Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Stress

1. Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara


situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial
individu tersebut (Sarafino 2006).
2. Agolla dan Ongori (2009) juga mendifinisikan stres sebagai persepsi dari
kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk
memenuhinya.
3. Menurut Santrock (2003) stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau
kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu
kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).
4. Baron dan Byrne (1997) menyatakan bahwa stres merupakan respon terhadap
persepsi kejadian fisik atau psikologis dari individu sebagai sesuatu yang potensial
menimbulkan bahaya atau tekanan emosional.
5. Selye (dalam Munandar, 2001) menyatakan bahwa stres adalah tanggapan
menyeluruh dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang dating atasnya. Jadi stres
bersifat subyektif tergantung bagaimana orang tersebut memandang kondisi
penyebab stress (stressor).
6. Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat
merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan
beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber
stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis.
Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa
yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian
terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat
dari situasi yang dihadapi (Diana, 1991).

Stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang
positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam.
Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu
dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap
respon yang akan muncul (Selye, 1956).

Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda pada masing-
masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian kognitif itu, bisa
mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang
yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang stressful. Sehingga respon terhadap
stressor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah ketidaksesuaian
antara situasi yang diinginkan dimana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan
kemampuan individu untuk memenuhinya yang dinilai potensial membahayakan,
mengancam, mengganggu dan tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
melakukan coping. Jadi, stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa
disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol.
B. Jenis – Jenis Stress

1. Stres kimia: merupakan jenis stres yang ditimbulkan oleh beberapa reaksi dari
konsumsi alkohol, rokok, makanan dan minuman berpengawet yang dikonsumsi
secara rutin.
Tips : tentunya Anda harus menghindari alkohol dan rokok. Selain itu Anda juga
berkewajiban untuk mengkonsumsi jenis makanan sehat. Mengkonsumsi jenis
makanan rumahan bisa menjadi pilihan.

2. Stres fisik: stres jenis ini terjadi karena berbagai keadaan. Seperti kecelakaan,
posisi yang tidak tepat saat tidur, atau terlalu lama beraktivitas di depan komputer.
Tips : istirahatkan tubuh Anda setiap setengah jam sekali saat Anda bekerja di depan
komputer. Menghirup udara segar di taman kantor atau melakukan peregangan kecil
bisa menjadi alternatif. Dengan begitu otot Anda akan kembali menjadi rileks.

3. Stres emosional: stres ini tidak bisa disembuhkan dengan obat medis. Karena stres
ini berhubungan dengan rasa marah atau frustasi yang seringkali menimbulkan
stres.
Tips : Anda bisa mencoba bentuk meditasi seperti yoga. Selain membuat pikiran
Anda nyaman, yoga juga menghadiahkan banyak manfaat kesehatan lainnya.

Berdasarkan Kesibukan sehari-hari, ditambah dengan masalah yang datang dan pergi,
seringkali membuat kita stress. Stres sering kali diidentikkan dengan emosi negatif yang
berakibat buruk bagi kesehatan. Namun, stres ternyata tidak selamanya buruk. Ada pula
stress yang memiliki manfaat baik.

 Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda kenali.
a. Stres baik

Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif. Bahkan, pengalaman positif
juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan atau pernikahan. Namun, tipe stres
seperti ini dalam dosis kecil sebenarnya baik untuk sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini
juga dapat membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan tujuan dan menikmati
proses mencapainya dengan penuh energi.

b. Distres internal

Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres negatif hasil dari
pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang tidak terduga dan tidak nyaman.
Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa aman sehingga apabila rasa tersebut terusik,
tubuh pun mengalami distres.
c. Distres akut

Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh peristiwa buruk
yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika seseorang harus menahan
stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres ini akan memicu timbulnya hiperstres.

d. Hipostres

Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat memicu tipe stres lainnya,
yaitu hipostres. Hipostres merupakan “ketidakadaan” stres, tetapi bisa juga diartikan
kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami hipostres mungkin merasa tidak
tertantang, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat memicu
perasaan depresi dan kesia-siaan.

e. Eustres

Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh menjadi lebih
waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk menghadapi banyak
tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan dan
menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi untuk masalah.

 Selye (dalam Munandar, 2001) membedakan stres menjadi 2 (dua), yaitu:


a. Distress merupakan jenis stres yang diakibatkan oleh hal-hal yang tidak
menyenangkan. Sebagai contoh: pertengkaran, kematian pasangan hidup, dan lain-
lain.
b. Eustress merupakan jenis stres yang diakibatkan oleh hal-hal yang menyenangkan.
Sebagai contoh: perubahan peran setelah menikah, kelahiran anak pertama, dan lain-
lain.

 Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan
juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

Salah satu jenis stres yang sering ditemukan dikalangan remaja ialah stresor skademik.
Stresor akademik diidentifikasi dengan banyaknya tugas, kompetisi dengan siswa lain,
kegagalan, kekurangan uang, relasi yang kurang antara sesama siswa dan guru, lingkungan
yang bising, sistem semester, dan kekurangan sumber belajar (Agolla dan Ongori, 2009).

Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut dengan stres
akademik. Olejnik dan Holschuh (2007) mengambarkan stres akademik ialah respon yang
muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa.
Stres akademik adalah stres yang muncul karena adanya tekanan-tekanan untuk
menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin
meningkat sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan (Alvin,
2007). Menurut Gusniarti (2002), stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil
persepsi yang subjektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan
sumber daya aktual yang dimiliki siswa.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres
akademik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian antara tuntutan
lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin
terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan.

 Olejnik dan Holschuh (2007) menyatakan sumber stres akademik atau stresor akademik
yang umum antara lain:
a. Ujian, menulis, atau kecemasan berbicara di depan umum

Beberapa siswa merasa stres sebelum ujian atau menulis sesuatu ketika mereka tidak bisa
mengingat apa yang mereka pelajari. Telapak tangan mereka berkeringat, dan jantung
berdegup kencang. Mereka merasa sakit kepala atau merasa dingin ketika dalam situasi ujian.
Biasanya siswa siswi ini tidak bisa melakukan yang terbaik karena mereka terlalu cemas
ketika merefleksikan apa yang telah di pelajari.

b. Prokrastinasi

Beberapa guru menganggap bahwa siswa yang melakukan prokrastinasi menunjukkan


ketidakpedulian terhadap tugas mereka, tetapi ternyata banyak siswa yang peduli dan tidak
dapat melakukan itu secara bersamaan. Siswa tersebut merasa sangat stres terhadap tugas
mereka.

c. Standar akademik yang tinggi

Stres akademik terjadi karena siswa ingin menjadi yang terbaik di sekolah mereka dan
guru memiliki harapan yang besar terhadap mereka. Hal ini tentu saja membuat siswa merasa
tertekan untuk sukses di level yang lebih tinggi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa stresor akademik yang umum antara lain: ujian, menulis, atau kecemasan berbicara di
depan umum, prokrastinasi, standar akademik yang tinggi.
A. Pengertian Stres

Siagian (2003 :300) mengemukakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang
berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Sedangkan menurut
Hasibuan H. Malayu S.P (2003), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Orang-orang yang mengalami stres menjadi
nervous dan merasakan kekuatiran kronis. Mereka sering menjadi marah-marah, agresif,
tidak dapat relaks atau memperlihatkan sikap yang tidak mengatasinya.

Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya. Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan tersebut secara positif
maupun negatif. Akibatnya, ada konsekuensi yang konstruktif maupun destruktif bagi
perusahaan maupun karyawan. Pengaruh dari konsekuensi tersebut adalah penurunan atau
peningkatan usaha dalam jangka waktu pendek maupun berlangsung dalam jangka waktu
lama.

 Sedangkan gejala stres di tempat kerja dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut :
a. Kepuasan kerja rendah
b. Kinerja yang menurun
c. Tidak mempunyai semangat kerja
d. Komunikasi tidak berjalan dengan baik
e. Melakukan tugas-tugas yang tidak produktif
f. Kurangnya kreatifitas dan inovasi

Spielberg (dalam Imatama, 2006 :17) menyatakan bahwa stres adalah tuntutan- tuntutan
eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek – obyek dalam lingkungan atau
stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan,
ketegangan, atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Menurut Nimran (dalam Siregar, 2006 : 17), ada beberapa alasan mengapa masalah stres
yang berkaitan dengan sebuah organisasi perlu diangkat ke permukaan pada saat ini.
Diantaranya adalah:

1) Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini sering dibicarakan, dan posisinya
sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitas kerja karyawan.
2) Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stres juga
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh
karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya.
3) Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap
cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang
terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.
4) Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa
organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres
meskipun dalam taraf yang amat rendah.
5) Di zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini menuntut manusia untuk
mempunyai kinerja yang lebih baik. Peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan
di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah
sehingga menuntut energi karyawan lebih besar dari sebelumnya. Dampak dari
fenomena ini adalah stres kerja yang meningkat.

Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas kerja dan
interaksi normal karyawan sebelumnya. Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa
stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan
kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan
penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan).

B. Jenis – Jenis Stress

Tidak semua stres itu buruk. Kenyataannya, banyak orang yang setuju kalau kita memang
membutuhkan stres sampai derajat tertentu agar tetap sehat. Namun, bagaimana stres bisa
menjadi sesuatu yang baik? Apabila stres dianggap sebagai sebuah motivasi positif, stres
dapat dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan. Apabila melebihi poin optimal yang
menguntungkan ini, stres ternyata lebih membawa keburukan daripada kebaikan.

 Menurut (National Safety Council 2004), stres dibagi dalam dua jenis yaitu :
a. Stres baik (positif) yaitu segala situasi dan kondisi apapun yang menurut anda dapat
memotivasi atau memberikan inspirasi. Promosi jabatan dan cuti yang dibayar adalah
contoh-contoh dari stres baik.
b. Stres buruk (distress) adalah stres yang membuat anda menjadi marah, tegang,
bingung, cemas, merasa bersalah, atau kewalahan. Stres buruk (distress) dibagi
menjadi dua bentuk yaitu stres akut dan stres kronik.

C. Proses Terjadinya Stress

Dalam peristiwa terjadinya stres, ada tiga hal yang saling terkait satu dengan yang lainnya
(Nasution, 2000) yakni :

1) Hal, peristiwa, keadaan, orang yang menjadi sumber stres (stressor) jika dipandang
secara umum, hal-hal yang menjadi sumber stres dipahami sebagai ransangan
(stimulus).
2) Orang yang mengalami stres (the stressed), kita dapat memusatkan perhatian pada
tanggapan (respons) orang tersebut terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres.
Tanggapan orang tersebut terhadap sumber stres dapat mempengaruhi pada psikologis
dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau tanggapan yang dapat
membuat pola pikir, emosi dan prilakunya kacau, dapat membuat gugup dan gelisah.
3) Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi penyebab
(transaction). Hubungan itu merupakan proses, yaitu ada penyebab stres dan
pengalaman individu yang terkena stres saling terkait.

D. Gejala Adaptasi Umum Stress

Menurut Selye ada 3 (tiga) tingkatan yang berbeda dari respon fisik dan mental atau
tanggapan seseorang terhadap stres yaitu peringatan (alarm), perlawanan (resistance), dan
peredaan (exhaustion). Pertama, tahap peringatan dini atau alarm, merupakan tahapan awal
dari reaksi tubuh saat menyadari adanya suatu tekanan atau stres. Reaksi awal pada umumnya
terjadi dalam bentuk suatu pesan biokimia yang ditandai dengan gejala seperti otot
menegang, tekanan darah dan denyut jantung meningkat dan sebagainya. Kemudian apabila
stres terus berlanjut, maka tahap selanjutnya yaitu tahap perlawanan, yang ditandai dengan
adanya gejala ketegangan, kegelisahan, kelesuan dan sebagainya yang menandakan
seseorang sedang melakukan perlawanan terhadap stres.

Perlawanan terhadap stres sering menimbulkan terjadinya kecelakaan, pengambilan


keputusan yang kurang baik dan sakit- sakitan. Setelah tahap kedua terdapat tahap peredaan
ditandai dengan runtuhnya tingkat perlawanan. Pada tahap ini akan muncul berbagai macam
penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit gula darah, dan
sebagainya.

 Menurut Ghani (2003 :119) seseorang mengalami stres dapat dilihat dari tanda–tanda,
diantaranya adalah :
a. Gejala fisik : sakit kepala (headache), tekanan darah naik, dan serangan jantung.
b. Gejala psikologis : sulit tidur, mimpi buruk, depresi, kerja gelisah/ tak bergairah,
bingung, mudah tersinggung/impulsif, dan gejala depresi lainnya.
c. Gejala prilaku : membolos, uring- uringan, produktivitas menurun, dan sering
membuat kekeliruan/ kesalahan kerja.

Anoraga Pandji (2006), mengemukakan bahwa stres yang tidak teratasi menimbulkan
gejala badaniah, jiwa dan gejala sosial. Dapat ringan, sedang, dan berat. Suatu “stres” tidak
langsung memberi akibat saat itu juga, walaupun banyak diantaranya yang segera
memperlihatkan manifestasinya. Dapat juga bermanifestasi beberapa hari, minggu, bulan atau
setahun kemudian.

DAFTAR PUSTAKA :

http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-stres-jenis-proses-dan.html

https://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/semester-iii/perilaku-dalam-
berorganisasi/pengertian-stres-dan-jenis-jenis-stres/

Anda mungkin juga menyukai