Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI MUDHARABAH

A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK MUDHARABAH


1) Pengertian

Mudharabah adalah akad penyerahan modal oleh pemilik modal kepada pengelola untuk diperdagangkan
dan keuntungan dimiliki bersama antara keduanya sesuai dengan persyaratan yang mereka buat. Adapun sacara
teknis, Antonio (2001) mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana salah
satu pihak menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Dalam mudharabah
unsur terpenting adalah kepercayaan, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Kepercayaan itu
penting karena dalam akad mudharabah, pemilik dana tidak boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau
proyek yang dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut. Kecuali sebatas memberikan saran dan melakukan
pengawasan pada pengelola dana.

2) Karakteristik
 Bank Syariah, dalam hubungannya dengan kerja sama Mudharabah, bisa bertindak sebagai
Pemilik Dana (dengan melakukan pembiayaan mudharabah), atau sebagai Pengelola Dana
(dengan melakukan penghimpunan Dana)
 Ketika bertindak sebagai Pemilik Dana, dana yang diterima Bak Syariah disajikan sebagai
“Investasi Mudharabah”. Sedangkan ketika bertindak sebagai pengelola dana, dana yang
diterima disajikan sebagai “Dana Syirkah Temporer”.
 Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun agar pengelola
dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari
pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana
terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
 Pengembalian dana Mudharabah dapat dilakukan secara parsial bersamaan dengan distribusi
bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.
 Jika dari pengelolaan dana Mudharabah menghasilkan keuntungan maka porsi jumlah bagi
hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati
dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan dana syirkah
temporer menimbulkan kerugian maka kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik dana.

B. JENIS-JENIS MUDHARABAH
 Mudharabah Muqayyadah : Mudharabah muqayyadah yaitu mudharabah yang pemilik dananya
memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor
usaha. Dalam PSAK 105 par. 7 tantang mudharabah, batasan tersebut bisa berupa:
1. Tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya;
2. Tidak menginvestasikan dananya pada teransaksi penjualan cicilan tanpa penjamin atau jaminan;
3. Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan oleh pemilik dana,
maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk
konsekuensi keuangan.

Dalam praktik perbankan mudharabah Muqqayadah terdiri atas dua jenis yaitu Mudharabah Muqqayadah
Executing dan Mudharabah Muqqayadah Channeling. Pada Mudharabah Muqqayadah executing, bank syariah
sebagai pengelola menerima dana dan dari pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat, cara, dan atau objek
investasi. Akan tetapi, bank syariah memiliki kebebasan dalam melakukan seleksi terhadap calon mudharib yang
layak meneglola dana tersebut. Sementara itu, pada Mudharabah Muqqayadah Channeling, bank syariah tidak
memiliki kewenangan dalam menyeleksi calon mudharib yang akan mengelola dana tersebut.

 Mudharabah Muthlaqah : Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan
pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek investasi.
Dalam hal ini, pemilik dana memberi kewenangan yang sangat luas kepada mudharib untuk menggunakan
dana yang diinvestasikan. Dalam perbankan syariah kontrak mudharabah muthlaqah digunakan untuk
tabungan maupun pembiayaan. Pada tabungan mudharabah, penabung berperan sebagai pemilik dana,
sedang bank sebagai pengelola yang mengkontribusikan keahliannya dalam mengelola dana penabung.
Sedangkan pada investasi mudharabah, bank berperan sebagai pemilik dana yang menginvestasikan dana
yang ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya. Mudharabah
mutlaqah biasa juga disebut dengan mudharabah mutlak atau mudharabah tidak terikat.
 Mudharabah Musytarakah : Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja sama, akad
yang disepakati adalah akad mudharabah dengan 100% modal dari pemilik dana, setelah berjalannya
operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola ikut
menambahkan modalnya dalam usaha tersebut. Kemudian akadnya disebut mudharabah musytarakah, yaitu
perpaduan antara akad mudharabah dan musyarakah. Ketentuan bagi hasil untuk akad ini berdasarkan
PSAK 105 dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu: a) Hasil investasi dibagi antara pengelola
dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil
investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai mudharib) tersebut dibagi antara pengelola dana
(sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing; atau b) Hasil
investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal
masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
C. DASAR SYARIAH
 Sumber Hukum Akad Mudharabah

1. Al-Quran

2. As-sunah

 Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah

Rukun mudharabah ada empat, yaitu:

1. Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana

2. Objek Mudharabah, berupa: modal dan kerja

3. Ijab Kabul/Serah Terima

4. Nisbah Keuntungan

Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut:

1. Pelaku

a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh,

b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama muslim atau dengan nonmuslim,

c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh mengawasi.

2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)

Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad mudharabah.

a. Modal
 Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas
jumlah dan jenisnya.
 Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti pemilik dana tidak memberikan
kontribusi apa pun padahal pengelola dana harus bekerja.
 Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari keuntungan.
 Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal mudharabah, dan apabila
terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
 Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka
dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
 Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya
sendiri, selama tidak dilarang secara syariah.

b. Kerja

1. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,


management skill, dan lain-lain.
2. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana.
3. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai denagn syariah
4. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak.
5. Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal
dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti
rugi/upah.

3. Ijab Kabul

Adalah pernyataan atau ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal,
tertulis, melalui korespondensi, atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4. Nisbah Keuntungan

a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak
diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengeloal dana mendapatkan
imbalan atas kerjanaya, sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan
harus diketahui denagn jelas oleh kedua belah pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.

a. Perubahan modal harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.


b. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan denagn menyatakan nilai nominal tertentu
karena dapat menimbulkan riba.

Pada dasarnya pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal mudharabah, dan
apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana. Apabila pengelola dana
dibolehkan oleh pemilik dana untuk memudharabahkan kembali modal mudharabah maka pembagian keuntungan
untuk kasus seperti ini, pemilik dana mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan antara dia dan pengelola
dana pertama. Sementara itu bagian keuntungan dari pengelola dana pertama dibagi dengan pengelola dana yang
kedua sesuai dengan porsi bagian yang telah disepakati antara keduanya.

Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau pelanggaran kontrak oleh
pengelola dana, cara menyelesaikan adalah:
i. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntunagn merupakan pelindung
modal,
ii. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari poko modal.

Berakhirnya Akad Mudharabah

Akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal berikut:

a. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang
telah ditentukan.
b. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
c. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagi pengelola usaha untuk mencapai tujuan
sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah ia harus beritikad
baik dan hati-hati.
e. Modal sudah tidak ada.

D. PRINSIP PEMBAGIAN HASIL USAHA (PSAK 105 PAR 11)

Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya
keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugiannya (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan
digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti digunakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, karena apabila
usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi diantara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri
oleh pemilik dana.

Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah, dalam
praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana.
Tidak diperkenanakan mengakui pendapatn dari proyeksi hasil usaha.

BAGI HASIL UNTUK AKAD MUDHARABAH MUSYTARAKAH (PSAK 105 PAR 34)

Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan denagn 2 pendekatan yaitu:

1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati, selanjutnya
bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai
musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing;atau

2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan hasil
investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi anatar pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh: jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian
dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik.

E. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 105)

Akuntansi untuk Pemilik Dana

1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana

2. Pengukuran investasi mudharabah

a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.

b. Invesatsi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas pada saat
penyerahan.

Nilai dari investasi mudaharabah dalam bentuk aset nonkas harus disetujui oleh pihak pemilik dana dan pengelola
dana pada saat kontrak.

3. Penurunan nilai jika invesatsi mudaharabah dalam bentuk aset nonkas:

a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai

Yang disebabkan rusak, hilang, atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,
maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.

b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai

Yang disebabkan tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumalh investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian hasil.

4. Kerugian

Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir siakui sebagai kerugian dan dibentuk
penyisihan kerugian investasi.

5. Hasil usaha

Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.

6. Akad mudharabah berakhir


Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasimudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugaian
investasi, dan pengembalian investasi mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

7. Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi
mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada)

8. Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:

a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha
mudharabah, dan lain-lain;

b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;

c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan;

d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Akuntansi untuk Pengelola Dana

1) Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
2) Pengukuran Dana Syirkah Temporer, Dana Syirkah Temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diterima.
3) Penyaluran kembali dana syirkah temporer, Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah
temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi mudharabah).
4) Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudhrabah berarti ada pendapatan dan
beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan akuntansi pada umumnya.
5) Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban
pengelola dana.
6) Penyajian, Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
 Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis
mudharabah; yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian (jika
ada)
 Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilik
dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban.

7) Pengungkapan, Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:


o Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas
usaha mudharabah, dan lain-lain;
o Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;
o Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah. Pengungkapan yang diperlukan
sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

F. ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD MUDHARABAH

a. Penyerahan Dana Investasi dalam Bentuk Kas (Asumsi: Pengelola Dana Tidak memudharabahkan
Kembali)

b. Penyerahan Dana Investasi dalam Bentuk Aset Nonkas

Anda mungkin juga menyukai