NASKAH PSIKIATRI
Oleh:
Muthia Rahmi P.2888 B
Artha Dian C. Mahulae P.2903 B
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Schizoaffective disorder (SAD) adalah kondisi kesehatan mental yang
ditandai terutama oleh gejala skizofrenia, dan gejala gangguan mood, seperti
mania dan depresi. Banyak orang dengan kelainan schizoafektif sering didiagnosis
secara keliru pada awalnya dengan kelainan bipolar atau skizofrenia karena
gejala-gejalanya beragam.
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan gangguan mood,terdapat beberapa jenis skizoafektif.
Gangguan skizoafektif menurut ICD-10, dibagi menjadi;
Skizoafektif tipe depresi
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersamaan
dengan gejala afektif yang menonjol yaitu depresi
Skizoafektif tipe manic
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersamaan
dengan gejala afektif yang menonjol yaitu manik
Skizoafektid tipe campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersamaan
dengan gejala afektif bipolar campuran
2.3 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1
persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, angka
tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis
gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan
diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk
wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada
skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan
perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.
Statistik umum gangguan ini yaitu kira-kira 0,2% di Amerika Serikat dari
populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena
gangguan ini. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada
gangguan bipolar.
1. Faktor Genetik
Studi keluarga melaporkan bahwa resiko skizoafektif lebih tinggi terjadi
dengan riwayat skizofrenia dan gangguan mood pada anggota keluarga.
2. Neuropsikologi
Penelitian telah menunjukkan bahwa sama halnya dengan skizofrenia,
gangguan skizoafektif juga dikaitkan dengan gangguan pada berbagai fungsi
kognitif frontal. Pasien dengan gangguan skizoafektiif memiliki gangguan fungsi
lobus temporal, seperti ingatan yang tertunda dibandingkan pasien dengan
skizofrenia. Dalam penelitian terbaru yang bertujuan untuk mengobjektifikasi
perbedaan antara skizofrenia dan gangguan skizoafektif berdasarkan berbagai hal
yang melibatkan fungsi lobus frontal, temporal, dan oksipital. Pasien skizofrenia
menunjukkan penurunan yang lebih parah pada semua ukuran kognitif yang
diteliti disbanding pasien gangguan skizoafektif.
Afek depresi harus menonjol, disertai sedikitnya oleh sedikitnya dua gejala
khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum
dalam uraian untuk episode depresif (F32)
Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknyya
ada dua, gejala skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman
diagnostik skizofrenia (F20 a sampai d)
2.7 Prognosis
Prognosis jangka panjang pasien dengan kelainan schizoafektif dianggap
sama atau lebih baik daripada pasien skizofrenia tetapi serupa atau lebih buruk
daripada pasien dengan gangguan mood. Pasien dengan gangguan skizoafektif
yang menggunakan obat (misalnya, AP, litium, antidepresan) secara tidak teratur
hampir dua kali lipat kemungkinan dirawat di rumah sakit dan memiliki biaya
rawat inap 12% lebih tinggi daripada pasien yang menggunakan obat mereka
secara teratur.
Relaps, dalam konteks skizofrenia, secara pribadi melemahkan dan
memiliki beban sosial dan ekonomi yang besar.
Polifarmasi antipsikotik dikaitkan dengan peningkatan mortalitas, sindrom
metabolik, penurunan fungsi kognitif, ketidakpatuhan, dan peningkatan biaya
perawatan kesehatan di antara pasien dengan gangguan psikotik. Tinjauan kedua
menemukan bahwa polifarmasi antipsikotik juga dikaitkan dengan peningkatan
beban efek samping global, termasuk efek samping parkinson, penggunaan
antikolinergik, disfungsi seksual, dan diabetes.
BAB III
LAPORAN KASUS
c.Saudara
Pasien anak tunggal.
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
a. Lk/ Pr (19th)
h. Skema Pedegree
: Perempuan : Laki-laki : yang sakit : meninggal
Keterangan : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit gangguan jiwa.
i. Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
Keadaan Rumah
No Rumah tempat tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1. Rumah Sendiri + + + -
11. Masa remaja:Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa
(-), bulimia (-), perasaan depresi (-),rasa rendah diri (+), cemas (-),
gangguan tidur (-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu
** ( ) diisi (+) atau (-)
3.8. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja.
Konflik dalam pekerjaan : (-), konflik dengan atasan (-), konflik dengan
bawahan (-), konflik dengan kelompok (-).
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)
3.9. Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
Pasien belum menikah. Hubungan seks sebelum menikah (-), riwayat
pelecehan seksual (-), orientasi seksual normal.
1. Situasi sosial saat ini:
a. Tempat tinggal : rumah sendiri(-), rumah kontrak (-), rumah susun(-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
b. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi
2. Perihal anak-anak pasien meliputi:
No Sex Umur Pendi Sikap&perilak Kesehatan Sikap pada
dikan u anak
Fisik Mental
1
1. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
2014:147-68.
2. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-3
3. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri -
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa
Aksara Publisher. 2010:699-744.
4. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI: 2014; 173: 173-203.
5. Idaiani S, Yunita I, Prihatini S, Indrawati L. Gangguan Mental Berat. Dalam:
Riset Kesehatan Dasar 2013. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI; 2013:
125-127.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya: 2013; 46-48.
7. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook
of Psychiatric Drug Treatment
8. Psychosis and Schizophrenia. Editor : Stahl, Stephen M. Antipsychotics and
Mood Stabilizers : Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd Edition.
England : Cambridge University Press. 2008:26-34.