Anda di halaman 1dari 15

Putusan hakim

BAB II

PEMBAHASAN

A. Putusan Hakim

Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan
diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan
perkara gugatan (kontentius). Penetapan adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam
bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai
hasil dari pemeriksaan perkara permohonan (voluntair).1[1] Atau juga Putusan hakim
adalah suatu pernyataan oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk
itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengahiri atau menyelesaikan perkara
atau sengketa antara para pihak. Jika tidak diatati para pihak maka putusan tersebut dapat
dipaksakan.2[2]

Sedangkan menurut penulis bahwa putusan hakim adalah suatu pernyataan hakim
terhadap suatu perkara, menyelesaikan sengketa dan mengakhirinya.

B. Macam-Macam Putusan Hakim

1. Putusan Akhir

1[1]Https://www.google.co.id/search?hl=en&client=firefox-
a&hs=HUu&tbo=d&rls=org.mozilla:en-
US:official&q=pengertian+putusan+hakim&revid=, diunduh tgl 30 november 2012.
2[2]Abdul khair, Kompilasi Hukum Acara Perdata, (softfile).
Jenis putusan lain ditinjau dari segi bentuknya atau pada saat menjatuhkannya adalah
putusan akhir atau dalam commom low, sama dengan final judgement. Kalau putusan
sela di ambil dan menjatuhkan hakim pada saat proses pemeriksaan perkara pokok
sedang berlangsung maka putusan akhir diambil dan di jatuhkan pada akhir atau sebagai
akhir pemeriksaan perkara pokok.3[3]

Putusan akhir merupakan mengakhiri pemeriksaan di persidangan, baik telah melalui


semua tahapan pemeriksaan maupun yang tidak/belum menempuh semua tahapan
pemeriksaan. Putusan yang dijatuhkan sebelum tahap akhir dari tahap-tahap pemeriksaan,
tetapi telah mengakhiri pemeriksaan yaitu : putusan gugur, putusan verstek yang tidak
diajukan verzet, putusan tidak menerima, dan putusan yang menyatakan pengadilan
agama tidak berwenang memeriksa.

Semua putusan akhir dapat dimintakan akhir, kecuali bila undang-undang menentukan
lain.4[4]

Putusan akhir merupakan tindakan atau perbuatan hakim sebagai penguasa atau
pelaksana kekuasaan kehakiman untuk menyelesaikan dan mengakhiri sengketa yang
terjadi di antara pihak yang berpekara.5[5]

Sedangkan menurut sifatnya dikenal tiga macam putusan, yaitu :

a. Putusan Declaratoir
Putusan declaratoir adalah putusan yang bersifat hanya menerangkan. Menegaskan suatu
keadaan hukum semata-mata. Misalnya bahwa A adalah anak angkat yang sah dari X dan
Y, atau bahwa A, B dan C adalah ahli waris dari almarhum Z. 6[6] Putusan declaratoir
adalah pernyataan hakim yang tertuang dalam putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan

3[3]Ibid, h. 887.
4[4]Https://www.google.co.id/search?hl=en&client=firefox-
a&hs=HUu&tbo=d&rls=org.mozilla:en-
US:official&q=pengertian+putusan+hakim&revid=, diunduh tgl 30 november 2012.
5[5] Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cet. 7, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h.
887-888.
6[6]Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata
Dalam Teori Dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2005, h. 109.
itu merupakan penjelasan atau penetapan tentang sesuatu hak dan titel maupun status.
Dan pernyataan itu dicantumkan dalam amar atau diktum putusan. Dengan adanya
pernyataan itu, putusan telah menentukan dengan pasti siapa yang berhak atau siapa yang
mempunyai kedudukan atas permasalahan yang disengketakan.7[7]

b. Putusan Constitutif

Putusan constitutif adalah putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum atau
menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru. Contohnya adalah putusan perceraian,
putusan yang menyatakan seorang jatuh pailit. 8[8] putusan contitutif yang menyatakan
perjanjian batal, pada dasarnya amar yang berisi pembatalan perjanjian adalah bersifat
deklaratif yakni yang berisi perjanjian itu tidak sah oleh karena itu perjanjian itu
dinyatakan batal.9[9]

c. Putusan Condemnatoir

Putusan condemnatoir adalah putusan yang berisi penghukuman. Misalnya, dimana pihak
tergugat dihukum untuk menyerahkan sebidang tanah berikut bangunan rumahnya
membayar utang.10[10] Putusan condemnatoir memuat amar menghukum salah satu pihak
yang berpekara. Putusan yang bersifat condemntoir merupakan bagian yang tidak terpisah
dari amar deklaratif dan konstitutif. Dapat dikatakan amar condemnatoir adalah asesor
dengan amar deklaratif dan konstitutif karena amar tersebut tidak dapat berdiri sendiri
tanpa amar putusan condemnatoir.11[11]

2. Putusan Sela

Mengenai putusan sela disinggung dalam pasal 185 ayat (1) HIR atau pasal 48 Rv.
Menurut pasal tersebut, hakim dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang bukan

7[7]Yahya Harahap, hukum acara perdata, Cet. 7, Jakarta: sinar grafika, 2008, h.
876.
8[8]Retnowulan sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, h. 109.
9[9]Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 877.
10[10]Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata
Dalam Teori Dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2005, h. 109.
11[11]Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 877.
putusan akhir, yang dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung. Namun,
putusan itu tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dengan putusan akhir
mengenai pokok perkara. Jadi, hakim sebelum menjatuhkan putusan akhir dapat
mengambil putusan sela baik yang berbentuk putusan preparatoir dan interlocutoir.

Putusan sela berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang berpekara untuk
memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara, sebelum dia menjatuhkan
putusan akhir. Sehubungan dengan itu, dalam teori dan praktik dikenal beberapa jenis
putusan yang muncul dari putusan sela, antara lain sebagai berikut:

a. Putusan Preparatoir

Tujuan dari putusan preparatoir merupakan persiapan jalannya pemeriksaan. Misalnya


sebelum hakim memulai pemeriksaan, lebih dahulu menerbitkan putusan preparatoir
tentang tahap-tahap proses atau jadwal persidangan.12[12]

b. Putusan Interlocutoir

Menurut soepomo, sering kali PN menjatuhkan putusan interlocutoir saat proses


pemeriksaan tengah berlangsung. Putusan ini merupakan bentuk khusus putusan sela
yang dapat berisi bermacam-macam perintah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
hakim, antara lain sebagai berikut:

1) Putusan interlokutor yang memerintahkan pendengaran keterangan ahli berdasarkan


pasal 154 HIR.

Apabila hakim secara ex officio maupun atas permintaan salah satu pihak, menganggap
perlu mendengar pendapat ahli yang kompeten menjelaskan hal yang belum terang
tentang masalah yang disengketakan, hal itu dituangkan dalam putusan sela yang disebut
putusan interlokutor.

12[12]Ibid, h. 880.
2) Memerintahkan pemeriksaan setempat berdasarkan pasal 153 HIR.

Jika hakim berpendapat atau atas permintaan salah satu pihak, perlu dilakukan
pemeriksaan setempat maka pelaksanaannya dituangkan dalamm putusan interlokutor
yang berisi perintah kepada hakim komisaris dan panitera untuk melaksanakannya.

3) Memerintahkan pengucapan atau pengangkatan sumpah baik sumpah penentu atau


tambahan berdasarkan pasal 155 HIR, pasal 1929 KUH perdata maka pelaksanaannya
dituangkan dalam putusan interlokutor.

4) Bisa juga memerintahkan pemanggilan saksi berdasarkan pasal 139 HIR yakni
saksi yang diperlukan penggugat atau tergugat, tetapi tidak dapat menghadirkannya
berdasarkan pasal 121 HIR, pihak yang berkepentingan dapat meminta kepada hakim
supaya saksi tersebut dipanggil secara resmi oleh juru sita. Apabila permintaan ini
dikabulkan, hakim menerbitkan surat perintah untuk itu yang dituangkan dalam bentuk
putusan interlokutor.

5) Putusan interlokutor dapat juga diterbitkan hakim untuk memerintahkan


pemeriksaan pembukuan perusahaan yang terlibat dalam suatu sengketa oleh akuntan
publik yang independen.13[13]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Putusan hakim adalah suatu pernyataan hakim di dalam suatu persidangan bertujuan
untuk mengakhiri dan menyelesaikan sebuah perkara. Ada beberapa macam putusan
hakim untuk menyelesaikan suatu perkara yaitu putusan akhir dan putusan Putusan sela,

13[13]Ibid, h. 881.
yang termasuk putusan sela yaitu Declaratoir, Putusan Constitutif, Putusan Condemnatoir,
dan Putusan sela yaitu Putusan Preparatoir Interlocutoir.

B. Saran Penulis
Dalam hal ini kami menyadari sepenuhnya akan keterbatasan ruang gerak pemikiran dan
sudut pandang yang kami miliki. Sehingga target kesempurnaan dalam penulisan
makalah ini masih belum dapat dicapai. Untuk itu dukungan kritik dan saran yang
berorientasi pada penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan demi kesempurnaan
di masa yang akan datang. Akhir kata dengan kerendahan hati, kami berharap semoga
makalah dapat diterima dan mudah-mudahan makalah yang kami buat ini dapat
digunakan sebaik-baiknya sebagai bahan bacaan dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih !
Disusun oleh

AHMAD ZARKASI
NIM: 100 211 0339

ANDRIYANTO
NIM: 100 211 0341

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI AL
AHWAL ASY
SYAKHSHIYYAH 1434 H /
2012 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum acara perdata adalah rangkaian-rangkaian peraturan-peraturan yang


memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan
dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk
melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata. Putusan hakim
merupakan bagian dari hukum acara perdata yang meliputi arti putusan hakim,
macam-macam putusan hakim.

Oleh karena itu penulis selanjutnya membahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian putusan Hakim?

2. Apa saja macam-macam putusan Hakim?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang putusan


hakim.

2. Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang macam-macam


putusan hakim.

D. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya yang berhubungan dengan rumusan masalah di atas


maka penulis membatasi pembahasan pada makalah ini hanya sesuai yang terdapat
dalam rumusan masalah. Adapun hal lain yang tidak berhubungan dengan hal di
atas tidak penulis uraikan pada makalah ini.

E. Metode Penulisan

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
research library dengan menggunakan buku yang terdapat di perpustakaan dan
metode browsing internet yaitu mencari bahan yang terkait dengan pembahasaan di
internet.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Putusan Hakim

Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis
dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai hasil dari
pemeriksaan perkara gugatan (kontentius). Penetapan adalah pernyataan hakim
yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang
terbuka untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan perkara permohonan
(voluntair).14[1] Atau juga Putusan hakim adalah suatu pernyataan oleh hakim
sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan dipersidangan
dan bertujuan untuk mengahiri atau menyelesaikan perkara atau sengketa antara

14[1]Https://www.google.co.id/search?hl=en&client=firefox-
a&hs=HUu&tbo=d&rls=org.mozilla:en-
US:official&q=pengertian+putusan+hakim&revid=, diunduh tgl 30 november 2012.
para pihak. Jika tidak diatati para pihak maka putusan tersebut dapat
dipaksakan.15[2]

Sedangkan menurut penulis bahwa putusan hakim adalah suatu pernyataan hakim
terhadap suatu perkara, menyelesaikan sengketa dan mengakhirinya.

B. Macam-Macam Putusan Hakim

1. Putusan Akhir

Jenis putusan lain ditinjau dari segi bentuknya atau pada saat menjatuhkannya
adalah putusan akhir atau dalam commom low, sama dengan final judgement.
Kalau putusan sela di ambil dan menjatuhkan hakim pada saat proses pemeriksaan
perkara pokok sedang berlangsung maka putusan akhir diambil dan di jatuhkan
pada akhir atau sebagai akhir pemeriksaan perkara pokok.16[3]

Putusan akhir merupakan mengakhiri pemeriksaan di persidangan, baik telah


melalui semua tahapan pemeriksaan maupun yang tidak/belum menempuh semua
tahapan pemeriksaan. Putusan yang dijatuhkan sebelum tahap akhir dari tahap-
tahap pemeriksaan, tetapi telah mengakhiri pemeriksaan yaitu : putusan gugur,
putusan verstek yang tidak diajukan verzet, putusan tidak menerima, dan putusan
yang menyatakan pengadilan agama tidak berwenang memeriksa.

Semua putusan akhir dapat dimintakan akhir, kecuali bila undang-undang


menentukan lain.17[4]

Putusan akhir merupakan tindakan atau perbuatan hakim sebagai penguasa atau
pelaksana kekuasaan kehakiman untuk menyelesaikan dan mengakhiri sengketa
yang terjadi di antara pihak yang berpekara.18[5]

15[2]Abdul khair, Kompilasi Hukum Acara Perdata, (softfile).


16[3]Ibid, h. 887.
17[4]Https://www.google.co.id/search?hl=en&client=firefox-
a&hs=HUu&tbo=d&rls=org.mozilla:en-
US:official&q=pengertian+putusan+hakim&revid=, diunduh tgl 30 november 2012.
Sedangkan menurut sifatnya dikenal tiga macam putusan, yaitu :

a. Putusan Declaratoir
Putusan declaratoir adalah putusan yang bersifat hanya menerangkan. Menegaskan
suatu keadaan hukum semata-mata. Misalnya bahwa A adalah anak angkat yang
sah dari X dan Y, atau bahwa A, B dan C adalah ahli waris dari almarhum Z. 19[6]
Putusan declaratoir adalah pernyataan hakim yang tertuang dalam putusan yang
dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan penjelasan atau penetapan tentang
sesuatu hak dan titel maupun status. Dan pernyataan itu dicantumkan dalam amar
atau diktum putusan. Dengan adanya pernyataan itu, putusan telah menentukan
dengan pasti siapa yang berhak atau siapa yang mempunyai kedudukan atas
permasalahan yang disengketakan.20[7]

b. Putusan Constitutif

Putusan constitutif adalah putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum atau
menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru. Contohnya adalah putusan
perceraian, putusan yang menyatakan seorang jatuh pailit. 21[8] putusan contitutif
yang menyatakan perjanjian batal, pada dasarnya amar yang berisi pembatalan
perjanjian adalah bersifat deklaratif yakni yang berisi perjanjian itu tidak sah oleh
karena itu perjanjian itu dinyatakan batal.22[9]

c. Putusan Condemnatoir

Putusan condemnatoir adalah putusan yang berisi penghukuman. Misalnya,


dimana pihak tergugat dihukum untuk menyerahkan sebidang tanah berikut

18[5] Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cet. 7, Jakarta: Sinar Grafika, 2008,
h. 887-888.
19[6]Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata
Dalam Teori Dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2005, h. 109.
20[7]Yahya Harahap, hukum acara perdata, Cet. 7, Jakarta: sinar grafika, 2008, h.
876.
21[8]Retnowulan sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, h. 109.
22[9]Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 877.
bangunan rumahnya membayar utang.23[10] Putusan condemnatoir memuat amar
menghukum salah satu pihak yang berpekara. Putusan yang bersifat condemntoir
merupakan bagian yang tidak terpisah dari amar deklaratif dan konstitutif. Dapat
dikatakan amar condemnatoir adalah asesor dengan amar deklaratif dan konstitutif
karena amar tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa amar putusan
condemnatoir.24[11]

2. Putusan Sela

Mengenai putusan sela disinggung dalam pasal 185 ayat (1) HIR atau pasal 48 Rv.
Menurut pasal tersebut, hakim dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang
bukan putusan akhir, yang dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung.
Namun, putusan itu tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dengan
putusan akhir mengenai pokok perkara. Jadi, hakim sebelum menjatuhkan putusan
akhir dapat mengambil putusan sela baik yang berbentuk putusan preparatoir dan
interlocutoir.

Putusan sela berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang berpekara
untuk memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara, sebelum dia
menjatuhkan putusan akhir. Sehubungan dengan itu, dalam teori dan praktik
dikenal beberapa jenis putusan yang muncul dari putusan sela, antara lain sebagai
berikut:

a. Putusan Preparatoir

Tujuan dari putusan preparatoir merupakan persiapan jalannya pemeriksaan.


Misalnya sebelum hakim memulai pemeriksaan, lebih dahulu menerbitkan putusan
preparatoir tentang tahap-tahap proses atau jadwal persidangan.25[12]

23[10]Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata


Dalam Teori Dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2005, h. 109.
24[11]Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 877.
25[12]Ibid, h. 880.
b. Putusan Interlocutoir

Menurut soepomo, sering kali PN menjatuhkan putusan interlocutoir saat proses


pemeriksaan tengah berlangsung. Putusan ini merupakan bentuk khusus putusan
sela yang dapat berisi bermacam-macam perintah sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai hakim, antara lain sebagai berikut:

1) Putusan interlokutor yang memerintahkan pendengaran keterangan ahli


berdasarkan pasal 154 HIR.

Apabila hakim secara ex officio maupun atas permintaan salah satu pihak,
menganggap perlu mendengar pendapat ahli yang kompeten menjelaskan hal yang
belum terang tentang masalah yang disengketakan, hal itu dituangkan dalam
putusan sela yang disebut putusan interlokutor.

2) Memerintahkan pemeriksaan setempat berdasarkan pasal 153 HIR.

Jika hakim berpendapat atau atas permintaan salah satu pihak, perlu dilakukan
pemeriksaan setempat maka pelaksanaannya dituangkan dalamm putusan
interlokutor yang berisi perintah kepada hakim komisaris dan panitera untuk
melaksanakannya.

3) Memerintahkan pengucapan atau pengangkatan sumpah baik sumpah


penentu atau tambahan berdasarkan pasal 155 HIR, pasal 1929 KUH perdata maka
pelaksanaannya dituangkan dalam putusan interlokutor.

4) Bisa juga memerintahkan pemanggilan saksi berdasarkan pasal 139 HIR


yakni saksi yang diperlukan penggugat atau tergugat, tetapi tidak dapat
menghadirkannya berdasarkan pasal 121 HIR, pihak yang berkepentingan dapat
meminta kepada hakim supaya saksi tersebut dipanggil secara resmi oleh juru sita.
Apabila permintaan ini dikabulkan, hakim menerbitkan surat perintah untuk itu
yang dituangkan dalam bentuk putusan interlokutor.
5) Putusan interlokutor dapat juga diterbitkan hakim untuk memerintahkan
pemeriksaan pembukuan perusahaan yang terlibat dalam suatu sengketa oleh
akuntan publik yang independen.26[13]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Putusan hakim adalah suatu pernyataan hakim di dalam suatu persidangan


bertujuan untuk mengakhiri dan menyelesaikan sebuah perkara. Ada beberapa
macam putusan hakim untuk menyelesaikan suatu perkara yaitu putusan akhir dan
putusan Putusan sela, yang termasuk putusan sela yaitu Declaratoir, Putusan
Constitutif, Putusan Condemnatoir, dan Putusan sela yaitu Putusan Preparatoir
Interlocutoir.

B. Saran Penulis
Dalam hal ini kami menyadari sepenuhnya akan keterbatasan ruang gerak
pemikiran dan sudut pandang yang kami miliki. Sehingga target kesempurnaan
dalam penulisan makalah ini masih belum dapat dicapai. Untuk itu dukungan
kritik dan saran yang berorientasi pada penyempurnaan makalah ini sangat kami
harapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata dengan
kerendahan hati, kami berharap semoga makalah dapat diterima dan mudah-
mudahan makalah yang kami buat ini dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai
bahan bacaan dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih !

26[13]Ibid, h. 881.

Anda mungkin juga menyukai