan
Momen Tumpuan Lapangan
X D10-240 D10-140
Y D10-240 D10-100

2. Kebutuhan Tulangan Balok

Tumpuan Lapangan Tumpuan

Tulangan Atas
Tulangan Tulangan
Atas Atas
3 D 22 4 D 19 3 D 22
Tulangan Tulangan
Tulangan Torsi
Torsi Torsi
1 D 10 0 D 10 1 D 10
Tulangan Tulangan
Tulangan Bawah
Bawah Bawah
4 D 19 4 D 19 4 D 19

Tulangan Tulangan Geser Tulangan


Geser Geser
3 D 10 3 D 10 3 D

Gambar 9.1 Seluruh Tulangan Balok Induk 1

70
Tumpuan Lapangan Tumpuan

Tulangan Atas Tulangan Atas Tulangan Atas


4 D 19 4 D 19 4 D 19
0 D 0 0 D 0 0 D 0
Tulangan Torsi Tulangan Torsi Tulangan Torsi
1 D 10 0 D 10 1 D 10

Tulangan Bawah Tulangan Bawah Tulangan Bawah


3 D 22 4 D 19 3 D 22
0 D 0 0 D 0 0 D 0

Tulangan Geser Tulangan Geser Tulangan Geser

3 D 10 3 D 10 3 D 10
s 150 0 s 150

Gambar 9.2. Seluruh Tulangan Balok Induk 2

Tumpuan Lapangan Tumpuan

Tulangan Atas Tulangan Atas Tulangan Atas


4 D 25 4 D 22 4 D 25
0 D 0 0 D 0 0 D 0
Tulangan Torsi Tulangan Torsi Tulangan Torsi
1 D 10 0 D 10 1 D 10

Tulangan Bawah Tulangan Bawah Tulangan Bawah


4 D 22 3 D 19 4 D 22
0 D 0 0 D 0 0 D 0

Tulangan Geser Tulangan Geser Tulangan Geser

3 D 10 3 D 10 3 D 10
s 150 0 s 150

Gambar 9.3. Seluruh Tulangan Balok Anak 1

71
Tumpuan Lapangan Tumpuan

Tulangan Atas Tulangan Atas Tulangan Atas


3 D 19 3 D 19 3 D 19
0 D 0 0 D 0 0 D 0
Tulangan Torsi Tulangan Torsi Tulangan Torsi
1 D 10 0 D 10 1 D 10

Tulangan Bawah Tulangan Bawah Tulangan Bawah


4 D 16 3 D 19 4 D 16
0 D 0 0 D 0 0 D 0

Tulangan Geser Tulangan Geser Tulangan Geser

3 D 10 3 D 10 3 D 10
s 150 0 s 150

Gambar 9.4. Seluruh Tulangan Balok Anak 2

3. Kebutuhan Tulangan Kolom

Tulangan Utama
12 D 28.6512

Lo = 1000 mm
Tulangan Sengkang
2 D 10 225

2000 mm L= 4000mm
Tulangan Sengkang
0 D 10 0

Lo = 1000 mm
Tulangan utama
2 D 10 225

Gambar 9.4. Detail Kolom 1

72
Tulangan Utama
12 D 28.6512

Lo = 1000 mm
Tulangan Sengkang
2 D 10 225

2000 mm L= 4000mm
Tulangan Sengkang
0 D 0 0

Lo = 1000 mm
Tulangan utama
2 D 10 225

Gambar 9.6. Detail Kolom 2


9.2. Saran
Dari pengerjaan laporan tugas besar ini adanya bebarapa kendala, oleh
sebab itu penulis menyarankan:
1. Perlu adanya pengarahan mengenai tugas besar secara mendetail.
2. Perlu adanya asistensi rutin untuk perhitungan.
3. Perlu adanya kejelasan mengenai format penulisan.
4. Perlu adanya kerjasama tim yang baik.
5. Sebaiknya dosen memberikan perhitungan sesuai dengan materi.

73
BAB X
DETAIL PENULANGAN

10.1. Pelat

10.2. Balok

10.3. Kolom

74

Anda mungkin juga menyukai