Anda di halaman 1dari 22

Tugas PJOK

Nama: Ray Natanael P B

Kelas: XI MIPA 3

No. absen: 29

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang
belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah
serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik
sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat
menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi
mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak,
elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya
seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan
itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru
dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang
yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan
penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan
bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita
semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami
sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai
generasi penerus bangsa, merasa perlu memperhatikan hal tersebut.
Oleh karena itu kami membahasnya dalam makalah ini dan
mengangkat judul “HIV/AIDS Dan Cara Penanggulangannya”.

1.2 Rumusan Masalah

2
Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami
apa dan bagaimana masalah yang diteliti. Adapun rumusan masalah
dari makalah ini adalah:
1. Apakah HIV/AIDS itu?

2. Bagaimana penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS


tersebut?

3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulis mengangkat masalah AIDS dalam Makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui HIV/AIDS tersebut.

2. Agar mengerti tentang penyebaran dan tanda-tanda terserang


HIV/AIDS.

3. Supaya memahami cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS


tersebut.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah untuk
memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama
pelajar SMAN 22 Jakarta tentang AIDS, sehingga dengan demikian kita
semua berusaha untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
bisa saja menyebabkan penyakit AIDS.

3
BAB II

2.1Sejarah HIV AIDS


Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika
Serikat pada tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier
pada tahun 1983. AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni
1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika
Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih
diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh
Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los
Angeles.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia,
termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan
telah terdapat sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7
juta dewasa dan 1,7 anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data
yang bersumber dari Direktorat Jendaral P2M dan PLP Depertemen
Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS
sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 provinsi di Indonesia.
Data jumlsh penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku
teori “Gunung Es” dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian
kecil dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa 1
penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200
penderita HIV yang belum diketahui.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam
waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda
semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa epidemic yang terjadi
tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga

4
reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social,
ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan
tantangan yang harus diharapi baik oleh negara maju maupun negara
berkembang.

2.2Defiinisi
2.2.1 Virus HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang


dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu
virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah

5
ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA
sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan
replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara
menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat
merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang
sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi
tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya
sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh
maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki
pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat
terkena pilek biasa.
2.2.2 Penyakit AIDS
AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh
makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk
menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki
karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus
HIV.

6
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena
AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu
beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Saat
ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat
menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
2.2.3 Bahaya Aids
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa
dan penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan
tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena
sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus
AIDS. Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan
mental dan penderitaan batin karena sebagian besar orang di
sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu
akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS
yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga
serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan
menyebabkan sakit atau bahkan meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T
manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu
retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus
mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1
dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab
utama AIDS di seluruh dunia.

7
2.3Penyebab dan Gejala Terserang Virus HIV/AIDS
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang
biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa,
berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan
nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban
yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA
(Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami,
ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.

Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif
terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan
cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu
pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang
tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai
berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-
tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

8
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok
rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan
tanpa menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik
secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya
tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya
mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan
tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi
membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam
beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah
hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara
untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV
terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang
berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :

9
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti
nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang
infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada
stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan
tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut
dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga
wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga
10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan
energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi
termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan
pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik,
kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan
central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah
berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota
gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral)
akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan
dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi
darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami
serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes
zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan
rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi

10
jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak
(kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda
awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita
penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih
banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya
adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami
peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic
inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang
tidak teratur (abnormal).

2.4 Cara Penularan


Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal
dengan seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum
terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat lesi
penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan
seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan
trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks
vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari
pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV

11
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum
suntik dan sempritnya pada para pencandu narkotik
suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas
kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik
selam hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu
(ASI). Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian
seperti ini atau mengapa hanya terjadi pada beberapa bayi
tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih
banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan
ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar,
bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti
dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan
cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil
untuk terkena HIV.

2.5 Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS

12
2.5.1 Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan
hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual,
tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan
hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata
mengandung virus, hendaknya jangan hamil. Karena akan
memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor
darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur,
tato, tindik ) harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah
dalam usaha untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya :
memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada

13
seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui
penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan
AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media
cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,
kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat
mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri
dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS.
2.5.2 Penanganan HIV/AIDS
2.5.2.1 Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan
untuk memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai
macam obat diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan
berbagai macam kombinasi obat-obatan terus diteliti.
Untuk menemukan obat penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek
samping, namun demikian ternyata mereka benar-
benar mampu memperlambat laju perkembangan HIV
didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung
pada zat-zat khusus yang dapat menginfeksi pasien,
obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan
anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk
mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi
semakin parah

14
2.5.2.2 Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan
pengujian dilakukan atas permintaan pasien dimana
setelah proses konseling risiko PMS dan hubungannya
dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologic
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV,
terutama yang berkiatan dengan kehamilan da risiko
yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian
negative lakukan konseling untuk upaya preventif
(penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi
oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila
konsentrsi virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika
CD4 menurun secara dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan
kondisi yang dihadapi (pervaginanm atau
perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan
infeksi).
2.6 Penyebaran Virus HIV Dalam Tubuh

15
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dan materi
genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel sehingga terjadi
infeksi. Di dalam sel, Virus berkembng biak pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan pertikel virus yang baru.
Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya
dan menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein


yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang
memiliki reseptor biasanya, disebut sel CD4+ atu disebut limfosit T
penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan menagatur
sel-sel lain pada sistem kekebalan.(misalnya limfosit B, makrofag dan
limfosit T stitostik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-
sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga
teradi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap
infksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit Tpenolong
melalui 3 tahap selama beberpa bulan atau tahun.

16
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300
sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi
HIV sejumlah sel menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-
bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat dalam luar darah.
Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah
mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap
penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada
orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dak
kadar Limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter mendapati
orang-orang yang berisiko tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+
biasanya menurun drastis. Jika kadarnya turun hingga 200
sel/Ml darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B.
Limfosit B adalah limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali HIV
meyebabkan produksi antibodi berlebihan. Antibodi yang
diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain ini banyak membantu
dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan Sistem kekebalan tubuh
dalam mengenali dan sasaran baru yang harus diserang.

2.7 Pemeriksaan Laboratorium

17
Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Yang pertama, enzymelinked immunosorbent
assay(ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi dalam serum dengan
memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi antibodi
virus dalam jumlah besar. Karena hasil positif-palsu dapat
menimbulkan dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang
positif diulang, dan apabila keduanya positif, maka dilakukan uji yang
lebih spesifik, Western blot. Uji Western blot juga dikonfirmasi dua
kali. Uji ini lebih kecil kemungkinannya memberi hasil positif-palsu
atau negatif-palsu. Juga dapat terjadi hasil uji yang tidak konklusif,
misalnya saat ELISA atau Western blot bereaksi lemah dan agak
mencurigakan. Hal ini dapat terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi
yang sedang berkembang (sampai semua pita penting pada uji
Western blot tersedia lengkap), atau pada reaktivitas-silang dengan
titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2 atau HTLV-1. Setelah
konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini, dilakukan
pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat
penyakit dan dimulai usaha-usaha untuk mengendalikan infeksi.
HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada
tidaknya virus atau komponen virus sebelum ELISA atau Western blot
dapat mendeteksi antibodi. Prosedur-prosedur ini mencakup biakan
virus, pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan RNA HIV
yang menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1
plasma. Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai
imunopatogenesis, sebagai penanda penyakit, pada deteksi dini
infeksi, dan pada penularan neonatus. Bayi yang lahir dari ibu positif-

18
HIV dapat memiliki antibodi anti-HIV ibu dalam darah mereka sampai
usia 18 bulan, tanpa bergantung apakah mereka terinfeksi atau tidak.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai
makalah ini adalah:
1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya
hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya
kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus
HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda
dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum
maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus
HIV penyebab penyakit AIDS yang ada hanyalah pencegahannya
saja.

20
Sebab itu marilah kita mencegah penyakit HIV/AIDS

21
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan,


pencegahan, dan pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga
Medical Series
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Bandung: Erlangga
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993.
Mikrobiolog Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series

22

Anda mungkin juga menyukai