Anda di halaman 1dari 19

A.

SEJARAH PERUMAHSAKITAN DI DUNIA

Periode manajemen rumah sakit di mulai sekitar 1990 di sebut sebagai periode
perwalian(thrustership). Selama periode ini, sebagian besar rumah sakit di biayai oleh
dewan perwalian(yayasan) sebagai donatur(atau investor pemilik) rumah sakit yang
biasanya merupakan perkumpulan keagamaan. Pada awalnya RS merupakan suatu
berkembangan dari kegiatan keagamaan (sebagai contoh RS romawi, Hotel Dieu di
Lyons pada 542 M dan Hotel Dieu di paris pada tahun 660 M).RS lain ada yang
didirikan oleh para dermawan seperti RS new york yang di bangun saat sebelum
revolusi. Teknologi dan manajemen RS pada saat itu sampai tahun 1990 masih sangat
sederhana. RS pada saat itu terdiri atas tempat tidur dan perlengkapan dapur dan alat
rumah tangga untuk merawat pasien. Amat kuno bila di bandingkan dengan keperluan
RS saat ini terutama berkaitan dengan peralatan laboratorium diagnostik,pengobatan
dan pelayanan pendukung. Antara tahun 1900-1920 mulai tampak adanya pendidikan
kedokteran ke arah kedokteran ilmiah. Bedah modern mulai berkembang dengan
kemajuan pelayanan pendukung seperti anastesi.
Periode selanjutnya disebut sebagai periode kedokteran ( physcian), yakni para
dokter terlibat secara intensif dalam manajemen RS dan pada saat ini spesialis mulai
berkembang, kemudian sejak 1920 RS memulai mengalami perkembangan dalam
teknologi kedokteran seperti antimncroba. Pada tahun 1940-1950 RS mengalami
perkembangan dalam dunia laboratorium. Praktik Pengobatan di rumah pasien, dan
praktik dokter, beralih ke rumah sakit yang menyediakan sarana pelayanan lebih
lengkap. Terjadi perubahan dari orientasi pasien di luar dan kamar praktik ke fasilitas
diagnostik, terapeutik, dan fasilitas RS lainnya. Pada periode ini lingkungan sosial
politik mulai berpengaruh pada RS. Di Amerika asuransi kesehatan sebagai penjamin
pembiayaan kesehatan mulai muncul sebagai jalan bagi pasien untuk dapat membayar
pelayanan RS di muka dan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanannya dan
fasilitasnya.
Periode administrasi muncul kemudian dan berlangsung pada tahun 1960
sampai dengan tahun 1970, yaitu periode ini ditandai dengan perkembangan teknologi
kedokteran nuklir, antikanker, transplantasi organ tubuh. perkembangan imunologi.
Kemajuan ini memberi efek dramatis pada peran dokter.
Periode berikutnya adalah periode tim dimulai pada tahun 1990, yakni dalam
periode ini perkembangan kemajuan teknologi kedokteran semakin beragam dan
spesialistik seperti pengobatan bedah kanker, transplantasi Organ tubuh, diagnostik,
dan perawatan sendiri oleh pasien menjadi kenyataan Seiring dengan kemajuan
personal komputer. Perkembangan perumahsakitan juga ditandai dengan munculnya
RS spesialis khusus seperti RS Stroke, RS )antung, RS penyakit Infeksi, RS Ibu dan
Anak, RS Mata, dan lain sebagainya.

B. DEFINISI RUMAH SAKIT


Rumah sakit adalah bagian dari integral dari seluruh system kesehatan yang
dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatann.Sehingga pembangunan
rumah sakit tidak lepas dari pembangunan kesehatan, yakni harus sesuai dengan garis-
garis besar haluan Negara.Sistem kesehatan nasional dan repelita dibidang kesehatan
serta peraturan perundang-undangan.
Batasan atau pengertian rumah sakit banyak macamnya. Beberapa pengertian rumah
sakit menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut:
1. Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat,
pendidikan serta penelitian ke dokterann diselenggarakaan (Association of
Hospital Care 1974).
2. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional
yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, di
diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Americann
Hospital Association 1974).
3. Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima
pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan dan klinik untuk
mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tennaga profesi kesehatan
lainnya diselenggarakan( Wolper dan Pena, 1987).
4. Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan system pelayanan
kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan
(Adikoesoesmo, Suparto (2003).
C. TUJUAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Tujuan dari manajemen pelayanan kesehatan adalah untuk memperoleh
sumber daya, efektivitas, dan mengelolah keperawatan, efisiensi, kualitas, dan
peningkatan kesehatan. Tetapi beberapa orang berpendapat bahwa rumah sakit
tidaklah mudah dikelola seperti mengelola usaha hoteldan klinik. Jika di klinik atau
di beberapa rumah sakit biasanya dokter berkuasa atas pelayanan medik dengan
mengarahkan langsung pada banyak pegawai yang lebihdi anggap sebagai tenaga
penunjang suatu rumah sakit.
Tim manajemen rumah sakit menjadi sangat dibutuhkan untuk negosiasi
dengan pihak Pemberi jaminan pembayaran seperti asuransi, para stakeholder
(pemangku kepentingan), dan pemilik rumah sakit seperti pemerintah atau yayasan,
investor, ataupun para legislator. Manajemen bekerja menggunakan teknologi
manajemen seperti sistem akuntansi keuangan, sistem informasi manajemen,
pengelolaan kumputerisasi teknologi medik, dan mempekerjakan berbagai profesional
seperti analis kesehatan, farmasis, laboran. perawat, dan tenaga penunjang lainnya.

D. JENIS RUMAH SAKIT


Sesuai dengan perkembangan rumah sakit di Indonesia dan perkembangan
Rumah Sakit secara modern. Pada saat ini Rumah Sakit dapat dibedakan beberapa
macam atau jenis, yakni sebagai berikut:
 Menurut pemilik, ada dua macam Rumah Sakit yaitu Rumah sakit
pemerinntah dan Rumah Sakit Swasta.
 Menurut Filosofi yang dianut, ada dua macam yaitu, rumah sakit yang
tidak mencari keuntungan dan rumah sakit mencari keuntungan.
 Menurut Jenis pelayanan yang diselenggarakan ,ada dua macam rumah
sakit yaitu rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus.
 Menurut lokasi rumah sakit dibedakan beberapa macam yaitu rumah sakit
pusat yang lokasinya diibukota Negara , rumah sakit kabupaten jika
letaknya diprovinsi, rumah sakit kabupaten jika letaknya dikabupaten atau
kota madya.

Jenis rumah sakit di Indonesia berdasarkan kepemilikan antara lain sebagai


berikut.
1. Rumah Sakit Milik Pemerintah
a. RS Pemerintah bukan BLU
Awalnya, di RS Pemerintah tidak mengenal adanya badan internal di
atas Direktur RS yang kira-kira dapat disamakan dengan governing
body. Direktur/Kepala RS langsung bertanggung jawab kepada pejabat
di eselon lebih tinggi di atas organisasi RS dalam jajaran birokrasi
yang berwenang mengangkat dan memberhentikannya. Keputusan
Menteri Kesehatan 983/MENKES/SK/XI/ 1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum pada pasal 46, menetapkan tentang
Dewan Penyantun, dengan penjelasan sebagai berikut.
 Dewan penyantun, adalah kelompok pengarah/penasihat yang
keanggotaannya terdiri atas unsur pemilik RS, unsur pemerintah,
dan tokoh masyarakat.
 Dewan penyantun mengarahkan direktur dalam melaksanakan
misi RS dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
 Dewan penyantun dapat dibentuk pada RS yang ditentukan
sebagai unit swadana.
 Dewan penyantun ditetapkan oleh pemilik RS untuk masa kerja
tiga tahun.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Dewan
Penyantun disini berperan sebagai badan penasihat (advisory
board), sehingga tidak dapat disamakan dengan goveming body
RS di Amerika yang wewenang dan tanggung jawabnya jauh
lebih besar. Di samping itu tidak semua RS Pemerintah memiliki
Dewan Penyantun.
b. RS Pemerintah dengan bentuk BLU
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1243/MENKESI
SK/VIII/2OOS tentang penetapan 13 eks Rumah Sakit Perusahaan
lawatan (Perjan) Menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kesehatan Dengan Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/
PMK/02/2006 tentang pembentukan Dewan Pengawas pada Badan
Layanan Umum, maka dapat disimak bahwa tugas dan kewajiban
Dewan Pengawas pada BLU adalah sebagai berikut.
 Dewan Pengawas bertugas melaksanakan pengawasan terhadap
pengurusan BLU yang dilakukan oleh pejabat pengelola BLU.
 Dewan Pengawas memberi nasihat kepada pengelola BLU dalam
melaksanakan kegiatan kepengurusan BLU
 Pengawasan tersebut antara lain menyangkut rencana jangka
panjang dan anggaran, ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Dari rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa Dewan Pengawas


berfungsi mengawasi dan memberi nasihat, dan bukan goveming
seperti yang dilakukan governing body di rumah sakit di Amerika.
Jelas juga bahwa fungsi pengawasan lebih tertuju pada corporate
governance, dan sama sekali tidak disinggung tentang pengawasan
terhadap clinical governance. Malah tidak diterangkan hubungan
antara Dewan Pengawas dengan stafmedik di RS dan tidak pula
disebutkan bahwa Dewan Pengawas seperti halnya goveming body
RS di Amerika adalah penanggung jawab moral dan hukum tertinggi
dalam pengoperasian rumah sakit.

c. RS milik BUMN
Rumah sakit milik BUMN saat ini kebanyakan sudah diubah bentuk
badan hukumnya menjadi PT, rumah sakit-rumah sakit tersebut sudah
dijadikan anak perusahaan atau strategi SBU yang dikelola secara
mandiri. Pada umumnya manajemen dan struktur organisasi dari
rumah sakit sebagai anak perusahaan atau SBU dari BUMN itu sudah
seperti suatu PT dengan Dewan Komisaris/Pengawas dan Direksi.

2. RS milik Swasta/Privat
a. RS milik Perseroan Terbatas (PT)
Pada RS yang dimiliki oleh PT atau RS yang memang berbentuk PT,
ada tiga organ yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab yang
berbeda, yaitu Dewan Komisaris, Direksi, dan Komite Medik. Namun
apakan Dewan Komisaris mempunyai tugas, kewenangan, dan
tanggung jawab sama seperti governing body di RS Amerika, masih
perlu ditinjau lebih lanjut. Ada kemungkinan, seperti juga pada Dewan
Pengawas pada BLU, Dewan Komisaris hanya diberi tugas mengawasi
dan menasehati Direksi dari aspek corporate governance. Namun dari
beberapa informasi sudah ada beberapa RS swasta berbentuk PT di
Jakarta yang punya badan yang mengacu pada governing body seperti
di Amerika. Ada yang menamakan badan tersebut sebagai steering
committee.
b. RS milik yayasan sesuai dengan UU Yayasan
Dalam organisasi yayasan terdapat tiga organ yang mempunyai tugas,
kewenangan, dan tanggung jawab yang berbeda, yaitu pembina,
pengawas, dan pengurus, yaitu kekuasaan tertinggi ada pada Pembina.
Yayasan dapat mempunyai badan usaha untuk menunjang pencapaian
tujuan Yayasan. Anggota pembina, pengawas, dan pengurus dilarang
merangkap sebagai anggota direksi atau bagian dari pengelola badan
usahanya. Pembina berwenang mengangkat dan memberhentikan
anggota pengawas dan pengurus. Pengawas adalah organ yayasan yang
bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Pengurus yayasan
bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk
kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan baik di
dalam maupun di luar pengadilan. Dalam menjalankan tugasnya
pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan pelaksana
kegiatan yayasan.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa organ yang
paling dekat hubungan fungsionalnya dengan direksi rumah sakit
sebagai unit pelaksana kegiatan yayasan, adalah pengurus yayasan.
Oleh karena itu untuk rumah sakit yang merupakan badan usaha suatu
yayasan, organ paling dekat dengan analogi govering body adalah
pengurus yayasan.
E. FUNGSI PERENCANAAN RUMAH SAKIT
Perencanaa Pembangunan dan Pengembangan Rumah Sakit
Perencanaan RS bertujuan untuk mempersiapkan rumah sakit dalam
menghadapi hal-hal yang akan datang baik sudah di ramalkan maupun yang tidak
terduga sebelumnya.Perencanaan menspesifikasikan apa yang harus di capai atau
di lakukan di masa akan datang dan bagaimana hal tersebut dapat di laksanakan.
Perencanaan RS merupakan perencanaan pelayanan kesehatan, yakni di
dasarkan pada suatu wilayah yang lebih luas sehingga membangun suatu rumah
sakit di suatu wilayah membutuhkan perencanaan wilayah agar perencanaan RS
tidak terpisahkan dari kesatuan wilayah. Perencanaan wilayah ini memungkin RS
dapat di tempatkan pada suatu lokasi yang sangat sesuai dengan distribusi dan
jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Selanjutnya melakukan pemilihan terhadap beberapa alternatif pembangunan
rumah sakit di kaitkan dengan langkah-langkah dalam proses untuk kemudian di
pilih salah satu alternatif yang terbaik. Hasil proses ini di kenal sebagai master
program atau program induk. Dengan dapat di proyeksikan kebutuhan jumlah
tempat tidur, dapat pula di perkirakan secara kuantitatif beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
a. Jumlah dan jenis fasilitas rawat jalan
b. jenis fasilitas gawat darurat
c. jumlah dan jenis rawat inap
d. jumlah kebutuhan tempat tidur
e. penepatan BOR optimal(60%-80%) dari BOR maximum.
f. klasifikasi jenis dan alat kelas ruang perawatan
g. penepatan jumlah unit pelayanan RS sesuai dengan kelasnya
h. kebutuhan ruang secara keseleuruhan RS.

Master plan atau rencana induk RS pada dasarnya merupakan suatu dokumen
lengkap tentang rencana pembangunan dan pemeliharaan RS sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan yang telah ditetapkan dalam master program.

Perencanaan Kebutuhan Logistik Rumah Sakit


Perencanaan pengadaan obat dan logistik. Ada dua pendekatan yang umum di
gunakan untuk merencanakan pengadaan obat dan logistik RS yaitu sebagai
berikut:
 Pola Konsumsi
Dengan pendekataan ini, kebutuhan RS akan obat-obatan dan logistik
dapat di hitung berdasarkan, sebagai berikut.
1.Jumah barang yang masih tersedia pada akhir tahun
2.Kebutuhan tahun lalu
3.kecenderungan-kecenderungan yg akan terjadi di masa mendatang.
 Pola Epidemiologi
Kebutuhan obat yang di analisi dengan menggunakan pendekatan
epidemiologi dapat di lakukan dengan menghitung jumlah kunjungan dan
jenis penyakit yang di layani pada tahun-tahun sebelumnya. Data
kunjungan jenis penyakit, standar terapi, dan ALOS (Averange Length Of
Stay) untuk masing-masing penyakit memegang peranan yang sangat
menentukan.

Perencanaan Tenaga di RS
Perencanaa ketenagaan di sebuah rs di dasarkan pada empat faktor yaitu
jumlah kebutuhan terhadap tenaga baru, ketersediaan tenaga yang sudah ada,
tenaga yang sudah pensiun,atau yang berhenti dan pindah, perpindahan
tenaga(tenaga yang akan pensiun atau yang akan di rotasi dan atau yang di
mutasi). Pertimbangan yang sering di pakai untuk merencanakan kebutuhan
tenaga di sebuah RS adalah sebagai berikut.
1. Jenis pekerjaan yang di sesuaikan dengan jenis pelayanan RS
2. Sifat pekerjaan yang kan di butuhkan di sesuaikan dengan kompetensi dan
keahlian.
3. Perkiraan beban tugas masing-masing pegawai karena ketidakefisiensi sistem
kinerja
4. Perkiraan kapasitas pegawai yang mampu di tampung di sesuiakan dengan
jumlah ruangan tersedia.
5. Jenis dan jumlah peralatan medis.

Model Perencanaan 7P Pada Manajemen Ketenagaan Di Rumah Sakit


merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai kespesifikan dalam hal
SDM, sarana prasarana, dan peralatan yang di pakai. Sering rumah sakit di
katakan sebagai organisasi yang padat moda, padat sumber daya manusia, padat
teknologi dan ilmu pengetahuan, serta padat regulasi.
Ada sebuah model manajemen SDM yang di kenal yaitu model 7P yang
merupakan kependekan dari Perencanaan-Penerimaan-Pengembangan
Pembudayaan-Pendayagunaan-Pemeliharaan-Pensiun yang keseluruhannya
menggambarkan siklus kegiatan manajemen SDM mulai dari perencanaan sampai
karyawanan memasuki masa pensiun.
1. Proses perencanaan SDM
Perencanaan merupakan aktivitas proses penetapan apa yang ingin
dicapai dan pereorganisasian sumber daya untuk mencapainya.Perencanaa
sumber daya manusia meliputi jenis tenaga yang dibutuhkan dan berapa
jumlahnya yang disesuaikan dengan lingkup pelayanan yang akan
dilaksanakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan penempatan
tenaga di rumah sakit yaitu sebagai berikut.
a. Ukuran dan tipe RS
Lingkup pelayanan ini biasanya ditentukan berdasarkan tipe rumah
sakitnya.Lingkup pelayanan rumah sakit (tipe A/B/C/D)
mempunyai standar minimal
b. Perubahan jenis dan fasilitas pelayanan rumah sakit
Perencanaan strategis yang dibuat oleh pihak manejemen tentunya
mempunyai target pengembangan dan perubahan pada jenis
pelayanan rumah sakit.
c. Perubahan kimerja RS
Evaluasi kinerja rumah sakit berdasarkan metode analisis balance
scorecard atau pun melihat angkat kinerja pelayanan seperti angka
pemanfaatan tempat tidur (BOR),waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosng atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien
lain. TOR (Length of Stay), dan indikator lainnya untuk untuk
menilai pemanfaatan tenaga yang bisa digunakan seperti berikut.
 Rasio kunjungan dengan jumlah tenaga perawat jalan.
 Rasio jumlaah hari perawatan dengan jumalh tenaga perawat
hidup.
 Rasio jumlah pasien imtensif dengan jumlah tenaga perawat
yang melayani.
 Rasio persalinan dengan tenaga bidan yang melayani
d. Peningkatan demend masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.
Permintaan pelayanan kesehatan timbul melalui proses
perubahan persoalam kesehatan menjadi persoalan kesehatan
menjadi persoalan kesehatan yang dirasakan, dilanjutkan dengan
merasa dibutuhkannya pelayanan kesehatan dan akhirnya
dibutuhkannya pelayanan kesehatan dan akhirnya dinyatakan
dengan permintaan actual.

Proses Penerimaan SDM


Manajemen SDM di rumah sakit sangat unik karena jenis ketenagaan SDM
dan kompetensi mereka sangat spesifik sesuai dengan keahlian, profesi, dan
kompetensi. Apalagi latar belakang pendidikan profesi di bidang kesehatan sangat
beragam dengan jenis strata pendidikan yang berbeda-beda. Dengan demikian
mengelola ketenagaan di rumah sakit tidak semudah mengelola organisasi
lalinnya.

Pengembangan SDM
Kompetensi SDM tidak terbentuk dengan otomatis. Kompetensi harus di
kembangkan secara terencana sesuai pengembangan usaha agar menjadi kekuatan
untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Di rumah sakit di perlukan
karyawan yang selalu meningkat kompetensinya karena teknologi, ilmu
pengetahuan tentang pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dari waktu ke
waktu. Adanya peralatan baru, metode perawatan yang berubah merupakan
contoh betapa perlunya pengembangan kompetensi. Kegiatan pengembangan
kompetensi ini antara lain pendidikan dan pelatihan, pemaganagan di rumah sakit
lain,rotasi, mutasi.
a. Pembudayaan. Budaya perusahaan merupakan pondasi bagi
organisasidan pijakan bagi pelaku yang ada di dalamnya. Budaya
organisasi adalah norma-norma dan nilai-nilai positif yang telah di pilih
menjadi pedoman dan ukuran kepatutan perilaku para anggota organisasi.
b. Pendayagunaan. The right person in the right place merupakan salah satu
prinsip pendayagunaan. Bagaimana kita menempatkan SDM yang ada
pada tempat atau tugas yang sebaik-baiknya sehinnga SDM tersebut bisa
bekerja secara optimal. Ada SDM yang mudah bergaul, luwes, sabar tetapi
tidak telaten dalam hal keadministrasian. Mungkin SDM ini cocok di
bagian yang menlayani publik daripada bekrja di kantor sebagai
administrator.
c. Pemeliharaan. SDM merupakan manusia yang memiliki hak asasi yang di
lindungi dengan hukum. Dengan demikian SDM tidak bisa di
perlakukansemaunya oleh perusahaan karena bisa mengancam organisasi
bila tidak di kelola dengan baik. SDM perlu di pelihara dengan cara
misalnya pemberian gaji sesuai standar, jaminan kesehatan, kepastian
masa depan, membangun iklim kerja yang kondusif, memberikan
penghargaan atas prestasi dan sebagainya.
d. Pensiun. Setiap SDMpasti memiliki masa pensiun. Rumah sakit harus
menghindari kesan “habis manis sepah di buang”, yaitu ketika
karyawannya sudah masa pensiun kemudian di keluarkan begitu saja. Oleh
karena itu sepatutnya rumah sakit mempersiapkan karyawannya agar siap
memasuki dunia purna waktu dengan keyakinan.

F. FUNGSI PENGORGANISASIAN (ORGANIZING) RUMAH


SAKIT
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen organisasi kedua sesudah
perencanaan. Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja sama dalam
wujud pembagian kerja, guna mencapai suatu tujuan bersama tertentu. Sebagai contoh
yang sederhana adalah sekumpulan orang yang mengadakan simposium, maka untuk
mencapai tujuan agar simposium berjalan dengan baik maka di buat
pengorganisasian, di antaranya di tentukan siapa yang menjadi ketua, siapa yang
menjadi sekretaris, bendahara dan sebagainya. Pengorganisasian adalah langkah untuk
menetapkan menggolongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan
tugas-tugas pokok dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan
kepada staf untuk mencapai tujuan organisasi(Muninjaya, 2010).
 Struktur Organisasi
1. Tipe Struktur organisasi
Struktur organisasi yang biasa di gunakan dalam perumasakitan di
indonesia masih banyak yang mengacu pada model 3 struktur organisasi
yaitu:
a. Fungsional
Pada organisasi model ini menitik kepada input adalah fungsi atau
spesialisasi dari tugas masing-masing seperti finance, marketing,
engineering, produksi, reseaved, and development personi. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa tugas disini berdasrkan fungsi spesialisasi
tugas masing-masing.
b. Divisional
Organisasi ini berdasarkan output yang dihasilkan. Tetapi bisa juga
dari output yang lain. Seperti program atau proyek, juga pemasaran
letak geografis bisa masuk ke divisional.
c. Matriks
Organisasi ini merupakan organisasi yang terstruktur antara
fungsional dan product divisional. Input atau spesialisasi adalah
prinsip dari organisasi fungsional disatu pihak digabung dngn output
(produk, program, letak geografis) sebagai dasar kunci dari produk
divisional.
2. Governing Body
Organisas rumah sakit mempunyai bentuk yang unik, yang berbeda
dengan organisasi lain pada umumnya.
Governing Body rumah sakit adalah unit terorganisasi yang bertanggung
jawab untuk menetapkan kebijakan dan objektif rumah sakit, menjaga
penyelenggaraan asuah pasien yang bermutu, dengan menyediakan
perencanaan serta manajemen institusi (Samsi Jaco balis, 2002). Pada
prinsipnya governing body rumah sakit adalah badan yang menjadi
penghubung formal antara sistem di dalam rumah sakit dengan
masyarakat.
Fungsi Governing Body Rumah sakit adalah sebagai badan otoritas
tertinggi yang mewakili pemilik rumah sakit, tetapi di samping itu juga
harus mengayomi kepentingan masyarakat yang di layani rumah sakit.
Governing Body juga berperan sebagai penyangga yang
memperjuangkan kepentingan rumah sakit kepada pihak-pihak luar
termasuk pemerintah , sehingga rumah sakit benar-benar mendapatkan
dukungan masyarakat.
Tak ada perbedaan antara instutusi profit dan nonprofit dalam hal ini,
sehingga dapat di sebutkan bahwa fungsi-fungsi Governing Body secara
prinsip adalah sebagai berikut:
a. Mengangkat Administrator/CEO/manajemen/direksi.
b. Menetapkan perencanaan jangka panjang serta tujuan organisasi
c. Menyetujui anggaran tahunan
d. Mengangkat anggota staf medik
e. Mengawasi keuangan sesuai dengan perencanaan dan anggaran
f. Merupakan penanggung jawab tertinggi untuk mutu layanan kepada
pasien dan masyarakat.

Tanggungjawab atau tugas governing body adalah :

a. Menetapkan tujuan rumah sakit


b. Mengawasi mutu pelayanan rumah sakit
c. Mengawasi keterjangkauan pelayanan
d. Meningkatkan peran masyarakat
e. Melakukan integrasi dan koordinas

G. FUNGSI PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN (ACTUATING)


DI RUMAH SAKIT
1. Kompleksitas Fungsi Aktuasi di Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah organisasi yang sangat kompleks karena memiliki
karakteristik tenaga yang sangat beragam, modal yang sangat besar, teknologi
tinggi, dan permasalahan manajemen yang terus berkembang. Tujuan fungsi
aktuasi yaitu (1) menciptakan kerja sama yang lebih efisien, (2) mengembangkan
kemampuan dan keterampilan, (3) menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan, (4) menumbuhkan suasana lingkungan kerja untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja, (5) mendorong organisasi berkembang secara
dinamis. Berdasarkan tujuan tersebut maka fungsi aktuasi lebih terfokus pada
pengelolaan sumber daya manusia. Atas dasar itulah maka fungsi aktuasi sangat
erat hubungannya dengan beberapa perilaku manusia. Kompleksitas penerapan
fungsi aktuasi di sebuah RS dipengaruhi oleh dua faktor, sebagai berikut.
1) Sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen sebagai
penerima jasa pelayanan kesehatan (customer oriented service), yaitu
konsumennya adalah orang yang sangat terganggu kesehatannya dan
mempunyai beban sosial psikologis akibat gangguan kesehatan yang
dideritanya. Ada tiga kemungkinan hasil akhir pelayanan pasien yang
menjadi customer (pengguna jasa) RS, yaitu sembuh, cacat, atau mati.
Keadaan ini menuntut pengelolaan pelayanan yang berkualitas dan
memberikan kepuasan yang optimal kepada pasien dan keluarganya
(customer oriented).
2) Pelaksanaan fungsi aktuasi staf pelaksanaan di RS, tidak saja terkait dengan
jumlah, keragaman profesi, dan komitmen, tetapi juga sikap,etika, dan
kompetensinya. dan keragaman profesi SDM yang bekerja kepemimpinan
yang bisa mengadopsi semua yang sesuai adalah Kompleksitas ketenagaan
di RS menuntut tipe dan gaya kepentingan. Menurut penulis gaya
kepemimpinan memadukan model kepemimpinan klinik dan manajerial
dengan partisipatifsituasional terlebih lagi pelayanan RS selain melibatkan
seluruh unsur dan memastikan terjadinya sinkronisasi di semua lini yang
dilandasi jaringan kerja sma internal (networking dan team work) yang solid
dan saling menunjang.

Sehubung dengan kompleksitas sistem ketenagaan dan misi yang harus


diemban oleh RS, penerapan fungsi aktuasi di RS sangat tergantung dari 4
faktor. Faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Gaya kepemimpinan RS.


2. Pengarahan.
3. Motivasi kerja pegawai yang kuat sehingga menghasilkan komitmen
dan profesionalisme tenaga dan nonmedis (dokter, perawat, farmasis,
fisioterapis, laboran, dan tenaga penunjang lainnya).
4. Komunikasi yang baik di antara berbagai profesi yang memiliki latar
belakang berbeda-beda dapat menghindari konflik dan sinkronisasi
antarunit.
5. Koordinasi di antara masing-masing manajerial menengah dan kepala
kepala unit/instalasi sampai kepada tingkatan pelaksana.

2. Kepemimpinan Rumah Sakit


Konsep kepemimpinan dalam manajemen RS memiliki keunikan tersendiri
karena rumah sakit dikenal dengan institusi yang padat karya, padat modal, padat
teknologi, dan padat masalah. Tidaklah gampang mengatur sumber daya yang
berlatar belakang berbagai macam profesi dan keahlian. Belum lagi RS memiliki
beban tanggung jawab sosial di pihak satu dan ketersediaan anggaran yang
tergantung dari pihak yang lain. Dan dalam perkembangan era otonomi daerah
saat ini, maka kepentingan politis dapat memengaruhi kebijakan manajemen RS
secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh sebab itu pemimpin RS yang baik dan akan berhasil jika dalam
memimpin RS dapat memadukan fungsi manajer sebagai clinical leader dan
iungsi manajemen sebagai manager works. Penjelasan ke dua fungsi tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Kepemimpinan Klinik ( Clinical Leader)
Kepemimpinan klinik umumnya berkaitan dengan klinisi yang secara
langsung terlibat dalam proses pelayanan kepada pasien. Istilah clinical
leader biasanya digunakan untuk seorang klinisi yang selain masih aktif
terlibat dalam pelayanan pasien juga berperan serta dalam proses
manajerial termasuk di antaranya manajemen SDM. Hal ini berbeda
dengan klinisi yang diangkat sebagai manajer dan terpaksa tidak lagi
terlibat langsung dalam penatalaksanaan pasien.
2) Kepemimpinan Manajemen (Management Works)
Kepemimpinan dalam manajemen rumah sakit memperhatikan upaya
manajemen kebutuhan (demand), yang ditandai dengan skala prioritas
dan penyediaan pelayanan waktu yang tepat. Secara umum, pengaturan
ini meliputi, pelayanan pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency)
pelayanan segera (urgent), dan pelayanan yang dapat dijadwalkan]
direncanakan (schedulable). Manajemen di RS juga punya peran untuk
melakukan perencanaan pengembangan dengan mengidentifikasi potensi
dan ketersediaan sumber daya, mengetahui siklus manajemen logistik
medis dan nonmedis, serta me-manage sumber daya manusia baik
kalangan medis, paramedis, dan tenaga nonmedis, dan mengevaluasi
manfaat bagi pelayanan pasien, penghitungan laba-rugi, serta
pengembangan dan penilaian terhadap faktor lingkungan yang terkait
(lingkungan sosial dan politik).

3. Pengarahan (Directing)
Pengarahan menurut penulis adalah upaya memberikan bimbingan, arahan,
petunjuk. dan perintah kepada para pegawai dalam melaksanakan tugas. kegiatan,
dan program guna mencapai visi, misi, dan tujuan rumah sakit yang telah
ditetapkan. Dari pengertian tersebut di atas tampak bahwa pengarahan pada
hakikatnya ditujukan kepada para pegawai dengan tujuan agar pegawai
melakukan tugas sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasi, serta mencegah
agar pegawai tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang tidak sejalan
dengan rencana.
Ada beberapa manfaat apabila konsep fungsi pengarahan dalam manajemen RS
dilakukan dengan baik, yaitu sebagai berikut.:
1) Para pegawai rumah sakit mendapatkan informasi yang tepat dan memadai
tentang segala sesuatu yang harus dikerjakan.
2) Para pegawai rumah sakit akan terhindar dari kemungkinan berbuat salah
sehingga pelaksanaan tugas dilaksanakan sesuai visi dan misi serta tujuan
rumah sakit.
3) Para pegawai akan selalu berinteraksi dalam proses pembelajaran sehingga
pengetahuan, keterampilan, dan poduktivitas kerja meningkat.
4) Para pegawai akan berada dalam suasana kondusif karena terciptanya
hubungan pimpinan dan staf yang baik.

4. Manajemen Logistik Rumah Sakit


Fungsi logistik rumah sakit seperti fungsi darah pada manusia. Darah
membawa nutrisi makanan kepada semua sistem tubuh kita. Tujuan manajemen
logistik adalah tersedianya bahan logistik setiap saat dibutuhkan, baik mengenai
jenis, jumlah, maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Manajemen
logistik adalah proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
dimiliki dan atau yang potensial untuk dimanfaatkan, untuk operasional, secera
efektif dan elisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik
sudah memadai, menjadi sangat sederhana, yaitu dengan menilai apakah sering
terjadinya keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa
kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan
berapa lama hal itu terjadi.
Berapa banyak bahan yang kedaluwarsa atau rusak atau tidak dapat lagi
dipakai. Menurut Hartono (2004) manajemen logistik sebagai suatu fungsi
mempunyai kegiatan-kegiatan yakni sebagai berikut :
1) Perencanaan
Fungsi perencanaan pada dasarnya adalah menghitung berapa besar
kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu,
biasanya untuk satu tahun.
2) Penganggaran
Fungsi penganggaran adalah menghitung kebutuhan di atas dengan harga
satuan (dapat berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut
informasi yang terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran
untuk pengadaan bahan logistik tersebut.
3) Pengadaan
Fungsi pengadaan adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui
prosedur sebagai berikut.
1. Pembeli
2. Produksi sendiri, maupun dengan sumbangan dari pihak lain, yang
tidak mengikat
3. Konsinyasi, yaitu barang titipan dari supplier/rekanan untuk dijual.
pembayaran dilakukan setelah barang laku. Khusus untuk pembelian
pada RS Pemerintah berlaku peraturan pengadaan langsung ataupun
tidak langsung.
4) Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan
barang, yang sebetulnya juga mempunyai peran strategi. Fungsi
penyimpanan ini dapat diibaratkan sebagai jantung manajemen logistik,
karena sangat menentukan kelancaran dan distribusian.

5) Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga tidak secara
langsung akan memengaruhi kecamatan dan kecepatan penyediaan, oleh
karena itu harus ditetapkan prosedur baku pendistribusian bahan logistic.
6) Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab bendahara
barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari
catatan Pembukuan yang berlaku penghapusan barang diperlukan.

H. FUNGSI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


(CONTROLING)
Pemeriksaan (Auditing)
Adalah pemeriksaan keuangan perusahaan yang menyangkut pemeriksaan
laporan keuangan, harta perusahaan, hutang piutang perusahaan, dan sebagainya
untuk diperiksakan kelengkapan dan kebenarannya. Untuk memberikan kepastian
bahwa harta modal perusahaan dikelola dengan baik. Dengan pemeriksaan
keuangan ini untuk selanjutnya ditelusuri sekaligus manajemennya. Jadi pada
audit dimulai dari bagian keuangan kemudian ke operasional perusahaan, yaitu
meliputi prosedur keuangan, fasilitas fisik. kebijaksanaan, program penggunaan
wewenang, prosedur. dan metode operasi.
1) Internal Audit. Untuk RS BUMN atau Pemerintah internal audit ini tidak
perlu karena sudah ada pemeriksaan dari perusahaan induk seperti
inspektorat atau Badan Pemeriksa Keuangan(BPK) atau Satuan Pengawas
Internal (SPI).
2) Eksternal Audit.
Pemeriksaan keuangan perusahaan yang dilakukan oleh pihak luar seperti
public accountant untuk RS swasta dan BPKP untuk RS pemerintah yang
bertujuan untuk memeriksa secara objektif keadaan keuangan dan hasil
usaha perusahaan atau organisasi itu. Sebaiknya pemeriksa pada external
auditing ini tak ada kaitannya dengan manajemen dan harus dipercaya.

Penilaian Kineria Dengan Model Balance Scorecard


Balanced scorecard adalah sebuah cara pandang baru bagaimana suatu
organisasi akan dapat lebih baik lagi dikelola. Balanced scorecard merupakan
bagian dari sistem manajemen strategis, yang perlu dirumuskan oleh setiap
organisasi, agar dapat mencapai visi dan misinya secara efektif. Balanced
scorecard memberikan prosedur bagaimana tujuan organisasi dirinci ke dalam
sasaran-sasaran dalam berbagai perspektif secara lengkap, dengan ukuranukuran
yang jelas. Balanced scorecard merupakan mekanisme untuk membuat organisasi,
termasuk 'organisasi pemerintah, berfokus pada strategi, karena penerapan
balanced scorecard memungkinkan semua unit dalam organisasi memberikan
kontribusi secara terukur pada pelaksanan strategi organisasi.

I. SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DI


INDONESIA
umah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia baik
milik pemerintah maupun swasta, diharapkan memberikan pelayanan yan
g lebih baik dari sebelumnya kepada pasien dan keluarganya. Baik melalu
i penyediaan peralatan pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai
padafasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang
tunggu,apotik dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat benar-benar
memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat.

Anda mungkin juga menyukai