Anda di halaman 1dari 4

MATERI 1

A. KEBIJAKAN TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM IMUNISASI PROVINSI JATENG 2019


1. UU Perlindungan anak No 35 Tahun 2019
2. UU Kesehatan No 36 Tahun 2019
3. UU Pemerintah daerah NO 23 Tahun 2014

B. TUJUAN IMUNISASI

Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu sehingga dapat menurunkkan prevalensi


penyakit (mengubah epidemiologi penyakit) Jika penyakit sudah hilang dan setelah tidak muncul
maka harapannya penyakit tersebut sudah tidak ada lagi.

C. MACAM-MACAM PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


- Tb
- Difteri
- Pertusis
- Tetanus
- Polio
- Campak
- Hepatitis B
- Hemophilus Influenzae type B
- Pneumonia
- HPV
- Rubella
- Retavirus
- HI
- Malaria
- Dengue

Dengan adanya imunisasi maka dayatahan tubuh menjadi lebih kuat namun tidak menutup
kemungkinan untuk bisa terjangkit penyakit tersebut.

D. TARGET IMUNISASI GLOBAL 2015-2019


- Mempertahankan indonesia bebas polio
- Mempertahankan pencapaian eliminasi tetanus maternal & neonatal
- Mencapai eliminasi campak & pengendalian rubela

E. PRINSIP IMUNISASI
1. Vaksin untuk imunisasi harus poten
2. Harus aman
3. Memenuhi persyaratan pembuatan & penyimpanan yang sudah dibakukan

F. CATATAN PEMBERIAN IMUNISASI PROGRAM(Permenkes No 12 Th 2017)


a. Pemberian Hepatitis B optimal diberikan <24 jam pasca persalinan, didahuluai vit K 2-3 jam
sebelumnya
b. Bayi lahir di RS imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
c. Pemberian BCG optimal sampai usia 2 Bulan, dapat diberikan sampai usia <1 Tahun, tanpa
tes mantoux
d. Pada kondisi tertentum semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sampai usia <1
tahun
e. Imunisasi lanjutan baduta (DPT-HB-Hib dan Campak) dapat diberikan dalam rentang usia < 1
tahun.
f. Pemberian imunisasi Td tidak perllu diberikan bila sudah mencapai status T5, harus
dibuktikan dengan buku kesehatan ibu dan anak

G. PENGELOLAAN LIMBAH (Permenkes No 12 Th 2017)

Rumah sakit dan fasilitas yankes lainnya yang menyenggarakan imunisasi bertanggung jawab
terhadap pengolahan limbah imunisasi sesuai dengan persyaratan dan ketentuan peraturan
perundan-undangan.

H. PENYELENGGARAAN IMUNISASI PROGRAM (Permenkes No 12 Th 2017)


- Perencanaan
- Penyediaan & distribusi logistik
- Penyimpanan & pemeliharaan logistik
- Penyediaan tenaga pengelola
- Pelaksanaan pelayanan
- Pengolahan limbah
- Pembantauan & evaluasi

I. PENYELENGGARAAN IMUNISASI (Permenkes No 12 Th 2017)

Vaksin harus diperoleh dari industri farmaso atau pedagang besar farmasi yang memiliki izin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan

J. PENCATATAN & PELAPORAN (Permenkes No 12 Th 2017)


1. Pencatatan harus dilakukan secara rutin dan berkala serta berjenjang meliputi : Cakupan
imunisasi, stok dan pemakaian vaksin, monitoring suhu, kondisi peralatan cold chain dan
kasus KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) atau diduga KIPI.
2. Pencatatan pelayanan imunisasi rutin
3. Fasilitas Yankes swasta wajib mencaqtat5 dan melaporkan setiap bulan ke puskesmas
wilayahnya dengan menggunakan format yang berlaku.

MATERI 2 :

PENGELOLAAN PERALATAN RANTAI VAKLSIN PROGRAM IMUNISASI

A. PENYIMPANAN
Semua vaksin harus disimpan di lemari es (bukan freezer) dengan suhu terpantau
dan terkendali dalam lemari es buka atas atau disebut dengan vaccine refrigerator buka atas
(Standar WHO). Lemari es tempat penyimpanan vaksin tidak boleh sampai ada bunga es
yang mencapai ketebalan 0,5 cm maka harus rutin dibersihkan 1 bulan sekali serta tidak
boleh terlalu sering dibuka (lebih dari 3 x sehari)
1. Sensitif beku (Suhu penyimpanan +2 sampai +8 C) jenis vaksin ini harus disimpan jauh dari
evapolator.
a. Hepatitis B(umur 26 bulan) Vaksin ini rusak pada suhu -0,5 C dan hanya bisa bertahan
pada suhu tersebut maximal 30 menit
b. DPT / HB (umur 2 tahun)
c. Td(2 Tahun), DT(2 tahun) dan TT(2 tahun) rusak pada suhu -5 C sampai 10 C dan hanya
bisa bertahan disuhu tersebut selama1,5 sampan 2 jam
2. Sensitif Panas , jenis vaksin ini harus disimpan dekat dengan evapolator
BCG(suhu +2 sampai =8 atau -15 sampai -25 umur vaksinnya adalah 1 tahun), POLIO (suhu
+2 sampai +8 adalah 6 bulan sedangkan suhu -15 sampai -25 adalah 2 tahun) dan CAMPAK
(suhu +2 sampai +8 atau -15 sampai -25 adalah 2 tahun) ketiga vaksin ini rusak pada suhu
beberapa C diatas suhu kamar (<34C) polio bertahan 2 hari sedangkan BCG dan campak
bertahan 7 hari pada suhu tersebut.
3. Pelarut vaksin disimpan di suhu ruang, sehari sebelum dipakai disimpan dalam lemari es
dengan suhu yang sama

B. RANTAI VAKSIN

Adalah prosedur peralatan yang digunakan dalam pengiriman atau penyimpanan vaksin dari
pabrik pembuat vaksin sampai pada sasarannya yaitu ibu dan anak. Dengan tujuan untuk
meminimalkan kesalahan selama penanganan terhadap vaksin sehingga dapat diketahui bahwa
vaksin yang akan digunakan masih mempunyai potensi baik.

C. PERALATAN PEMANTAUAN SUHU VAKSIN


1. Alat pemantau suhu
a. Termometer MULLER = Rumah Sakit WAJIB memiliki
b. Termometer Dial
c. Termometer Bulb
2. Alat pencatat suhu
a. Termograf
b. TTM
c. Multilog
d. Fridge tag
3. Alat pemantau paparan suhu dingin
a. Freeze warch
b. Freeze Tag = juka freeze tag bertanda silang (X) maka harus diganti, karna kalau
silang erarti terjadi pembekuan dan vaksin rusak
4. Alat pemantau paparan panas
a. VCCM (Vaccine Cold Chain Monitor)
b. VVM ( Vaccine Vial Monitor)

D. PEMAKAIAN VAKSIN
1. Perhatikan kondisi VVM, jika kondisi vvm B maka pakai terlebih dahulu karna VVM yang
baik adalah VVM A.
2. Perhatikan tanggal adaluarsa
3. Urutan penerimaan
4. Saat pendistribusian vaksin dimasukan kedaam vaccine carrier yabf diisi dengan 4 buah
cool pack (BUKAN ES BATU)
*Syarat vaksin yang sudah digunakan dan mau disimpan di kulkas maka vaksin tersebut
harus belum kadaluarsa, disimpan pada suhu 2 sampai dengan 8 C, tidak terendam air, VVM
masih A atau B serta ditulis tanggal dan jam pertama kali digunakan.
MATERI 3

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

A. Definisi
Semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, yang menjadi perhatian dan diduga
berhubungan dengan imunisasi.

KIPI yang paling serius adalah adalah reaksi anafilaktik yang ditandai dengan kemerahan
menyeluruh dan gatal dengan obstruksi jalan nafas atas atau bawah. Tatalaksananya harus cepat
dan tepat, jika reaksi tersebut cukup hebat dapat menimbulkan syok anafilaktif. Maka saatn
imunisasi harus disediakan KIT EMERGENCY ANAFILAKTIK yang terdiri dari 1 ampul ephedrin 1 :
1000, 1 spuit 1 ml, 1 infuset, 1 jarum infus untuk bayi dan balita serta 1 kantong NACL 0,9 %.

B. PELAPORAN KIPI
1. Berdasarkan pada individu, antigen, dilaporkan secara bertahap
2. KIPI ringan dilaporkan secara teratur setiap nulan
3. KIPI berat dilaporkan setiap ada kejadian

KESIMPULAN

Imunisasi di pati secara angka sudah bagus dengan terus melakukan upaya peningkatan
kualitas imunisasi agar rantai imunisasi di kota pati sesuai standar penangan vaksin di kota pati
sesuai dengan SOP

Anda mungkin juga menyukai