Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK

DI SMK 2 MEI KOTA BANDAR LAMPUNG


TAHUN 2019

SKRIPSI

OLEH:
NUR ROHMAT SONI SETIAWAN
NPM. 15410007

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK
DI SMK 2 MEI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
NUR ROHMAT SONI SETIAWAN
NPM. 15410007

PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di SMK 2 Mei


Kota Bandar Lampung Tahun 2019.

Nama : Nur Rohmat Soni Setiawan


NPM : 15410007

Telah diuji dan diterima oleh Tim Penguji pada Ujian Skripsi di Program Studi
Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Malahayati pada tanggal 8 Agustus 2019.

Ditetapkan di : Bandar Lampung


Tanggal : 19 Agustus 2019

Ketua : Lolita Sary, S.K.M., M. Kes ....................................

Anggota : Dhiny Easter Yanti, S. Kep., M. Kes ....................................

Anggota : Samino. S.H., M. Kes ....................................

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Malahayati

Muharso, dr., S.K.M

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nur Rohmat Soni Setiawan


NPM : 15410007
Judul Skripsi : Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil


penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah
laporan maupun kegiatan Programming yang tercantum sebagai bagian dari
Skripsi ini. Jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang
jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Universitas Malahayati.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Bandar Lampung, Agustus 2019


Yang membuat pernyataan,

Nur Rohmat Soni Setiawan

iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILIMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan


dibawah ini:

Nama : Nur Rohmat Soni Setiawan


NPM : 15410007
Jurusan/Program Studi : S-1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya Ilmiah : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Nonekslusif (None-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di SMK 2 Mei Kota
Bandar Lampung Tahun 2019.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas


Royalti/Nonekslusif ini Universitas Malahayati berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan memublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandar Lampung


Pada Tanggal : 19 Agustus 2019

Yang Menyatakan,

Nur Rohmat Soni Setiawan

iv
MOTTO

Benar Dalam Berpikir


Baik Dalam Bersikap
Indah Dalam Berkarya
(UKMBS Universitas Malahayati)

Jangan pernah mudah merasa puas


Jangan pernah lupa untuk bersyukur
Miliki sifat sombong untuk memotivasi diri
(Nur Rohmat Soni Setiawan)

Kau dikatakan hidup bukan karena bernyawa


Tapi karena kau berpikir
(Ade Hidayat)

PERSEMBAHAN

Saya ucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya telah
menyelesaikan skripsi ini, serta tak lupa pula saya curahkan
sholawat serta salam kepada Rasulullah SAW.

Saya persembahkan karya ini kepada keluarga dirumah


yang tak pernah lelah untuk mendoakan, menyemangati
dan membimbing:

Papa (Yaya Nurjaya Sriwiata) dan Mama (Lelly Haknyonowati)


Teteh (Nur Afni Dharmaningsih, Amd. Keb., S.ST)
AA (Nur Arifin, S.Pd dan Nur Hidayat, S.T)
adik (Nur Wahyu Ali M., Nur Dian Dharmawan, dan Nur Satria W.)

Selain itu, saya persembahkan juga karya ini kepada keluarga


Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Universitas Malahayati
yang selalu menemani dan membesarkan saya
selama di rumah kita, sekretariat tercinta:

Abang (Ade Hidayat dan Refitra Fernando)


Kakak (Mutiara Sezaky, Amd. Keb)
Saudara (Riskiyansyah Bange, M. Iqbal Habibie Glr)
Adik angkatan 05, 06 dan 07 serta calon-calon adik saya yang lain.
Salam Budaya!!!
Panjang Umur Kesenian!!!

v
BIODATA

Nama : Nur Rohmat Soni Setiawan


NPM : 15410007
Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 7 September 1997
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Pakojan RT/RW 04/03, Kelurahan Anyar,
Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang,
Provinsi Banten

Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 5 Anyar, Tahun 2003-2009
2. SMP Negeri 1 Anyar, Tahun 2009-2012
3. SMA Negeri 1 Anyar, Tahun 2012-2015
4. Diterima pada Program S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati
Bandar Lampung Tahun 2015

vi
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,
baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan
dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Kadafi, S.H., M.H selaku Rektor Universitas
Malahayati.
2. Bapak Muharso, dr., S.K.M selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Malahayati.
3. Ibu Lolita Sary, S.K.M., M. Kes selaku Pembimbing Utama dan Ibu
Dhiny Easter Yanti, S.Kep., M. Kes selaku Pembimbing Pendamping
yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Samino, S.H., M. Kes selaku Penguji yang telah meluangkan
waktu untuk menguji dan memberikan banyak saran demi kesempurnaan
skripsi ini.
5. Ibu Ririn Wulandari, M.PH; Miss Christin Angelina Febriani, S.Kep.,
M.Kes; dan seluruh dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Malahayati yang telah memberikan ilmunya selama saya menempuh
pendidikan di kampus ini.
6. Hi. Djumadi S., S.Pd selaku Kepala SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung.
7. Eva Finarika, S.K.M; Silvia Dewi Ratna Sari, S.K.M; Arian Dany
Anggara; A. Yoghi Damara; dan M. Eka Fahrurozi yang telah menemani,
menyemangati dan membantu saya selama kuliah sampai selesainya
penyusunan skripsi ini.
8. Ade Hidayat, Mutiara Sezaky, Amd. Keb., Made Wike Wiranti, A.
Kemal Sibromalisi, S.Pd., Abdul Rahman Rudiansyah, Amd. yang selalu
menemani, menyemangati dan membantu saya selama penyusunan
skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2015 dan teman-teman lain yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal kebaikan dan selalu
memberikan keberkahan dan rahmat-Nya kepada kita semua. Selain itu, semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, instansi pendidikan dan pengambil
kebijakan.
Bandar Lampung, Agustus 2019
Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................i


Lembar Pengesahan ..........................................................................................ii
Lembar Pernyataan Keaslian ..........................................................................iii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi....................................................iv
Motto dan Persembahan ..................................................................................v
Biodata ...............................................................................................................vi
Kata Pengantar .................................................................................................vii
Daftar Isi ............................................................................................................viii
Daftar Tabel .......................................................................................................ix
Daftar Gambar ..................................................................................................x
Abstrak ...............................................................................................................xi

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................6
E. Ruang Lingkup.......................................................................................6
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
A. Implementasi Kebijakan kesehatan.......................................................7
B. Rokok ....................................................................................................10
C. Kawasan Tanpa Rokok .........................................................................13
D. Pendekatan Sistem ................................................................................20
E. Kerangka Teori .....................................................................................24
F. Kerangka Pikir ......................................................................................25
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................................26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................26
C. Informan ................................................................................................26
D. Sumber Data..........................................................................................27
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................28
F. Analisis Data .........................................................................................30
G. Keabsahan Data ....................................................................................31
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................33
B. Karakteristik Informan ..........................................................................36
C. Hasil Penelitian .....................................................................................36
D. Pembahasan...........................................................................................44
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...........................................................................................57
B. Saran .....................................................................................................58

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian .............................................................................27


Tabel 4.1 Fasilitas SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019 .................35
Tabel 4.2 Karakteristik Informan ........................................................................36
Tabel 4.3 Hasil Observasi Lingkungan SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Indikator Proses dalam KTR Tahun 2019 .....................37

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................24


Gambar 2.2 Kerangka Pikir.................................................................................25
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung
Tahun 2019 ......................................................................................34

x
PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi, Agustus 2019
Nur Rohmat Soni Setiawan
Analisis Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di SMK 2 Mei
Kota Bandar Lampung Tahun 2019
xii + 59 halaman + 4 tabel + 3 gambar + 9 lampiran
ABSTRAK
Adanya peraturan mengenai KTR di lingkungan sekolah, diharapkannya 100%
bebas asap rokok di lingkungan sekolah dan menurunkan proporsi mulai merokok
pada usia sekolah. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, bahwa SMK 2 Mei
Kota Bandar Lampung telah menerapkan kebijakan KTR di lingkungan sekolah.
Namun proporsi mulai merokok setiap hari pada umur 15-19 tahun di Kota
Bandar Lampung masih berada pada urutan ke 5 tertinggi dari 14 kab/kota di
Provinsi Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
bagaimana implementasi kebijakan KTR di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung
tahun 2019.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan
dalam penelitian ini sebanyak 8 informan yang terdiri dari kepala sekolah,
guru/penanggung jawab kebijakan KTR di lingkungan sekolah, penjaga kantin
dan siswa SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung. Pemilihan informan dengan
metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara mendalam dan observasi. Sedangkan teknik analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung telah
menerapkan kebijakan KTR, namun kebijakan tersebut hanya disosialisasikan
secara lisan kepada guru dan sanksi diberlakukan untuk siswa/siswi saja.
Pemasangan tanda larangan merokok hanya di dua lokasi yaitu laboratorium dan
gedung aula. Masih ditemukan 1 orang merokok di kantin sekolah. Sekolah tidak
menyediakan area/ruang merokok. Di lingkungan sekolah tidak ditemukannya
asbak/sarana merokok. Sekolah tidak pernah menerima iklan/promosi rokok.
Saran dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah untuk membuat tata tertib sekolah
secara tertulis dan disosialisaikan secara kontinu serta diberlakukan secara tegas.
Membentuk tim penegak kebijakan KTR di lingkungan sekolah. Memasang tanda
larangan merokok di pintu masuk utama dan di tempat-tempat yang di pandang
perlu. Menegur serta memberikan sanksi secara tegas kepada pelanggar kebijakan
KTR di lingkungan sekolah.
Kata Kunci : Implementasi kebijkan, KTR, SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung
Kepustakaan : 25 (1996-2019)

xi
HEALTH ADMINISTRATION AND HEALTH POLICY SPECIALIZATION
BACHELOR DEGREE OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
PUBLIC HEALTH FACULTY OF
MALAHAYATI UNIVERSITY
Thesis, August 2019
Nur Rohmat Soni Setiawan
The Policy Analysis of Non-Smoking Areas at SMK 2 Mei
Bandar Lampung in 2019
xii + 59 pages + 4 tables + 3 figures + 9 attachment
Abstract
The existence of the regulations regarding to a Non-Smoking Areas in school
environment, was expected to be 100% smoke-free activity in the school
environment and reduce the proportion of smoking starts on the school age. Based
on the results of a survey conducted, that SMK 2 Mei Bandar Lampung had
implemented a Non-Smoking Areas policy in the school environment. However,
the proportion of smoking started every day at the age of 15 -19 years in Bandar
Lampung was still in the 5th highest out of 14 districts, regions or cities in
Lampung province. The purpose of this study was to describe how the
implementation of a Non-Smoking Areas policy at SMK Mai 2 Bandar Lampung
City in 2019.
This was a qualitative research with a case study approach. The informants in this
study were 8 informants consisting of the school principal, teachers or a person in
charge of Non-Smoking Areas policy at the school environment, cafeteria guards
and students of SMK 2 Mei Bandar Lampung. The selection of informants used
purposive sampling method. Data collection techniques used in-depth interviews
and observation techniques. While on the data analysis technique used data
reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The results of the study concluded that SMK 2 Mei Bandar Lampung had
implemented a Non-Smoking Areas policy, but the policy was only socialized
verbally to teachers and sanctions were imposed for students only. The installation
of smoking bans was only in two locations, at a laboratory and a hall building. It
was still found 1 person had smoking in the school cafeteria. The school did not
provide a smoking area or a room area. In the school environment was not found
ashtrays or smoking facilities. The school had never received cigarette
advertisements or smoking promotions. The suggestions in this study were the
principal should make a written school rule and should socialize continuously and
the rule should be applied strictly. Put up a no-smoking sign at the main entrance
and in the places were considered necessary. Reprimand and give strict sanctions
to violators of a Non-Smoking Areas policy in the school environment.
Keywords : Policy Implementation, Non-Smoking Areas, SMK 2 Mei Kota
Bandar Lampung
References : 25 (1996-2019)

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia penyakit menular dan penyakit tidak menular masih

memiliki angka prevalensi yang patut diperhitungkan. Menurut data dari

Tobacco Control Support Center (TCSC) Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat

Indonesia (IAKMI) dalam (IAKMI, 2013) bahwa pada tahun 2007, angka

kematian di Indonesia yang disebabkan oleh penyakit tidak menular sebesar

59,5%. Salah satu faktor penyumbang angka terjadinya penyakit tidak

menular antara lain kebiasaan merokok.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018

prevalensi merokok penduduk Indonesia umur ≥ 10 tahun sebesar 28,8%.

Adapun prevalensi merokok penduduk Provinsi Lampung umur ≥ 10 tahun

sebesar 31,3% pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2018 mengalami

peningkatan sebesar 0,4% menjadi 31,7%. Sedangkan prevalensi konsumsi

tembakau pada usia ≥ 15 tahun sebesar 62,9% jenis kelamin laki-laki dan

33,8% jenis kelamin perempuan (Riskesdas, 2018).

Menurut Riskesdas provinsi Lampung tahun 2013 proporsi mulai

merokok setiap hari pada umur 15-19 tahun dimana yang tertinggi dijumpai

di Kabupaten Tanggamus (44,00%), disusul Lampung Timur (42,50%),

Lampung Barat (35,80%), Pesawaran (28,30%), Bandar Lampung (22,20%),

Lampung Utara (22,10%), Waykanan (22,10%), Lampung Tengah (21,70%),

1
2

Tulang Bawang Barat (19,20%), Mesuji (12,00%), Tulang Bawang (0,00%),

dan Metro (0,00%). Sedangkan proporsi mulai merokok setiap hari pada

umur 15-19 tahun berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Lampung yaitu

29,6% jenis kelamin laki-laki dan 11,9% jenis kelamin perempuan

(Riskesdas, 2013).

Menurut riskesdas Provinsi Lampung tahun 2013, persentase

Kabupaten/Kota yang setuju diterapkannya KTR yang tertinggi dijumpai di

Kota Metro (100,0%), Lampung Tengah (100,0%), Bandar Lampung

(97,6%), Lampung Selatan (95,8%), Waykanan (95,4%), Mesuji (93,0%),

Pringsewu (88,3%), Tulang Bawang Barat (87,6%), Pesawaran (80,4%),

Lampung Timur (79,9%), Tulang Bawang (76,9%), Lampung Barat (75,8%),

Lampung Utara (69,4%), dan Tanggamus (63,6%). Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa persentase setuju adanya kebijakan KTR di Kota Bandar

Lampung cukup tinggi (97,6%), namun untuk proporsi mulai merokok setiap

hari pada umur 15-19 tahun masih berada diurutan ke 5 tertinggi dari 14

Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung (Riskesdas, 2013).

Pemerintah Indonesia pada tahun 2009 mengeluarkan Undang-

Undang Republik Indonesia (UU RI) No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,

yang juga membahas tentang rokok dan kebijakan mengenai kawasan tanpa

rokok (KTR) pada pasal 113-115 (UU RI, 2009). Dalam upaya mewujudkan

Indonesia sehat, pemerintah mengeluarkan Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri (PB Menkes dan Mendagri)

No.188/Menkes/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman KTR. KTR


3

adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok

atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan atau

mempromosikan produk tembakau. KTR meliputi fasilitas pelayanan

kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat bermain anak, tempat

ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya yang

ditetapkan (PB Menkes dan Mendagri, 2011).

Pemerintah kembali mengeluarkan undang-undang melalui Menteri

Pendidikan, yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia

(Permendikbud RI) No. 64 Tahun 2015 Tentang KTR di Lingkungan

Sekolah. Kebijakan ini ditetapkan untuk memberi dukungan Kebijakan KTR

yang ditetapkan oleh Meneteri Kesehatan. Tujuan dari kebijakan KTR di

lingkungan sekolah ini ditetapkan atas dasar melindungi para generasi muda

yang sedang menempuh pendidikan di sekolah dari paparan asap rokok yang

berbahaya dan secara tidak langsung diharapkan menurunkan angka perokok

pada pelajar (Permendikbud RI, 2015).

Kebijakan KTR memiliki indikator keberhasilan yang dapat dilihat

dari indikator dampak, indikator luaran, dan indikator proses. Dalam

penelitian ini peneliti akan meneliti indikator proses yang terdiri dari ada

tanda larangan merokok, tidak ada orang merokok dalam gedung, tidak ada

area/ruang merokok di dalam gedung, tidak ada asbak/sarana merokok, dan

tidak ada iklan/promosi rokok (TCSC-IAKMI, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Sary & Nuryani, 2014)

didapatkan lebih banyak responden yang berkomitmen untuk pencegahan


4

tersier (56.7%) dengan usia remaja akhir (16 – 19 tahun) (55%). Tingkat

pendidikan responden lebih banyak SMA/sederajat (56.4%), dan tidak

percaya dengan mitos/image merokok (55.2%) pada siswa perokok di Kota

Bandar Lampung.

Jumlah siswa laki-laki terbanyak tingkat Sekolah Menengah Atas

(SMA) di Kota Bandar Lampung yaitu SMAS YP UNILA sebanyak 543

siswa, disusul SMAN 2 Bandar Lampung sebanyak 540 siswa, serta SMAN 9

Bandar Lampung sebanyak 528 siswa. Sedangkan jumlah siswa laki-laki

terbanyak tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandar

Lampung yaitu SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung sebanyak 940 siswa,

disusul SMKN 5 Bandar Lampung sebanyak 931 siswa, serta SMKN 4

Bandar Lampung sebanyak 921 (http://sekolah.data.kemdikbud.go.id, diperoleh

tanggal 15 Mei 2019).

Berdasarkan survey yang dilakukan (Abdurrohman, 2019) bahwa

SMK Negeri 2 Kota Bandar Lampung didapatkan lebih kurang 80 siswa

adalah seorang perokok aktif dengan jumlah perokok laki-laki lebih banyak

dari perempuan. Sedangkan hasil survey yang dilakukan peneliti, pihak

sekolah mengatakan bahwa SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung sudah

mengeluarkan kebijakan KTR serta adanya himbauan dilarang merokok pada

beberapa lokasi seperti laboratorium. Tetapi di sekolah tersebut masih banyak

yang melanggar kebijakan KTR, hal ini ditandai dengan ditemukannya

puntung rokok di dalam lingkungan sekolah seperti kantin.


5

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meganalisis

implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di SMK 2 Mei Kota Bandar

Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana implementasi kebijakan KTR di SMK 2 Mei

Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk “Menganalisis Implementasi

Kebijakan KTR di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019”.

2. Fokus Penelitian

Fokus Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Diketahuinya implementasi kebijakan KTR di SMK 2 Mei Kota

Bandar Lampung Tahun 2019.

b. Diketahuinya alasan ada/tidak ada tanda larangan merokok di SMK

2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019.

c. Diketahuinya alasan ada/tidak ada orang merokok dalam gedung di

SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019.

d. Diketahuinya alasan ada/tidak ada area/ruang merokok di dalam

gedung di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019.

e. Diketahuinya alasan ada/tidak ada asbak/sarana merokok di SMK 2

Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019.


6

f. Diketahuinya alasan ada/tidak ada iklan/promosi rokok di SMK 2

Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

penambah wawasan bagi kemajuan ilmu kesehatan masyarakat

khususnya bidang administrasi dan kebijakan kesehatan. Selain itu

penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi peneliti

selanjutnya.

2. Manfaat Aplikatif

Hasil peneltian ini dapat memberikan informasi pendukung bagi

pemegang kebijakan untuk menentukan intervensi apa yang paling tepat

untuk keberhasilan implementasi kebijakan KTR.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus. Informan penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru, penjaga

kantin, dan siswa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

implementasi kebijakan KTR di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung. Variabel

yang diteliti yaitu indikator proses dalam KTR menurut TCSC-IAKMI tahun

2013. Waktu penelitian dilaksanakan pada Juli 2019.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Implementasi Kebijakan Kesehatan

1. Pengertian Implementasi

Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi

biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk

mencapai tujuan tertentu (KBBI 2018, /kbbi.kemdikbud.go.id, diperoleh

tanggal 29 Maret 2019)

Kamus Webster, merumuskan bahwa to implement

(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carryingout

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu), to give practicia

effect to (menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu). Pengertian

tersebut mempunyai arti bahwa untuk mengimplementasikan sesuatu

harus disertakan sarana pendukung yang nantinya akan menimbulkan

dampak atau akibat terhadap sesuatu (Wahab, 2016).

Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan

kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu hanya dirumuskan lalu

dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang-undang, kemudian

didiamkan dan tidak dilaksanakan atau diimplementasikan, tetapi sebuah

kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai

dampak atau tujuan yang diinginkan. Berikut akan dijelaskan mengenai

konsep implementasi yang di paparkan oleh beberapa ahli.

7
8

Van Meter dan Van Hom dalam Wahab (2016), merumuskan

proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individual/pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijakan.

Adapun makna implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier

dalam Wahab (2016), mengatakan bahwa implementasi adalah

memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program

dinyatakan berlaku atau dirumuskan yang merupakan fokus perhatian

implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan

yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara

yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya

maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau

kejadian-kejadian.

Pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu proses

implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut

perilaku badan-badan adminstratif yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan suatu program yang telah ditetapkan serta menimbulkan

ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut

jaringan kekuatan-kekuatan poltik, ekonomi, dan sosial yang secara

langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi segala pihak yang

terlibat, sekalipun dalam hal ini dampak yang diharapkan ataupun yang

tidak diharapkan.
9

2. Pengertian Kebijakan

Ealau dan Pewitt (1973) dalam Ayuningtyas (2018) mengatakan

bahwa kebijakan adalah sebagai sebuah ketetapan yang berlaku yang

dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang

membuatnya maupun yang menaatinya.

Makna kebijakan diatas akan semakin jelas bila kita mengetahui

makna kebijakan menurut Carl Friedrich dalam Wahab (2016) bahwa

kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang

diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan

tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya

mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan

sasaran yang diinginkan.

Makna kebijakan menurut Carl Friedrich diatas semakin jelas jika

dipertegas lagi dengan pendapat Knoepfel dan kawan-kawan (2007)

dalam Wahab (2016) yang mengartikan kebijakan sebagai serangkain

keputusan atau tindakan-tindakan sebagai akibat dari interaksi terstruktur

dan berulang diantara berbagai aktor, baik publik atau pemerintah

maupun privat atau swasta yang terlibat berbagai cara dalam merespon,

mengidentifikasikan dan memecahkan suatu masalah yang secara politis

yang didefinisikan sebagai masalah publik.

Pendangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan

adalah suatu pedoman atau peraturan yang dibuat oleh seseorang,


10

kelompok, atau pemerintah untuk merespon, mengidentifikasikan dan

memecahkan suatu masalah.

3. Pengertian Kebijakan Kesehatan

Secara lebih spesifik, untuk sektor kesehatan, terdapat pengertian

kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan atau disebut sebagai

kebijakan kesehatan. Health policy menurut WHO (2016) dalam

Ayuningtyas (2018) adalah berbagai keputusan, rencana, dan tindakan

yang dilakukan untuk mencapai tujuan kesehatan tertentu dalam

masyarakat. Lahirnya kebijakan kesehatan dimaksudkan untuk mencapai

visi dan masa depan sektor kesehatan melalui penetapan target dan titik

acuan jangka pendek dan menengah.

Definisi tentang kebijakan kesehatan di atas menjadi dasar untuk

memahami analisis kebijakan kesehatan melengkapi penjelasan

sebelumnya tentang analisis kebijakan. Jadi, analisis kebijakan kesehatan

adalah kegiatan mengumpulkan, mensintesis, serta menganlisis informasi

terkait sektor kesehatan berdasarkan temuan bukti dan data dengan tujuan

memberikan rekomendasi perbaikan atau solusi alternatif terhadap

pengambilan kebijakan untuk mewujudkan evidence based policy.

B. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan

untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok

kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
11

tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau

sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa

bahan tambahan (PP RI, 2012).

2. Penyakit Akibat Rokok

Berbagai penelitian dari belahan dunia telah membuktikan bahwa

rokok memiliki dampak negatif bagi kesehatan manusia. Bahaya rokok

tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (prokok aktif) tapi

juga akan berdampak pada orang lain yang tidak merokok (prokok pasif).

Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya

bagi kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat

karsinogenik, bahkan juga Formalin. Ada 25 jenis penyakit yang

ditimbulkan karena kebiasaan merokok yaitu emfisema, kanker paru,

bronkhitis kronis dan penyakit paru lainnya. Selain dampak lain yang

ditimbulkan adalah terjadinya penyakit jantung koroner, peningkatan

kolesterol darah, berat bayi lahir rendah (BBLR) pada ibu bayi perokok,

keguguran dan bayi lahir mati (Kemenkes RI, 2011).

3. Faktor Penyebab Merokok di Kalangan Pelajar

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab orang merokok.

Diantara faktor yang menyebabkan anak merokok antara lain (Sholeh,

2017):

a. Contoh dari orang tua

Orang tua yang merokok akan berkontribusi besar dalam

membentuk generasi perokok. Anak akan cenderung merokok


12

akibat orang tuanya yang merokok. Lingkungan yang peduli

dengan kesehatan dimana kepala keluarga tidak merokok

memperkecil kemungkinan anaknya kelak untuk mengisap rokok.

b. Lingkungan pergaulan

Biasanya teman yang mengajak untuk merokok akan sungkan

untuk ditolak. Di kalangan pelajar tidak sedikit anak yang merokok

dipengaruhi oleh teman satu pergaulan.

c. Akses yang mudah

Diantara faktor yang menyebabkan anak merokok adalah

akses terhadap rokok begitu mudah didapatkan, bahkan oleh anak.

Akibat akses yang mudah, anak sering latah tergoda ikut teman

untuk mencoba merokok tanpa mengetahui bahaya atau efeknya

pada kesehatan mereka.

d. Tipu daya pelaku usaha

Tipu daya dilakukan secara sistematis, dengan mensponsori

berbagai kegiatan pelajar, olahraga, musik, dan berbagai kegiatan

yang disenangi anak dan remaja. Iklan rokok didesain sedemikian

rupa sehingga akrab dengan dunia remaja. Semua itu tipuan belaka

untuk kepentingan keuntungan perusahaan, dengan merugikan

masa depan generasi muda.

e. Merasa lebih percaya diri dan bisa konsentrasi dengan merokok

Pendapat seperti ini hanyalah sebuah spekulasi yang salah

namun dibiasakan sehingga pada akhirnya membentuk mindset


13

yang salah. Gugup pada pertemuan/perjumpaan yang pertama dan

kedua adalah hal yang biasa. Banyak orang ketika mengalami ini

melakukan pelarian dengan merokok untuk merasa lebih percaya

diri.

C. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

1. Pengertian KTR

Peraturan KTR, merupakan produk hukum yang populer di banyak

negara. Setiap daerah wajib menerapkan peraturan tentang KTR yang

efektif. Larangan total merokok di tempat umum, termasuk semua tempat

kerja dalam ruangan, dapat melindungi masyarakat dari bahaya menjadi

perokok pasif, membantu perokok berhenti merokok dan mengurangi

perokok pemula dari kalangan remaja.

KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk

kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan,

dan/atau mempromosikan produk tembakau (Kemenkes RI, 2011).

2. Peraturan KTR

a. Regulasi KTR Nasional

Aturan pengendalian tembakau/rokok di Indonesia sudah

lama diterapkan, diantaranya adalah:

1. UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada bagian

ketujuh belas membahas terkait pengamanan zat adiktif,

kemudian di pasal 115 pada ayat 1 mengulas tentang tempat-

tempat yang menjadi KTR dan pada ayat kedua mewajibkan


14

kepada seluruh pemerintah daerah menetapkan KTR di

daerahnya.

2. PB Menkes dan Mendagri No. 188/MENKES/PB/I/2011/ No.

7 Tahun 2011 tentang Pedoman KTR. Dalam undang-undang

ini membahas tentang tujuan pelaksanaan KTR, ruang

lingkup KTR, tugas Menkes dan Mendagri dalam

melaksanaan KTR, serta pembinaan dan pengawasan

pelaksanaan KTR.

3. Permendikbud No. 64 Tahun 2015 Tentang KTR di

Lingkungan Sekolah. Permendikbud ini di keluarkan untuk

mendukung KTR di Lingkungan Sekolah. Adapun isi dalam

undang-undang tersebut adalah tujuan KTR, sasaran KTR,

kewajiban sekolah dalam pelaksanaan KTR, tugas dan

wewenang kepala sekolah, serta tugas dan wewenang dinas

pendidikan provinsi/kabupaten/kota.

b. Regulasi KTR Provinsi

Peraturan KTR di Provinsi Lampung di tetapkan pada

tanggal 31 Juli 2017 dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)

Provinsi Lampung No. 8 Tahun 2017 Tentang KTR. Perda tersebut

menimbang untuk melaksanakan ketentuan pasal 115 ayat (2)

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan pasal

52 Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 Tentang

Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk


15

Tembakau Bagi Kesehatan. Isi dalam Perda tersebut adalah azas,

maksud dan tujuan KTR; ruang linkgup KTR; fasilitas tempat

khusus untuk merokok; penyelenggaraan KTR; kewajiban dan

larangan; peran serta masyarakat; koordinasi, pembinaan dan

pengawasan; sanksi administratif; penghargaan; ketentuan

penyidikan; dan ketentuan pidana.

c. Regulasi KTR Kota

Peraturan KTR di Kota Bandar Lampung ditetapkan pada

tanggal 19 Juli 2018 dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) Kota

Bandar Lampung No. 5 Tahun 2018 Tentang KTR. Perda tersebut

menimbang guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota

Bandar Lampung diperlukan pengetahuan, kesadaran, kemauan

dan kemampuan masyarakat untuk senantiasa membiasakan pola

hidup sehat. Selain itu Peraturan Daerah tersebut ditetapkan untuk

mengendalikan dampak rokok terhadap kesehatan sebagai

pelaksanaan ketentuan Pasal 115 ayat (2) Undang Undang Nomor

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, maka Pemerintah Daerah wajib

mewujudkan KTR. Adapun isi dalam Perda tersebut adalah azas,

tujuan dan ruang lingkup KTR; hak dan kewajiban; penetapan

KTR; peran serta masyarakat; pembinaan dan pengawasan; tim

satuan tugas penerapan KTR; penyidikan; sanksi administratif; dan

sanksi pidana.
16

d. Tata Tertib Sekolah

Peraturan KTR di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung yaitu

berupa tata tertib sekolah yang di tuliskan pada buku panduan

penerimaan siswa baru. Sosialisasi tata tertib tersebut disampaikan

pada saat masa prastudi. Masa prastudi adalah masa dimana

sekolah memperkenalkan tentang sekolah kepada siswa/siswi baru.

Pada BAB tata tertib sekolah dalam buku panduan menjelaskan

bahwa membawa rokok/meyimpan rokok/merokok di lingkungan

kampus SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung, setiap pelanggaran

akan diberi sanksi dua kali alpha dan akan

diakumulasikan/ditambahkan pada jumlah alpha yang sudah

dimiliki siswa yang bersangkutan.

3. Ruang Lingkup KTR

Berikut adalah ruang lingkup KTR menurut (Kemenkes RI, 2011),

yaitu:

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif

yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau

masyarakat.
17

b. Tempat Proses Belajar Mengajar

Tempat proses belajar Mengajar adalah gedung yang

digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/ atau

pelatihan.

c. Tempat Anak Bermain

Tempat anak bermain adalah area tertutup maupun terbuka

yang digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak.

d. Tempat Ibadah

Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang

memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk

beribadah bagi para pemeluk masing-masing agama secara

permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga.

e. Angkutan Umum

Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang

dapat berupa kendaraan darat, air, dan udara biasanya dengan

kompensasi.

f. Tempat Kerja

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau

yang dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan

dimana terdapat sumber bahaya.


18

g. Tempat Umum

Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat

diakses oleh masyarakat umum dan/ atau tempat yang dapat

dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat yang

dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.

h. Tempat Lainnya yang Ditetapkan

Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang

dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.

Pemimpin atau penanggung jawab tempat-tempat sebagaimana

yang telah ditetapkan wajib menetapkan dan menerapkan KTR. Fasilitas

pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak

bermain, tempat ibadah dan angkutan umum merupakan ruang lingkup

KTR yang dilarang menyediakan tempat khusus untuk merokok dan

merupakan KTR yang bebas dari asap hingga batas terluar. Sedangkan

tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya yang ditetapkan dapat

menyediakan tempat khusus untuk merokok (PP RI, 2012)

4. Tujuan KTR

Tujuan penetapan KTR (Kemenkes RI, 2011) adalah:

a. Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian dengan

cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.

b. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.

c. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap

rokok.
19

d. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.

e. Mewujudkan generasi muda yang sehat.

5. Indikator KTR

Indikator sangat diperlukan oleh petugas kesehatan maupun

pengelola KTR sebagai alat ukur dalam pengembangan KTR di tatanan.

indikator yang dilihat adalah (TCSC-IAKMI, 2013):

a. Indikator dampak

Indikator dampak dalam kebijakan KTR yaitu:

1. Penurunan keluhan/ angka kesakitan di sarana KTR

2. Penurunan angka kunjungan rawat inap penyakit

berhubungan dengan asap rokok

b. Indikator luaran

Indikator luaran dalam kebijakan KTR diharapkannya 100%

bebas asap rokok di semua bangunan tertutup di 7 sarana KTR

yang ditetapkan dalam Perda.

c. Indikator proses

Di 7 sarana KTR yang ditetapkan dalam Perda:

1. Ada tanda larangan merokok (+)

2. Tidak ada orang merokok dalam gedung (-)

3. Tidak ada area/ruang merokok di dalam gedung (-)

4. Tidak ada asbak/sarana merokok (-)

5. Tidak ada iklan/promosi rokok (-)


20

D. Pendekatan Sistem

1. Batasan Sistem

Azwar (1996) menyebutkan dalam buku Pengantar Administrasi

Kesehatan bahwa objek dan subjek kajian administrasi kesehatan adalah

sistem kesehatan. Jika menyebut perkataan sistem kesehatan, ada dua

pengertian yang terkandung di dalamnya yakni sistem dan kesehatan.

Ada berbagai macam pengertian sistem, diantaranya:

a. Ryan menyebutkan bahwa “sistem adalah gabungan dari elemen-

elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur

dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya

menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan”.

b. John Mc Manama berkata bahwa “sistem adalah struktur

konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan

yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran

yang diinginkan secara efektif dan efisien”.

Jika diperhatikan dapat terlihat bahwa pengertian sistem dapat

dibedakan atas dua macam yaitu sistem sebagai suatu wujud dan sistem

sebagai suatu metoda. Pada sistem yang disebut sebagai suatu wujud

apabila elemen-elemen yang terhimpun dalam sistem tersebut

membentuk suatu wujud yang ciri-cirinya dapat dideskripsikan dengan

jelas. Pada sistem yang disebut sebagai suatu metoda apabila elemen-

elemen yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu metoda

yang dapat dipakai sebagai alat dalam melakukan pekerjaan administrasi.


21

Pemahaman sistem sebagai suatu metoda berperanan besar dalam

membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu

sistem. Sedangkan pengertian sehat menurut WHO dalam Azrul (1996)

yakni “keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental dan sosial yang

tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja”.

Pengertian sistem kesehatan adalah gabungan dari pengertian

sistem dan kesehatan. Menurut WHO dalam Azrul (1996) pengertian

sistem kesehatan adalah “kumpulan dari berbagai faktor yang komplek

dan saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan

perseorangan, keluarga dan ataupun masyarakat pada setiap saat yang

dibutuhkan”.

2. Ciri-Ciri Sistem

Dalam buku Pengantar Administrasi Kesehatan karangan Azwar

(1996) disebutkan ciri-ciri suatu sistem diuraikan sebagai berikut:

a. “Terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling

berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk

satu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai

tujuan yang sama yang telah ditetapkan.”

b. “Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen

yang membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka

mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.”


22

c. “Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerjasama

secara bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme

pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi

sebagaimana yang telah direncanakan.”

d. “Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu bukan

berarti ia tertutup terhadap lingkungan.”

3. Unsur Sistem

Telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari bagian atau elemen

yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Bagian dan elemen yang

dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut Azwar (1996):

a. Masukan

Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang

terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat

berfungsinya sistem tersebut. Menurut Bruce (1990), Fromberg

(1988) dan Gambone (1991) dalam Azrul (1996) unsur masukan

terdiri dari tiga macam yang terdiri dari tenaga (man), dana

(money), dan sarana (material). Apabila tenaga dan sarana tidak

sesuai dengan standard yang telah ditetapkan, serta jika dana yang

tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan maka sulit diharapkan

baiknya mutu pelayanan.


23

b. Proses

Proses (proccess) adalah kumpulan bagian atau elemen

yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah

masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

c. Keluaran

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen

yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.

d. Umpan Balik

Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau

elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai

masukan bagi sistem tersebut.

e. Dampak

Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh

keluaran suatu sistem.

f. Lingkungan

Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang

tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar

terhadap sistem. Menurut Donabedian (1980) dalam Azrul (1996)

keadaan sekitar yang terpenting untuk institusi kesehatan adalah

kebijakan (policy), organisasi (organization), dan manajemen

(management). Apabila kebijakan, organisasi dan manajemen

tersebut tidak sesuai dengan standard dan atau tidak bersifat


24

mendukung, maka sulit diharapkan baiknya mutu pelayanan

kesehatan.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas, maka kerangka teori dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:


Lingkungan

Masukan Proses Keluaran Dampak

Umpan Balik

Gambar 2.1 Azwar (1996)


25

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti membuat suatu

kerangka konsep penelitian seperti dibawah ini:

Lingkungan

Masukan Proses Keluaran Dampak


Kebijakan - Ada tanda 100% bebas - Penurun
KTR larangan asap rokok di an
merokok (+) semua keluhan/
- Tidak ada bangunan angka
orang tertutup di kesakita
merokok KTR n di
dalam gedung sarana
(-) KTR
- Tidak ada - Penurun
area/ruang an
merokok di angka
dalam gedung kunjung
(-) an rawat
- Tidak ada inap
asbak/sarana penyakit
merokok (-) berhubu
- Tidak ada ngan
iklan/promosi dengan
rokok (-) asap
rokok

Umpan Balik

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Keterangan:

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang diteliti


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus,

ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci

dan mendalam tentang suatu program, peristiwa dan aktivitas baik pada

tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga atau organisasi untuk

memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut (Sugiyono,

2017). Dalam penelitian ini peneliti mengkaji secara mendalam implementasi

kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung

pada bulan Juli 2019.

C. Informan

Penelitian ini menggunakan penentuan informan dengan purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Adapun informan penelitian ini

sebagai berikut:

26
27

Tabel 3.1
Informan Penelitian

Informan Peran Jumlah Teknik Sub Fokus


Informan Informan Pengambilan
Data
Kepala Sekolah Informan 1 Wawancara 1. bentuk
Kunci Mendalam kebijakan KTR.
2. Penanggung
jawab kebijakan
KTR.
Guru/penanggung Informan 1 Wawancara 1. Kapan
jawab kebijakan utama Mendalam diterbitkannya
KTR kebijakan KTR.
2. Proses
sosialisasi
kebiajakan
KTR.
3. Indikator proses
dalam KTR.
Penjaga Kantin Tringulasi 1 Wawancara 1. Sosialisasi
Sumber Mendalam kebijakan KTR.
2. Indikator proses
dalam KTR.
Siswa Triangulasi 5 Wawancara 1. Sosialisasi
Sumber Mendalam kebijakan KTR.
2. Indikator proses
dalam KTR.

D. Sumber data

Sumber data penelitian ini didapat dari data primer dan data sekunder.

Data primer melalui observasi langsung dan wawancara mendalam (indept

interview) dengan menggunakan pedoman wawancara yang memuat pokok-

pokok yang akan ditanyakan untuk memperoleh keterangan secara lisan

antara peneliti dengan informan. Sedangkan data sekunder melalui dokumen-

dokumen milik sekolah.


28

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam metode kualitiatatif ada empat cara.

Empat cara tersebut adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan

triangulasi (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

fenomena/keadaan/situasi yang diselidiki. Dalam penelitian ini informasi

yang dikaji dengan cara observasi adalah:

a. Ada/Tidak ada tanda larangan merokok.

b. Ada/Tidak ada orang merokok dalam gedung

c. Ada/Tidak ada area/ruang merokok di dalam gedung

d. Ada/Tidak ada asbak/sarana merokok

e. Ada/Tidak ada iklan merokok

2. Wawancara Mendalam

Esterburg dalam Sugiyono (2017) mendifinisikan wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Sedangkan Susan Stainback dalam Sugiyono (2017)

mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini

tidak bisa ditemukan melalui observasi. Adapun subjek dalam penelitian


29

ini terdiri dari kepala sekolah, guru, penjaga kantin, dan siswa SMK 2

Mei Kota Bandar Lampung.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen terseburt berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2017). Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dalam

penelitian ini dokumen yang digunakan seperti dokumen gambar keadaan

sekolah, dokumen peraturan tentang KTR, dan dokumen lain yang

berkembang saat penelitian dilaksanakan namun tetap fokus pada ruang

lingkup penelitian.

4. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono

(2017) terdapat tiga triangulasi yaitu, triangulasi sumber, triangulasi

teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini triangulasi yang

digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu untuk menguji kredibilitas

data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber. Triangulasi sumber penelitian ini adalah penjaga

kantin dan siswa SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung.


30

F. Analisis Data

Hasil wawancara dapat disimpulkan melalui satuan penilaian. Peneliti

menggunakan satuan penilaian terhadap pernyataan-pernyataan yang

diungkapkan oleh informan (triangulasi sumber) sebagai berikut:

1. Jika 6 informan mengatakan hal yang sama, maka penilaian akan

dikatakan seluruhnya atau semuanya.

2. Jika 4-5 informan mengatakan hal yang sama, maka penilaian akan

dikatakan sebagaian besar.

3. Jika 3 informan mengatakan hal yang sama, maka penilaian akan

dikatakan setengahnya atau sebagian.

4. Jika < 3 informan mengatakan hal yang sama, maka penilaian akan

dikatakan sebagian kecil.

Analisis data dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama

proses dilapangan bersama dengan pengumpulan data. Miles dan Huberman

dalam Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data

yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

(Sugiyono, 2017). Dengan demikian data yang telah direduksi akan


31

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,flowchart dan

sejenisnya. Miles dan Hubarmen dalam Sugiyono (2017) menyatakan

yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2017).

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Maka, peneliti sebagai instrumen juga

harus divalidisi. Untuk menguji kredibilitas data penelitian peneliti

menggunakan teknik triangulasi.

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi

sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2017). Pada

penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi sumber terhadap penjaga kantin


32

dan siswa SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung dengan menggunakan teknik

wawancara mendalam.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah

Sejarah SMK 2 Mei yang bermula STM 2 Mei Tanjungkarang

berdiri sejak tahun 1962, setelah melalui proses yang panjang sejak tahun

1958. Diresmikan di Tanjungkarang bersamaan dengan HUT

Kemerdekaan RI 17 Agustus 1962 bertempat di gedung ST Negeri

Tanjungkarang.

Panitia penyelenggara pendirian SMK 2 Mei diketuai oleh Kepala

Kotapraja Tanjungkarang - Telukbetung, yaitu Bapak Zainal Abidin gelar

Pagar Alam di bantu oleh Bapak Sukirman, Kepala ST Negeri

Tanjungkarang dan Bapak FL. Tobing, mantan Kepala SGB Negeri

Tanjungkarang. Peresmian secara simbolis dilakukan oleh Danrem 43

Garuda Hitam, yaitu Bapak Letnan Kolonel Animan Achyar dengan

membuka tabir nama "STM Yayasan 2 Mei".

Sejak berdirinya pada tahun 1962 sampai dengan sekarang, STM 2

Mei berganti-ganti nama sesuai dengan situasi dan kondisi serta

peraturan Departemen Pendidikan saat itu, yaitu sebagai berikut:

a. STM Yayasan 2 Mei Tanjungkarang (1962 - 1964)

b. STM Subsidi Tanjungkarang (1964 - 1982)

c. STM 2 Mei Tanjungkarang (1982 - 1996)

d. SMK 2 Mei Bandar Lampung (1996 - sekarang)

33
34

2. Struktur Organisasi

Gambar 4.1
Struktur Organisasi SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019

Kepala
Sekolah

WMM

Ka. TU Bendahara

Wk. kurikulum Wk. kesiswaan Wk. HKI & S

Ketua Program Keahlian

TP TITL TAV TKR TKI TSM

Keterangan:
Garis Komando
Garis Koordinasi

Keterangan:

a. Kepala Sekolah : Hi. Djumadi S., S.Pd

b. Wakil Manajemen Mutu : Asep Eryana, S.Pd

c. Kepala Tata Usaha : Hi. Kiswanto, S.Pd

d. Bendahara : Hi. Arifin K

e. Wakil Bidang Kurikulum : Hi. Eko Prapto R., S.Pd

f. Wakil Bidang Kesiswaan : M. Panjaitan B.Sc

g. Wakil Bidang HKI & S : Hi. Kisworo, S.Pd

h. Kaprog TP : Taryono S.T


35

i. Kaprog TITL : Drs. Eko Wandono

j. Kaprog TAV : Muhammad Tarmizi S.T

k. Kaprog TKR : Susiswo S.T

l. Kaprog TKJ : Dra. Rita Elizabeth

m. Kaprog TSM : Andi Mirwanto S.T

3. Fasilitas sekolah

Tabel 4.1
Fasilitas SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019

Fasilitas Jumlah
Ruang Kelas 25
Ruang Guru 1
Ruang kantor administrasi 1
Perpustakaan 1
Bengkel kerja las 1
Bengkel kerja mesin 1
Ruang praktik CNC 1
Bengkel praktik mesin dan praktik transmisi otomotif 1
Bengkel praktik kelistrikan otomotif 1
Bengkel praktik instalasi listrik dan praktik instalasi motor-motor listrik 1
Laboratorium praktik komputer dan jaringan 2
Bengkel praktik body and paint repair 1
Bengkel praktik sepeda motor 1
Laboratroium TAV 1
Laboratorium trainer pembelajaran elektronika dan mikro controler,
1
PLC, CCTV, running text, dll.
Bengkel resmi yamaha unit produksi 2 Mei motor 1
Masjid 1
Laboratorium komputer 1
Lapangan upacara, lapangan basket, lapangan futsal, dan lapangan voli 1
Ruang serba guna 1
Kantin sekolah 1
Koperasi siswa 1
Sumber : Buku Panduan Penerimaan Siswa Baru SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019
36

B. Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini terdiri dari 8 Informan yang berasal dari SMK 2

Mei Kota Bandar Lampung. Adapun karakteristik dari informan adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2
Karakteristik Informan

Kode Usia Jabatan Pendidikan Peran


(Tahun) Terakhir Informan
A1 51 Wakil Kepala Sekolah S1 Informan
Bidang Kurikulum Kunci
A2 41 Guru Honor S1 Informan
Utama
B1 52 Penjaga Kantin SMA/Sederajat Triangulasi
Sumber
B2 16 Siswa SMP/Sederajat Triangulasi
Sumber
B3 16 Siswa SMP/Sederajat Triangulasi
Sumber
B4 16 Siswa SMP/Sederajat Trinagulsi
Sumber
B5 17 Siswa SMP/Sederajat Triangulasi
Sumber
B6 17 Siswa SMP/Sederajat Triangulasi
Sumber

C. Hasil Penelitian

Data mengenai implementasi kebijakan KTR di SMK 2 Mei Kota

Bandar Lampung didapatkan melalui observasi dan wawancara mendalam.

Adapun hasil penelitian sebagai berikut:

1. Hasil Observasi

Hasil observasi di lingkungan SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung

dapat dilihat sebagai berikut:


37

Tabel 4.3
Hasil Observasi Lingkungan SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Indikator Proses dalam KTR Tahun 2019

No. Objek yang Jumlah Indikator proses Ada Tidak Keterangan


diamati objek yang dalam KTR
diamati
Tanda larangan

merokok
Ruang Kepala
1 1 Orang merokok √
Sekolah
Asbak/sarana

merokok
Tanda larangan

merokok
2 Ruang Guru 1 Orang merokok √
asbak/sarana

merokok
Tanda larangan

merokok
Ruang Tata
3 1 Orang merokok √
Usaha
Asbak/sarana

merokok
Tanda larangan
4 Ruang Kelas 25 √
merokok
Tanda larangan
5 Perpustakaan 1 √
merokok
Tanda larangan
√ 6 Buah
merokok
6 Laboratorium 14 Orang merokok √
Asbak/sarana

merokok
Tanda larangan
√ 1 Buah
merokok
Orang merokok √
7 Gedung Aula 1 Ruang merokok

dalam gedung
Asbak/sarana

merokok
Tanda larangan

merokok
8 Kantin Sekolah 1 Orang merokok √ 1 Orang
Area/ruang

merokok
Asbak/sarana

merokok
38

Iklan merokok √
Tanda larangan

merokok
Halaman Orang merokok √
9 1
sekolah Area/ruang

merokok
Iklan merokok √

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa terdapat tanda larangan

merokok di laboratorium sebanyak 6 buah dan di gedung aula sebanyak 1 buah.

Sedangkan ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, perpustakan, kantin

sekolah, dan halaman sekolah belum terdapat tanda larangan merokok. Selain itu,

orang merokok dalam gedung hanya ditemukan di kantin sekolah sebanyak 1

orang.

2. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan diperoleh sebagai

berikut:

a. Implementasi kebijakan KTR

SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung sebagai tempat proses

belajar mengajar, menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36

Tahun 2009 merupakan KTR. Selain peraturan tersebut masih banyak

peraturan yang mengatakan bahwa tempat proses belajar mengajar

merupakan KTR seperti Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan

Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2011, Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No. 64 Tahun 2015, serta Peraturan

Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung.


39

Mengenai hal tersebut, SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung telah

menerapkan kebijakan dan juga telah mengeluarkan peraturan sekolah.

Dalam kajian dokumen, peneliti mendapatkan buku panduan

penerimaan siswa baru yang dikeluarkan oleh SMK 2 Mei Kota Bandar

Lampung. Didalam buku panduan tersebut menyebutkan bahwa

membawa rokok/meyimpan rokok/merokok di lingkungan kampus

SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung, setiap pelanggaran akan diberi

sanksi dua kali alpha dan akan diakumulasikan/ditambahkan pada

jumlah alpha yang sudah dimiliki siswa yang bersangkutan. Hal ini

seperti yang dijelaskan oleh informan kunci dan informan utama

bahwa:

“ Ya, sekolah ini sudah menerapkan kebijakan KTR. . . . Kalau di


dalam normatifnya memang ada penyampain informasi kepada
bapak/ibu guru yang diminta untuk tidak merokok disekolah, kemudian
untuk siswa/siswi memang sudah dalam bentuk tata tertib sekolah
bahwa siswa/siswa untuk tidak merokok dan membawa rokok di
lingkungan sekolah. . . . Sanksi kita tidak ada dalam bentuk denda
uang, karena jika denda uang mereka tidak jera.” (A1)

“Kalo didalam lingkungan sekolah, menurut pengamatan saya sudah


baik. tapi kalo diluar lingkungan sekolah anak-anak suka nyolong-
nyolong, cuma kalo ketahuan kita kenakan sanksi 2 alpha, terus kalo
ketahuan membawa rokok kesekolah kita kenakan sanksi 2 alpha juga.”
(A2).

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah

menerapkan KTR di lingkungan sekolah dan telah disoialisasikan

secara lisan kepada guru saja. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan

terhadap siswa sudah dalam bentuk tata tertib sekolah. Kemudian


40

sanksi yang diberikan terhadap siswa yang melanggar adalah dalam

bentuk alpha. Hal ini diperjelas dengan triangulasi sumber bahwa:

“Waktu itu ada diseminarkan. Setiap tahun ada di aula untuk siswa
baru dan siswa lama juga. . . . Gak ada, untuk sosialisasi khusus ke
siswanya aja, tapi ada himbauan untuk tidak merokok.” (B1)

“Ada kak sosialisasinya, pas masa pengenalan lingkungan sekolah


namanya.” (B5)

Hasil wawancara yang didapapatkan bahwa sosialisasi

kebijakan KTR di lingkungan sekolah dilakukan hanya untuk siswa saja

pada masa prastudi atau masa pengenalan lingkungan sekolah.

b. Tanda larangan merokok

Salah satu indikator proses dalam KTR adalah ada tanda

larangan merokok di KTR. SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung telah

memasang tanda larangan merokok. Hal ini dibuktikan dengan hasil

observasi yang dilakukan oleh penliti bahwa pemasangan tanda

larangan merokok dibeberapa lokasi sudah dilakukan, beberapa lokasi

tersebut adalah laboratorium sebanyak 6 buah dan gedung aula

sebanyak 1 buah. Seperti halnya yang dijelaskan oleh informan bahwa:

“Ada, karena kalo tidak ada larangan merokok orang luar seperti tamu
tidak tahu kalo sekolah ini menerapkan kebijakan kawasan tanpa
rokok.” (A2)

“Ada kak, tapi gak semua tempat ada.” (B3)

“di bengkel dan di aula ada kak.” (B5)

Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa ada tanda larangan

merokok yang dipasang di lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan


41

karena pihak sekolah ingin orang luar seperti tamu mengetahui

bahwasannya sekolah ini menerapkan kebijakan KTR di lingkungan

sekolah.

c. Perilaku merokok dalam gedung

Indikator proses dalam KTR selanjutnya yaitu tidak ada orang

merokok dalam gedung di KTR. Pada indikator proses ini SMK 2 Mei

masih belum terpenuhi, karena masih ada orang merokok di lingkungan

sekolah. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi bahwa peneliti

menemukan orang merokok di kantin sekolah. Selain itu dijelaskan juga

oleh informan bahwa:

“kalo siswa tidak pernah ada. Tapi kalo guru ada satu dua orang,
itupun tidak terang-terangan depan siswa. . . . Karena mereka sudah
terbiasa untuk merokok, mungkin udah gak tahan untuk gak
merokok.”(A2)

“Masih ada yang merokok, tapi itu juga nyumput-nyumput.” (B1)

“kalo saya pernah liat satpam, kalo satpam di pos satpamnya dia
merokok.” (B6)

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada

orang merokok di lingkungan sekolah, namun apabila ada yang

merokok di lingkungan sekolah pun tidak terang-terangan di depan

siswa. Lokasi yang pernah dilihat oleh siswa untuk merokok adalah pos

satpam. Hal ini masih sering terjadi karena perilaku kebiasaan merokok.

d. Area/ruang merokok dalam gedung

Area/ruang merokok dalam gedung merupakan indikator proses

dalam KTR selanjutnya. SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung tidak


42

menyediakan area/ruang merokok dalam gedung. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa tidak ditemukannya

area/ruang merokok yang disediakan oleh pihak sekolah. Hal ini seperti

yang dijelaskan oleh informan bahwa:

“Tidak ada, biasanya kalo guru merokok itu diluar, di warung luar
sekolah biasa mereka merokok. Karena kalo kita menyediakan area
merokok sama saja kita tidak menjalankan kebijakan tersebut” (A2)

“Paling di dapur umum, tapi kalo sekolah gak menyediakan.” (B1)

“Gak ada, paling di bengkel itu kalo saya pernah liat, itu kan bukan
ruangan khusus tapi.” (B5)

Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sekolah tidak

menyediakan area/ruang merokok secara khusus. Hal ini dilakukan

karena pihak sekolah menganggap bahwa apabila menyediakan maka

sama saja sekolah tidak menjalankan kebijakan KTR di lingkungan

sekolah. Informan utama mengatakan bahwa apabila guru merokok di

luar lingkungan sekolah. Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan

triangulasi sumber bahwa ada beberapa tempat untuk merokok yaitu

dapur umum dan bengkel.

e. Asbak/sarana merokok

Indikator proses dalam KTR selanjutnya adalah tidak ada

asbak/sarana merokok. Dalam hal ini di lingkungan SMK 2 Mei tidak

ada asbak/sarana merokok. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi

bahwa peneliti tidak menemukan asbak/sarana merokok di lingkungan

sekolah. Seperti halnya yang dijelaskan oleh informan bahwa:


43

“Untuk asbak juga kita tidak ada, karena memang kita tidak ingin ada
perokok di sekolah ini, walaupun tamu juga.” (A2)

“Disekolah gak ada asbak.” (B4)

“Belum pernah liat asbak disekolah, di kantor gak ada, di bengkel gak
ada, di kantin juga gak ada.” (B5)

Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa SMK 2 Mei Kota

Bandar Lampung tidak ditemukan asbak baik di kantor, bengkel

ataupun kantin sekolah. Hal ini dikarenakan pihak sekolah tidak ingin

ada perokok di lingkungan sekolah.

f. Iklan/promosi rokok

Indikator proses dalam KTR yang terakhir adalah tidak adanya

iklan/promosi rokok di sekolah. pada indikator ini SMK 2 Mei juga

tidak pernah ditemukannya iklan/promosi rokok. Hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti bahwa tidak ditemukannya iklan/promosi rokok

di lingkungan sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh informan bahwa:

“Tidak ada, sekalipun sponsor kegiatan pun tidak ada. Biasanya


sekolah ini menerima sponsor dari selain rokok, seperti minuman.
Karena kurang pas saja iklan rokok masuk sekolah, sekolah kita saja
melarang siswa merokok masa ada iklan rokok.” (A2)

“Rokok belum pernah, acara besar pun kita gak pernah pake iklan
rokok.” (B5)

“Biasanya minuman, dealer yamaha, dan yang lain selain rokok.” (B6)

Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa SMK 2 Mei Kota

Bandar Lampung tidak ada iklan/promosi rokok di lingkungan sekolah.

Bahkan acara-acara besar pun pihak sekolah tidak pernah melakukan


44

kerjasama dengan perusahaan rokok. Perusahaan yang biasa

bekerjasama dengan SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung adalah

perusahaan minuman, dealer yamaha, dan yang lainnya selain

perusahaan rokok. Pihak sekolah menolak adanya iklan/promosi rokok

dikarenakan kurang eloknya ketika sekolah melarang siswa merokok

tapi menerima iklan/promosi rokok di lingkungan sekolah.

D. Pembahasan

1. Implementasi kebijkan KTR

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan bahwa sekolah telah

menerapkan kebijakan KTR. Hal ini ditandai dengan adanya tanda

larangan merokok, tidak adanya area/ruang merokok, tidak ada

asbak/sarana merokok, dan tidak ada iklan/promosi rokok di lingkungan

SMK 2 Mei. Selain itu juga peneliti melakukan wawancara, berdasarkan

hasil wawancara terlihat bahwa informan kunci dan informan utama

mengatakan SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung telah menerapkan

kebijakan KTR. Kebijakan tersebut disosialisasikan terhadap guru secara

lisan dan siswa berupa tata tertib sekolah. Dalam penerapannya sekolah

hanya memberikan sanksi kepada siswa/siswi, sanksi bukan berupa

denda uang, tetapi sanksi yang diberikan adalah berupa alpa sebanyak 2

kali dalam 1 kali pelanggaran. Pernyataan informan kunci bertolak

belakang dengan pernyataan seluruh triangulasi sumber yang mengatakan

bahwa hanya dilakukan sosialisasi tentang kebijakan KTR terhadap

siswa/siswi baru dan siswa/siswi lama saja pada masa prastudi. Masa
45

prastudi adalah masa pengenalan sekolah terhadap siswa/siswi baru.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan

bahwa SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung telah menerapkan kebijakan

KTR di lingkungan sekolah.

Dalam penerapan kebijakan KTR di lingkungan sekolah, SMK 2

Mei Kota Bandar Lampung tidak sesuai dengan Permendikbud RI No. 64

Tahun 2015 tentang KTR di Lingkungan Sekolah Pasal 3. Sasaran KTR

di lingkungan sekolah: a. Kepala sekolah; b. Guru; c. Tenaga

kependidikan; d. Peserta didik; dan e. Pihak lain di dalam lingkungan

sekolah. Selain itu, hal ini juga tidak sejalan pada Pasal 5 yang

mengatakan bahwa kepala sekolah dapat memberikan sanksi kepada

guru, tenaga kependidikan, dan pihak lain yang terbukti melanggar

ketentuan KTR di lingkungan sekolah (Permendikbud RI, 2015).

Menurut penelitian (Nasyruddin, 2013) tentang implementasi KTR

di SMP Negeri 21 Semarang, mengatakan bahwa proses sosialisasi yang

pernah diberikan instansi terkait masih kurang optimal. Selian itu juga

sosialisasi dari kepala sekolah hanya dilakukan pada saat briefing. Dalam

penelitiannya juga mengatakan bahwa komitmen pihak sekolah dalam

melaksanakan implementasi KTR bisa dilihat dari berbagai aspek

diantaranya, bentuk tanggung jawab yang diberikan kepada petugas

pelaksana KTR, pengawasan monitoring yang dilakukan, tindakan yang

dilakukan kepada pelanggar, dan lain sebagainya.


46

Menurut peneliti, implementasi kebijakan KTR di SMK 2 Mei

Kota Bandar Lampung sudah berjalan. Namun sekolah perlu

memperhatikan beberapa hal dan melakukan tindakan. Beberapa hal

tersebut yaitu sekolah tidak memiliki tata tertib secara tertulis yang

diberlakukan untuk seluruh sasaran KTR menurut Permendikbud No. 64

Tahun 2015 tentang KTR di lingkungan sekolah Pasal 3. Sebaiknya

sekolah membuat peraturan tersebut secara tertulis dan juga dijalankan

dengan komitmen yang tinggi. Kedua, sosialisasi hanya dilakukan

kepada siswa/siswi pada saat masa prastudi saja. Masa prastudi adalah

masa pengenalan sekolah terhadap siswa/siswi baru. Sebaiknya

sosialisasi dilakukan secara kontinu dan sosialisasi dilakukan terhadap

seluruh sasaran KTR. Terakhir, sekolah hanya berlakukan sanksi

terhadap siswa/siswi saja. Sebaiknya sekolah memberlakukan sanksi

terhadap seluruh sasaran KTR di lingkungan sekolah. Salah satu sasaran

KTR di lingkungan sekolah adalah guru, guru seharusnya diberikan

sanksi apabila terbukti melanggar kebijakan KTR. Guru adalah salah satu

percontohan siswa/siswi, jika guru berperilaku merokok maka

siswa/siswi pun demikian. Beberapa hal diatas perlu diperhatikan dan

perlu dilakukan tindakan lanjutan demi terlaksananya kebijakan KTR di

lingkungan sekolah secara optimal.

2. Tanda larangan merokok

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, informan utama

mengatakan bahwa ada tanda larangan merokok yang terpasang di


47

lingkungan sekolah, menurut infroman utama pemasangan bermaksud

untuk mensosialisasikan kebijakan KTR di lingkungan sekolah terhadap

pihak luar sekolah. Pernyataan tersebut diperkuat oleh seluruh triangulasi

sumber bahwa pemasangan tanda larangan merokok telah dilakukan,

namun pemasangan tersebut hanya di beberapa lokasi seperti bengkel dan

gedung aula saja. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil observasi, yaitu

ditemukannya tanda larangan merokok yang hanya di pasang pada

laboratorium sebanyak 6 buah dan gedung aula sebanyak 1 buah.

Sedangkan pada ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha,

ruang kelas, perpustakaan, kantin sekolah, dan halaman sekolah tidak

ditemukannya tanda larangan merokok.

Menurut Permendikbud RI No. 64 Tahun 2015 tentang KTR di

lingkungan sekolah Pasal 4 bahwa sekolah wajib memasang tanda KTR

di lingkungan sekolah. Selain itu Perda Provinsi Lampung No. 8 Tahun

2017 tentang KTR Pasal 18 bahwa setiap pimpinan atau penanggung

jawab KTR wajib untuk memasang tanda-tanda pengumuman dilarang

merokok sesuai persyaratan di semua pintu masuk utama dan tempat-

tempat yang dipandang perlu dan mudah terbaca dan/atau terdengar baik

(Permendikbud RI, 2015).

Menurut penelitian (Nugroho, 2015) tentang evalusai implementasi

KTR Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,

mengatakan bahwa sosialisasi KTR dapat juga melalui media promosi

kesehatan seperti banner, pamflet serta poster mengenai KTR maupun


48

bahaya rokok. Dengan adanya sosialisasi melalui media promosi

kesehatan ini menginformasikan jika lingkungan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta telah dilarang untuk

merokok.

Peneliti memiliki pandangan bahwa SMK 2 Mei Kota Bandar

Lampung telah melakukan pemasangan tanda larangan merokok. Namun

pemasangan tanda larangan merokok belum di semua lokasi. Sebaiknya

ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kelas,

perpustakaan, kantin sekolah dan halaman sekolah perlu dilakukan

pemasangan tanda larangan merokok. Hal ini perlu dilakukan karena

lokasi-lokasi tersebut termasuk lokasi yang sering kali dijumpai oleh

seluruh sasaran KTR di lingkungan sekolah. Selain lokasi-lokasi diatas,

gerbang utama merupakan lokasi yang wajib dilakukan pemasangan

tanda larangan merokok. Gerbang utama adalah lokasi yang pasti dilalui

oleh seluruh sasaran KTR di lingkungan sekolah. Pemasangan tanda

larangan merokok harus memenuhi persyaratan, persyaratan tersebut

adalah berpencahayaan cukup serta mudah dilihat dan terbaca oleh

seluruh sasaran KTR di lingkungan sekolah. Tanda larangan merokok

dapat berupa banner, pamflet, poster dan media elektronik lainnya.

3. Perilaku merokok dalam gedung

Terlihat pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

menemukan satu orang merokok di kantin sekolah. Hal ini diakui oleh

informan utama pada hasil wawancara yang dilakukan bahwa masih ada
49

guru yang merokok di lingkungan sekolah, namun apabila ada yang

merokok di lingkungan sekolah pun tidak terang-terangan di depan

siswa. Menurut informan utama, masih adanya orang merokok di

lingkungan sekolah dikarenakan perilaku kebiasaan merokok. Pernyataan

informan utama diperkuat oleh seluruh triangulasi sumber bahwa masih

ada guru/staf yang merokok di lingkungan sekolah.

Hal ini tidak sesuai dengan Perda Provinsi Lampung No. 8 Tahun

2017 tentang KTR Pasal 17 ayat (1) bahwa setiap orang dilarang

merokok di KTR (Perda Provinsi Lampung, 2017). selain itu, hal ini juga

tidak sesuai dengan Perda Kota Bandar Lampung No. 5 Tahun 2018

tentang KTR Pasal 16 bahwa setiap orang dilarang merokok di tempat

proses belajar mengajar seperti sekolah, perguruan tinggi, balai

pendidikan dan pelatihan, balai latihan kerja, bimbingan belajar, dan

kursus (Perda Kota Bandar Lampung, 2018)

Hasil penelitian (Nugroho, 2015) tentang evaluasi implementasi

KTR Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,

diperoleh bahwa pelaksanaan monitoring peraturan KTR berupa adanya

pengawasan terhadap seluruh civitas akademika, bagi yang terbukti

merokok di lingkungan kampus, maka akan mendapat teguran oleh

pimpinan atau yang berwenang ditunjuk menjadi tim penegak disiplin.

Hal ini juga menjadi salah satu bukti komitmen pimpinan kampus dalam

memerangi perokok di lingkungan kampus.


50

Menurut peneliti, kepala sekolah harus melakukan beberapa hal.

Pertama, berdasarkan Perda Kota Bandar Lampung No. 05 Tahun 2015

tentang KTR Pasal 7 bahwa pimpinan berhak melakukan pengawasan

internal pada tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya

(Perda Kota Bandar Lampung, 2018). Dalam melakukan pengawasan,

kepala sekolah dapat membentuk tim penegak kebijakan KTR di

lingkungan sekolah. Penegakkan sanksi bukan hanya untuk siswa/siswi

yang melanggar saja. Kedua, berdasarkan Permendikbud RI No. 64

Tahun 2015 tentang KTR di lingkungan sekolah Pasal 5 ayat (2) dan (3)

bahwa kepala sekolah wajib menegur dan memberikan sanksi kepada

pelanggar ketentuan KTR di lingkungan sekolah. Pelanggar yang

dimaksud adalah guru, tenaga kependidikan, peserta didik dan pihak lain

di dalam lingkungan sekolah. Selain itu berdasarkan Pasal 7 ayat (3)

bahwa pihak sekolah wajib melakukan pembinaan kepada peserta didik

yang merokok di dalam maupun di luar lingkungan sekolah sesuai

dengan tata tertib yang berlaku di sekolah (Permendikbud RI, 2015).

4. Area/ruang merokok

Hasil wawancara dengan informan utama mengatakan bahwa tidak

ada area/ruang merokok di sekolah, jika sekolah menyediakan sama saja

sekolah tidak menerapkan kebijakan tersebut. Biasanya guru merokok di

warung luar sekolah. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan seluruh

triangulasi sumber bahwa memang tidak ada area/ruang khusus yang

disediakan sekolah. tetapi guru/staf merokok di lingkungan sekolah


51

seperti dapur umum, bengkel, dan pos satpam. Selain itu, hasil observasi

yang dilakukan oleh peneliti bahwa tidak ditemukannya area/ruang

merokok yang disediakan oleh pihak sekolah. Namun saat observasi

dilakukan, peneliti menemukan area untuk merokok selain yang

dikatakan oleh triangulasi sumber, lokasi tersebut adalah kantin sekolah.

Hal ini sudah sesuai dengan PB Menkes dan Mendagri No. 7

Tahun 2011 tentang pedoman pelaksanaan KTR Pasal 4 bahwa tempat

proses belajar mengajar dilarang menyediakan tempat khusus merokok

dan merupakan KTR yang bebas dari asap rokok hingga batas terluar (PB

Menkes dan Mendagri, 2011)

Menurut penelitian (Nasyruddin, 2013) tentang implementasi KTR

di SMP Negeri 21 Semarang, mengatakan bahwa komitmen pihak

sekolah dalam melaksanakan implementasi kawasan tanpa rokok bisa

dilihat dari pengawasan monitoring yang dilakukan. Sedangkan

(Nugroho, 2015) tentang evalusai implementasi KTR Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, mengatakan bahwa

bagi yang terbukti merokok di lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta maka mendapat teguran oleh

pimpinan atau yang berwenang ditunjuk menjadi tim penegak disiplin,

hal ini menjadi salah satu bukti komitmen.

Menurut peneliti, SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung memang

tidak menyediakan area/ruang khusus untuk merokok, namun di

lingkungan sekolah masih ditemukan tempat untuk merokok. Tempat


52

tersebut ditemukan di wilayah kantin sekolah. Dalam peningkatan

komitmen dalam pelaksanaan kebijakan KTR di lingkungan sekolah,

kepala sekolah perlu melakukan pengawasan dan pemberian sanksi yang

tegas terhadap pelanggar apabila terbukti melanggar kebijakan tersebut.

Kepala sekolah dapat dibantu oleh tim penegak kebiajakn KTR di

sekolah untuk melakukan peneguran dan pemberian sanksi terhadap

pelanggar. Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah adanya area/ruang

khusus yang dijadikan tempat merokok di lingkungan sekolah. Apabila

area/ruang merokok tidak ada di lingkungan sekolah, baik yang

disediakan maupun yang tidak disediakan oleh sekolah. Maka sekolah

akan menjadi bebas dari asap rokok.

5. Asbak/sarana merokok

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

informan utama mengatakan bahwa di sekolah tidak ada asbak/sarana

merokok, sekolah tidak ingin ada tamu yang merokok di lingkungan

sekolah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan seluruh triangulasi sumber

bahwa tidak pernah melihat asbak/sarana merokok di lingkungan

sekolah, baik di kantor, bengkel maupun kantin sekolah. Hasil observasi

juga memperkuat seluruh pernyataan informan bahwa peneliti sama

sekali tidak menemukan asbak/sarana merokok di lingkungan sekolah.

Hal ini sudah sesuai dengan Perda Provinsi Lampung No. 8 Tahun

2017 tentang KTR Pasal 18 bahwa setiap pimpinan atau penanggung

jawab KTR wajib untuk menyingkirkan asbak atau sejenisnya pada


53

tempat dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya (Perda Provinsi

Lampung, 2017)

Menurut penelitian (Sayuti, 2018) tentang implementasi kebijakan

KTR pada Puskesmas Lhok Beuringen dan Puskesmas Tanah Jambo Aye

di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017, bahwa Puskesmas Lhok

Beuringen tidak menyediakan asbak rokok di ruang tunggu pengunjung.

Hal ini merupakan salah satu dukungan yang dilakukan oleh Puskesmas

Lhok Beuringen terhadap implementasi kebijakan KTR. Sedangkan

Puskesmas Tanah Jambo Aye masih ditemukannya asbak rokok di ruang

tunggu.

Berdasarkan hasil tersebut, peneliti berpendapat bahwa sekolah

harus tetap menjaga komitmen dalam hal menyingkirkan dan/atau tetap

tidak menyediakan asbak di dalam lingkungan sekolah, hal ini

bermaksud untuk menerapkan Perda Provinsi Lampung No. 8 Tahun

2017 tentang KTR Pasal 18. Kepala sekolah dan tim penegak kebijakan

KTR di lingkungan sekolah perlu melakukan pengawasan secara berkala

untuk membuktikan bahwa di lingkungan sekolah tidak ditemukan asbak.

Pengawasan secara berkala dilakukan bukan hanya untuk membuktikan

ada/tidak adanya asbak, tetapi hal tersebut merupakan upaya untuk

mengurangi perilaku oknum sekolah yang menyediakan asbak secara

diam-diam untuk para tamu yang datang ke sekolah. Oknum sekolah

yang dimaksud peneliti adalah penjaga kantin, guru/staf, satpam dan

yang lainnya.
54

6. Iklan/promosi rokok

Menurut hasil wawancara bahwa SMK 2 Mei Kota Bandar

Lampung tidak pernah ada iklan/promosi rokok. Hal ini di sampaikan

oleh informan utama yang mengatakan bahwa tidak ada iklan/promosi

rokok dan sekolah tidak pernah menerima sponsor dari perusahaan

rokok, hal ini dikarenakan kurang eloknya ketika sekolah melarang

siswa/siswi merokok tetapi menerima sponsor rokok. Pernyataan

informan utama diperkuat oleh seluruh triangulasi sumber yang

mengatakan bahwa tidak pernah menerima sponsor khusus rokok

sekalipun untuk menggelar acara-acara besar. Biasanya sekolah hanya

menerima sponsor selain rokok seperti minuman dan dealer yamaha.

Hasil wawancara juga diperkuat oleh hasil observasi yang dilakukan

peneliti, bahwa peneliti tidak menemukan iklan/promosi rokok di

lingkungan sekolah.

SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung dalam hal ini telah sesuai

dengan Permendikbud RI No. 64 Tahun 2015 Tentang KTR di

Lingkungan Sekolah Pasal 4 bahwa sekolah wajib melakukan hal-hal

sebagai berikut: (b) melakukan penolakan terhadap penawaran iklan,

promosi, pemberian sponsor, dan/atau kerja sama dalam bentuk apapun

yang dilakukan oleh perusahaan rokok dan/atau organisasi yang

menggunakan merek dagang, logo, semboyan, dan/atau warna yang dapat

diasosiasikan sebagai ciri khas perusahaan rokok, untuk keperluan

kegiatan kurikuler atau ekstra kulikuler yang dilaksanakan di dalam dan


55

di luar sekolah; dan (c) memberlakukan larangan pemasangan papan

iklan, reklame, penyebaran pamflet, dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari

perusahaan atau yayasan rokok yang beredar atau dipasang di lingkungan

sekolah (Permendikbud RI, 2015)

Menurut laporan penelitian tentang paparan iklan, promosi, dan

sponsor rokok di Indonesia oleh (TCSC-IAKMI, International Union

Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union) dan 15

Universitas/organisasi masyarakat sipil lokal, 2018) bahwa gencarnya

iklan, promosi, dan sponsor rokok berdampak pada semakin

meningkatnya prevalensi merokok pada anak-anak dan remaja. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa iklan, promosi, dan sponsor rokok

menimbulkan keinginan anak dan remaja untuk mulai merokok,

mendorong anak-anak perokok untuk terus merokok, dan mendorong

anak-anak yang telah berhenti merokok untuk kembali merokok.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti

memiliki pendapat bahwa SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung harus tetap

berkomitmen untuk tidak menerima iklan/promosi rokok di lingkungan

sekolah. Sekolah juga harus tetap menolak tawaran sponsor dari

perusahaan rokok. Pemasangan iklan/promosi rokok dan sponsor rokok

yang dilakukan pada saat kegiatan siswa maupun sekolah sangatlah

berpengaruh terhadap peningkatan prevalensi perokok pada siswa SMK 2

Mei Kota Bandar Lampung. Penolakan terhadap sponsor perusahaan

rokok bukan hanya dilakukan pada saat kegiatan dalam lingkungan


56

sekolah. Tetapi penolakan tersebut harus dilakukan diseluruh kegiatan

siswa atau sekolah baik didalam maupun diluar lingkungan sekolah.


57

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis

implementasi kebijakan KTR di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung tahun

2019, dapat disimpulkan bahwa:

1. SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung telah menerapkan kebijakan KTR,

namun sekolah tidak memiliki tata tertib secara tertulis, sosialisasi

kebijakan hanya dilakukan kepada siswa/siswi baru setiap satu tahun

sekali pada masa prastudi dan hanya secara lisan kepada guru, serta

sanksi hanya diberlakukan untuk siswa/siswi saja.

2. SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung telah memasang tanda larangan

merokok, namun pemasangan tanda larangan merokok hanya di dua

lokasi yaitu laboratorium dan gedung aula. Pemasangan dilakukan untuk

mensosialisasikan kebijakan KTR kepada pihak luar lingkungan sekolah.

3. SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung masih ditemukan 1 orang merokok di

kantin sekolah. Hal ini dikarenakan perilaku kebiasaan merokok.

4. SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung tidak menyediakan area/ruang

merokok, namun masih ada guru/staf yang merokok di lingkungan

sekolah seperti kantin, bengkel, pos satpam dan dapur umum.

5. SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung tidak ditemukannya asbak/sarana

merokok, hal ini dikarenakan sekolah tidak ingin ada orang merokok

sekalipun tamu.

57
58

6. SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung tidak pernah menerima iklan/promosi

rokok, hal ini dikarenakan kurang eloknya ketika sekolah melarang siswa

merokok tetapi menerima sponsor rokok.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang

telah diuraikan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepala SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung untuk membuat tata tertib

sekolah secara tertulis dan disosialisasikan secara kontinu serta

diberlakukan untuk guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan pihak

lain di dalam lingkungan sekolah.

2. Kepala SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung untuk membentuk tim

penegak kebijakan KTR di lingkungan sekolah.

3. Kepala SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung untuk memasang tanda

larangan merokok berupa banner, stiker, pamflet, atau media lainnya di

pintu masuk utama dan tempat-tempat yang dipandang perlu dan mudah

terbaca dan/atau terdengar baik.

4. Kepala SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung untuk menegur dan

memberikan sanksi secara tegas kepada guru, tenaga kependidikan,

peserta didik, dan pihak lain di dalam lingkungan sekolah yang terbukti

melanggar kebijakan KTR.

5. Peneliti selanjutnya untuk melakukan analisis implementasi kebijakan

dengan model Edward III untuk dapat mengetahui bagaimana

implementasi kebijakan KTR di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung yang


59

ditinjau dari faktor komunikasi, sumberdaya, disposisi atau sikap, dan

struktur birokrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, M. F. (2019). Hubungan Karakteristik (Usia dan Jenis Kelamin)


dengan Tingkat Pengetahuan Siswa Usia 14-17 Tahun Tentang Bahaya
Merokok di SMKN 2 Bandar Lampung. Skripsi. FK-UNILA
Ayuningtyas, D. (2018). Analisis Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Aplikasi.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia. (2011). Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok,
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riskesdas Dalam Angka
Provinsi Lampung 2013, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riset
Kesehatan Dasar 2018. Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2015). Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 64 Tahun 2015
Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah, Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2018). Kamus
Besar Bahasa Indonesia Daring. (diunduh 29 Maret 2019 di
https://kbbi.kemdikbud.go.id)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sekolah Kita.
(diunduh 15 Mei 2019 di http://sekolah.data.kemdikbud.go.id)
Nasyruddin, M. F. (2013). Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di
Sekolah (Studi Kualitatif pada SMP Negeri 21 Semarang). Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 2 (1).
Nugroho, P. S. (2015). Evaluasi Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
FIK-UMS
Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung. (2018). Peraturan Daerah Kota
Bandar Lampung No. 05 Tahun 2018 Tentang Kawasan Tanpa Rokok,
Bandar Lampung.
Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. (2017). Peraturan Daerah Provinsi
Lampung No. 8 Tahun 2017 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bandar
Lampung.
Pemerintah Republik Indonesia. (2012). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, Jakarta.
Sary, L., & Nuryani, D. D. (2014). Hubungan Faktor Interpersonal dengan
Komitmen Pencegahan Tersier pada Siswa Perokok di Kota Bandar
Lampung Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Holistik, 8 (4), 167–173.
Sayuti, M. (2018). Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada
Puskesmas Lhok Beuringen dan Puskesmas Tanah Jambo Aye di Kabupaten
Aceh Utara Tahun 2017. Tesis. FKM-USU.
Sholeh, A. N. (2017). Panduan Anti Merokok untuk Pelajar, Guru, & Orang Tua.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung. (2019). Panduan Penerimaan Siswa Baru.
Bandar Lampung.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
TCSC-IAKMI., International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The
Union)., 15 Universitas/organisasi masyarakat sipil lokal. (2018). Laporan
Penelitian Paparan Iklan, Promosi, dan Sponsor Rokok di Indonesia.
Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.
(2013). Atlas Tembakau Indonesia, Jakarta Selatan.
Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.
(2011). Pengawasa/Penegakan Hukum Perda Kawasan Tanpa Rokok,
Jakarta.
Wahab, S. A. (2016). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-
Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
INFORMED CONSENT
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Nur Rohmat Soni Setiawan
Institusi : Universitas Malahayati
Alamat : Kp. Pakojan RT/RW 04/03, Kec. Anyer, Kab. Serang, Prov.
Banten
Adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Prodi S1 Kesehatan
Masyarakat Universitas Malahayati Bandar Lampung, pada kesempatan ini saya
akan melakukan penelitian tentang “Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi
kebijakan kawasan tanpa rokok di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung. Besar
harapan saya agar Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berkenan untuk berpartipasi dalam
penelitian ini dengan menjawab pertanyaan wawancara. Penelitian ini
membutuhkan delapan subjek penelitian dengan jangka waktu keikutsertaan
masing-masing subjek 30 menit.
A. Kesukarelaan untuk mengikuti penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa mengganggu proses hubungan dengan
peneliti atau sangsi apapun. Jika anda tidak bersedia untuk berpartisipasi maka
tidak akan mengganggu hubungan dengan peneliti maupun dengan instansi.
B. Prosedur Penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta
menandatanangi lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk anda simpan
dan satu untuk peneliti. Prosedur penelitiannya yaitu anda diminta menjawab
pertanyaan dengan lengkap kurang lebih selama 30 menit.
C. Kewajiban Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian, bapak/ibu/saudara/saudari, berkewajiban
mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada
yang belum jelas, bapak/ibu/saudara/saudari, dipersilahkan bertanya kepada
peneliti.
D. Risiko dan Efek Samping dan Penanganannya
Tidak ada efek samping maupun resiko dalam penelitian ini
E. Manfaat
Berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda akan mendapatkan informasi
pendukung untuk menentukan intervensi apa yang paling tepat untuk
keberhasilan implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok.
F. Kerahasiaan
Tidak ada informasi pribadi akan disertakan. Data dikembalikan secara
anonim dan tanggapan elektronik tidak dapat dilacak ke pengirim.
G. Kompensasi
Peneliti menyediakan plakat untuk pihak sekolah sebagai bentuk tanda
terima kasih kepada sekolah yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
H. Informasi Tambahan
Bapak/ibu/saudara/saudari diberikan kesempatan untuk menanyakan
semua hal yang belum jelas terkait dengan penelitian ini. Jika sewaktu-waktu
memerlukan penjelasan lebih lanjut bapak/ibu/saudara/saudari dapat
menghubungi peneliti di nomor telephone 085960521397.
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua
pertanyaan saya telah di jawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila
memerlukan penjelasan, saya dapat menanyakan kepada Nur Rohmat Soni
Setiawan di no telephone 085960521397.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
Bandar Lampung,……………….2019

Responden Peneliti

( ) (Nur Rohmat Soni Setiawan)


PEDOMAN WAWANCARA

Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)


di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019

Lokasi :
Waktu :
Nama :
Umur :
Jabatan :
Pendidikan Teakhir :

A. Informan Kunci : Kepala Sekolah


1. Apakah sekolah ini menerapkan kebijakan KTR?
2. Dalam bentuk apa kebijakan KTR tersebut?
3. Sejak kapan kebijakan tersebut diterbitkan?
4. Siapa penanggung jawab kebijakan tersebut?
5. Bagaimana pelaksanaan kebijakan KTR dalam pengawasan bapak/ibu?
B. Informan: Guru/penanggung jawab kebijakan KTR
1. Sejak kapan kebijakan KTR diterbitkan?
2. Bagaimana pelaksanaan kebijakan tersebut?
3. Apakah ada/tidak ada tanda larangan merokok? (Probing : Alasan)
4. Apakah ada/tidak ada orang merokok dalam gedung? (Probing :
Alasan)
5. Apakah ada/tidak ada area/ruang merokok di dalam gedung? (Probing
: Alasan)
6. Apakah ada/tidak ada asbak/sarana merokok? (Probing : Alasan)
7. Apakah ada/tidak ada iklan/promosi rokok? (Probing : Alasan)
C. Triangulasi Sumber : Penjaga kantin dan Siswa
1. Apakah anda mengetahui kebijakan KTR?
2. Bagaimana proses sosialisasi kebijakan tersebut di sekolah ini?
3. Bagaimana pelaksanaan kebijakan tersebut?
4. Apakah ada/tidak ada tanda larangan merokok?
5. Apakah ada/tidak ada orang merokok dalam gedung?
6. Apakah ada/tidak ada area/ruang merokok di dalam gedung?
7. Apakah ada/tidak ada asbak/sarana merokok?
8. Apakah ada/tidak ada iklan/promosi rokok?
PEDOMAN OBSERVASI

Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)


di SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung Tahun 2019

Petunjuk penggunaan lembar observasi


Berilah tanda cek list (√) sesuai kondisi yang terjadi di lapangan
No. Objek yang Jumlah Indikator proses Ada Tidak Keterangan
diamati objek yang dalam KTR
diamati
Tanda larangan
merokok
Ruang Kepala
1 Orang merokok
Sekolah
Asbak/sarana
merokok
Tanda larangan
merokok
2 Ruang Guru Orang merokok
asbak/sarana
merokok
Tanda larangan
merokok
Ruang Tata
3 Orang merokok
Usaha
Asbak/sarana
merokok
Tanda larangan
4 Ruang Kelas
merokok
Tanda larangan
5 Perpustakaan
merokok
Tanda larangan
merokok
6 Laboratorium Orang merokok
Asbak/sarana
merokok
Tanda larangan
merokok
Orang merokok
7 Gedung Aula Ruang merokok
dalam gedung
Asbak/sarana
merokok
Tanda larangan
8 Kantin Sekolah merokok
Orang merokok
Area/ruang
merokok
Asbak/sarana
merokok
Iklan merokok
Tanda larangan
merokok
Halaman Orang merokok
9
sekolah Area/ruang
merokok
Iklan merokok
Matriks Wawancara
A. Informan Kunci (A1)
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apakah sekolah ini Ya, sekolah ini sudah menerapkan kebijakan KTR.
menerapkan kebijakan
KTR?
2 Dalam bentuk apa Kalau di dalam normatifnya memang ada penyampain informasi kepada bapak/ibu guru yang diminta untuk
kebijakan tersebut? tidak merokok disekolah, kemudian untuk siswa/siswi memang sudah dalam bentuk tata tertib sekolah
bahwa siswa/siswa untuk tidak merokok dan membawa rokok di lingkungan sekolah.
Probing: Bagaimana sanksi yang diberlakukan terhadap pelanggar?
Sanksi kita tidak ada dalam bentuk uang, karena jika denda uang mereka tidak jera.
Probing: Bagaimana sosialisasi kebijakan tersebut?
Bagi siswa/siswi baru, mereka melakukan prastudi, prastudi adalah masa pengenalan sekolah. Sedangkan
untuk siswa/siswi lama, saya kira mereka sudah tahu pada saat mereka masa prastudi dulu.
3 Sejak kapan kebijakan Sejak kementerian mengeluarkan surat edaran bahwa sekolah tidak boleh ada rokok, sebelum itupun kita
tersebut diterbitkan? sudah melakukan kebijakan kawasan tanpa rokok. Memang dulu banyak sekali yang merokok, sejak ada
kebijakan dari kepala sekolah semakin berkurang dan pada saatnya kementerian mengeluarkan kita tidak ada
masalah.
4 Siapa penanggung jawab Pendelegasian wewenang kepada wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, dari wakil kepala sekolah bidang
kebijakan tersebut? kesiswaan mendelegasikan ke kepala jurusan, dari kepala jurusan mendelegasikan ke bapak/ibu guru. Jadi
anak-anak yang melanggar, bapak/ibu guru berhak memberikan sanksi.
5 Bagaimana pelaksanaan Menurut saya sudah cukup. Hanya saja tinggal menjaga konsistensinya. Peraturan sebagus apapun, jika tidak
kebijakan KTR dalm ada konsistensinya maka tidak maksimal.
pengawasan bapak? Probing: Apakah ada kegiatan razia rokok?
Itu wewenang wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, jadi biasanya secara mendadak. Yang melaksanakan
wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bersama pembina osis.
B. Informan Utama (A2)
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Sejak Kapan Kebijakan Kayaknya sih lima tahunan untuk guru-gurunya, kalo untuk siswa sudah lama sekali. Karena guru dilarang
KTR diterbitkan? merokok juga
2 Bagaimana pelaksanaan Kalo didalam lingkungan sekolah, menurut pengamatan saya sudah baik. tapi kalo diluar lingkungan sekolah
kebijakan tersebut? anak-anak suka nyolong-nyolong, cuma kalo ketahuan kita kenakan sanksi 2 alpha, terus kalo ketahuan
membawa rokok kesekolah kita kenakan sanksi 2 alpha juga.
Probing: Apakah siswa/siswa sering ketahuan merokok/membawa rokok?
Sering sih gak, tapi pernah ada.
3 Apakah ada/tidak ada Ada, karena kalo tidak ada tanda larangan merokok, orang luar sekolah seperti tamu tidak tahu kalo di sekolah
tanda larangan merokok? ini dilarang merokok.
4 Apakah ada/tidak ada Kalo siswa tidak pernah ada. Tapi kalo guru satu/dua orang ada. Itupun tidak terang-terangan didepan siswa.
orang merokok? Kalopun ada yang merokok biasanya bukan guru, tapi tukang bangunan misalnya.
Probing: Kenapa masih ada yang merokok?
Karena mereka sudah terbiasa untuk merokok, mungkin udah gak tahan untuk gak merokok.
5 Apakah ada/tidak ada Tidak ada, biasanya kalo guru merokoknya diluar lingkungan sekolah.
area/ruang merokok?
6 Apakah ada/tidak Untuk asbak juga kita ada. Karena kami tidak ingin ada perokok disekolah ini, walaupun tamu
asbak/sarana merokok?
7 Apakah ada/tidak ada Tidak ada, sekalipun sponsor kegiatan juga tidak ada. Biasanya sekolah ini menerima sponsorship dari selain
iklan/promosi rokok? rokok, seperti minuman misalnya.
Probing: Kenapa tidak ada sponsor rokok?
Karena kurang pas saja iklan rokok masuk sekolah. Sekolah kita saja melarang siswa/siswi merokok, masa kita
menerima sponsorship rokok
C. Triangulasi Sumber

Hasil Wawancara
No. Pertanyaan
B1 B2 B3 B4 B5 B6
1 Apakah anda Iya tahu, kalo Kawasan Tempat yang Kebijakan kawasan gak boleh ngerokok ya dilarang merokok
mengetahui disekolah ini ada dilarang dilarang tanpa rokok itu dikawasan itu. di sekolah kak.
kebijakan KTR? kebijakan kawasan merokok. merokok. dilarang menghisap
tanpa rokok. dan dilarang membawa
rokok.
2 Bagaimana Waktu itu ada Terkadang Pada masa Biasanya penjelasan Ada kak sosialisasinya di masa
proses sosialisasi diseminarkan. Setiap mengundang prastudi juga itu, kadang ada guru sosialisasinya, pas prastudi kak, yang
kebijakan tahun ada di aula dari pihak luar ada kak pengajar yang memberi masa pengenalan ngisi materi biasanya
tersebut di untuk siswa baru dan kayak dinas sosialisasi tahu bahwa dilarang lingkungan sekolah kepala sekolah, wakil
sekolah ini? siswa lama juga. kesehatan gitu. kawasan tanpa merokok atau wakil namanya. kepala sekolah bidang
Probing: Kalau untuk rokok ini. kepala sekolah bidang kesiswaan, atau guru.
selain siswa seperti kesiswaan yang
penjaga kantin, guru menjelaskan kak.
dan yang lainnya
apakah ada
sosialisasinya?
Gak ada, untuk
sosialisasi khusus ke
siswanya aja, tapi ada
himbauan untuk tidak
merokok.
3 Bagaimana Siswanya ada razia Kalo siswa gak Disekolah gak Kalo siswa gak ada, kalo guru ada, tapi Guru ada, terus kalo
pelaksanaan rokok setiap 3 bulan ada, guru yang ada, biasanya tapi kalo guru ada, nyumput mereka ada siswa yang liat
kebijakan sekali, terus untuk ngerokok siswa kalo selain guru satpam juga kak. gurunya ngerokok
tersebut? yang terlambat disekolah kak. ngerokok di ngerokok. biasanya guru
tasnya di geledah. warung luar langsung matiin terus
Probing: Apakah ada sekolah. dibuang rokoknya
yang ketahuan
merokok siswanya?
Kalo dulu ada, ada
yang merokok di
WC. Tapi semakin
kesini semakin
berkurang.
4 Apakah ada/tidak Kalo banner ada, Tanda larangan Ada kak, tapi Iya ada, kayak Di bengkel dan di Iya kak, tanda
ada tanda Cuma di bengkel- merokok ada. gak semua dibengkel. aula ada kak. larangan merokok
larangan bengkel saja. tempat ada. ada, Cuma diruangan
merokok? aja, kalo di halaman
sekolah gitu gak ada.
5 Apakah ada/tidak Ya, masih ada yang Gak ada kak Tidak ada kalo Kita kalo bawa rokok Siswa gak ada, tapi Kalo saya pernah liat
ada orang merokok, itupun kalo siswa, ya siswa, kalo aja kena alpa 2 hari, ya kalo guru ada, di satpam, kalo satpam
merokok dalam nyumput-nyumput. paling guru sih. siswa sama kayak merokok bengkel itu di pos satpamnya dia
gedung? ketahuan juga kena 2 alpha kalo ngerokok.
ngerokok di ketahuan.
alpa 2 hari.
6 Apakah ada/tidak Paling di dapur Setau saya gak setau saya gak Gak ada kak. Gak ada, paling di Gak ada ruangan
ada area/ruang umum,itu juga ada ruangan ada. bengkel itu kalo khusus merokok di
merokok di mereka nyumput- khusus saya pernah liat, itu sekolah ini kak.
dalam gedung? nyumput, memang merokok. kan bukan ruangan
kalo sekolah tidak khusus tapi.
menyediakan.
7 Apakah ada/tidak Untuk asbak saya Gak ada kak. Selama ini sih Disekolah gak ada Belum pernah liat Gak ada kak, di ruang
ada asbak/sarana tidak pernah melihat. gak pernah liat asbak. asbak disekolah, di tamu sekolah juga gak
merokok? ada asbak. kantor gak ada, di ada asbak kok.
bengkel gak ada, di
kantin juga gak ada.
8 Apakah ada/tidak Kalo khusus untuk Gak pernah ada Gak ada kak. Kalo rokok gak pernah Rokok belum Kalo rokok gak ada.
ada rokok gak ada, tapi iklan rokok kak, tapi kalo yang lain pernah, acara besar Biasanya minuman,
iklan/promosi kalo yang lain-lain disekolah. pernah, kayak pun kita gak pernah dealer yamaha, dan
rokok? ada. minuman gitu. pake iklan rokok. yang lain selain
rokok.
Hasil Observasi Lingkungan SMK 2 Mei Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Indikator Proses dalam KTR Tahun 2019

No. Objek yang Jumlah objek Indikator proses Ada Tidak Keterangan
diamati yang diamati dalam KTR
Tanda larangan

merokok
Ruang Kepala
1 1 Orang merokok √
Sekolah
Asbak/sarana

merokok
Tanda larangan

merokok
2 Ruang Guru 1 Orang merokok √
asbak/sarana

merokok
Tanda larangan

merokok
Ruang Tata
3 1 Orang merokok √
Usaha
Asbak/sarana

merokok
Tanda larangan
4 Ruang Kelas 25 √
merokok
Tanda larangan
5 Perpustakaan 1 √
merokok
Tanda larangan
√ 6 Buah
merokok
6 Laboratorium 14 Orang merokok √
Asbak/sarana

merokok
Tanda larangan
√ 1 Buah
merokok
Orang merokok √
7 Gedung Aula 1 Ruang merokok

dalam gedung
Asbak/sarana

merokok
Tanda larangan

merokok
8 Kantin Sekolah 1
Orang merokok √ 1 Orang
Area/ruang merokok √
Asbak/sarana

merokok
Iklan merokok √
Tanda .larangan

merokok
9 Halaman sekolah 1 Orang merokok √
Area/ruang merokok √
Iklan merokok √

Anda mungkin juga menyukai