Anda di halaman 1dari 4

UNTUKMU KAUM REBAHAN

Siska Novita Gozaly / 33

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Kepada yang terhormat, Bapak Sebastian selaku guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia, serta teman-teman kelas XII MIPA 3 yang saya kasihi

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas karunia dan
rahmatnya yang telah memperkenankan kita semua untuk berkumpul di tempat ini dengan
sehat dan bugar demi menempuh Ujian Praktek (Uprak) mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada pagi hari ini dengan lancar. Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih atas
kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk dapat berdiri di sini dan menyampaikan
pidato saya.

Pidato ini merupakan buah dari literasi yang telah saya lakukan terhadap buku hasil
karya Indra Sugiarto, yang berjudul “Teman Berjuang”. Sebuah buku yang disusun cantik
sebagai amunisi segenap siswa, khususnya bagi gugusan siswa yang sedang berjuang untuk
meraih impiannya di SBMPTN/UTBK kelak. Indra sendiri mendambakan agar buku Teman
Berjuang ini dapat menjadi “teman” berjuang kita. Buku ini memberikan gambaran bagi
para pembacanya, bagaimana caranya meraaih impian dengan cara bermimpi. Menemani
kita, membaca pettunjuk dalam diri sendiri. Berdialog dengan jiwamu yang selama ini jarang
diajak berdialog dan berdiskusi karena sibuk dalam ambisi. Bahkan berusaha mengingatkan
diri kita yang sering lupa siapa dirimu sebenarnya. Buku ini ingin mengingatkan di saat sabar
menjadi begitu berat dan saat mimpi terasa begitu jauh. Dan yang terpenting adalah
bagaimana kita menghaargai waktu yang telah diberikan kepada kita.

Teman-teman, Ketika ditanya “apa kesalaham terbesar yang kita perbuat dalam
hidup ini?”, buddha menjawab “kesalahan terbesar adalah bahwa kamu berpikir kalau kamu
memiliki waktu”. Waktu memang gratis, tetapi ia berharga. Kamu tidak bisa memilikinya,
tetapi kamu bisa menggunakannya. Kau tidak bisa menyimpannya, tetapi kamu bisa
memanfaatkanya. Dan ketika itu hilang, kau takkan mendapatkannya kembali.
Di sini kita memiliki berita baik dan berita buruk. Berita buruknya, waktu terbang
begitu saja. Berita baiknya kamulah pilotnya. Bayangkan jika kamu bangun setiap hari
dengan $86.400 di dompetmu, dan di malam hari itu semua akan hilang entah kamu telah
memakainya atau tidak. Setiap hari 86.400 detik didepositkan ke dalam tabunganmu. Di
akhir hari, semua itu akan menghilang, entah untuk apa waktu itu akan kamu manfaatkan.
Pasti kita tidak akan menyia-nyiakannya jika itu adalah uang, jadi kenapa kita menyia-
nyiakannya ketika itu berupa waktu ? Waktu-waktu itu jauh lebih berharga dibandingkan
dolar-dolar itu, karena kamu selalu dapat membuat uang, tapi kamu takkan bisa membuat
waktu.

Untuk menyadari arti dari waktu satu tahun, tanyalah pada siswa yang gagal untuk
naik kelas. Untuk menyadari arti waktu satu bulan, tanyalah pada seornag ibu yang
kehilangan kandungannya di bulan kesembilan di usia tuanya. Untuk menyadari arti dari
satu minggu, tanyalah pada editor mjalah online. Untuk menyadari arti dari satu jam,
tanyalah pada pasangan yang terpisah oleh jarak (LDR). Untuk menyadari arti dari satu
menit, tanyalah pada seseorang yang baru saja tertinggal jadwal penerbangannya. Untuk
menyadari arti dari satu detik, tanyalah pada seseorang yang kehilangan sosok yang
dicintainya dari kecelakaan. Untuk menyadari arti dari milidetik, tanyalah pada atlit lari yang
menempati posisi kedua dari sebuah pertandingan.

Untukmu kaum rebahan, seberapa sering kita hanya menempel pada kasur, bangun,
main hp, tidur lagi, buka hp lagi. Ingin mengerjakan sesuatu tapi rasa malas ini terlalu besar
hingga akhirnya kiita tidak mengerjakan apapun. Lingkaran setan itu akhirnya menjadi
kebiasaan terus-menerus sehingga banyak hal, yang seharusnya jadi prioritas malah jadi
terabaikan. Tanpa disadari, waktu itu telah banyak terbuang. Memang waktu itu gratis, tapi
sekali ia terbuang, makai a takkan kembali. Waktu yang dipakai hanya untuk rebahan,
nongkrong, buka media social untuk hal yang kurang penting, pacarana, dugem, karaoke,
nonton drama korea, main game, itu takkan pernah kembali.

Tidak perlu melirik orang lain dengan segala fasilitas yang dimilikinya, focus untuk
menjadi versi terbaik dari dirimu. Bukan sebatas dari fasilitas bendawi saja, tapi juga
kemampuan berhitung, daya ingat yang kuat dan cepat, kecepatan menngkap sebuah materi
baru, kemapuan bersosialisasi, kemampuan pengendalian diri, serta talenta dan bakat lainnya
yang dimiliki oleh orang lain. “Ah dia mah otaknya jenius, ya wajar bisa dapet nilai bagus”,
“Dia orangnya cantik makanya mudah dapat teman”.

Bukan nilai yang nantinya tertera pada lembaran-lembaran kertas yang saya
harapkan, tetapi pengakuan dari diri sendiri oleh diri sendiri, dan bagi diri sindiri. Bagaimana
kita memberikan yang terbaik dari apa yang kita bisa. Bagaimana kita memeberikan lebih
dari batas maksimal kita. Bagaiamana kita dapat mencari bakat kita masing-masing, dunia
kita masing-masing, jalan kita masing-masing. Mungkin bukan di sini tempat kita untuk
menjadi yang terbaik. Tapi saya yakin, di luar sana kelak, jika kita beurntung, kita dapat
menemukan suatu tempat. Tempat di mana kita dapat menjadi yang terbaik, setelah
memberikan yang terbaik dari yang kita miliki.

Di tempat ini, kita dilatih untuk mampu memberikan yang terbaik meski di luar topik
yang tidak kita senangi. Tak apa tak bisa seni. Tak apa tak bisa matematika. Tapi jangan
menyerah begitu saja. Lukislah dengan sepenuh hati. Hitunglah dengan segenap
kemampuanmu. Setidaknya kita sudah memberikan yang terbaik. Banggalah atas haslilnya,
jikalau demikian. Setidaknya kita tidak menyerah begitu saja. Setidaknya kita tidak berhenti
di tengah jalan. Setidaknya kita telah berusaha. Jadilah versi terbaik dari dirimu. Jangan ikuti
arus, karena yang mengikuti arus hanyalah kotoran dan ikan mati.

Teruntuk kamu kaum rebahan, bangkitlah, kamulah yang memegang kendalinya,


kuasailah dirimu. Tantang dirimu untuk bangkit dari rebahan. Tunda nongkrongmu. Tahan
dirimu dari media sosial, bermain game, menonotn drama korea, pacarana, dugem.
Bukannya tidak boleh, boleh-boleh saja, teapi ada dosisnya. Tanyalah pada dirimu setiap
hari, apa yang sudah aku lakukan di hari ini yang mendekatkanku dengan kesuksesan dan
impinku. Janganlah sia-siakan waktumu. Sudah berapa banyak orang yang telah mengatakan
ini padamu? Jika memang telah tak terhitung, maka ini bukanlah omong kosong belaka.
Ambillah langkah pertamamu! Orang yang telah berjalan seribu mil, pasti diawali
dengan sebuah langkah baru. Mereka yang pemberani dulunnya mungkin adalah seorang
penakut. mereka yang sudah sukses sekarang, duluya mungkin hanya punya mimpi. proses
juga yang mengubah beban hidup menjadi kekuatan. DNAmu adalah DNA pejuang, maka
tidak perlu takut dan ragu. Jadilah versi terbaik dari dirimu dan hargailah waktumu. See you
on top!

Untuk mengakhiri pidato saya kali ini, perkenankan saya untuk membacakan puisi
yang terinspirasi oleh Najwa Shihab .

Saat rantau menawarkan beribu goda dan Indonesia butuh sumbangsih mereka
harapan yang berpengetahuan
Kampung halaman terasa sungguh
meragukan
Kami amat risau menunggu
Kepulangan kalian yang sedang berguru
Di bawah naungan bujuk rayu materi
Tanah air terasa hanya sekadar melankoli
Pulanglah kapanpun kalian mau
Saudara-saudaramu juga sangat ingin
Wajar jika keraguan merajalela
maju
Indonesia tampak belum menjanjikan apa-
apa
Rawe-rawe rantas malang-malang
putung
Namun kepulangan jangan semata
memuaskan kerinduan Kita bikin Indonesia jadi bangsa yang
agung

Demikianlah pidato saya pada pagi hari ini, apabila terdapat kesalahan dalam bertutur kata,
saya mohon maaf. Sekian, dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai