Periode manajemen rumah sakit di mulai sekitar 1990 di sebut sebagai periode
perwalian(thrustership). Selama periode ini, sebagian besar rumah sakit di biayai oleh
dewan perwalian(yayasan) sebagai donatur(atau investor pemilik) rumah sakit yang
biasanya merupakan perkumpulan keagamaan. Pada awalnya RS merupakan suatu
berkembangan dari kegiatan keagamaan (sebagai contoh RS romawi, Hotel Dieu di
Lyons pada 542 M dan Hotel Dieu di paris pada tahun 660 M).RS lain ada yang
didirikan oleh para dermawan seperti RS new york yang di bangun saat sebelum
revolusi. Teknologi dan manajemen RS pada saat itu sampai tahun 1990 masih sangat
sederhana. RS pada saat itu terdiri atas tempat tidur dan perlengkapan dapur dan alat
rumah tangga untuk merawat pasien. Amat kuno bila di bandingkan dengan keperluan
RS saat ini terutama berkaitan dengan peralatan laboratorium diagnostik,pengobatan
dan pelayanan pendukung. Antara tahun 1900-1920 mulai tampak adanya pendidikan
kedokteran ke arah kedokteran ilmiah. Bedah modern mulai berkembang dengan
kemajuan pelayanan pendukung seperti anastesi.
Periode selanjutnya disebut sebagai periode kedokteran ( physcian), yakni para
dokter terlibat secara intensif dalam manajemen RS dan pada saat ini spesialis mulai
berkembang, kemudian sejak 1920 RS memulai mengalami perkembangan dalam
teknologi kedokteran seperti antimncroba. Pada tahun 1940-1950 RS mengalami
perkembangan dalam dunia laboratorium. Praktik Pengobatan di rumah pasien, dan
praktik dokter, beralih ke rumah sakit yang menyediakan sarana pelayanan lebih
lengkap. Terjadi perubahan dari orientasi pasien di luar dan kamar praktik ke fasilitas
diagnostik, terapeutik, dan fasilitas RS lainnya. Pada periode ini lingkungan sosial
politik mulai berpengaruh pada RS. Di Amerika asuransi kesehatan sebagai penjamin
pembiayaan kesehatan mulai muncul sebagai jalan bagi pasien untuk dapat membayar
pelayanan RS di muka dan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanannya dan
fasilitasnya.
Periode administrasi muncul kemudian dan berlangsung pada tahun 1960
sampai dengan tahun 1970, yaitu periode ini ditandai dengan perkembangan teknologi
kedokteran nuklir, antikanker, transplantasi organ tubuh. perkembangan imunologi.
Kemajuan ini memberi efek dramatis pada peran dokter.
Periode berikutnya adalah periode tim dimulai pada tahun 1990, yakni dalam
periode ini perkembangan kemajuan teknologi kedokteran semakin beragam dan
spesialistik seperti pengobatan bedah kanker, transplantasi Organ tubuh, diagnostik,
dan perawatan sendiri oleh pasien menjadi kenyataan Seiring dengan kemajuan
personal komputer. Perkembangan perumahsakitan juga ditandai dengan munculnya
RS spesialis khusus seperti RS Stroke, RS )antung, RS penyakit Infeksi, RS Ibu dan
Anak, RS Mata, dan lain sebagainya.
c. RS milik BUMN
Rumah sakit milik BUMN saat ini kebanyakan sudah diubah bentuk
badan hukumnya menjadi PT, rumah sakit-rumah sakit tersebut sudah
dijadikan anak perusahaan atau strategi SBU yang dikelola secara
mandiri. Pada umumnya manajemen dan struktur organisasi dari
rumah sakit sebagai anak perusahaan atau SBU dari BUMN itu sudah
seperti suatu PT dengan Dewan Komisaris/Pengawas dan Direksi.
2. RS milik Swasta/Privat
a. RS milik Perseroan Terbatas (PT)
Pada RS yang dimiliki oleh PT atau RS yang memang berbentuk PT,
ada tiga organ yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab yang
berbeda, yaitu Dewan Komisaris, Direksi, dan Komite Medik. Namun
apakan Dewan Komisaris mempunyai tugas, kewenangan, dan
tanggung jawab sama seperti governing body di RS Amerika, masih
perlu ditinjau lebih lanjut. Ada kemungkinan, seperti juga pada Dewan
Pengawas pada BLU, Dewan Komisaris hanya diberi tugas mengawasi
dan menasehati Direksi dari aspek corporate governance. Namun dari
beberapa informasi sudah ada beberapa RS swasta berbentuk PT di
Jakarta yang punya badan yang mengacu pada governing body seperti
di Amerika. Ada yang menamakan badan tersebut sebagai steering
committee.
b. RS milik yayasan sesuai dengan UU Yayasan
Dalam organisasi yayasan terdapat tiga organ yang mempunyai tugas,
kewenangan, dan tanggung jawab yang berbeda, yaitu pembina,
pengawas, dan pengurus, yaitu kekuasaan tertinggi ada pada Pembina.
Yayasan dapat mempunyai badan usaha untuk menunjang pencapaian
tujuan Yayasan. Anggota pembina, pengawas, dan pengurus dilarang
merangkap sebagai anggota direksi atau bagian dari pengelola badan
usahanya. Pembina berwenang mengangkat dan memberhentikan
anggota pengawas dan pengurus. Pengawas adalah organ yayasan yang
bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Pengurus yayasan
bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk
kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan baik di
dalam maupun di luar pengadilan. Dalam menjalankan tugasnya
pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan pelaksana
kegiatan yayasan.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa organ yang
paling dekat hubungan fungsionalnya dengan direksi rumah sakit
sebagai unit pelaksana kegiatan yayasan, adalah pengurus yayasan.
Oleh karena itu untuk rumah sakit yang merupakan badan usaha suatu
yayasan, organ paling dekat dengan analogi govering body adalah
pengurus yayasan.
E. FUNGSI PERENCANAAN RUMAH SAKIT
Perencanaa Pembangunan dan Pengembangan Rumah Sakit
Perencanaan RS bertujuan untuk mempersiapkan rumah sakit dalam
menghadapi hal-hal yang akan datang baik sudah di ramalkan maupun yang tidak
terduga sebelumnya.Perencanaan menspesifikasikan apa yang harus di capai atau
di lakukan di masa akan datang dan bagaimana hal tersebut dapat di laksanakan.
Perencanaan RS merupakan perencanaan pelayanan kesehatan, yakni di
dasarkan pada suatu wilayah yang lebih luas sehingga membangun suatu rumah
sakit di suatu wilayah membutuhkan perencanaan wilayah agar perencanaan RS
tidak terpisahkan dari kesatuan wilayah. Perencanaan wilayah ini memungkin RS
dapat di tempatkan pada suatu lokasi yang sangat sesuai dengan distribusi dan
jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Selanjutnya melakukan pemilihan terhadap beberapa alternatif pembangunan
rumah sakit di kaitkan dengan langkah-langkah dalam proses untuk kemudian di
pilih salah satu alternatif yang terbaik. Hasil proses ini di kenal sebagai master
program atau program induk. Dengan dapat di proyeksikan kebutuhan jumlah
tempat tidur, dapat pula di perkirakan secara kuantitatif beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
a. Jumlah dan jenis fasilitas rawat jalan
b. jenis fasilitas gawat darurat
c. jumlah dan jenis rawat inap
d. jumlah kebutuhan tempat tidur
e. penepatan BOR optimal(60%-80%) dari BOR maximum.
f. klasifikasi jenis dan alat kelas ruang perawatan
g. penepatan jumlah unit pelayanan RS sesuai dengan kelasnya
h. kebutuhan ruang secara keseleuruhan RS.
Master plan atau rencana induk RS pada dasarnya merupakan suatu dokumen
lengkap tentang rencana pembangunan dan pemeliharaan RS sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan yang telah ditetapkan dalam master program.
Perencanaan Tenaga di RS
Perencanaa ketenagaan di sebuah rs di dasarkan pada empat faktor yaitu
jumlah kebutuhan terhadap tenaga baru, ketersediaan tenaga yang sudah ada,
tenaga yang sudah pensiun,atau yang berhenti dan pindah, perpindahan
tenaga(tenaga yang akan pensiun atau yang akan di rotasi dan atau yang di
mutasi). Pertimbangan yang sering di pakai untuk merencanakan kebutuhan
tenaga di sebuah RS adalah sebagai berikut.
1. Jenis pekerjaan yang di sesuaikan dengan jenis pelayanan RS
2. Sifat pekerjaan yang kan di butuhkan di sesuaikan dengan kompetensi dan
keahlian.
3. Perkiraan beban tugas masing-masing pegawai karena ketidakefisiensi sistem
kinerja
4. Perkiraan kapasitas pegawai yang mampu di tampung di sesuiakan dengan
jumlah ruangan tersedia.
5. Jenis dan jumlah peralatan medis.
Pengembangan SDM
Kompetensi SDM tidak terbentuk dengan otomatis. Kompetensi harus di
kembangkan secara terencana sesuai pengembangan usaha agar menjadi kekuatan
untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Di rumah sakit di perlukan
karyawan yang selalu meningkat kompetensinya karena teknologi, ilmu
pengetahuan tentang pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dari waktu ke
waktu. Adanya peralatan baru, metode perawatan yang berubah merupakan
contoh betapa perlunya pengembangan kompetensi. Kegiatan pengembangan
kompetensi ini antara lain pendidikan dan pelatihan, pemaganagan di rumah sakit
lain,rotasi, mutasi.
a. Pembudayaan. Budaya perusahaan merupakan pondasi bagi
organisasidan pijakan bagi pelaku yang ada di dalamnya. Budaya
organisasi adalah norma-norma dan nilai-nilai positif yang telah di pilih
menjadi pedoman dan ukuran kepatutan perilaku para anggota organisasi.
b. Pendayagunaan. The right person in the right place merupakan salah satu
prinsip pendayagunaan. Bagaimana kita menempatkan SDM yang ada
pada tempat atau tugas yang sebaik-baiknya sehinnga SDM tersebut bisa
bekerja secara optimal. Ada SDM yang mudah bergaul, luwes, sabar tetapi
tidak telaten dalam hal keadministrasian. Mungkin SDM ini cocok di
bagian yang menlayani publik daripada bekrja di kantor sebagai
administrator.
c. Pemeliharaan. SDM merupakan manusia yang memiliki hak asasi yang di
lindungi dengan hukum. Dengan demikian SDM tidak bisa di
perlakukansemaunya oleh perusahaan karena bisa mengancam organisasi
bila tidak di kelola dengan baik. SDM perlu di pelihara dengan cara
misalnya pemberian gaji sesuai standar, jaminan kesehatan, kepastian
masa depan, membangun iklim kerja yang kondusif, memberikan
penghargaan atas prestasi dan sebagainya.
d. Pensiun. Setiap SDMpasti memiliki masa pensiun. Rumah sakit harus
menghindari kesan “habis manis sepah di buang”, yaitu ketika
karyawannya sudah masa pensiun kemudian di keluarkan begitu saja. Oleh
karena itu sepatutnya rumah sakit mempersiapkan karyawannya agar siap
memasuki dunia purna waktu dengan keyakinan.
3. Pengarahan (Directing)
Pengarahan menurut penulis adalah upaya memberikan bimbingan, arahan,
petunjuk. dan perintah kepada para pegawai dalam melaksanakan tugas. kegiatan,
dan program guna mencapai visi, misi, dan tujuan rumah sakit yang telah
ditetapkan. Dari pengertian tersebut di atas tampak bahwa pengarahan pada
hakikatnya ditujukan kepada para pegawai dengan tujuan agar pegawai
melakukan tugas sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasi, serta mencegah
agar pegawai tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang tidak sejalan
dengan rencana.
Ada beberapa manfaat apabila konsep fungsi pengarahan dalam manajemen RS
dilakukan dengan baik, yaitu sebagai berikut.:
1) Para pegawai rumah sakit mendapatkan informasi yang tepat dan memadai
tentang segala sesuatu yang harus dikerjakan.
2) Para pegawai rumah sakit akan terhindar dari kemungkinan berbuat salah
sehingga pelaksanaan tugas dilaksanakan sesuai visi dan misi serta tujuan
rumah sakit.
3) Para pegawai akan selalu berinteraksi dalam proses pembelajaran sehingga
pengetahuan, keterampilan, dan poduktivitas kerja meningkat.
4) Para pegawai akan berada dalam suasana kondusif karena terciptanya
hubungan pimpinan dan staf yang baik.
5) Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga tidak secara
langsung akan memengaruhi kecamatan dan kecepatan penyediaan, oleh
karena itu harus ditetapkan prosedur baku pendistribusian bahan logistic.
6) Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab bendahara
barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari
catatan Pembukuan yang berlaku penghapusan barang diperlukan.