120-Article Text-334-1-10-20190517

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No.

1, Juni 2016, hal 23-51


ISSN 2339 - 1545

Mengaksikan Wacana Akuntansi Berbasis Pancasila Melalui Dekonstruksi Makna


Stakeholders: Kritik atas Kapitalisme

Arrayyan Firdaus1, Minati Kartika Sari2, Ari Kamayanti3

¹,2
Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta No. 9 Malang
3
Peneleh Research Institute, Pondok Indah Estate Blok B no 11 A Malang.

INFO ARTIKEL A B S T R A C T
JEL Classification:
This research aims to analyze students’ understanding about
M41
accounting, to portray accounting in Indonesia, and to reinterpret the
M14
meaning of stakeholders through Pancasila internalization. Bachelor
Keywords: students’ understanding on the accounting interpretation and consciousness
Pancasila, Stakeholders, were interviewed as informants. The findings indicate that the three
Maskulin, Akuntansi Kapitalis, informants have different understanding about accounting because of
Pemahaman Akuntansi, different characters, education background, and experience. The three
Penginternalisasian Pancasila. informants felt that accounting should not be interpreted as mere recording
and reporting, but more. It is indicated that there is a growing consciousness
of the informants to escape from the existing accounting as well as to
significantly change accounting that is compatible with Pancasila. This
article offers a form of action as a result of discussion with the informants
in the form of reinterpretation of stakeholders that are more religious and
humanist.

A B S T R A K

Penelitian ini bertujuan mengkaji pemahaman mahasiswa tentang


akuntansi, memotret jati diri “keakuntansian” di Indonesia, dan kemudian
mencoba untuk membangun pemaknaan ulang kata stakeholders melalui
penginternalisasian Pancasila. Mahasiswa tingkat akhir program sarjana
sebagai informan inti dieksplorasi lebih lanjut pemahaman dan kesadarannya
tentang akuntansi melalui kegiatan wawancara secara mendalam. Temuan
yang didapat mengindikasikan bahwa informan tersebut telah mampu
memahami akuntansi dari berbagai sudut pandang yang berbeda sebagai
akibat adanya perbedaan pada karakter pribadi, pendidikan, dan pengalaman
mereka. Ketiga informan tersebut berpendapat, tidak seharusnya akuntansi
dipahami sebatas pada pencatatan dan penyusunan laporan keuangan
semata namun harus lebih daripada itu. Terindikasi adanya kesadaran
informan untuk keluar dari akuntansi yang ada sekarang dan kemudian
menginginkan perubahan yang signifikan pada sistem akuntansi yang
senada dengan Pancasila. Artikel ini mengusulkan bentuk aksi wacana yang
telah didiskusikan bersama informan dalam bentuk pemaknaan ulang kata
stakeholders yang lebih agamis dan humanis.

*Email Korespondensi: 1arrayyanfirdaus@gmail.com, 2minantikartika@gmail.com, 3kamayanti.ari@gmail.com

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


23
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

Hidup Mahasiswa, Hidup Mahasiswa, Hi- hegemoni antar dua kutub pemecah bangsa yaitu
dup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia. tawaran ekonomi kapitalisme maupun sosialis
Assalamualaikum. Apa kabar putra-putri calon dan tawaran atas dasar negara berdasarkan agama
akuntan terbaik Indonesia? Apa kabar pendidikan atau sekularisme. Melalui pernyataan Santiko
mata kuliah Pancasila mu? (2012) ini pun kita dapat menarik benang merah
bahwasanya pancasila adalah bentuk ideologi
Seberapa dekat akuntansimu dengan Pancasila-
yang sangat lengkap. Pembuktiannya dapat
mu? Atau sudahkah perguruan tinggimu mengin-
terlihat melalui butir-butir pancasila yang bila
ternalisasikan nilai-nilai Pancasila kedalam dunia
kita cermati satu per satu didalamnya terkandung
pendidikan akuntansi? Coba saya tebak, exactly
nilai spiritual, nilai kemanusian, nilai persatuan,
belum sepenuhnya bukan. Its okay, berarti kita
nilai kebijaksanaan, dan nilai keadilan.
didalam panggung yang sama yakni panggung
Hal ini tentu berbeda dengan nilai-nilai
kapitalisme.
yang didistribusikan oleh ideologi yang berasal
(Teriakan Arrayyan Firdaus pada saat Konferensi dari kaum barat yakni seperti kapitalisme.
Nasional Akuntansi Pancasila Jilid Pertama, Kapitalisme mengajarkan kita untuk taat, patuh,
2014) dan tunduk pada nilai-nilai kombinasi dari egoistik
1. Pendahuluan dan materialistik yang kemudian menyatu dalam
perekat utilitarianisme (Triyuwono, 2012). Sudah
Pada Konferensi Nasional Akuntansi menjadi isu lama bahwa dalam dunia pendidikan
Pancasila Jilid Pertama yang dilaksanakan oleh akuntansi adanya pemahaman akuntansi harus
Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia Simpul disajikan dengan cara berpikir kapitalisme
Jawa Timur di STIE Asia Malang pada tanggal 1 dan liberalisme yang merupakan wujud dari
Juni 2014 lalu, Pancasila sebagai ideologi negara modernisme yang berciri reduksionis, mekanis,
disambut meriah oleh para peserta konferen. linier, dikotomis, dan materialistik (Bashir, 1986;
Pada acara tersebut terbentuk kesepakatan untuk Dhaouai, 1993; Ragab; 1993, dan Bakar, 1994).
memberikan ruang dan meletakkan Pancasila Hines (1992) telah mengutarakan pen-
sebagai fondasi untuk mewujudkan the new dapatnya bahwa nilai-nilai kapitalisme telah
accounting. Gairah berakuntansi dan berpancasila merasuk pada jiwa akuntansi modern melalui
memang sudah mulai menggeliat di kalangan ruh-ruh jahat egois, private, kuantitatif, dan
akademisi (lihat Setiawan dan Kamayanti, 2012; materi sehingga melahirkan akuntansi bergender
Ludigdo & Kamayanti, 2012). maskulin. Ruh-ruh jahat akuntansi bergender
Secara implisit, kata “sepakat” pada maskulin diatas sebenarnya ialah representasi
salah satu kalimat yang tercantum pada paragraf dari sifat-sifat maskulin dewa Yang dan
sebelumnya, mencerminkan adanya kesadaran kemudian mencoba untuk memarginalkan atau
dari para peserta konferen bahwasanya proses sederhananya mereduksi sifat-sifat feminism
pembelajaran yang mereka dapatkan di bangku dewa Yin yang altruistik, publik, kualitatif, dan
kuliah memiliki simbol-simbol yang mengarahkan spiritual (Lihat Roseau, 1992; Seidman, 1994;
mereka untuk bertindak sebagai seseorang yang Lyotard, 1994; dan Rorty, 1994).
egois. Aktualisasinya mereka contohkan seperti Akhirnya, akuntansi yang seharusnya be-
pemaknaan simbol akun laba pada laporan rotasi pada keseimbangan orbit feminine-mas-
keuangan yang mensyaratkan perusahaan untuk kulin kini sedikit keluar dan menuju orbit egoistic
mengejar laba dengan rakusnya (Mulawarman, (maskulin), yang kemudian terefleksi kedalam
2008). bentuk private cost/benefits bahkan kedalam
Sudah sepatutnya pancasila dijadikan orientasi penyajian laba kepada yang pihak
sebagai strategi kebudayaan bangsa, di mana yang paling berkepentingan yaitu shareholders.
pancasila disini diharapkan untuk dapat digunakan Padahal pemaknaan kata stakeholders (pemangku
sebagai penjaga keseimbangan Indonesia ditengah kepentingan) tidak hanya difokukan pada satu

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


24
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

pihak saja yakni shareholders, namun juga kepada dari bahasa arab yaitu falsafah, bahasa inggris
pemerintah, masyarakat sekitar, karyawan/buruh, yaitu philosophy, dan bahasa belanda yaitu
dll. Bahkan melalui konsep syariah enterprise philosophie. Semua istilah bahasa tersebut
theory, Triyuwono (2012) menambahkan memiliki asal kata yang sama, yaitu kata bahasa
diperlukan adanya unsur lingkungan dan unsur yunani philosophia, yang mana disini terdiri dari
ketuhanan dalam proes pemaknaan stakeholders. dua kata yang sama, yaitu kata bahasa yunani
Akibat yang paling parah ialah ketika philosophia, yang mana disini terdiri dari dua
sifat maskulin telah mampu membuat manusia kata, yaitu philein yang berarti love (cinta) dan
meminggirkan unsur sosial dan unsur lingkungan sophia yang berarti wisdom (kebijaksanaan atau
sekaligus nilai-nilai transcendental atau nilai- kearifan). Jadi secara etimologis, filsafat dapat
nilai spiritual. Padahal, akuntabilitas kepada diartikan sebagai memikirkan dengan sungguh-
masyarakat dan lingkungan ialah perwujudan sungguh akan kebenaran atau hasrat yang besar
dari social and environmental accounting (kegandrungan) terhadap pengetahuan yang
yang kemudian menimbulkan konsekuensi benar.
bahwa fokus dari pemikiran “keakuntansian” Bagi bangsa Indonesia, filsafat atau
bukan hanya kepada konsep laba namun juga pandangan hidup dan pandangan dunianya
pertanggungjawaban kepada unsur-unsur so- adalah pancasila. Pancasila merupakan hasil
sial (Sukoharsono 2010). Artinya, secara kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki dan diyakini
harfiahnya sifat maskulin akuntansi akan kebenarannya oleh bangsa indonesia. Pancasila
mampu menjauhkan diri “seseorang akuntan” sebagai perwujudan dasar negara dianggap
terhadap Tuhannya. Tidak heran jikalau, proses baik dan bermakna sebagai pandangan hidup
bersykur, proses mensucikan diri dengan dan pandangan dunia bangsa indonesia. Dalam
mendistribusikan kebahagian melalui bantuan struktur kehidupan sosial bangsa indonesia,
dana (dalam islam dikenal dengan zakat), dan eksistensi (keberadaan) setiap manusia sebagai
proses mempertanggungjawabkan segala sesuatu makhluk pribadi, makhluk sosial serta makhluk
kepada Tuhan seringkali hanya dijadikan sebagai religius diakui, dihormati dan dijunjung tinggi
wacana. martabat serta harga dirinya.
Artikel ini bertujuan melakukan proses Pancasila yang terdiri dan tersusun atas
penggalian dan pengembangan yang lebih lanjut lima sila pada hakikatnya merupakan sebuah
untuk menghadirkan kembali keeksistensian sistem filsafat yang tidak terpisah satu sama lain.
konsep Pancasila dalam akuntansi. Melalui Sistem dapat dimaknai sebagai suatu kesatuan
penginternalisasian falsafah Pancasila kedalam bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
akuntansi diyakini mampu menutupi unsur bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara
maskulinitas yang berbasis pada kapitalisme keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh
yang masih berfokus pada konsep laba dan (Kaelan, 2010).
kapitalisasi modal. Akhirnya, dalam konteks Pancasila sebagai suatu sistem me-
yang lebih luas, pendekonstruksian ulang kata rupakan gambaran pancasila yang memiliki
stakeholders berdasarkan perspektif falsafah kesatuan bagian-bagian yang tercermin dalam
Pancasila membantu setiap entitas sadar sila-sila yang mempunyai fungsi masing-masing
dan kemudian berusaha memenuhi aspek dan tidak dapat berdiri sendiri serta saling
pertanggungjawabannya kepada Tuhan, manusia, bertentangan, karena keseluruhan dari sila-sila
dan alam berdasarkan unsur humanis. tersebut merupakan suatu kesatuan yang bersifat
organis. Membahas Pancasila sebagai sebuah
2. Tinjauan Pustaka
sistem filsafat, berarti mengungkapkan pancasila
Pancasila Sebagai Falsafah dan Ideologi sebagai sebuah sistem yang bulat dan utuh.
Negara Pancasila adalah ideologi karena Pan-
Secara etimologis kata filsafat berasal casila adalah, sebagaimana yang dipahami

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


25
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

(Kodhi dan Soejadi, 1989:47) tentang ideologi, cita normatif bagi penyelenggaraan konsep
cita-cita yang bersifat tetap, yang harus dicapai; kesejahteraan bersama. Pancasila sebagai
sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus sebuah ideologi, bukanlah sebuah “power base
merupakan dasar, pandangan atau faham. Dari ideology” namum merupakan “cultural base
sejarah penggambarannya ditunjukkan, bahwa ideology” sehingga dalam pengertiannya disini,
ideologi juga memainkan peran disimulasi lebih- ia merupakan satu bentukan nilai yang berasal
lebih dalam peran integrasi dan peran dominasi dari akar kebudayaan bangsa Indonesia. Sebagai
yang terkait dengan segi hirarki suatu organisasi bagian dari akar kebudayaan bangsa indonesia
sosial. Dimana disini, ideologi digambarkan tersebut, pancasila merupakan identitas ‘index’
sebagai sesuatu yang mencari kekuasaan dan (menunjukkan kemana arah bergerak), ‘vindex’
membentuk suatu hubungan antara kekuasaan dan (memperingatkan kemungkinan-kemungkinan
keyakinan dari para anggota-anggota kelompok arah yang sesat) dan ‘iudex’ (yang menentukan
sosial tersebut. apakah itu tepat atau tidak) (Kodhi dan Soejadi,
Namun demikian dalam kenyataannya, 1989:68). Dengan kata lain, visi atau arahdari
hubungan kekuasaan dengan sistem kekuasaan penyelenggaraan kehidupan menuju masyarakat
dalam kelompok sosial selalu berlangsung secara yang sejahtera adalah terwujudnya kehidupan
asimetris dikarenakan sering terjadinya defisit yang bedasar pada nilai ketuhanan, kemanusiaan,
kepercayaan dari mereka atau ada kelebihan kesatuan, kerakyatan dan keadilan.
pretensi dari pihak yang berkuasa (Haryatmoko,
Pendidikan Akuntansi di Indonesia
2008:6). Setiap kekuasaan menuntut lebih
Akuntansi merupakan produk yang di-
daripada keyakinan yang kita miliki. Untuk
bangun dan berkembang dari nilai-nilai yang ber-
mendukung defisit kepercayaan itu, ideologi
kembang di masyarakat dimana akuntansi dan
berperan menjadi sistem pembenaran dominasi,
sistem akuntansi dikembangkan (Tinker, 1980
sehingga pada akhirnya disini, ideologi di-
dan Sukoharsono, 2009:2,2010). Pendidikan
gambarkan sebagai sesuatu yang memiliki ke-
akuntansi dan sistem pendidikan akuntansi
cenderungan sifat doktriner.
negara “barat”, dituturkan oleh Mulawarman
Pancasila sebagai ideologi mencerminkan
(2008a:149,2012), diadopsi di Indonesia memang
seperangkat nilai terpadu dalam kehidupan
membawa nilai-nilai “sekularisasi” konsekuensi
bangsa indonesia yang memiliki tata nilai yang
dengan ciri utama self-interest, menekankan
dipergunakan sebagai acuan di dalam kehidupan
bottom line laba dan hanya mengakui realitas
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut
yang tercandra (materialistik) yang terjadi hanya
Bakry (2010:180), pancasila sebagai suatu sistem
akan mengarahkan pendidikan akuntansi sebagai
filsafat praktis bagi bangsa Indonesia diyakini
“perangkap hegemoni korporasi” (Mayper et al.,
sebagai ideologi terbuka, bukan ideologi statik
2005) serta mengisi pemahaman kepada peserta
atau ideologi tertutup seperti komunis. Pancasila
didik untuk memenuhi “kepentingan ekonomi
sebagai ideologi terbuka mengandung arti, bahwa
(Armenic dan Craig, 2004) dan pemahaman untuk
pancasila yang dianggap selalu mampu untuk
menikmati “kesejahteraan materi” (Triyuwono,
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan
2006a:5). Ketika berbicara akuntansi, tidak ada
zaman tanpa mengubah nilai dasarnya. Kemudian,
kekuasaan Allah SWT disana, tidak ada nilai
pancasila sebagai suatu ideologi terbuka menurut
luhur indonesia dan nilai yang merekat erat
Koento Wibisono dan Bakry (2010:182-184)
dalam karakter Pendidikan akuntansi seharusnya
memiliki ciri-ciri kekhususannya, yaitu bersifat
dilakukan sesuai dengan UUD 1945 dan UU
realis, bersifat idealis dan bersifat fleksibel.
Sisdiknas2003, yaitu pendidikan yang menjadi
Pancasila sebagai ideologi bangsa
media untuk menumbuhkan potensi holistik
indonesia bangsa indonesia mengandung
pesertadidik yang memiliki keseimbangan
makna bahwa nilai-nilai yang terkandung
spiritual, mental, moral, kecerdasan dan
dalam ideologi pancasila itu menjadi cita-

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


26
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

ketrampilan (Hamzah, 2008). dari cinta yang egoistis ke arah cinta melebihi
Pendidikan akuntansi di Indonesia bah- keseluruhan (hyper) dan sebuah penguatan
kan sudah sejak lama tidak memiliki “ruh” nilai tambah seperti pembebasan dari hegemoni
Pancasila di seluruh filosofi, konsep, teori, korporasi. Untuk mengakomodasi pembebasan
praktik, serta outcome profesionalitas akuntannya. tersebut, Mulawarman menambahkan konsep
Kalaupun Pancasila tetap diajarkan dijurusan pembelajaran oleh Byrne dan Flood (2004) dengan
Akuntansi di seluruh perguruan tinggi Indonesia, kesadaran diri, proses intuitif dan kepatuhan
itupun hanyalah simbolisasi dan “basa-basi” melalui jalan spiritual. Konsep yang diperluas
politik kurikulum saja, sebagai pemanis dan ini diperkenalkan sebagai Hyperview ofLearning
bukannya sebagai kewajiban, apalagi kesadaran (HOL). HOL merupakan proses pembelajaran
ber-Pancasila. Hal ini merupakan dampak yang saling terjalin berkelindan satusama lain,
kebijakannegara melalui Undang-Undang No. 20 berorientasi pada penggalian terstruktur, integral
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan atau sinergis berkenan aspek kecerdesan
yang tidak memberikan kepastian dan kewajiban akal/kuantitatif (guna meningkatkan pengetahuan
pentingnya Pancasila sebagai “ruh” pendidikan memorization, dan akuisisi fakta serta prosedur
akuntansi. Setiap diri manusia harus menyadari yang dapat dipergunakan dalam praktik), dan
bahwa dirinya merupakan bagian dari sesuatu integratif/kualitatif (abstraksi makna dan proses
yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Setiap interpretasi yang bertujuan memahami realitas)
diri yang sadar mempunyai kewajiban untuk melalui proses mental-spiritual (kesadaran diri
membangun peradaban yang lebih baik, karena melalui proses intuitif dan aktivitas ketundukan
dirinya adalah bagian dari masyarakat, wujud, spiritual) sebagai proses pembebasan sekaligus
eksistensi dan pengetahuan yang kesemuanya pencerahan. Tujuan akhirnya, diharapkan maha-
itu direalisasikan dalam tindakan (Kamayanti, siswa mampu menjadi diri seutuhnya, change as
2012:7). a person dan memiliki pengetahuan akuntansi
Pandangan pembelajaran yang dijalankan yang selalu melakukan proses pencerahan dan
di Indonesiapun menurut Mulawarman (2012) emansipasi di lingkungan sekitarnya.
masih berdasarkan konsepsi pembelajaran HOL telah diimplementasikan me-
reproductive view of learning dan kurang lalui pemurnian kembali menjadi refined
menggunakan konsep constructive view of Hyperview of Learning (rHOL) (Kamayanti and
learning (Byrne dan Flood 2004). Pandangan Mulawarman, 2009a). Dalam rHOL terdapat
pembelajaran seperti ini menyebabkan maha-siswa perubahan kesadaran pada pendidik Akuntansi
tidak dapat menyelesaikan masalah - masalah dari kesadaran naïf menjadi kesadaran kritis, dan
kontekstual dan selalu berubah-ubah. Dampaknya, ini menjadi sangat penting. Menurut Kamayanti
pendidikan akuntansi tidak melihat pentingnya (2012), kesadaran yang utuh adalah ketika
membekali mahasiswa menjadi pionir-pionir individu dapat menyeimbangkan kesadaran
pemberdayaan masyarakat. Mereka menjadi pri- rasional (rational consciousness), kesadaran
badi-pribadi yang asing dengan lingkungannya. kritis (criticalconsciousness), kesadaran intuitif
Asing dengan sistem Ekonomi Kerakyatan (intuitive consciousness), hingga mencapai
sebagai simbol Ekonomi Pancasila. Pendidikan kesadaran spiritual (spiritual consciousness).
akuntan lebih akrab dengan dunia bisnis yang Ketika individu tersebut meraih pusatnya, yaitu
bergelimang peredaran dana ratusan miliar per kesadaran spiritual, maka keempat kesadaran
hari di pasar modal. Oleh karena itu, pendidikan tersebut menjadi seimbang membentuk suatu
Akuntansi harus disucikan. Mulawarman me- kesadaran diri (self consciousness). Ketika
namakan proses penyucian tersebut dengan kesadaran diri telah terbentuk, individu akan
tazkiyah. Melalui tazkiyah, Akuntansi akan menyadari hubungan (interkoneksi) dirinya
mengembalikan cintanya kembali pada Tuhan, dengan Penciptanya (God). Ini akan menggiring
atau hyperlove. Hasilnya, akan ada perubahan sebuah diri berubah menjadi diri yang lain.

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


27
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

Akuntansi Bergender Maskulin vs Akuntansi (ironcage) yang mengekang unsur kemanusiaan.


Bergender Feminim dan Konsekuensinya Hal ini memiliki pengaruh pada etika akuntan.
pada Pendidikan Akuntansi Misalnya, penggunaan etika profesi akuntan yang
Dominasi maskulinitas dalam konteks didominasi nuansa maskulin akan menekankan
sosial budaya telah mengakar begitu lama, yang pada keterpisahan/keterlepasan (detachment)
menurut Bourdieu (2010), terjadi karena suatu objektivitas, impersonaliti dan otonomi individual
proses reproduksi dan dianggap menjadi suatu berlebih (Reiter, 2007). Pada saat kondisi ini yang
kebenaran (doxa). Tak terkecuali dalam konteks terjadi, etika akan mengesampingkan beberapa
keilmuan akuntansi. Akuntansi dalam segala aspek femininitas (sebagai lawan maskulinitas)
aspeknya, mulai dari pendidikan secara teoritisnya seperti responsiveness, cooperativeness, intuisi,
hingga praksisnya di lapangan profesionalitasnya, spiritualitas dan religi. Dalam terminologi ajaran
hingga hari ini, masih menampakkan wajah Tao, maskulinitas ini merupakan karakter “Yang”,
maskulinitas yang mendominasi. sedangkan feminitas lekat dengan “Ying”. Tao
Salah satu ciri maskulinitas pada pen- mengajarkan agar Yin dan Yang berada dalam
didikan akuntansi adalah terlalu besarnya fokus pola yang seimbang agar tercipta harmoni. Pada
pada rasionalitas (James, 2008; Kamayanti, 2011). saat Yang lebih mendominasi atas Yin, kondisi
Hal ini juga didasarkan pada pengembangan ini dapat menyebabkan problematika sistemik
keilmuan akuntansi masih didominasi paradigma (Capra, 2007: 9).
positivis, yang ruhnya merupakan rasionalisme. Tidak hanya pada substansi dan proses
Bukti lain adalah Statement of Financial pendidikan. Maskulinitas juga tercermin pada
Accounting Concept (SFAC) No. 1 paragraph pengelolaan institusi pendidikan. Maskulinitas
34 yang juga memunculkan terma rasionalitas. dalampendidikan akuntansi juga terletak
Konsekuensi logis dari dominasi maskulinitas pada kebutuhan untuk mendominasi (need of
ini adalah bahwa: pertama, paradigma domination), sebagaimana disentil dalam lagu
positivis menuntun para akademisi akuntansi gubahan Taufik Ismaildi awal tulisan ini. Pada
mengembangkan keilmuan akuntansi sebatas titik ini, ikhtiar pendominasian merupakan
untuk tujuan terbatas yaitu to explain dan to hasilkolaborasi antara beberapa kuasa (power)
predict praktik akuntansi. Rasionalisme meyakini institusional yang saling berkelindan: institusi
bahwa kebenaran (the truth) dan pengetahuan pendidikan, pemerintah, ikatan profesi dan pasar
(knowledge) diperoleh dari proses pengindraan (market). Di bawah kuasa institusi pendidikan,
serta proses berpikir deduktif (Rasyidin dalam Tim siswa dipaksa untuk menerima bahwa universitas
Pengembang Pendidikan, 2007:25). Paradigma atau sekolah merupakan satu-satunya tempat
positivis memiliki asumsi bahwa pengetahuan untuk belajar dan tindakan belajar (act of learning)
“hanya” dapat dibangun dari “..hypothetico- tersebut adalah resulta tindakan pengajaran (act
deductive account of scientific explanation” of teaching) (Illich, 2008: 40-58). Dalam konteks
(Chua, 1986:611). Dalam asumsi paradigma ini penelitian tentang pendidikan akuntansi, Tietz
,“…realitas empiris adalah eksternal dan objektif (2007) memberikan bukti empiris. Dia dengan
terhadap subjek. Human beings dicirikan sebagai gagah berani mengatakan bahwa maskulinitas
passive objects, bukan sebagai perekayasa realitas begitu kuat menjelma dalam pendidikan
sosial.” Dengan demikian, rasionalisme pada basis akuntansi. Penelitiannya menunjukkan bahwa
paradigma positivis dalam pengembangan ilmu dalam mayoritas buku teks akuntansi, perempuan
akuntansi ini sangat mengagungkan objektivitas masih menduduki strata yang inferior di
dan keterpisahan/keterlepasan antara objek dan hadapanpria. Stereotyping atas posisi perempuan
subjek (detachment). ini lalu juga terkuatkan argumentasinya melalui
Konsekuensi logis kedua, sebagaimana peran perempuan dalam profesi akuntansi yang
dikutip Powell and Dimaggio (1997:63) MaxWeber relatif termarjinalkan. James (2008) menegaskan
menyatakan bahwa rasionalisme menjadi penjara hal yang serupa, tujuan pendidikan akuntansi

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


28
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

menitik beratkan pada rasionalisme ekonomi jauh ke depan dan jernih dan mendapat inspirasi
yang didesain untuk memenuhi kebutuhan bisnis dalam ambisi atau segenap usaha dan upaya
yang berkembang. Dalam bahasa yang senada, kita sehingga sukses sejati bisa diraih (Keller
Triyuwono (2010) berujar, aspek rasionalitas seperti yang dikutip Soedarsono, 2009). Oleh
(unsure maskulin) lebih mendapatkan sentuhan karena itu dirasa perlu untuk mengintegrasikan
dibandingkan aspek emosional, mental dan Pancasila dalam pendidikan akuntansi. Dengan
spiritualnya (unsur feminin) pada pendidikan internalisasi nilai-nilai Pancasila terhadap
akuntansi. akuntansi diharapkan akan tercipta akuntan yang
Berpijak dari pendapat Tietz (2007), terampil di bidang akuntansi namun berkarakter
James (2008), Triyuwono (2010) diatas, juga Pancasila.
Mulawarman (2006, 2007) serta Kamayanti
Pengertian Stakeholders
(2010) jelaslah sudah bahwa pendidikan akun-
Stakeholders didefinisikan sebagai pihak-
tansi penuh sesak dengan karakter maskulinitas
pihak yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi
yang mendominasi. Maskulinitas ini mewujud
(menerima dampak) oleh keputusan yang diambil
mulai dari konten keilmuanakuntansi itu sendiri,
(Freeman, 1984) atau dapat pula didefinisikan
hingga juga menyentuh metode pembelajaran
sebagai orang, kelompok atau lembaga yang
yang direproduksi oleh institusi pendidikan
memiliki perhatian dan/atau dapat mempengaruhi
melalui para pendidiknya. Efek tak terhindarkan
hasil suatu kegiatan (Salam dan Noguchi, 2006;
berikutnya adalah keilmuan akuntansi dan
Kusumedi dan Bisjoe, 2010). Dengan demikian
pendidikan akuntansi yang berwatak maskulin
dapat disimpulkan bahwa stakeholders adalah
ini tentu saja akan melahirkan produk-produk
semua pihak baik secara individu maupun
akuntan yang juga berwatak sama dengan yang
kelompok yang dapat dipengaruhi dan/atau
diajarkan. Prototipe yang dihasilkan pendidikan
mempengaruhi pengambilan keputusan serta
akuntansi yang lebih menitik beratkan mas-
pencapaian tujuan suatu kegiatan.
kulinitas ini akan menghasilkan konsekuensi
Berdasarkan keterkaitannya terhadap
logis ketiga yang berwujud calon-calon akuntan
suatu keputusan atau suatu kegiatan, Townsley
yang bercirikan rasionalis, antroposentris/egois
(1998) kemudian membedakan stakeholders
apatis, tidak peka keadaan sekitar (impersonality),
menjadi dua yaitu stakeholders primer dan
objektif dan kering akan nilai-nilai spiritualitas
stakeholders sekunder. Stakeholders primer
[(Mulawarman, 2006, 2007), Triyuwono (2010),
adalah pihak yang memiliki kepentingan langsung
Kamayanti(2010)].
terhadap suatu sumberdaya, baik sebagai mata
Menurut Soedarsono (2009) dalam Eka
pencaharian ataupun terlibat langsung dalam
Sari (2012) pancasila telah terbukti ampuh dan
eksploitasi. Stakeholders ini oleh Yang, et al.,
berfungsi sebagai ideologi melalui sembilan
(2010) disebut juga sebagai stakeholders kunci
fungsi, yaitu (1) Pancasila sebagai dasar negara.
(key stakeholders). Stakeholders sekunder adalah
(2) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
pihak yang memiliki minat/kepentingan secara
(3) Pancasila sebagai kepribadian bangsa. (4)
tidak langsung, atau pihak yang tergantung pada
Pancasila sebagai jiwa bangsa. (5) Tujuan yang
sebagian kekayaan atau bisnis yang dihasilkan
akan dicapai bangsa. (6) Pancasila perjanjian luhur
oleh sumber daya.
bangsa. (7) Pancasila sebagai asas kehidupan
Berbeda pandangan dengan Freeman
bangsa. (8) Pancasila sebagai moral pembangunan
(1984) tentang pemaknaan kata “stakeholders”
bangsa. (9) Pancasila sebagai pengamalan
yang hanya mengartikannya dengan unsur
pembangunan bangsa. Pembangunan kembali
manusia saja, melalui konsep syariah enterprise
karakter bangsa cukup mendesak untuk dilakukan
theory(SET) nya, Triyuwono (2012) mencoba
mengingat bangsa kita saat ini sedang mengalami
untuk memaknai kata “stakeholders” dengan
degradasi moral. Dengan membangun karakter
memasukkan unsur tambahan yakni unsur Tuhan
akan dapat diperoleh jiwa yang kuat, visis yang

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


29
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

dan unsur alam. Konsekuensinya ialah adanya di muka bumi, untuk turut dan patuh akan tata
nilai keseimbangan bahwa suatu entitas nantinya aturan atau hukum-hukum Tuhan. Melalui cara
tidak hanya peduli kepada kepentingan individu inilah, manusia akan menyadari bagaimana cara
(dalam hal ini pemegang saham), tetapi juga bersyukur dan kembali kepada Tuhannya guna
pihak-pihak lainnya. Alhasil, melalui pemaknaan memperoleh jiwa yang tenang. Tentunya hal ini
seperti ini diharapkan segala sesuatu yang berbau juga membutuhkan penyatuan diri antara sesama
“keakuntasian” dibangun berdasarkan pondasi manusia dengan alam sekaligus dengan aturan-
tata-aturan atau hukum-hukum Tuhan. aturan yang telah melekat didalamnya.
Stakeholders kedua menurut (SET) ialah
manusia. Disini dibedakan menjadi dua cluster 3. Metode
besar yakni direct stakeholders dan indirect
Penelitian mengenai keterkaitan dan
stakeholders. Direct stakeholders diartikan
dekonstruksi pemaknaan kata “stakeholders” ini
sebagai pihak-pihak yang secara langsung
bersandar pada paradigma kritis sebagai payung
berkontribusi terhadap perusahaan atau entitas
penelitian. Penelitian kualitatif ini menekankan
baik dari segi keuangan maupun non keuangan.
pada subjektifitas dan pengungkapan dari
Karena telah memberikan kontribusi, maka para
pengalaman para informan. Penelitian ini
direct stakeholders ini pun berhak mendapatkan
menggunakan teknik analisis data melalui
kesejahteraan dari perusahaan atau entitas
empat tahap. Tahapan pertama mendeskripsikan
tersebut. Kemudian, indirect stakeholders ialah
fenomena dari hasil wawancara yang telah
pihak-pihak yang sama sekali tidak memberikan
direkam. Transkrip wawancara mengidentifikasi
kontribusi terhadap perusahaan atau entitas
dan menjelaskan kualitas dari pengalaman
tersebut. Namun, walaupun tidak memberikan
dan kesadaran informan. Tahapan kedua,
kontribusi, secara syariah mereka juga berhak
mengidentifikasi tema yang muncul dari
mendapatkan kesejahteraan dari suatu perusahaan
deskripsi pada tahap pertama. Tahapan ketiga,
atau entitas.
pengembangan relasi kesadaran dan pengalaman.
Stakeholders yang terakhir menurut
Tahapan keempat, menginsersikan Pancasila
Triyuwono (2012) ialah alam. Alam dapat
sebagai pemaknaan ulang stakeholders.
diartikan sebagai pihak yang turut memberikan
Akhirnya, adapun tujuan yang hendak
kontribusi pada suatu perusahaan atau entitas
dicapai melalui penelitian ini ialah: 1) terciptanya
sebagaimana dengan Tuhan dan manusia. Hal
dialektika akuntansi yang terus berkembang dan
ini dapat ditunjukkan bahwa suatu perusahaan
terus berproses; 2) pengetahuan akuntansi makin
secara fisik berdiri tegak diatas bumi (alam),
kaya dengan pemikiran; dan akhirnya 3) praktik
dan kemudian untuk menunjang kegiatan
akuntansi dimasa mendatang diharapkan akan
operasionalnya perusahaan juga membutuhkan
makin bermakna dikarenakan adanya proses
bahan baku yang pastinya berasal dari alam.
pembaharuan pemaknaan pada sesuatu simbol
Maka daripada itu, sudah saatnya alam juga turut
“keakuntasian”. Tujuan ketiga pada pernyataan
mendapatkan pendistribusian kesejahteraan dari
sebelumnya adalah point penting dari tujuan
perusahaan melalui program pelestarian alam,
penelitian ini. Hal ini menggambarkan adanya
pencegahan pencemaran, dll.
keinginan penulis untuk berusaha menyadarkan
Akhirnya melalui konsep SET dalam
para pihak-pihak yang berkecimpungan pada
memaknai kata stakeholders, kita dapat me-
pembuatan pelaporan keuangan untuk melihat
nyimpulkan bahwasanya Tuhan haruslah menjadi
sisi lain dari pemaknaan kata “stakeholders”
yang utama dalam proses pertanggung-jawaban
untuk menemukan makna yang lebih bersahaja
sebuah perusahaan atau entitas dikarenakan
yang kemudian sesuai dengan kepribadian
Tuhanlah yang menjadi tempat kembalinya
bangsa Indonesia yang dalam hal ini dikerucutkan
manusia dana alam semesta. Oleh karena itu,
melalui perspektif falsafah Pancasila. Salampessy
sudah sepantasnya manusia sebagai khalifah

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


30
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

(2012:37) berpendapat bahwa Pancasila me- an atau medan aktivitas yang menjadi sasaran
ngajarkan bangsa Indonesia untuk menjadi penelitian. Maka daripada itu, pemilihan informan
manusia yang tidak mengutamakan dirinya sen- hanya melalui intuisi pribadi semata yakni dengan
diri, namun selalu memerhatikan rangsang- melihat seberapa pesat perkembangan pemikiran
an sosial dan moral. Sedangkan Mulawarman informan dalam mengkaji ilmu akuntansi itu
(2013:161) mengungkapkan dalam Pancasila sendiri dan mengkaji ilmu akuntansi lebih
terdapat penyatuan antara sains dan agama lanjut yang kemudian direlevansikan dengan
serta kesatuan yang nyata antara kepentingan pemahaman ideologi Pancasila.
obyektifitas dan subyektivitas, materialitas Kemudian, dari dua puluh (20) informan
diri, sosial dan masyarakat sekaligus batiniah yang ada, nantinya hanya akan diambil tiga (3)
spiritualitas diri sosial dan masyarakat yang informan saja untuk kemudian dianalisi lebih
memiliki nilai Ketuhanan. Alhasil, esensi mendalam jawaban atas pertanyaan yang telah
Pancasila inilah yang kemudian dapat diberikan. Pemilihan ketiga informan (yang
mengangkat nilai kepribadian bangsa Indonesia kemudian disebut informan inti) tersebut lebih
dalam diri akuntansi yang berdasarkan kearifan dikarenakan pengalaman panjang mereka di
dan kepribadian masyarakat Indonesia. dalam proses perkuliahan, materi perkuliahan
Objek penelitian yang akan diteliti yang sudah ditempuh juga cukup banyak (mulai
adalah beberapa mahasiswa yang mengikuti dari pengantar akuntansi, akuntansi keuangan,
acara Konferensi Nasional Akuntansi Pancasila etika bisnis dan profesi dll). Informan tersebut
Jilid Pertama, yang kemudian masih terjalin secara mendalam memberikan jawaban yang
silahturahminya, beberapa kerabat dekat dalam lebih komprehensif dari munculnya suatu
sebuah ikatan organsasi yang bernama Ikatan fenomena yang terjadi dari pengalaman yang
Mahasiswa Akuntansi Indonesia, dan beberapa mereka ungkapkan.
kerabat dekat yang berasal dari almamtaer yang Pengumpulan informasi dilakukan secara
sama yakni Politeknik Negeri Malang. Terhitung intensif pada pertengahan bulan Desember
jumlah keseluruhan informan ialah 20 dengan 2015 sampai dengan pertengahan bulan Januari
berbagai perguruan tinggi dan tingkat semester 2016 melalui wawancara yang tidak terstruktur,
yang berbeda. Pemilihan para informan tersebut tidak terjadwal, dan dilakukan sedemikian
di atas dilakukan secara sengaja, berdasarkan rupa sehingga dalam memberikan informasi,
kriteria yang dijelaskan oleh Bungin (2003, 54), para informan tidak cenderung mengolah atau
bahwa informan merupakan individu yang telah mempersiapkan informasi tersebut lebih dulu,
cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiat- serta dapat memberikan penjelasan apa adanya.

Tabel 1. Informan Penelitian


No. Nama Informan Semester Asal Perguruan Tinggi
1 M. Dzikri Hadiyaroyyan VIII Universitas Indonesia
2 M. Hilmi Kinandana VIII Universitas Trisakti
3 Nita Erviana VIII Universitas Islam Negeri Yogjakarta
4 Aun Alinda Findi VI Universitas Negeri Yogjakarta
5 Pramudya II Universitas Negeri Surabaya
6 M. Iqbal Yoga Pratama VI Universitas Airlangga
7 Arseno Feri Alzahabi IV Politeknik Negeri Malang
8 Fitri Nur Rilah IV Universitas Padjajaran Bandung
9 Dwi Sumiyati II Universitas Islam Negeri Malang

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


31
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

10 Mirza Ruzbihan Rizfi VIII STIEM Bongaya Sulsel


11 Endang Puji Lestari IV Universitas Diponegoro
12 Audita Dwi Larasati VIII Universitas Brawijaya
13 Anisa Risky Hendrayati IV Universitas Hasanuddin
14 Ghylan Al Ghiffary II Politeknik Negeri Malang
15 Andi Liani Esa VIII Politeknik Negeri Malang
16 M. Andi Nur Kholis VI Politeknik Negeri Malang
17 Rizky Febryansyah VI Universitas Mulawarman
18 Faiz Zahid Zain VIII Universitas Sriwijaya
19 Eko Hidayat VI Universitas Islam Negeri Jakarta
20 Nurjanah VI Politeknik Negeri Jakarta

Catatan: pemahaman yang salah bila insan pendidikan


1) Nama-nama informan adalah bukan yang menganggap kecerdasan intelektual adalah
sebenarnya; yang utama, sementara sisi rasa dan batin justru
2) semseter dan asal perguruan tinggi adalah data dipinggirkan. Ketika kecerdasan intelektual
yang sebenarnya/asli; dan menjadi hegemoni yang kuat, disadari atau tidak
3) yang diberi warna kuning ialah informan inti. hal ini juga menindas sistem pendidikan dan
merasuki juga pada peserta didik (Yudistira,
4. Pembahasan 2013).
Lebih jauh, dapat disebutkan pula bahwa
Mendeskripsikan Pemahaman Akuntansi
penyadaran dan pembangunan good character
Dalam Ranah Pendidikan
dan good attitude pada seorang diri manusia
Beberapa hasil penelitian dicontohkan
dalam ranah pendidikan pastinya akan selalu
penelitian Mulawarman (2006) menunjukkan
dipengaruhi oleh value of knowledge yang diserap
bahwa akuntansi adalah ilmu yang sarat nilai,
manusia yang dalam hal ini ialah mahasiswa,
akan tetapi nilai apa yang setiap individu yakini
kebijakan institusi maupun guru atau dosen,
benar dalam memahami akuntansi kembali lagi
bahkan bila tergantung pada ilmu yang diberikan,
bagaimana cara mereka menyerap ilmu yang
serta sistem sosial-politik-budaya dimana ilmu
mereka pelajari. Lebih lanjut Mulawarman
dikembangkan (Mulawarman dan Ludigdo,
(2006) menambahkan ketika pendidikan
2010). Demikian halnya dalam dunia pendidikan
akuntansi yang sarat nilai dan dirasuki oleh
akuntansi, seberapa besar peranan pendidikan
akuntansi konvensional yang saat ini masih
akuntansi dalam mengembangkan pengetahuan
didominasi kapitalisme barat, maka karakter
dan karakter peserta didik. Seringkali pendidikan
sistem pendidikan akuntansi menjadi kapitalistik
akuntansi didominasi rasionalitas dan logika
pula. Akuntansi kapitalistik erat kaitannya
ekonomi. Rasionalitas dan logika ekonomi
dengan rasionalitas. Rasionalitas berkaitan erat
adalah bagaimana akuntansi dapat berperan
dengan konsep Utilitarisme (Kamayanti, 2012).
untuk menunjang pencapaian keuntungan yang
Utilitarisme menurut Bertens (2000) dalam Ari
maksimal dari entittas bisnis.
Kamayanti (2012), sebagai teori etika cukup
Dengan menelaah lebih lanjut kedua
dekat dengan cost-benefit analysis yang selalu
paragraph diatas, cukuplah kuat bahwa toeri cost-
berpikiran ekonomis, memperhitungkan untung
benefit analysis banyak dipakai dalam konteks
dan rugi atas suatu tindakan, biasanya dipakai
ekonomi sehingga secara tidak langsung terjadi
dalam konteks bisnis. Manusia adalah mahkluk
proses hitung-hitungan layaknya menghitung
yang membutuhkan penyelarasan konsep duniawi
untung dan rugi dalam konteks bisnis. Ada indikasi
(EQ dan IQ) dan konsep spiritual (SQ). Adalah
bahwa bentuk pemikiran rasional merupakan
produk kecerdasan intelektual menjadi kuasa

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


32
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

yang luar biasa kuat pengaruhnya bagi kehidupan satu sisi. Beliau juga menambahkan, disinilah
manusia karena merupakan modal satu-satunya peran pendidik untuk membentuk pemahaman
untuk membangun pengetahuan. Padahal tentang bagaimana wujud akuntansi tersebut.
intelektual bukanlah kecerdasan yang yang menjadi Ada signal positif, yang dapat direkam dari
tolak ukur kesuksesan seseorang. Akhirnya ada penuturan Dzikri mengenai kesan dan pesannya
suatu pemahaman yang salah jika para insan pertama kali memahami dunia akuntansi. Kata
pendidikan hanya terpaku pada kemanunggalan “keadilan” hadir menjadi bumbu manis yang
intelektual. Akibatnya, pemahaman yang di- mungkin saja menjadi wujud akuntansi saat ini.
hasilkan pun juga terpaku pada satu sumber Maka daripada itu, penulis pun mencoba untuk
saja. Disadari atau tidak kecerdasan intelektual mengupas lebih mendalam kata keadilan yang
sebetulnya telah melakukan penindasan terhadap disebutkan Dzikri. Ada hal yang menarik yang
sistem pendidikan dan akhirnya juga pada jati menjadi poin penting panggung akuntansi saat
diri peserta didik (Triyuwono, 2007) dalam ini yakni:
Kamayanti (2012).
“Di awal saya memang mengatakan bahwa
Dengan meminjam pendapat Kamayanti
akuntansi adalah ilmu yang menggambarkan
(2012) di atas, penulis pun mulai tergerak untuk
nilai-nilai keadilan, namun saya sering kali
bertanya kepada tiga orang informan yang telah
galau. Jujur saja, hampir 3,5 tahun saya
disebutkan sebelumnya, yakni: 1). M. Dzikri
kuliah dengan notabene mahasiswa jurusan
Hadiyaroyyan (Universitas Indonesia); 2). Nita
akuntansi, baru setelah saya menempuh
Erviana (Universitas Islam Negeri Yogjakarta;
mata kuliah teori akuntansi saya mulai
dan 3). Anisa Risky Hendrayanti (Universitas
merasa ada beberapa kejanggalan yang
Hasanudin). Menarik untuk dikaji, melalui hasil
terjadi selama berproses belajar akuntansi.
proses wawancara terdapat beberapa perspektif
Sebelum-sebelumnya, amanah saya sebagai
intelektual yang sangat kuat dari jawaban yang
seorang mahasiswa (dalam hal ini bidang
mereka keluarkan. Hal ini mengindikasikan
keilmuan akuntansi) yakni agent of change,
bahwasanya mereka mengharapkan agar akun-
social control, and iron stock hanya melekat
tansi berdiri di atas pondasi nilai-nilai ideologi
dipundak, tanpa ada kesadaran untuk
bangsa sendiri yang kokoh, dalam hal ini
mengkaji lebih lanjut atau bahkan mengkritisi.
akuntansi yang berlandaskan falsafah Pancasila.
Bahkan parahnya dahulu saya tidak mengerti
Alhasil, menurut penulis, ketiga informan sudah
unsur-unsur apa saja yang melekat pada
mempunyai jiwa idealisme yang sangat baik.
akuntansi (Utilitarian, Kapitalis, Egois,
M. Dzikri Hadiyaroyyan selaku maha-
Apatis) dari awal akuntansi lahir hingga
siswa Universitas Indonesia yang saat ini sedang
berkembang saat ini. Alhamdulilah, sekarang
menempuh semester delapan menuturkan kalau
saya mengerti tentang keegoisan akuntansi
pemahamannya terhadap diri “keakuntansian” di
yang disimbolkan pada pembuatan laporan
Indonesia awalnya ialah Pro Pancasila. Hal ini
keuangan yang sering kali direkayasa karena
dapat dianalogikan melalui konsep double entry
untuk memperoleh suatu kepentingan.”
sebut beliau. “Ketika ada debit pasti ada kredit,
bearti ini kan adil? Konsekuensinya, ketika salah Penulis memahami pernyataan dari Dzikri
satu sisi tidak balance, maka kita akan terus sebagai usaha Dzikri untuk mencoba memahami
berusaha mencari kesalahannya. Jadi menut saya, suara hatinya sebagai proses kesadaran yang
akuntansi itu adalah ilmu yang memberikan suatu beliau peroleh setelah menempuh mata kuliah
pelajaran tentang keadilan” ungkap Dzkri. Tidak Teori Akuntansi. Dzikri juga menambahkan
mengherankan bila bagi Dzikri, akuntansi adalah bahwa ada perasaan kecewa yang beliau rasakan
alat/sarana untuk menyajikan hasil laporan karena kesadaran melalui suara hati terganjal
keuangan yang harus sesuai dengan kenyataan oleh sistem kapitalis yang telah mengakar kuat di
yang ada, agar tidak terjadi ketimpangan di salah Indonesia yang disimbolkan melalui perekayaan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


33
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

laporan keuangan sebagai proses pencitraan setiap langkah keputusan yang telah diambil.
perusahaan melalui konsep laba. “Jujur aja aku sekarang lagi suka sama
Maka tidak heran jika sistem pendidikan akuntansi syariah, karena sesuai dengan
akuntansi saat ini menuntut mahasiswa untuk agamaku yaitu Islam. Melalui akuntansi
taat dan patuh terhadap aturan-aturan yang telah syariah inilah aku kembali memahami
diciptakan seperti konsep laba yang berasal dari bagaimana seharusnya akuntansi itu di
pendapatan dikurangi beban. Disamping itu, gunakan, yah pastilah untuk hal-hal yang
kurangnya keterlibatan mahasiswa untuk meng- menjadi perintah Tuhan bukan larangan-
kaji setiap elemen laporan keuangan sangatlah Nya. Apalagi sebagai seorang muslim, aku
kurang, hal ini dikarenakan proses pembelajaran berusaha untuk menjauhi dosa, agar aku tidak
pendidikan akuntansi yang lebih berfokus pada masuk neraka. Akhirnya melalui akuntansi
pengasahan ketrampilan teknis mahasiswa lewat syariah aku sadar bahwa ada suatu larangan
buku-buku akuntansi yang banyak membahas untuk menghindari bunga bank. Aku pernah
materi tentang penyusunan laporan keuangan. baca kalau kita masih saja mengejar yang
Padahal ada kemungkinan keterkaitan didalam namanya “bunga bank” hal ini dianalogikan
duniaprofesi, aturan-aturan yang menjadi elemen seperti orang yang gila hidupnya tidak pernah
pembentuk laporan keuangan, tidak selamanya tenang karena selalu dibayang-bayangi dosa
bisa menyelasaikan kasus di lapangan. karena bunga bank itu. Naudzubillah, semoga
Aspek rasionalitas yang begitu kita dilindungi yah”.
mendominasi didalam pendidikan akuntansi
Dari pernyataan Nita tentang akuntansi
mampu ditutupi oleh Dzikri dengan adanya usaha
haruslah memiliki unsur-unsur nilai ketuhanan
Dzikri untuk membuka diri terutama suara hatinya
seperti yang telah tertulis di dalam Al-Quran
dalam menanggapi pemahaman akuntansi yang
dan Al-Hadist diharapkan membuat setiap
beliau dapatkan di bangku perkuliahan. Akhirnya,
langkah manusia khususnya Nita untuk selalu
Dzikri pun mampu keluar dari konsep akuntansi
memahami bahwa akan ada proses dimana akan
konvensional yang selalu memandang akuntansi
mempertanggungjawabkan semua tindakannya
dari perspektif ekonomi. Akuntansi baginya
dihadapan Tuhan. Ketertarikan Nita untuk
memang sebagai sarana untuk menghasilkan
terus mengkaji akuntansi syariah sebaai proses
laporan keuangan, termasuk laporan keuangan
pengamalan dari ajaran agamanya turut membantu
laba rugi itu sendiri yang wajib ditemukan untuk
Nita memahami apa saja yang yang harus beliau
menggambarkan keadaan suatu perusahaan,
hindarkan karena merupakan bentuk Larangan
namun sepatutnya ditambahkan unsur-unsur
Tuhan seperti tidak terlalu mengejar yang sifatnya
keadilan agar dalam proses pembuatannya tidak
material seperti dicontohkan melalui pernyataan
mengalami ketimpangan sosial. Sungguh sangat
pertama Nita yaitu bunga bank. Bunga bank
disayangkan, suara hati Dizikri yang mengandung
yang merupakan perwujudan dari Riba adalah
ciri masyarakat madani ini harus dikubur akibat
sesuatu yang tidak diperobolehkan, namun
sistem pendidikan yang berlaku demikian adanya
penting untuk diingat bahwasanya wujud riba
yang mau tidak mau harus beliau ikuti.
tidak hanya berbentuk bunga bank saja, tetapi
Informan kedua yakni Nita Erviana yang
juga bisa menjelma seperti keinginan seorang
berasal dari Universitas Islam Negeri Yogjakarta
pedagang untuk memperoleh laba yang sangat
menyatakan bahwa sudah saatnya “keakuntansian”
tinggi. Alhasil pedang tersebut pun memiliki
di Indonesia untuk keluar dari zona zaman
sifat tamak/rakus dan parahnya ada kemungkinan
yaitu menuju zona the new accounting yang
seorang pedagang tersebut akan menghalalkan
berlandaskan nilai-nilai transendental sehingga
segala cara untuk memperoleh laba tersebut.
selalu ada proses bagiamana cara manusia untuk
Melihat begitu meyakinkannya Nita
bertanggungjawab kepada Tuhannya dan selalu
dalam memberi penjelasan kepada penulis
adanya proses rasa syukur yang selalu menghiasi

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


34
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

tentang pemahamannya terhadap pendidikan sehari-harinya sehingga Nita terkesan agamais.


akuntansi Indonesia, penulis pun kembali Implikasinya adalah seharusnya memahami
bertanya untuk menggali informasi lebih lanjut akuntansi disertai dengan kesadaran akan nilai-nilai
tentang bagaimana realisasi atau apa yang telah ketuhanan agar mahasiswa akuntansi mempunyai
Nita lakukan sebagai bentuk dari kesadarannya karakter spiritualis. Nita sangat menyayangkan
akan nilai-nilai ketuhanan dalam aktivitas sehari- bahwa sistem yang berlaku di Indonesia menjadi
hari. Nita pun memberikan penjelasannya: penghambat untuk merealisasikan kesadaran
Berketuhanannya tersebut, sehingga dibutuhkan
“Jadi setiap malam yah Ray setelah aku
keyakinan yang kuat untuk merubahnya.
pulang kuliah atau selesai menerima mata
Ketertarikan Nita terhadap akuntansi syariah
kuliah, aku selalu berusaha untuk introspeksi
tidak dapat ditumbuhkembangkan di bangku
diri, kemudian mencatat di buku harianku,
perkuliahan, karena Nita belum pernah sama
tentang positif dan negatif yang sudah aku
sekali menempuh mata kuliah terkait.Alhasil,
lakukan terutama melalui pengaplikasian
melalui pernyataan Nita yang kedua, Nita pun
ilmu akuntansiku, apakah lebih banyak
selalu berpandangan bahwa akibat pengaplikasian
mengarah ke positif, atau malah kenegatif.
akuntansi syariah yang masih bersandar pada
Aku introspeksi diri terhadap apa saja yang
entity theory adalah bagian dari logosentrisme
sudah aku lakukan pada hari itu. Tujuan aku
kapitalis pada akuntansi syariah yang kemudian
melakukan semua ini ialah sebagai bentuk
disebut dengan era kapitalisme syariah.
usaha seorang hamba untuk kembali dekat
Berbeda halnya dengan saudari Annisa
dengan Tuhannya. Jadi suatu ketika, aku
Risky Hendryati yang mengungkapkan bahwa
pernah membaca buku tentang manajemen
pemahamannya tentang akuntansi di masa SMA
syariah Ray, terus aku mencoba untuk
hanyalah sebagai sarana untuk membantu sebuah
memahaminya. Bukan isu yang aneh lagi
entitas untuk menyajikan laporan keuangan
bukan, jika akuntansi kita saat ini bernilai
sebagai proses pertanggungjawaban kepada para
kapitalis, apalgi dengan konsep entity theory
stakeholder. Berikut penjelasannya:
yang kita tau adalah simbol dari teori Adam
Smith. Aku heran aja sih Ray, kenapa yah Dulu aku mikir akuntansi tuh sempit banget
akuntansi syariah kita tetap pakai double Ray, sekedar sebagai sarana untuk mencatat,
entry yang jelas-jelas ialah produk dari entity menjurnal, terus memposting ke buku besar,
theory itu sendiri. Coba aja cek PSAK 101- bikin neraca saldo, terus identifikasi jurnal
106, apa aku yah yang salah?” penyesuaian, sampai akhirnya terbentuklah
laporan keuangan. Namun semenjak
Kesadaran akan Tuhan yang kemudian
kuliah, aku baru sadar kalau akuntansi
direalisasikan dengan cara melibatkan suara
itu luas banget, karena aku gak hanya
hati dan introspeksi diri oleh Nita, mampu
menempuh akuntansi dasar, tapi juga juga
menyokong pendapat Nita yang pertama yakni
belajar bagaimana menghitung saham dan
dengan kesadaran Nita untuk lebih memahami
obligasi (perwujudan akuntansi menengah),
perbedaan yang seharusnya melekat pada ruh
menghitung hpp (perwujudan akuntansi
akuntansi syariah dengan ruh dari akuntansi
biaya), menggabungkan neraca perusahaan
kapitalis. Namun, Nita dihadapi dengan situasi
induk dan anaknya (perwujudan akuntansi
“kegalauan” yang dapat dilihat dari pernyataan
lanjutan). Jadi akuntansi bagi aku sekarang
Nita yang mengungkapkan bahwa mengapa jika
itu adalah sebagai bentuk proses bertanggung
dilihat dari PSAK 101-106 akuntansi syariah
jawab lebih dari sekedar membuat laporan
masih menggunakan sistem double entry yang
keuangan. Tentunya kita sepakat bukan setelah
merupakan produk dari entity theory.
laporan keuangan dibuat, timbul kegiatan baru
Kesadaran berketuhanan oleh Nita
yaitu proses mempertanggungjawabkannya
direlevansikan dengan pengalaman ibadah

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


35
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

kepada para pemangku kepentingan bukan?” di laporan keuangan pun menjadi tidak relaibilitas
dan tidak memiliki unsur validitas. Kita sepakat
Anggapan Annisa bahwa akuntansi
bahwa kegiatan memark up laba ialah perbuatan
ialah sarana untuk membantu sebuah entitas
yang keji sebagai representasi dari sifat rakus dan
dalam membentuk laporan keuangan tercipta
tamak dari keegositikan manusia. Keegoisan ini
dikarenakan kurangnya kesadaran Annisa di
juga mungkin akan membawa manusia menuju
masa SMA untuk lebih mendalami elemen-
arus yang mengandung unsur-unsur yang dapat
elemen dalam laporan keuangan. Misalnya,
melupakan kehidupan setelah “duniawi” seperti
Annisa tidak mencoba untuk berusaha lebih
secara sengaja tidak membayar zakat yang mana
peka dalam memberikan alasan mengapa konsep
merupaka suatu kewajiban yang harus dilakukan
persamaan akuntansi harus “aset sama dengan
oleh kaum muslimin misalnya.
hutang ditambah modal”, atau lebih jauh lagi
Annisa lebih lanjut menjelaskan bahwa-
Annisa belum pernah terpikirkan untuk mencoba
sanya proses pertanggungjawaban kepada para
melakukan pendefinisian secara pribadi terhadap
stakeholders harus memperhatikan dua sub sub
elemen-elemen dilaporan keuangan misalnya
fokus yakni manusia itu sendiri dan yang kedua
mengenai istilah laba.
ialah environmental impact. Sub fokus yang
“Oh iya Ray, sebagai tambahan ketika aku pertama yaitu manusia dimana Annisa ingin
masuk kuliah tepatnya di semester empat, adanya konsep “memanusiakan manusia” melalui
aku mulai merasa janggal dengan konsep keeksistensian dari sebuah nilai kehumanisan.
laba. Kok bisa? Alasannya aku melihat Artinya, seorang pebisnis atau sebuah entitas
potret kehidupan para pebisnis saat ini. dikatakan telah bertanggungjawab ketika telah
Banyak diantara mereka yang tak segan- adanya unsur kehumanisan, misalnya adanya
segan melakukan perekayasaan pada laporan bantuan dana corporate social responsibility
keuangan dengan meningkatkan labanya (CSR) yang menggalakkan dana untuk korban
dengan mengurangi nilai beban dari nilai yang musibah banjir disuatu daerah, pemberian
seharusnya. Itu kan curang yah Ray, sama beasiswa, pembagian dalam bentuk natura, dll.
kayak kasus Enron, dimana coba etikanya Selanjutnya, proses tanggungjawab juga tidak
mereka. Terus aku berkaca pada agama islam, melupakan yang namanya lingkungan. Parameter
bahwa sebenarnya ada konsep zakat yang keberhasilan pertanggungjawaban pada sub focus
harus kita dahulukan, yaitu mendistribusikan kedua ini menurut Annisa dapat diilhami seperti
sebesar 2,5% dari pendapatan kita kepada adanya penanggulangan resiko pencemaran
pihak-pihak yang berhak menerimanya. lingkungan.
Zakat ini juga kan bisa jadi representansi dari Melalui penjelasan diatas inilah hal yang
nilai-nilai pancasil Ray, bahwa kita harus adil ditonjolkan oleh informan ketiga ialah adanya
dan tolong menolong antar sesama. Makanya harapan terhadap keeksistensian akuntansi dalam
Ray aku baru sadar kalau akuntansi itu adalah perwujudan nilai humanis dan nilai kepedulian
ilmu untuk bertanggungjawab bukan sekedar terhadap lingkungan. Konsekuensi yang hendak
membuat laporan keuangan saja.” dicapai akhirnya berujung pada ada atau tidaknya
Menindaklanjuti pernyataan Annisa yang kesadaran para pebisnis atau suatu entitas
kedua, penulis pun berkesimpulan bahwa adanya untuk memahami bahwa akuntansi tidak hanya
pemahaman terhadap akuntansi yang sangat sekedar sebagai sarana untuk membuat laporan
kontras ketika Annisa semasa di SMA dengan keuangan saja, namun juga dapat dijadikan
Annisa semasa di perkuliahan. Saat ini Annisa sebagai sarana untuk bertanggungjawab kepada
berani beranggapan bahwa banyak di antara manusia itu sendiri dan kepada alam. Nita
pebisnis melakukan tindakan yang sangat tidak sangat kecewa bahwa sistem akuntansi yang
etis seperti melakukan kegiatan memark up laba berlaku di Indonesia tidak berjalan sesuai dengan
sehingga bisa jadi penyajian terhadap nilai-nilai harapannya yang ingin menciptakan suasana yang

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


36
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

damai, adil, dan harmonis.Keidealisan Annisa kuasa yang sangat kuat, sehingga akan adanya
dalam memandang ilmu akuntansi pun sangat pengetahuan dan aksi para akuntan kita, tenaga
penting untuk diapresiasi mengingat Annisa telah pendidik akuntansi kita, dan mahasiswa akuntansi
berhasil mengamalkan ideologi bangsanya yaitu kita akan menyokong warna kapitalisme dalam
Pancasila untuk menuju konsep akuntansi yang dunia akuntansi di Indonesia.
lebih humanis.
Kapitalisme sendiri dalam akuntansi, menurut
Rahmat (2010) merupakan:
Pengungkapan Konsep Diri “Keakuntasian” di
“sebuah ideology mainstream yang me-
Indonesia: Dalam Panggung Politik Kapitalis
ngendalikan hampir semua line kehidupan
atau Pancasila?
manusia modern. Ia telah mampu mengubah
Dari karya Bailey (1998), Watts dan
pola perilaku manusia dari pola pikir alturistik
Zimmerman (1986), dalam Triyuwono (2012)
menuju pola perilaku yang individualistik.
dapat disimpulkan bahwasanya faktor sistem
Tidak terkecuali dengan ilmu akuntansi,
politik (ideologi) dan ekonomi adalah faktor-
hegemoni kapitalisme yang kuat dan berakar
faktor penentu yang mempunyai andil besar
dalam kapisitasnya sebagai ‘induk buaya’
dalam memberikan kontribusi warna dan bentuk
dari akuntansi modern. Dengan kata lain
akuntansi. Dapat penulis contohkan seperti
kapitalisme lah yang secara aktif ikut berperan
misalnya ketika penguasa suatu negara lebih
dalam memformat bentuk, wujud, dan rupa
memilih untuk menerapkan sistem ekonomi
dari ilmu akuntansi modern.”
sosialis, maka pilihan untuk menggunakan
sistem ekonomi sosialis pun tidak akan dapat Salampessy (2011) menyebutkan akun-
diperbaharui, yang kemudian baru akan tansi keuangan yang kita praktikkan sekarang
mempengaruhi sistem akuntansi itu sendiri. ini adalah bagian dari akuntansi modern yang
Hadiwinata (1994), dalam Triyuwono merupakan produk masyarakat barat sejak abad
(2012) mengindikasikan ternyata sebelumnya ke-16 sampai abad ke-21 yang sampai saat ini
Hadiwinata telah berhasil menyajikan metafora berpanggung politik liberalisme dan kapitalisme,
yang apik tentang kuasa dan pengetahuan sistem sehingga akuntansi keuangan pun bercorak
ekonomi kapitalis sebagai produk modernisme. liberalisme dan kapitalisme. Hal ini dapat
Untuk menggambarkan hal ini, ia menggunakan dibuktikan pada skala mikro, kita akan melihat
metafora ‘theatrum politicum’ (panggung politik, bahwa akuntansi modern merupakan anak
yaitu pertemuan antara bermacam-macam dari sistem ekonomi kapitalistik (Triyuwono,
karakter dalam berbagai wacana yang telah 2012) yang kemudian dapat kita telaah melalui
diatur sedemikian rupa (Hadiwinata, 1994). Bagi laporan keuangan neraca dengan label ‘laba yang
Hadiwinata, kapitalisme dalam kenyataannya ditahan’ yang merupakan bagian dari ekuitas,
tidak beda dengan ‘panggung politik’. atau dilaporkan secara khusus dalam laporan laba
Karena saat ini yang sedang menjadi yang ditahan. Atau kemudian dapat kita lihat pada
logosentrisme adalah ideologi kapitalisme, bentuk ekuitas itu sendiri melalui komponen-
maka adalah suatu hal yang logis atau wajar komponennya seperti modal saham (biasa atau
jikalau akuntansi kapitalis juga akhirnya menjadi preferen), agio/disagio saham, laba yang ditahan,
logosentrisme (Triyuwono, 2012). Ditambah dan lain-lainnya. Semakin besar komposisi
lagi, dikarenakan realitas sosial telah terbentuk ekuitas ini terhadap jumlah utang, maka akan
melalui nilai-nilai kapitalisme maka mau tidak semakin akan investasi yang ditanamkan oleh
mau sistem akuntansi di Indonesia pun akan investor pada suatu perusahaan. Ini merupakan
terbawa arus kapitalisme seperti pernyataan ilustrasi sederhana dari dua ciri utama akuntansi
sebelumnya. Alhasil, hegemoni kapitalisme kapitalis yang sangat menonjol.
pun akhirnya lambat laun akan mencoba untuk Lalu pertanyaannya: “Kapan Indonesia
merangsang pola pikir masyarakat kita dengan akan Mengalihkan Pandangan Sistem Akuntansi-

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


37
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

nya dari panggung politik kapitalis menuju akuntansi modern adalah realitas yang tidak
panggung politik pancasila?” Hal ini hanya ideal. Yang diinginkan adalah realitas yang sarat
akan dapat terwujud jikalau Indonesia mampu dengan nilai-nilai etika (etika dalam pengertian
menunggalkan ideology pancasila nya untuk menyeluruh) yaitu, realitas yang di dalamnya
segala hal. Maksudnya, setiap apapun langkah terdapat jaring-jaring kuasa Ilahi yang akan
yang akan diambil harus disadari dengan nilai- mempengaruhi atau “memperangkap” pengguna
nilai pancasila. Ketika aksi “berpancasila” yang informasi akuntansi untuk selalu bertindak etis,
telah diwacanakan terealisasi maka logosentrisme baik kepada sesama manusia, kepada lingkungan
jati diri Indonesia pun sejatinya akan berlogo alam, maupun pada Tuhan sendiri (Triyuwono,
pancasila. Hal inilah nantinya yang akan dapat 2012). Untuk keperluan ini, maka dibutuhkan
mendorong para akuntan, tenaga pendidik bentuk akuntansi yang memang kondusif untuk
akuntansi, para mahasiswa di bidang akuntansi, dan keperluan tersebut. Bentuk akuntansi yang
seluruh orang-orang yang notabenenya di bidang ditawarkan untuk keperluan tersebut adalah
akuntasi untuk kembali ke proses pemaknaan akuntansi syari’ah yang mampu memberikan
pancasila. Hasil akhirnya, logosentrisme akuntansi informasi yang lebih adil bila dibandingkan
modern bernilai kapitalisme mula kita reduksi dengan akuntansi modern. Karena dalam proses
secara perlahan seiring dengan ditanamkannya konstruksinya, akuntansi syari’ah berdasarkan
nilai-nilai pancasila, sehingga logosentrisme pada asumsi hakikat diri manusia yang sejati dan
akuntansi modern bernilai pancasila lahir dengan pemahaman aspek ontologi yang lebih lengkap
tersendirinya. bila dibanding dengan akuntansi modern.
Menjadi pertanyaan yang sangat
Pemaknaan Konsep Diri “Keakuntansian” dilematis jika kita dihadapkan pada pertanyaan
Menggunakan Suara Hati Sebagai Wujud dimanakah letak keeksistensian pemaknaan
Kesadaran Oleh Informan: Dalam Panggung konsep “keakuntansian”, apakah dalam panggung
Politik Kapitalis atau Pancasila? kapitalis atau panggung Pancasila? Mengacu pada
Melalui mata kuliah teori akuntansi, apa yang telah diungkapkan oleh Tricker (1978)
penulis berhasil mendeteksi setidaknya ada 3 poin bahwa akuntansi adalah anak dari dari budaya
penting bagaimana sistem akuntansi kapitalis itu masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan, hal
dibangun. Pertama akuntansi modern, dibiarkan ini pun memberi pemahaman baru bahwa nilai
dan diilhami sebagai akuntansi yang sarat dengan masyarakat memiliki peranan yang penting dalam
nilai-nilai kapitalisme. Kapitalisme itu sendiri mempengaruhi bentuk akuntansi. Hal ini pun sama
berdasar pada konsep etika utilitarianisme. Etika pengertiannya seperti pernyataan Suwardjono
utilitarianisme adalah konsep nilai di mana (2008) bahwa akuntansi yang dipraktekan dalam
nilai baik-buruk, benar-salah didasarkan pada suatu wilayah negara sebenarnya tidak terjadi
konsekuensi sebuah perbuatan yang diukur begitu saja secara alamiah, akan tetapi sengaja
dengan utilitas (utility). Artinya, jika sebuah dirancang dan dikembangkan untuk mencapai
perbuatan menghasilkan utilitas, maka perbuatan tujuan tertentu. Maka daripada itu, tidak heran
tadi dikatakan etis. Tapi sebaliknya jika perbuatan jika bila struktur dan praktik akuntansi akan
tadi menghasilkan disutilitas (disutility), maka berbeda antara negara yang satu dengan negara
perbuatan tadi adalah perbuatan yang tidak etis. yang lainnya.
Kedua, akuntansi modern sangat Lalu bagaimana dengan konsep “keakun-
identik dengan angka-angka. Triyuwono (2012) tasian” milik Indonesia, apakah telah sesuai
menambahkan bahwa angka-angka tersebut dengan ideologi bangsa yakni Pancasila atau
adalah pusat perhatian dan ini adalah salah satu malah sesuai dengan ideologi kapitalis? Menarik
bentuk logosentrisme dari akuntansi modern. untuk dicermati, mengingat adanya proses peng-
Terakhir adalah konsep realitas yang terlalu adopsian sistem akuntansi dari negara barat yakni
berlebihan. Realitas yang diciptakan oleh IFRS, memungkin sistem akuntansi di Indonesia

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


38
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

akan bertolak belakang dengan ciri kepribadian akuntansi khususnya akuntan berlaku transparan,
bangsa, seperti negara yang barat terkenal dengan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tidak ada
logosentrisme kapitalis atau liberalisnya yang rekayasa dalam laporan keuangan dengan tujuan
bernilai egoistik dan materialistik, sedangkan apapun didalamnya. Nilai keterbukaan harus
Indonesia terkenal dengan logo sentrisme menjadi nilai yang selalu dihidupi oleh akuntan
Pancasila yang mengandung nilai-nilai spritual dalam melakukan pekerjaan sehingga mampu
dan kehumanisan. Hipotesis awal pun dapat menghasilkan laporan keuangan yang humanis.
dikatakan bahwa mungkin saja akan tereduksinya Meskipun demikian, Dzikri tidak
nilai leluhur yang menjadi kepribadian bangsa mempungkiri apabila akuntansi modern yang
Indonesia. Beranjak dari hal ini, penulis pun berjalan saat ini memang hanya fokuspada nilai-
mecoba untuk menggali informasi melalui dua nilai maskulin yang merupakan perwujudan dari
puluh informan yang tersebar di masing-masing Dewa Yang. Kesadaran ini diungkapkan Dzikri
perguruan tinggi. sebagai berikut:
Untuk menggali informasi yang lebih
“Tapi Ray, kamu sadar gak, sebenarnya
mendalam, penulis memfokuskan wawancara
kenapa yah Indonesia pakai sistem akuntansi
dengan informan yang sama dengan sebelumnya
barat? Apa gak malu yah ama negara luar.
yakni Dzikri, Nita, dan Annisa mengenai
Negara yang dulu kuat, sama kuatnya
pemahaman mereka tentang masalah tersebut.
dengan Amerika, eh malah mencontek sistem
Ketika penulis mencoba untuk berdiskusi kepada
ekonomi orang. Parahnya lagi, yang dicontek
Dzikri, di posisi manakah sistem “keakuntansian”
itu sistem yang sudah pasti berbanding terbalik
Indonesia, apakah kapitalis atau Pancasila, Dzikri
dengan ideologi kita. Wajar aja sih sekarang
menjawab:
kalau kebanyakan akuntansi konvensional
“Jika dilihat dari kulitnya, sifat akuntansi itu tidak punya nilai, jadi tidak ada nilai-nilai
itu mengarah ke Pancasila kok. Buktinya yang melandasinya, kita cuma mengukur,
adanya proses pencatatan untuk melihat menyajikan, kemudian yo sudah….selesai
keseimbangan antar dua sisi (kredit atau begitu saja. Kemudian sadisnya lagi ialah
debit) adalah pengaplikasian dari bentuk penyajian laporan keuangan itu Ray, marak
sila kelima. Kemudian adanya istilah per- sekali kebohongan. Padahal kebohongan itu
tanggungjawaban kepada stakeholder, dan Cuma buat pencitraan aja, biar para investor
adanya annual report sebagai bentuk trans- banyak yang menanamkan modalnya.”
paransi, juga hasil perwujudan dari butir-
Melalui pernyataan diatas, secara tersirat
butir Pancasila. Tapi ini anggapan saya ketika
ada pandangan yang berbeda dengan cara berpikir
masih disemester 1-5 loh. Hehe..”
Dzikri melihat orbit akuntansi di Indonesia.
Melalui dialog singkat tentang gambaran Semula beliau berpikir akuntansi adalah turunan
awal Dzikri mengenai panggung “keakuntansian” dari Pancasila, kini beliau merevisinya dan
di Indonesia, penulis dapat mengambil esensi kemudian menggantikannya dengan mengatakan
dari pengalaman atau kesadaran Dzikri akuntansi bahwa akuntansi Indonesia merupakan turunan
adalah ilmu yang merupakan turunan dari peng- dari nilai kapitalisme. Pernyataan Dzikri ini sontak
aplikasian Pancasila. Menurut Dzikri, Pancasila mengingatkan penulis pada pernyataan James
juga mampu membentuk good charac-ter se- (2008) dan Kamayanti (2011) bahwa memang
seorang yang dibingkai melalui adanya proses benar adanya kecenderungan sistem akuntansi
penyajian laporan yang transparansi, adanya Indonesia memiliki bias gender maskulin
proses bertanggungjawab, dan paling penting (mendominasi), yang kemudian sebaliknya
ialah sebagai tindakan dalam pengamalan meninggalkan nilai-nilai feminin (spiritual). Bias
Pancasila. Memang sudah seharusnya, masya- gender maskulini tergambar dari corak akuntansi
rakat yang berkecimpungan dalam dunia modern yang berorientasi keuntungan maksimal

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


39
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

bagi invenstor terlepas dari bagaimana caranya green accounting dan carbon accounting, biar
memperoleh keuntungan tersebut yang senada mereka lebih peka lagi terhadap lingkungan.
dengan pemikiran Dzikri. Alhasil negara kita ini enak untuk didatangi,
Bagi Informan kedua yakni Nita Erviana ditambah lagi adanya keramahan yang
yang merupakan sosok seseorang yang agamis, merupakan wujud dari kepribadian bangsa
akuntansi modern yang diberlakukan di Indonesia kita yang peduli akan sesama manusia
terkesan egois yang merupakan representasi maupun lingkungannya.”
dari logosentrisme akuntansi kapitalis. Hal
Rasa kekecawaan yang dibalut dengan
ini dituturkan Nita dengan menggambarkan
rasa penyesalan dalam diri Nita, akhirnya
bagaimana sadisnya perusahaan yang melakukan
memberikan pandangan baru bahwa sebaiknya
pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran.
akuntansi juga harus dibangun melalui rasa
“Aduh Ray, jangan berbica humanis deh kepakaan untuk saling memiliki, mengawasi,
kalau masih pakai acuan sistem akuntansi mengasihi, dan saling peduli yang merupakan
yang sekarang. Buktinya toh, sekarang ini penginternalisasian dari pancasila agar nilai-nilai
banyak perusahaan yang berlomba-lomba kehumanisan menjadi potret negara Indonesia.
meningkatkan labanya dengan mengecilkan Misalnya kepekaan dalam saling peduli pada
beban di neraca. Yah salah satu dampaknya lingkungan, dapat dibangun melalui paradigma
ialah pengecilan nilai beban gaji, jadi gak green accounting dan carbon accounting. Hasil
heran kalau sekarang itu banyak pemutusan yang diharapkan pun akan tiba seperti hadirnya
hubungan kerja. Terus yang paling ngeselin akuntansi yang merupakan buah pemikiran
itu, banyak perusahaan yang angkuh ketika dari beberapa orang yang diperoleh dari hasil
udah melakukan tindakan CSR, terus disiarin pengamatan serta penelitian mendalam dan akan
dimana-mana. Padahal dampak negatif yang terus berkembang sejalan dengan permasalahan
dihasilkan dari kegiatan operasinya itu loh ga objektif di dunia nyata misalnya saja green
sesuai dengan dana CSR yang udah mereka accounting dan carbon accounting seperti yang
keluarin.” telah disebutkan Nita. Displin ilmu akuntansi
inilah nantinya diyakini akan menjadi bagian dari
Rasa penyesalan informan kedua atas sikap
buah pemecahan masalah dalam menanggulangi
sebuah entitas dalam hal ini perusahaan
kerusakan lingkungan bisa saja terjadi dalam
sangatlah tinggi. Hal ini mengindikasikan
aktivitas lingkungan, berkaitan terutamanya
bahwa sosok seorang Nita sangat anti pada
dalam usaha manajemen lingkungan.
perusahaan yang tidak bertanggung jawab
Nita kembali berusaha menyadarkan
atas kegiatan operasional yang mungkin
kita akan pentingnya keterlibatan sudut pandang
saja memberikan dampak negatif pada
agama demi kehidupan yang lebih baik seperti
lingkungan.
semboyan “kebersihan adalah sebagian dari
“Kamu tentu ingat bukan bahwa, kebersihan iman”. Apalagi sebagai seorang muslim, agama
adalah sebagian dari iman. Semboyan itu memberikan pesan kepada kita untuk terus men-
mengajarkan kita untuk terus menjaga jaga kesucian diri, sederhananya adalah menjaga
kebersihan, kalau ga berih yah bearti ga “wudhu”. Karena pentingnya keterlibatan agama
beriman. Sesimple itu kok. Lagian kan di segala kehidupan, termasuk dalam keilmuan
tuhan juga mengajarkan cara berperilaku akuntansi, keterlibatannya tidak bisa disingkirkan
yang baik di dalam kehidupan. Terlepas begitu saja. Dalam hal ini peneliti cukup kagum
itu mungkin saja adalah hal yang sulit bagi dengan pemahaman Nita yang menjelaskan
sebagian orang, tapi apakah mau hidup kita konsep panggung “keakuntansian” di Indonesia
dibayangi dengan sampah, bau tidak sedap? menggunakan perpektif spiritualnya.
Makanya besar harapan aku, perusahaan- Ketika mencoba untuk berdiskusi dengan
perusahaan itu bener-bener mengaplikasikan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


40
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

Annisa yang merupakan sosok yang perempuan hubungan vertical. Istilah hubungan vertical
yang tegas, mengenai letak atau posisi sistem adalah hubungan manusia dengan Tuhannya
“keakuntansian” di Indonesia, dengan tegas dan atau dengan kata lain spiritualitas, sedangkan
penuh keyakinan beliau menjawab akuntansi saat hubungan horizontal adalah hubungan manusia
ini sarat akan nilai hedoniseme, keserakahan, dengan sesama manusia. Ditambah lagi, agama
kerakusan yang merupakan ciri dari akuntansi mengajarkan agar kita selalu memiliki hubungan
kapitalis: yang baik antar sesama manusia mengingat
semua manusia pada hakikatnya mempunyai
“Menurutku, akuntansi yang pas itu bukan
derajat yang sama di mata Allah. Implikasinya
akuntansi yang sekarang. Karena kamu
dengan pemahaman akuntansi Annisa adalah,
sendiri juga tau, kalau aku adalah orang
seharusnya manusia sebagai pelaku dalam
selalu mencoba untuk berpikiran bahwa
akuntansi tidak dianggap sebagai aset yang dapat
sesuatu ialah salah, kemudian aku telusuri
diukur secara kuantitatif, tetapi manusia lebih
lebih lanjut. Namun, ketika ditelusuri
dari itu. Realisasinya, menurut Annisa dilakukan
ternyata benar, barulah aku berkata benar.
dengan cara membangun komunikasi yang baik
Aku emang orangnya tidak terlalu cepat
dengan partner kerja, dan mempertimbangkan
percaya. Jadi secara tegas aku katakan,
kesejahteraan karyawan sehingga mereka lebih
bahwa akuntansi sekarang ini memiliki
nyaman dalam bekerja.
nilai hedonism, keserakahan, kerakusan.
Seharusnya akuntansi itu pakek nilai-nilai Kerja Keras Kapitalis Dalam Membangun
Pancasila, biar kita bisa belajar dari pejuang- Pondasi Sistem Akuntansi Madani Melalui
pejuang terdahulu bagaimana berjuang untuk Pengkonotasian Stakeholders
negara. Sekarang ini, konsep memanusiakan Dilihat dari dimensi sosial keeksistensian
manusia aja susah, apalagi mau berkontribusi perusahaan memang diperlukan untuk melayani
dan berdidikasi tinggi seperti pejuang kebutuhan masyarakat. Sepanjang masyarakat
terdahulu.” masih memerlukan produk perusahaan, perusahaan
Annisa yang sudah penulis kenal sejak akan tetap dapat eksis. Kegiatan bisnis dalam
semester satu lewat organisasi yang bernama pandangan barat tidak pernah dikaitkan dengan
Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia ini adalah agama (Agoes, 2011). Padahal kalau ditelusuri
pribadi yang sangat idealis disamping punya dalam ajaran agama-agama besar, ada ketentuan
ketegasan yang tinggi untuk ukuran perempuan. yang sangat jelas tentang kegiatan bisnis ini.
Tak heran jika sedang membahas mengenai Dalam agama islam misalnya, dijumpai suatu
keidealisan, pendapatnya selalu menarik. ajaran bahwa menjalankan kegiatan bisnis itu
Kemudian Annisa menjelaskan pernyataannya merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan
terkait akuntansi yang memanusiakan manusia: bisnis (ekonomi) diatur berdasarkan wahyu yang
tercantum dalam Al-Qur-an dan Sunnah Rasul
“Aku bermimpi Indonesia memiliki akuntansi
(Rahardjo,1990). Selanjutnya Dawam Rahardjo
yang benar-benar memanusiakan manusia.
mengatakan bahwa ada tiga doktrin dalam Islam,
Karena aku gak suka akuntansi sekarang ini,
yaitu: ibadah, akhirat, dan amal saleh Interpretasi
selalu banyak terjadi pertikaian karena selalu
yang lebih luas tentang ketiga doktrin ini sudah
saling memandang yang lain lemah, bahkan
lama dikaji dan dipahami. Ibadah tidak hanya
memandang manusia hanya sebagai sebuah
diartikan dalam arti sempit – hanya menyangkut
asset layaknya binatang ekonomi bukan? Di
aspek ritual seperti sholat dan puasa-tetapi juga
mana harkat martabat manusia coba?”
terkait urusan mencari rejezi dan menuntut ilmu.
Adapun Eidetic Reduction yang dapat Dalam doktrin akhirat, kegiatan manusia tidak
disampaikan kali ini ialah kita sebenarnya semata-mata hanya memburu surga dengan meng-
telah mengenal istilah hubungan horizontal dan abaikan atau menjauhi kewajiban-kewajiban

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


41
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

hidup didunia. Begitu pula interprestasi luas macam yakni kelompok primer dan kelompok
mengenai amal saleh tidak hanya dalam bentu sekunder. Kelompok primer ialah kelompok
charity, seperti sumbangan untuk membangun stakeholders yang berinteraksi secara langsung
mesjid, tetapi juga termasuk kegiatan jual-beli dengan perusahaan, sedangkan sekunder adalah
dan sewa menyewa (Rahardjo,1990). kebalikan dari pendefinisan kelompok primer.
Dewasa ini pun kegiatan bisnis mulai Namun, ketika penulis mencoba
menunjukkan kereligiusannya. Lebih pentingnya untuk mengarahkan ketiga informan untuk
lagi adalah munculnya pandangan baru dalam mendekonstruksi ulang makna dari kata
mengelola suatu perusahaan. Pandangan baru ini stakeholder yang sifatnya keluar dari pernyataan
lebih menyoroti perilaku para eksekutif puncak sebelumnya, muncul beberapa jawaban yang
perusahaan karena perilaku para eksekutif puncak menurut penulis sangat menarik untuk dikaji
ini sangat menentukan keberlangsungan hidup secara lebih mendalam. Dalam hal ini Dzikri
satu perusahaan. Para eksekutif puncak dituntut menambahkan unsur tingkat kesadarannya yang
untuk tidak hanya bersifat etis, tetapi diharapkan dibungkus dengan teori etika yang beliau peroleh
mempunyai tingkat kesadaran transendental atau ketika menempuh mata kuliah etika bisnis:
tingkat kesadaran spiritual.
“Berbicara mengenai konsep stakeholder
Para eksekutif yang telah mencapai
melalui paradigma secara pribadi, saya
tingkat kesadaran spiritual ini akan memaknai
lebih sepakat mengatakan bahwa konsep
kegiatan pengelolaan perusahaan sebagai bagian
stakeholder harus bisa keluar dari pemaknaan
dari ibadah kepada Tuhan yang Maha Kuasa,
kesadaran hewani. Mengapa aku bilang
menjadikan perusahaan yang dikelolanya sebagai
kesadaran hewani? Aku berpikir bahwa
sarana untuk melakukan pelayanan secara tulus
konsep pemangku kepentingan saat ini itu
untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku
hanya berlandaskan teori egoisme dan teori
kepentingan, sekaligus menjaga dan memelihara
hak aja. Hasilnya pun terkesan negatif, dan
kelestarian alam. Perusahaan yang dikelolanya
kurang enak untuk dipandang. Bersandarnya
akan menjadi perusahaan yang tercerahkan
paradigma kepemilikan dan paradigma
(enlightened company).
pemegang saham, menambah situasi ke-
Perubahan pola pikir pada para eksekutif
mirisan yang saya rasakan. Kini makna
puncak ini pun disambut penulis dengan penuh
dari kata tanggungjawab kepada pemangku
kegembiraan, mengingat semenjak menempuh
kepentingan akan diperoleh ketika sasaran
mata kuliah Teori Akuntansi selalu bermimpi
perusahaan ialah memperoleh kekayaan
Indonesia untuk keluar dari zona kapitalis.
dan keuntungan seoptimal mungkin bagi
Makadaripada itu, penulis kemudia mencoba
pemegang saham. Nah, jadi seharusnya
untuk berbincang-bincang kepada ketiga
stakeholder itu ada unsur masyarakat,
informan sebelumnya untuk melihat pandangan
pemerintah, karyawan, pemasok, itu semua
mereka dalam memaknai kata stakeholder.
luntur dan hanya difokuskan pada sasaran
Pemahaman awal dari makna kata
pemegang saham saja.”
stakeholders bagi Dzikri, Nita, dan Annisa ialah
mengacu kepada seseorang ataupun sekelompok Pesan yang hendak ingin disampaikan
orang yang mempunyai hubungan dan ke- Dzikri melalui pemaknaan ulang kata stakeholder
pentingan bagi suatu perusahaan. Kesamaan sebenarnya ialah adanya kelunturan nilai
pemahaman ini terjadi dikarenakan adanya masyarakat, pemerintah, karyawan, pemasok,
kesamaan penjelasan yang mereka dapatkan dari dll yang juga merupakan bagian dari organ
buku bacaan, tenaga pendidik, majalah, internet, tubuh kata “stakeholder” sendiri. Kelunturan
dll sewaktu mereka menempuh pendidikan di nilai ini kemudian disisipkan dengan tambahan
perguruan tinggi. Ketiganya juga sepakat bahwa amunisi “pemegang saham”, jika porsi dari
pemangku kepentingan nantinya terdiri atas dua kata pemegang saham pada stakeholder pun

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


42
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

menjadi mendominasi. Dalam hal ini, muncul Sosok agamis yang dimiliki Nita
kekhawatiran dari diri pribadi Dzikri yakni pun mampu membawa beliau untuk selalu
perusahaan akan terus menerus mengejar laba menghadirkan nilai-nilai kesadaran transcendental
guna memberikan kesejahteraan hanya kepada yang berwujud kasih dan sayang. Sasaran
pemegang sahamnya saja. perusahaan yang dulunya adalah mengejar laba
Pemahaman Dzikri terhadap kata “stake- dapat tergeser dengan paradigma perusahaan
holder” ialah bahwa adanya pergesaran makna yang tercurahkan rahmat dan kasih sayang Tuhan
kata stakeholder kearah yang lebih negative sehingga sasaran perusahaan pun ialah hanya
karena hanya mementingkan satu kepentingan semata-mata mencari rezeki, mencari ridha-
saja yakni kepentingan pemegang saham. Nya, dan merupakan bagian dari Ibadah kepada
Dalam hal ini, Dzikri mengatakan bahwa tingkat Tuhan melalui pengabdian yang tulus untuk
kesadaran yang ditunjukkan ialah kesadaran kemakmuran bersama yang diimbangi dengan
hewani. Hal ini dapat dibuktikan melalui adanya kelestarian alam.
keegoisan sebuah entitas untuk menggunakan Selanjutnya pemaknaan ulang kata
paradigma kepemilikan dan paradigma pemegang “stakeholder dari informan ketiga yakni Annisa.
saham guna mewujudkan sasaran perusahaan. Melalui kacamatanya, pendekonstruksian ulang
Akhirnya pun, perusahaan menjadi terperangkap, kata “stakeholder” sebaiknya dilakukan pro-
terkurung, dan terpenjara oleh bayangan sebuah ses penginternalisasian butir-butir Pancasila.
tindakan yang etis jika pelaksanaannya telah Menurut pandangan beliau, butir-butir Pancasila
menerapkan teori egoisme yang dimana adanya menyajikan semua komponen yang bersifat
motivasi dari dalam pribadi untuk memunculkan altruistik, mengutamakan kepentingan publik,
keuntungan pribadi atau suatu kelompok tertentu tidak bersifat materi tetapi malah spiritual, dan
saja. pengukurannya pun tidak terlalu saintifik.
Ada jawaban yang menarik tentang
“Karena aku pro sama akuntansi Pancasila,
pemaknaan ulang kata “stakeholder” menurut
maka aku menghendaki pemaknaan ulang
Nita. Dengan sosok agamaisnya beliau mampu
kata stakeholder lebih kearah butir-butir
menghadirkan nilai-nilai transcendental ditengah-
Pancasila Ray. Kita masukin deh unsurnya
tengah maraknya nilai keegoisan pada kata
satu persatu. Misalnya pada bagian sila
“stakeholder” seperti yang telah dikatakan oleh
pertama, ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’
Dzikri tadi.
melalui konsep ini kata stakeholder haruslah
“Kalau aku sih sederhana mengartikan kata memiliki unsur ketuhanan. Kemudian sila
stakeholder itu Ray. Bagi aku stakeholder kedua, pemaknaan kata stakeholder harus
itulah sarana proses pertanggungjawaban berwujud sikap manusia yang beradab yakni
suatu entittas kepada suatu makhluk dan kembali lagi ke konsep yang aku bilang diawal
Tuhannya atas kegiatan operasi yang yaitu memanusiakan manusia. Kemudian
mungkin saja memberikan dampak negative lagi misalnya sila kelima, ‘Keadialan Sosial
bagi proses kelangsungan kehidupan. Alhasil Bagi Seluruh Rakyat Indonesia’ melalui sila
antara pengelola dan pemangku kepentingan ini, adanya pemaknaan kata stakeholder
pun sadar bahwa kegiatan bisnis adalah bagian yang tidak berat sebelah, tidak mengandung
dari ibadah. Kemudian, tujuan bisnis hanya unsur-unusr kepentingan suatu kelompok,
semata-mata untuk memajukan kesejahteraan dan terakhir nantinya adanya pendistribusian
semua pemangku kepentingan termasuk secara berkeadilan.”
Tuhan didalamnya. Dan yang paling penting
Melalui persepektif Pancasila yang
ialah, dalam menjalankan aktivitas bisnis itu
kemudian dimasukkan kedalam kata “stake-
jangan lupa untuk terus mampu menjamin
holder” dapat dipastikan akan hadirnya nilai-nilai
kelestarian lingkungan Ray.”
feminim seperti altruistik yang akan menutupi sifat

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


43
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

egoistik, adanya nilai spiritual yang akan menutup kurikulum, bahan ajar, standarkompetensi,
nilai materialistik, adanya nilai publik yang akan kompetensi dasar, outcome peserta didik serta
menutup nilai private yang merupakan represntasi kriteria dosen dari Pendidikan Akuntansi nasional
dari nilai-nilai maskulin. Kehadiran nilai feminim ke depan.
ini menggambarkan adanya kesadaran manu- Seperti yang dikatakan Suwardjono
siawi didalam diri Annisa. Tidak heran jika (2008) bahwa akuntansi yang dipraktekan dalam
landasan pemaknaan kata “stakeholder” menurut suatu wilayah negara sebenarnya tidak terjadi
Annisa akan mengutamakan azas kemanfaatan, begitu saja secara alamiah, akan tetapi sengaja
keadilan, kewajiban, dan keuatamaan. Sasaran dirancang dan dikembangkan untuk mencapai
perusahaan yang ingin dicapai lebih kearah tujuan tertentu. Makadaripada itu, tidak heran
sosialis yakni untuk mensejahterakan seluruh jika bila struktur dan praktik akuntansi akan
lapisan masyarakat. berbeda antara negara yang satu dengan negara
Kesimpulan (Eidetic Reduction) yang bisa yang lainnya. Melalui pernyataan Suwardjono
peneliti ambil dari pemaparan diatas sebenarnya diatas, maka pemakaan ulang kata “stakeholders”
ialah Annisa mencoba untuk memberikan akuntansi berbasis pancasila, perlu dirangkai
pelajaran kepada kita bahwa sudah saatnya kedalam bentuk teori sehingga menghasilkan
pemakaan setiap elemen akuntansi itu dalam hal teori akuntansi yang baik dan sehat. Dengan
ini “stakeholder” beralih dari saintifik menuju demikian akan menuntun dan mengarahkan
intuitif, dari matematikal menuju artifik, dari masyarakat Indonesia dalam menyelesaikan
maskulin menuju feminism, dan dari material masalah akuntansi dengan baik dan sehat pula.
menuju spiritual dengan berpijak pada butir-butir Berikut gambaran proses yang ada dipikiran
Pancasila. Kecintaan Annisa terhadap Pancasila penulis agar wacana teori pemakaan ulang kata
juga mampu menambah warna dari semangat “stakeholders” akuntansi berbasis pancasila
Annisa untuk menghadirkan nilai-nilai energy menjadi aksi.
positif yang sejalan dengan kebutuhan negara
Indonesia.

Mengaksikan Wacana Stakeholder Akuntansi


Berbasis Pancasila
Menelaah pernyataan Ludigdo dan
Kamayanti (2012) tentang meyakini bahwa
Pancasila bukan hanya dijadikan dasar etika
akuntan saja, tetapi Pancasila harus menjadi
dasar rekonstruksi dan bahkan dekonstruksi ilmu
dan praktik akuntansi di Perguruan Tinggi, maka
munculah peran penting Pancasila, selain sebagai
nilai moral pembentukan karakter akuntan,
namun juga sekaligus penilaian kritis atas konsep,
teori dan praktik Akuntansi di Perguruan Tinggi.
Gambar 1. Proses Terjadinya Praktek Akuntansi
Mulawarman (2013) juga telah menyarankan
Berbasis Pancasila
adanya Mata Kuliah baru yang disebut Akuntansi
Sumber: Adopsian dari ide Harahap (2013)
Keindonesiaan di level S1 untuk mengaksikan

wacana penginternalisasian Pancasila kedalam
Dampaknya secara langsung akan berelevansi
ranah akuntansi. Konsekuensi lanjutannya
dengan hadirnya praktik akuntansi berbasis
masih dalam Mulawarman (2013) adalah pada
pancasila dilingkungan akuntan, hadirnya mata
pengevaluasian Standar Pendidikan Akuntansi
kuliah baru yakni akuntansi berbasis pancasila
Indonesia (SPAI) yang kemudian menjadi
di dunia perkuliahan, sehingga sistem tatanan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


44
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

akuntansi Indonesia yang sekarang mengadopsi dengan nilai peradaban, sopan santun, dan saling
dari negara luar, sedikit demi sedikit mulai menghargai. Proses memanusiakan manusia pun
tereduksi kemudian beralih ke sistem akuntansi terbentuk dengan sendirinya. Alhasil, melalui sila
yang berlandaskan Pancasila. kedua ini nilai-nilai dari perilaku hidup orang
Berdasarkan Gambar 1 juga dapat barat yakni liberalisme dan kapitalisme sedikit
diharapkan setiap entitas tidak akan memiliki demi sedikit akan mengalami proses reduksi.
pola pikir untuk mencari keuntungan sebesar- Persatuan Indonesia sebagai bunyi dari
sebesarnya yang diukur dari aspek keuangan saja sila ketiga, memberikan gambaran kepada kita
(kuantitatif). Lebih jauh, dengan sistem akuntansi bahwa arti dari kepemilikan ialah kepemilikan
berbasis pancasila akan membantu setiap publik yang berasal dari terjemahan kata
entitas untuk sadar akan nilai-nilai kualitatif “persatuan.” Ketika sekelompok orang telah
sehingga mereka akan berusaha memenuhi aspek menyatakan sepakat untuk bersatu, maka tidak
pertanggungjawaban berdasarkan unsur humanis. ada lagi yang namanya kepentingan pribadi,
Kemudian, perwujudan masing-masing dari sila yang ada hanyalah kepentingan bersama guna
pancasila yang memiliki unsur-unsur (butir- menuju tujuan bersama yang telah ditetapkan.
butir pancasila) yang saling terkait dan tidak Jadi dapat kita simpulkan, melalui sila ketiga,
dapat dipisahkan tentunya akan berbeda dengan arti dari kepemilikan yang semula hanya
unsur maskulinitas dalam definisi akuntansi yang diperuntukkan kepada para pemodal dapat kita
berbasis pada kapitalisme yang masih berfokus ubah menjadi “kepemilikan ialah milik bersama
pada konsep laba dan kapitalisasi modal. dan diperuntukkan secara bersama tanpa ada
Melalui sila pertama yakni Ketuhanan perbedaan suku, gender, ras, bahasa, dll).
Yang Maha Esa, pemakaan ulang kata Sila keempat, dapat memberikan warna
“stakeholders” akan menitik beratkan Tuhan baru pada pemaknaan ulang kata “stakeholders”
sebagai pemilik tunggal dan mutlak atas yakni pemaknaan ulang kata stakeholders
seluruh isi alam semesta tanpa terkecuali. Hal yang berwatak kerakyatan yang mengandung
ini tentu berbeda dengan pemaknaan ulang nilai kekeluargaan. Watak kerakyatan dalam
kata stakeholders yang merupakan turunan dari hal ini dapat kita analogikan sebagai adanya
konsep proprietary theory atau entity theory yang proses sinergisitas dalam mengabdi, bekarya,
mengutamakan pemilik modal sebagai pemilik dan berdidikasi tinggi untuk negeri. Artinya,
tunggal. Sila pertama ini juga mengajarkan kita dengan pemaknaan ulang kata stakeholders para
untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan perusahaan akan melakukan sinergisitas dengan
Tuhan. Selain itu, melalui sila ini kita menyadari warga sekitar untuk menuju proses pengabdian
bahwa sebenarnya semua manusia adalah seorang kepada negaranya. Sehingga tidak ada kalimat
khalifah di muka bumi ini yang kemudian harus “mencari laba sebesar-besarnya dengan
mempertanggungjawabkan segala kegiatannya pengorbanan sekecil-kecilnya.” Kalimat ini
kepada Tuhan. akan tergantikan dengan kalimat yang berbunyi
Kedua, pemaknaan ulang kata “stake- “bekorban untuk negara sebesar-besarnya dengan
holders” yang berkemanusian yang adil dan harapan dibalas sekecil-kecilnya”. Melalui sila
beradab. Secara seksama, kita telah mengetahui keempat ini diharapkan adanya peningkatan
bahwa manusia ialah makhluk Tuhan yang paling derajat kemanusiaan melalui semangat ke-
sempurna yang ketika dilahirkan telah diberikan keluargaan.
amanah untuk menjadi pemimpin yang baik. Pemaknaan ulang kata “stakeholders”
Menjadi pemimpin yang baik tentunya harus yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
dibarengi dengan sikap yang adil dan beradab. Indonesia, akan menggiring masyarakat untuk
Diharapkan dengan sila kedua ini, pemakaan ulang memahami kembali sifat cinta dan kasih dalam
kata “stakeholders” dapat berjalan dan diartikan “diri sistem akuntansi.” Ketika sifat cinta dan
dengan penuh kehormanisan yang dibungkus kasih ini telah mencapai angka yang maksimal,

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


45
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

kesejahteraan hidup dalam negara akan dirasakan adalah bagian dari sifat “cinta” yang merupakan
sebagai bonus karena telah memiliki sifat karakter tuhan dalam membawa atau
kecintaan dan kasih sayang antar sesame manusia. mewujudkan kedamaian. Sifat cinta inilah yang
Alhasil, perusahaan yang dulunya melakukan dapat dipercayai dapat mengeliminasi destruksi
kegiatan operasi didasari oleh “kuantitas laba” yang ditimbulkan oleh akuntansi modernisme,
kini tereduksi dan digantikan dengan ada karena cinta mampu membuka jalan sekaligus
kesadaran untuk mencari kepuasan batin karena tujuan. Melalui cinta seseorang biasanya akan
telah memberikan cinta dan kasih antar sesama bekorban guna menyatukan kedua insan. Namun
sehingga akan adanya keseimbangan antara cinta kepada tuhan, akan mengajarkan kepada
kepuasan batin dan rohani dalam diri manusia. kita bagaimana cara kita berserah diri kepadanya
Melalui kelima pemaknaan ulang kata dan menghancurkan keangkuhan diri. Jadi secara
stakeholders yang telah dipaparkan diatas, tidak langsung, melalui cinta kepada-Nya kita
akhirnya pemaknaan ulang kata “stakeholders” akan belajar untuk selalu bersyukur dan paling
berperspektif pancasila adalah menyadari Tuhan penting ialah menghilangkan rasa egois yang
sebagai pemilik tunggal sehingga akan berusaha terlalu tinggi, sehingga hal ini akan membantu
untuk menjadi karakter manusia yang good para akuntan khususnya untuk kembali sadar
character yang kemudian memiliki semangat bahwa ada unsur tuhan yang harus dinomor
yang tinggi untuk bersatu dibawah payung nilai satukan dalam pembuatan laporan keuangan
kekeluargaan guna menuju konsep keadilan yang bukannya unsur kepentingan pemilik modal.
bercirikhaskan cinta dan kasih yang kemudian Kemudian, nilai kemanusian, nilai
juga tidak akan melupakan makhluk Tuhan yang persatuan, dan nilai keadilan ialah bagian dari
lain yakni lingkungan yang telah memberikan sifat “kasih”. Kasih atau bisa kita sebut dengan
sumbangsih. mengasihi ialah suatu sikap dimana adanya rasa
Melalui butir-butir pancasila yang iba terhadap suatu lingkungan atau manusia.
mengandung nilai spiritual, nilai kemanusian, Melalui sifat kasih, kita akan terdorong untuk
nilai persatuan, nilai kebijaksanaan, dan nilai lebih memahami arti dari sebuah kehumanisan.
keadilan dalam memaknai ulang kata stakeholder Sifat kasih yang kemudian disandarkan dengan
menjadi representasi perwujudan sifat altruistik gotong royong, peduli akan sesama, dan saling
Pancasila guna menutupi egoime, private, dan bertenggang rasa, akan menciptakan lingkungan
materelialisme. Nilai spiritual dan kebijaksanaan masyarakat madani yang humanis dan beradab.

Tabel 3. Pemaknaan Ulang Kata Stakeholder


Sila Pemaknaan Ulang Kata Stakeholder
I Konsep Stakeholder yang Berketuhanan adalah mengakui Tuhan sebagai pemilik hak tunggal dan hak
mutlak atas segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
II Konsep Stakeholder yang Berkemanusiaan adalah mengakui bahwa manusia memiliki hak
kepemilikan atas suatu objek menurut dasar Ketuhanan melalui proses “memanusiakan manusia” tanpa
mengindahkan faktor lingkungan
III Konsep Stakeholder yang bersatu adalah mengakui bahwa manusia memiliki hak kepemilikikan atas
suatu objek guna mencapai persaudaraan tanpa mengindahkan faktor lingkungan
IV Konsep Stakeholder yang berkerakyatan adalah mengakui bahwa manusia memiliki hak kepemilikikan
atas suatu objek guna mengangkat derajat rakyatdengan semangat kekeluargaan tanpa mengindahkan
faktor lingkungan
V Konsep Stakeholder yang berkeadilan adalah mengakui bahwa manusia memiliki hak kepemilikikan
atas suatu objek guna menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani tanpa mengindahkan faktor
lingkungan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


46
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

Jika akuntansi ditanamkan sifat kasih, ada suatu lingkungan atau manusia. Melalui sifat
kemungkinan pemakaan ulang kata stakeholders kasih, kita akan terdorong untuk lebih memahami
atau entitas diubah pemaknaannya dengan sudut arti dari sebuah kehumanisan. Sifat kasih yang
pandang yang lebih “memanusiakan manusia”. kemudian disandarkan dengan gotong royong,
Melalui kelima pemaknaan ulang kata peduli akan sesama, dan saling bertenggang
stakeholders yang telah dipaparkan di atas, rasa, akan menciptakan lingkungan masyarakat
akhirnya pemaknaan ulang kata stakeholders madani yang humanis dan beradab. Jika akuntansi
berbasis Pancasila adalah menyadari Tuhan ditanamkan sifat kasih, ada kemungkinan
sebagai pemilik tunggal. Manusia (baca: akuntan) pemakaan ulang kata stakeholders atau entitas
oleh karenanya akan berusaha untuk menjadi diubah pemaknaannya dengan sudut pandang
karakter manusia dengan good character yang yang lebih “memanusiakan manusia”.
kemudian memiliki semangat yang tinggi untuk
bersatu di bawah payung nilai kekeluargaan guna 5. Penutup
menuju konsep keadilan yang bercirikhaskan
Pemahaman mengenai akuntansi dapat
cinta dan kasih yang kemudian juga tidak akan
pula diidentifikasi melalui karakter seseorang,
melupakan makhluk tuhan yang lain yakni
dalam hal ini karakter mahasiswa. Dengan tipe
lingkungan yang telah memberikan sumbangsih.
karakter yang berbeda antara ketiga informan,
Melalui butir-butir pancasila yang
akhirnya penulis pun berhasil mengindentifikasi
mengandung nilai spiritual, nilai kemanusian,
pemahaman akuntansi yang berbeda-beda.
nilai persatuan, nilai kebijaksanaan, dan nilai
Karakter Dzikri yang cerdas dan selalu mencoba
keadilan dalam memaknai ulang kata stakeholder
untuk open minded dalam memahami sesuatu
menjadi representasi perwujudan sifat altruistik
membuatnya memahami akuntansi dengan
berbasis pancasila guna menghilangkan sifat
dominasi akal pikiran yang baik. Nita yang
egoisme dan materialisme. Nilai spiritual dan
sudah saya kenal sebagai seseorang yang religius
kebijaksanaan adalah bagian dari sifat “cinta” yang
yang disertai dengan rasa empati dan simpati
merupakan karakter tuhan dalam membawa atau
yang tingg berhasil membuat pola pikir beliau
mewujudkan kedamaian. Sifat cinta inilah yang
untuk memahami akuntansi melalui kecerdasan
dapat dipercayai dapat mengeliminasi destruksi
spiritual. Annisa adalah mahasiswi yang kritis,
yang ditimbulkan oleh akuntansi modernisme,
idealis, dan supel, hal ini terlihat dari bagaimana
karena cinta mampu membuka jalan sekaligus
cara beliau berogranisasi dan mempraktikkan
tujuan. Melalui cinta seseorang biasanya akan
dalam kehidupan sehari-hari membantu Annisa
bekorban guna menyatukan kedua insan. Namun
memahami akuntansi dari sudut kecerdasan
cinta kepada Tuhan, akan mengajarkan kepada
emosional yang bernuansa humanis. Melalui
kita bagaimana cara kita berserah diri kepadanya
perbedaan karakter ini, tidak heran jika penelitian
dan menghancurkan keangkuhan diri. Jadi secara
ini akan mengandung nilai-nilai yang berbeda-
tidak langsung, melalui cinta kepada-Nya kita
beda dalam mekanai akuntansi. Namun untuk
akan belajar untuk selalu bersyukur dan paling
perlu diingat, walaupun perbedaan karakter
penting ialah menghilangkan rasa egois yang
membuat perbedaan, Dzikri, Nita, dan Annisa
terlalu tinggi, sehingga hal ini akan membantu
masih memiliki mimpi yang sama yaitu bermimpi
para akuntan khususnya untuk kembali sadar
Indonesia memiliki sistem akuntansi yang keluar
bahwa ada unsur tuhan yang harus dinomor
dari logosentrisme kapitalisme.
satukan dalam pembuatan laporan keuangan
Penulis tidak mempungkiri bila seluruh
bukannya unsur kepentingan pemilik modal.
pemahaman akuntansi informan diperoleh
Nilai kemanusian, nilai persatuan, dan
dari pengalamannya selama menjalani proses
nilai keadilan ialah bagian dari sifat “kasih”.
perkuliahan. Semua informan adalah mahasiswa
Kasih atau bisa kita sebut dengan mengasihi ialah
S1 angkatan 2012 yang saat ini bearti telah
suatu sikap dimana adanya rasa iba terhadap

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


47
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

menginjak semester akhir. Tentunya, melalui 2012). Disamping itu, metode pembelajaran
proses yang panjang ini yang kemudian dibalut dan paradigma yang digunakan pendidik juga
dengan banyaknya mata kuliah yang telah sangat berperan dalam membentuk pemahaman
ditempuhnya, maka mereka pun kemungkinan mahasiswa. Oleh karenanya, pendidik harus
besar akan terdoktrin dan terbrainwash sehingga mempunyai kesadaran bahwa dalam memberikan
mereka sudah memahami akuntansi dalam arti ilmu kepada mahasiswa harus menggunakan
yang lebih luas dan tentunya lebih baik pula. kolaborasi metode dari berbagai macam metode
Selain dari proses belajar saat kuliah pemahaman dan paradigma agar dapat tercapainya pendidikan
akuntansi mereka juga diperoleh dari pengalaman- akuntansi yang seimbang yang menjadi kebutuhan
pengalaman mereka dalam menyikapi lingkungan masyarakat banyak.
sekitar. Dzikri yang terbiasa dengan lingkungan Bisa dikatakan bahwasanya pemahaman
mahasiswa-mahasiswa Universitas Indonesia akuntansi di Indonesia masih sangat sempit. Hal
yang selalu punya kemauan untuk belajar ini dapat ditunjunkkan melalui pengakuan ketiga
lebih giat membuatnya memiliki kecerdasan informan. Ketiga informan sepakat setidaknya
intelektual yang lebih. Nita yang memang dari terdiri atas dua kondisi yang mengakibatkan
kecil telah diajarkan untuk menjadi seseorang perbedaan dalam proses memaknai akuntansi,
yang agamais oleh kedua orang tuanya, membuat yang pertama ialah sebelum mencapai puncak
Nita untuk selalu taat dan patuh akan segala kesadaran, dan yang kedua ialah ketika sudah
perintah Tuhan. Lalu, Annisa yang sifatnya hobi mencapai puncak kesadaran. Ketika belum
bersosialisasi dan hobi melakukan kajian-kajian mencapai puncak kesadaran, pemikiran mereka
terhadap perkembangan isu-isu lingkungan terperangkap pada suatu kondisi yang sama.
kampus dan Indonesia, membuatnya menjadi Hal ini dicontohkan pada bentuk pendefinisian
sosok wanita yang sangat idealis dan memiliki ketiga informan melalui kata stakeholder,
kecerdasan emosional yang tinngi. Melalui ketiganya memiliki pandangan yang sama
pengalaman-pengalaman ini diharapkan mereka bahwa stakeholder ialah pemangku kepentingan.
akan lebih peduli dengan dunia “keakuntansian” Namun, ketika adanya proses keterbukaan diri
sehingga mereka mampu bersifat responsif yang terhadap unsur-unsur lain yang belum melekat
dihiasi dengan sifat solutif untuk menanggapi di jati diri akuntansi, mereka pun memberikan
permasalahan-permasalahan akuntansi yang ada. penjelasan yang beragam tentang kata stakeholder
Harapannya, disinilah nantinya timbul akuntan- tersebut. Menjadi sangat penting bila, puncak
akuntan yang selalu berjuang untuk bertindak kesadaran seseorang dalam memahami akuntansi
etis. perlu dikembangkan, apalagi mengingat
Pendidik akuntansi mempunyai peranan perlunya kepekaan dari para masyarakat yang
yang sangat besar dalam membentukcara berpikir berkecimpungan di dunia akuntansi, untuk
mahasiswa dalam memahami akuntansi. Lalu, lebih menggali lebih dalam jati diri akuntansi di
dapat dikatakan pula pendidik adalah salah satu Indonesia.
pameran penting dalam proses belajar mahasiswa Jati diri akuntansi inilah yang nantinya
selama kuliah artinya akan ada nilai perubahan menjadi potret praktik akuntansi. Pengadopsian
dalam dunia pendidikan akuntansi apabila sistem akuntansi yang dilakukan Indonesia
adanya kesadaran dari pendidik untuk terlepas dari negara luar, mungkin saja tidak cocok
dari sekularisasi. Lebih jauh lagi, akan sangat dikarenakan perbedaan budaya yang mendasari
penting bila adanya perhatian lebih lanjut dalam kedua negara tersebut. Jika pemahaman akuntansi
membentuk kecerdasan mahasiswa. Pendidik tidak dikembangkan, maka akan banyak diantara
haruslah memahami bahwa kecerdasan tidak para masyrakata yang berkecimpungan di dunia
hanya berbicara intelektual saja, namun juga akuntansi yang tidak sadar bahwa sebenarnya
perlu adanya perbincangan masalah emosional jati diri akuntansi yang mereka gunakan tidak
dan spiritual sebagai penyeimbang (Mulawarman, senada dengan kepribadian bangsa mereka. Jika

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


48
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

dikembalikan kepada ketiga informan, dengan Daftar Rujukan


penjelasan yang berbeda-beda namun tetap
Al-Attas, S. M. A. N., Djojosuwarno, K., &
ada suatu kesimpulan yang sama yakni jati diri
Mahzar, A. (1981). Islam dan Sekularisme.
“keakuntansian” di Indonesia tidak selaras
Pustaka.
dengan ideologi Pancasila, karena mengandung
Bailey, D. (1990). Accounting in the shadow of
nilai keegoisan, private, sangat saintifik, dan
stalinism. Accounting, Organizations and
sangat materialistis yang bukan perwujudan dari
Society, 15(6), 513-525.
kepribadian bangsa.
Bakar, O. (1994). Esei-esei tentang Sejarah
Proses penjajahan di era neomodernisme
Filsafat Sains Islam. Bandung: Pustaka
mungkin saja tidak melalui proses gencatan
Hidayah.
senjata dan tidak pula melalui perang dingin.
Bakry, Noor MS. 2010. Pendidikan Pancasila.
Penjajahan era neomodernisme telah memasuki
Yogyakarta. Penerbit: Pustaka Pelajar
aspek baru melalui aspek-aspek berkehidupan
Bashir, Z. (1986). Towards an Islamic theory of
negara yang kemudian kita kenal dengan istilah
knowledge, part two. Arabia, 74-5.
penjajahan ideologi. Masih kentalnya ideologi
Riahi-Belkaoui, A. (1999). Value added reporting
kapitalis dalam memasuki segala jiwa di aspek
and research: state of the art. Greenwood
kehidupan, membuat runtuhnya kepribadian
Publishing Group.
bangsa yang berlandaskan Pancasila. Tidak
Bertens, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis.
terkecuali didunia akuntansi. Proses pengadopsian
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
sistem akuntansi dari IASC yang kemudian kita
Bourdieu, P. (2010). Dominasi Maskulin.
kenal dengan istilah IFRS adalah sedikit bukti
Terjemahan S.A Herwinarko. Jalasutra.
penjajahan neoliberalisme tadi. Tidak heran jika
Yogyakarta.
ada orang mengatakan, bahwa sistem akuntansi
Capra, F. (2007). The Turning Point: Titik
Indonesia ini berada pada panggung kapitalis.
Balik Peradaban, Sains, Masyarakat dan
Menindaklanjuti masalah ini, diperlukan adanya
Kebangkitan Kebudayaan. Yogyakarta:
konsep penyegaran yang harus dilakukan agar
Penerbit Jejak.
konsep kapitalis tidak berlarut-larut menjajah
Dhaouadi, M. (1993). Reflections into the spirit
Indonesia. Kali ini penulis ingin memulainya
of the Islamic corpus of knowledge and the
dari sesuatu yang sangat krusial yakni masalah
rise of the new science. American Journal of
pemaknaan kata stakeholder.
Islamic Social Sciences, 10(2), 153.
Pemaknaan kata stakeholder meng-
Ekasari, Kurnia. (2012). Internalisasi Nilai-Nilai
gunakan versi konsep entity theory yang
Pancasila dalam Pendidikan Akuntansi.
merupakan produk kapitalis menganggap
Prosidig Konferensi Nasional Pendidikan
pemangku kepentingan hanyalah berwujud
Akuntansi Indonesia, Jurusan Akuntansi FEB
hubungan horizontal. Artinya, stakeholder
Universitas Brawijaya & IAI KAPd.
tidak menggunakan nilai-nilai transendental.
Flood P.C. 2004. Individualism/Collectivisme,
Padahal, sebagai makhluk ciptaan-Nya kita
Perceived Task Interpedence and Teamwork
telah mengetahui bahwa segala sesuatu harus
Attitudes Among Irish Blue-Collar Employee:
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Hal
A test of the Main and Moderating effects”\.
ini tentu berbeda dengan konsep entity theory
Human Relations, Vol.57. N0. 3. Hal. 347-
tadi. Dengan pemahaman bahwa ada sesuatu
357.
yang salah pada makna stakeholders, penulis
Hadiwinata, Bob Sugeng. 1994. “Theatrum
pun mencoba untuk turun tangan dan kemudian
Politicum”: Posdmodernisme dan Krisis
berusaha untuk membuat pemaknaan baru tentang
Kapitalisme Dunia. Kalam. Edisi 1: 23-31.
kata stakeholder tersebut.
Hamzah, Ardi. 2008. Perbedaan Persepsi
Mahasiswa Akuntansi Mengenai Sosiologi

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


49
Arrayyan, Minati, Ari : Mengaksikan Wacana Akuntansi...

Kritis, Kreatifitas, dan Mentalitas. Simposium Mulawarman, A. D. (2008). Pendidikan Akuntansi


Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Berbasis Cinta: Lepas dari Hegemoni
Harahap, Sofyan. (2013). Teori Akuntansi (Edisi Korporasi Menuju Pendidikan yang
Revisi). Jakarta: Rajawali Pers. Memberdayakan dan Konsepsi Pembelajaran
Hines, Ruth D. (1989). The sociopolitical yang Melampaui. Ekuitas, 12(2), 142–158.
paradigm in financial accounting research. Mulawarman, Aji Dedi. (2009). Akuntansi Syariah
Accounting, Auditing, .and Accountability Teori, Konsep dan Laporan Keuangan.
Journal 2 (1): 52-76. Jakarta: E Publishing Company.
Indriantoro, N., & Supomo, B. (2002). Metodologi Mulawarman, Aji Dedi. (2010). Integrasi
Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Paradigma Akuntansi: Refleksi atas
Manajemen. BPFE. Yogyakarta. Pendekatan Sosiologi dalam Ilmu Akuntansi.
J.H. Kaller. (1993). An introduction to Business Jurnal Akuntansi Multiparadigma. (Volume
Ethics. London: Chapman and Hall. 1, Nomor 1, April 2010, 161-162).
Kamayanti, A. (2012). Cinta: Tindakan Mulawarman, Aji Dedi. (2012). Pendidikan
Berkesadaran Akuntan (Pendekatan Dialogis Akuntansi Indonesia: Pro Neoliberal atau
Dalam Pendidikan Akuntansi). Simposium Pancasila?. Prosidig Konferensi Nasional
Nasional Akuntansi, 15. Pendidikan Akuntansi Indonesia, Jurusan
Kamayanti, A. (2012). Developing Conscious Akuntansi FEB Universitas Brawijaya & IAI
Accounting Educators: a Theatrical KAPd.
Perspective (Doctoral dissertation, Tesis). Powell, Walter W, and Paul J. Dimaggio. (1991).
Kam, Vernon. 1990. Accounting Theory. Second The New Institutionalism in Organizational
edition. New York: John Wiley & Sons. Analysis. Chicago: University of Chicago
Ludigdo, U. (2012). Memaknai Etika Profesi Press.
Akuntansi Indonesia Dengan Pancasila. Ragab, I. (1993). Islamic perspective on theory
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar building in the social sciences. American
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Journal of Islamic Social Sciences, 10(1), 1.
Brawijaya. Malang. Rahmat, Muhammad. (2010). Pengungkapan
Ludigdo, U., & Kamayanti, A. (2012). Pancasila Public Cost and Benefit dalam Perspektif
as Accountant Ethics Imperialism Liberator. Nilai Murabahah (Cinta). Skripsi. Malang:
World Journal of Social Science, 2(6), 159– Program Strata 1 Universitas Brawijaya.
168. Rasyidin W. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Lyotard, Jean-Francois. (1994). The Postmodern Bandung: Pedagogiana Press.
Condition, In Seidman, Steven (ed). The Reiter, S. (1997). The Ethics of Care and
Postmodern Turn: New Perspectives on New Paradigms for Accounting Practice.
Social Science. Cambridge: Cambridge Accounting, Auditing and Accountability
University Press. Journal.Vol 10, No 2.p 299-324.
Mayper, Alan G, RJ Pavur, BD Merino dan Renton, Dave. (2009). Membongkar Akar Krisis
William Hoops. (2005). The Impact of Global. Yogjakarta: Resist Book.
Accounting Education on Ethical Values: An Rorty, Richard (1994). Method, Social Science,
Institutional Perspective. Accounting and the and Social Hope. In Seidman, Steven (ed).
Public Interest. Vol. 55 pp 32-55. The Postmodern Turn: New Perspectives
Mulawarman, A. D. (2017). Pendidikan Akuntansi on Social Science. Cambridge: Cambridge
Berbasis Cinta: Lepas dari Hegemoni University Press.
Korporasi Menuju Pendidikan yang Rosenau, Pauline M. (1992). Post-Modernism and
Memberdayakan dan Konsepsi Pembelajaran the Social Sciences: Insights, Inroads, and
yang Melampaui. EKUITAS (Jurnal Ekonomi Intrusions. New Jersey: Priceton University
dan Keuangan), 12(2), 142-158. Press.

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


50
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal 23-51
ISSN 2339 - 1545

Salampessy, Z. (2011). Konsep Kepemilikan Akuntansi Syari’ah; Memformulasikan


Dalam Akuntansi Berdasarkan Falsafah Konsep Laba dalam Konteks Metafora Zakat.
Pancasila (Doctoral dissertation, Tesis. Jakarta: Salemba Empat.
Malang: Program Strata 2 Universitas Triyuwono, Iwan. (2006). Akuntansi Syari’ah:
Brawijaya). Implementasi Nilai keadilan dalam Format
Santiko, Bonifasius. (2012). Dekonstruksi Laba Metafora Amanah, Jurnal Akuntansi dan
Dalam Perspektif Pancasila. Skripsi Strata 1. Auditing Indonesia, Vol 4. No1: 1-34.
Malang: Universitas Brawijaya. Triyuwono, Iwan. (2007). Mengangkat “Sing
Seidman, Steven. (1994). Introduction. In Liyan” untuk Formulasi Nilai Tambah
Seidman, Steven (ed). The Postmodern Syariah. Jurnal Akuntansi Multiparadigma.
Turn: New Perspectives on Social Science. (Volume 1, Nomor 1, April 2010, 161-162).
Cambridge: Cambridge University Press. Triyuwono, Iwan. (2009). Perspektif, Metodologi,
Setiabudi, Henry Y. dan Iwan Triyuwono. (2002). dan Teori Akuntansi Syariah. Jakarta:
Akuntansi Ekuitas dalam Narasi Kapitalisme, Rajawali Press.
Sosialisme dan Islam. Jakarta: Salemba Triyuwono, (2012). Akuntansi Syariah:
Empat. Perspektif, Metodologi, dan Teori (Edisi
Setiawan, Achdiar Redy dan Ari Kamayanti. Kedua). Jakarta: Rajawali.
(2012). Mendobrak Reproduksi Dominasi Townsley, P. (1998). Social Issues In Fisheries.
Maskulinitas dalam Pendidikan Akuntansi: FAO Fisheries Technical Paper. No. 375.
Internalisasi Pancasila dalam Pembelajaran Rome, FAO. 1998. 39p.
Accounting Fraud. Prosidig Konferensi Wats, Ross L, and Jerold L. Zimmerman. (1986).
Nasional Pendidikan Akuntansi Indonesia, Positive Accounting Theory. Englewood
Jurusan Akuntansi FEB Universitas Cliiffs: Prentice-Hall, inc.
Brawijaya & IAI KAPd. Yudistira. (2013). Pendidikan Akuntansi
Skousen, Marx. (2009). Sang Maestro, “Terori- Sebagai Pembentuk Kecerdasan Intelektual,
Teori Akuntansi Modern”: Sejarah Pemikiran Emosional, dan Spritual Mahasiswa Dalam
Ekonomi. Jakarta: Media Grup. Memahami Akuntansi: Studi Fenomenalogis.
Stooner, Freeman, dan Gilbert. 2004. Pengantar Tesis. Tidak terpublikasi. Malang: Universitas
Bisnis. Yogjakarta: Graha Ilmu Brawijaya
Sukoharsono, E. G. (2010). Metamorfosis
Akuntansi Sosial dan Lingkungan:
Mengkonstruksi Akuntansi Sustainabilitas
Berdimensi Spiritualitas. Malang: Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas …
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi:
Perekayasaan Laporan Keuangan (Edisi
Ketiga). Yogjakarta: BPPE.
Supratikno, Hendrawan. (2010). Ekonomi
Nurani vs Ekonomi Naluri. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor.
Sukoharsono, E. G. (2012). Luca Pacioli’s
Response To Accounting Whereabout:
An Imaginary Spiritual Dialogue. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma. Vol. 3, No. 3,
hlm. 457-461.
Triyuwono, Iwan. dan Moh. As’udi. (2001).

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


51

Anda mungkin juga menyukai