Anda di halaman 1dari 8

masa disintegrasi 1000-1250 M

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Nama Abbasyiah menunjukkan nenek moyang dari Abbas, Ali bin Abi tholib dan
Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan pertalian keluarga antara bani Abbas dengan
nabi. Itulah sebabnya kedua keturunan itu sama-sama mengklaim bahwa jabatan khalifah
harus berada di tangan mereka. Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu, hanya pada
periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya.

Perkembangan kebudayaan dan peradaban serta kemajuan besar yang dicapai dinasti
Abbasyiah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah,
bahkan cenderung mencolok. Kehidupan mewah khalifah ini ditiru oleh para hartawan dan
anak-anak pejabat, ditambah dengan kelemahan khalifah dan faktor lain menyebabkan roda
pemerintahan terbelengu dan rakyat menjadi miskin. Kondisi ini memberi peluang kepada
tentara professional asal Turki yang semula diangkat oleh khalifah Al mu’tashim untuk
mengambil kendali pemerintahan.
Setelah tentara Turki itu lemah dengan sendirinya , didaerah-daerah muncul tokoh-tokoh
kuat, yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan pusat, mendirikan dinasti-dinasti
kecil, inilah permulaaan masa disintegrasi dalam sejarah politik Islam.

B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka timbul beberapa masalah yang akan kami bahas dalam
makalah ini yaitu :
1.Dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad
2.Perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan
3.Perang salib
4.Sebab-sebab kemunduran pemerintahan bani Abbas
II.PEMBAHASAN
A.Dinasti-Dinasti yang Memerdekakan Diri Dari Baghdad
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman bani
Umayyah. Akan terlihat perbedaan antara pemerintahan bani Umayyah dengan
pemerinatahan bani Abbas. Wilayah kekuasaan bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya
sampai masa keruntuhanya, sejajar dengan batas wilayah kekuasaan Islam. Ada kemungkinan
bahwa para khalifah Abbasiah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi-
propinsi tertentu. Dengan pembiayaan upeti. Alasanya, pertama mungkin para khalifah tidak
cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya, kedua, penguasa bani Abbas lebih
menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dari pada politik dan ekspansi.1
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran
mulai lepas dari genggaman penguasa bani Abbas, dengan berbagai cara diantaranya
pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh
kemerdekaan penuh, seperti daulah Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Seseorang
yang ditunjuk menjadi gubernur oleh kholifah, kedudukanya semakin bertambah kuat, seperti
daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Khiurasan.
Kecuali bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, propinsi-propinsi itu pada
mulanya patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah
mampu mengatasi pergolakan yang muncul. Namun, saat wibawa khalifah sudah memudar
mereka melepaskan diri dari Baghdad. Mereka tidak hanya menggerogogoti kekuasaan,
bahkan diantara mereka ada yang berusaha mengusai kholifah itu sendiri2.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad
kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pimimpin yang
memiliki kekuasaan militer di propinsi-propinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar
independen.

Dinasti dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa
khalifah Abbasyiah, diantaranya adalah :
1.Yang berbangsa Persia :
a.Thahiriyah di Khurasan (205-259 H/820-872 M)
b.Shafariyah di Fars (254-290 H/868-901 M)
c.Samaniyah di Transoxania (261-289 H/873-998 M)
d.Sajiyyah di Azerbeijan (266-318 H/878-930 M)
e.Buwaihiyah bahkan menguasai Baghdad (320-447 H / 932-1055 M)

2.Yang berbangsa Turki


a. Thuluniyah di Mesir (254-292 H/837-903 M)
b. Ikhsyidiyahdi Turkistan (320-560 H/932-1163 M)
c. Ghazanawiyah di Afganistan (351-585 H/962-1189 M)
d. Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya, yaitu :
- Seljuk besar atau Seljuk agung (429-522 H/1037-1127 M)
- Seljuk Kirman di Kirman (433-583 H/1040-1187 M)
- Selhuk Syiria atau Syam di Syiria (487-511 H/1094-1117 M)
- Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan (511-590 H/1117-1194 M)
- Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia kecil (470-700 H/1077-1299 M)
3.Yang berbangsa Kurdi
a.Al Barzuqani (348-406 H/959-1015 M)
b.Abu Ali ((380-489 H/990-1095 M)
c.Ayubiyah (564- 648 H/1167-1250 M)

4.Yang berbangsa Arab


a.Idrisiyah di maroko (172-375 H/788-985 M)
b.Aghlabiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)
c.Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/825-898 M)

5.Yang mengaku dirinya sebagai kholifah


a.Umawiyah di spanyol
b.Fathimiyah di mesir3

B.Perebutan Kekuasaan Di Pusat Pemerintahan


Faktor lain yang menyebabkan peran politik bani Abbas menurun adalah perebutan
kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-
pemerintahan Islam sebelumnya. Nabi Muhammad memang tidak menentukan bagaiman
acara penggantian pemimpin setelah ditinggalkanya. Beliau menyerahkan masalah ini kepada
kaum muslimin sejalan dengan jiwa kerakyatan yangberkembang dikalangan masyarakat
Arab dan ajaran demokrasi dalam Islam. Setelah nabi wafat, terjadi pertentangan pendapat
diantara kaum muhajirin dan anshar dibalai kota bani Sa’idah di madinah. Akan tetapi,
karena pemahaman keagaamaan mereka yang baik, semangat musyawarah, ukhuwah yang
tinggi, perbedaan itu dapat diselesaikan. dan Abu Bakar terpilih menjadi khalifah.
Pertumpahan darah pertama dalam Islam karena perebutan kekuasaan terjadi pada masa
kekhalifahan Ali bin abi thalib. Ali terbunuh oleh bekas pengikutnya sendiri.
Pemberontakan-pemberontakan yang muncul pada masa Ali ini bertujuan untuk
menjatuhkanya dari kursi khalifah dan diganti oleh pemimpin pemberontak itu. Hal ini sama
juga terjadi pada masa kekhalifahan bani Umayyah di Damaskus. Seperti pemberontakan
Husein bin Ali, syi’ah yang dipimpin oleh Ali Muchtar.
Pada pemerintahan bani Abbas, perebutan kekuasaan seperti itu juga terjadi, terutama di awal
berdirinya. Ditangan tentara Turkilah khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-
apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan
politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tanagn orang-orang Turki pada periode kedua,
pada periode ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), Daulah Abbasyiah berada dibawah
kekuasaan bani Buwaih.
Kelahiran bani Buwaih berawal dari tiga orang putra Abu Syuja’ Buwaih, pencari ikan yang
tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk keluar dari kemiskinan, tiga
bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan rizki.
Keadaan khalifah lebih buruk dari pada masa sebelumnya, terutama karena bani Buwaih
adalah penganut aliran Syi’ah, sementara bani Abbas adalah Sunni. Selama masa kekuasaan
bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara kelompok Ahlus sunnah dan Syi’ah,
pemberontakan tentara tersebut.
Setelah Baghdad dikuasai, bani Buwaih memindahkan markaz kekuasaan dari Syiraz ke
Baghdad. Mereka membangun gedung tersendiri di tengah kota bernama Dar Al Mamlakah.
Tetapi, kendali politik berada di Syiraz, tempat Ali bin Buwaih (saudara tertua) bertahta. Para
pegnguasa bani Buwaih mencurahkan perhatian secara langsung dan sungguh-sungguh
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusteraan.
Kekuasaan politik bani Buwaih tidak lama bertahan. Setelah generasi pertama, tiga saudara
tersebut. Kekuasaan menjadi ajang pertikaian di antara anak-anak mereka. Masing-masing
merasa paling berhak atas kekuasaan pusat.

Faktor-faktor yang membawa kemunduran dan kehancuran bani Buwaih yaitu :


1.Faktor internal
Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan
Pertentangan dalam tubuh militer

2.Faktor eksternal
Semakin gencarnya serangan-serangan Bizantium ke dunia Islam.
Semakin banyaknya dinasti-dinasti kecil yang membebaskan diri dari kekuasaan Baghdad.
Dinasti Seljuk berhasil merebut keuasaan dari bani Buwaih . jatuhnya kekuasaan bani
Buwaih ketangan Seljuk bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Dinasti Seljuk
berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Setelah Seljuk
meninggal, kepemimpinana di lanjutkan oleh anaknya, Israil. Namun Israil dan Mikail,
penggantinya ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah. Kepemimpinan selanjutnya dipegang
oleh Thugrul bek.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa. Kewibawaan dalam
bidang agama di kembalikan setelah beberapa lama dirampas orang-orang Syi’ah. Bukan
hanya pembangunana mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak
meninggalkan jasa. Seperti masjid, jembatan, irigasi, jalan raya.
Setelah Maliksyah dan perdana menteri Nizham Al Mulk wafat Seljuk besar mulai
mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan dianatar anggota
keluarga, setiap propinsi berusaha melepaskan diir dari pusat, konflik-konflik da peperangan
antar anggota keluarga.

C.Perang Salib
Peristiwa penting dalam generasi ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa
Manzikart, tahun 464 H ( 1071 M). Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000
orang prajurit, berhasil mengalahkan Romawi yang berjumlah 200.000 orang. Peristiwa besar
ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian terhadap umat Islam, yang kemudian
mencetuskan perang salib. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen
di Eropa supaya melakukan perang suci. Perng ini kemudian dikenal dengan nama perang
salib. Yang terjadi dalam 3 periode.5

1.Periode pertama (1095-1477 M)


Perang salib ini semula digerakkan oleh seorang pedeta Peter dari Perancis. Kemudian
didukung oleh Paus di Vatikan, oleh raja vatikan di Eropa dan oleh kepala orthodox yang
berkedudukan di Konstantinopel. Pada tanggal 26 nopember 1095 Paus Urbanus II
mengadakan pidato menggema di seluiruh Eropa, di segala Negara Kristen, mempersiapkan
tentara yang lengkap bersenjata untuk pergi berperang merebut Palestina.
Ketika tentara salib menduduki palestina terjadilah pembunuhan massal dan penyembelihan
secara besar-besaran. Kepala, tangan dan kaki manusia yang mati terbunuh berserakan di
sepanjang jalan di kota suci itu. Pada tahun 521 H/1127 M muncul seorang pahlawan Islam
termasyhur Imaduddin Zanki, gubernur dari Mousul dapat mengalahakan tentara salib di kota
Aleppo dan Humah. Kemenangan itu merupakan yang pertama kali yang disusul dengan
kemenangan selanjutnya sehingga tentara salib merasakan pahitnya kekalahan.6
2.Periode kedua (1147-1179 M)
Dengan adanya kekalahan ini, tentara salib mengirim utusan kepada paus meminta bantuan.
Kemudian datanglah serbuan kedua yang diupimpin oelh raja Luois VII dari Perancis, Kaisar
Kourad dari Jerman dan putra Roger dari Sisilia.
Menyambut angkatan kedua salibiah, muncullah pahlawa Nuruddin Zanki, putra Imamuddin
Sanki. Kemahiranya tidak kalah dengan ayahnya, bahkan dimana-mana dapat dikalahkan.
Walaupun dia telah mencapai kemenagnan besar dia tidak mabuk kemenangan lalu
melupakan perjuanagn selanjutnya.7

3.Periode ketiga (1189-1192 M)


Mulai-mula datang raja Australia dan Jerman bernama Frederik membawa sebnayak 200.000
kemudian pada tahun 1190 datang lagi tentara Eropa dengan pimpinan Richard hati singa
sehingga tentara salibiyah ini sangat kuat dan dapat merebut kota Akka.peristiwa ini sangat
meyedihakan hati kaum muslimin. Apalagi mendengar bahwa Richard ini sangat kejam,
membunuh sebanyak 300 orang tawanan Islam8.
Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah
waktu itu Al Malik Al Kamil, membuat perjanjian dengan Frederik. Isinya antara lain
Frederik bersedia melepaskan Dimyat, sementara Al Malik Al Kamil melepaskan Palestina,
Frederik menjamin keamanan kaum disana dan Fredirik tidak mengirim bantuan kepada
Kristen di Syiria.9

D.Sebab –Sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas


Sebagai mana terlihat dalam periodesasi khilafah Abbasyiah , masa kemunduran dimuilai
sejak periode kedua, namun demikian faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang
secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya khalifah pada
periode itu sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan
Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala
pegawai sipil.
Tetapi jika kholifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan
Disamping kelemahan kholifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasyiah
hancur. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1.Luasnya wilayah yang harus di kendalikan


Ini sama seklai bukanya tidak dapat diatasi, tetapi salah satu persyaratan untuk
mempersatukan wilayah yang sangat luas harus ada suatu tingkat saling percaya yang tinggi
di kalangan penguasa-penguasa utama dan pelakasana pemerintah,. Penghukuman mati,
sering setelah disiksa, adalah perlakuan biasa terhadap para wazir yang di berhentikan,
pemenjaraan dan penyitaan harta adalah praktek normal.
Dalam keadaan seperti itu hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang pasti akan mencari
keuntungan bagi dirinya dengan merugikan orang lain, dan akibatnya adalah makin sulit bagi
khalifah untuk memperoleh orang-orang yang akan di tunjuk sebagai gubernur propinsi yang
bisa dipercaya.

2.Meningkatnya ketergantungan pada tentara bayaran.


Hal ini berhubungan dengan perkembangan-perkembangan dalam tekhnologi militer.
Pemakaian tentara bayaran juga berarti bahwa makin banyak uang di keluarkan makin kuat
tentara yang dimiliki. Demikianlah untuk mempertahankan posisinya kholifah memerlukan
kekuatan militer yang cukup untuk menanggunlangi beberapa gubernur pembangkang pada
saat yang sama, tetapi beban keuangan ini makin lama makin sulit diatasi.10
3.Keuangan
Begitu kekuatan militer merosot, khalifah tidak sanggup mengirimkan pajak ke Baghdad dan
penghasilan menurun dan ini bisa berarti ada pemberontakan oleh tentara atau kekuatan
militernya berkurang sehgingga berkurang pula kemampuan nya mengumpulkan pajak.
Karena tidak ada bank yang dimintai pinjaman uang oleh kholifah, maka jalan satu-satunya
dalam kedaruratan keuangan ini ialah menerapkan denda yang besar, atau penyitaan begitu
saja, dari orang-orang kaya yang bagaimanapun sebagaian besar kekayaanya mungkin di
dapat secara tidak sah.
Berbagai hal lain juga disebutkan yang memperparah kesuliatan keuangan. Tentara di beri
tanah bukanya uang, dan ini mengurangi jumlah yang harus dibayar keperbendaharaan
Negara. Untuk menghindari penyitaan orang-orang memberikan harta berdasar waqaf dan ini
bisa di berikan kepada keluarganya sendiri11

4.Persaingan antar bangsa.


Khilafah Abbasyiah didirikan oleh bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib yaitu sama-sama ditindas pada masa bani
Umayyah
Ada sebab-sebab dinasti Abbas memilih orang- orang Persia dari pada orang Arab. Pertama,
sulit, bagi orang-orang arab untuk melupakan bani Umayyah. Kedua, orang Arab sendiri
terpecah belah dengan adanya ushabiyah kesukuan.
Meskipun demikian, orang-orang Persia itu merasa puas. Mereka menginginkan dinasti
dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara bangsa Arab beranggapan bahwa darah
yang mengalir ditubuh mereka adalah (ras )istimewa dan mereaka menganggap rendah
bangsa non Arab di dunia Islam.12
Setelah Al Mutawakkil, seoratng khalifah yang lemah naik tahta, dominasi tentara Turki tak
terbendung lagi sejak saat itu kekuasaan bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan
berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian di rebut oleh bani Buwaih, bangsa
Persia, pada periode ketiga, dan selnajutnya beralih pada dinasti Seljuk.

5.Kemerosotan ekonomi
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran. Pendapatan Negara menurun. Sementara
pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunya pendapatan karena makin menyempitnya
wilayah kekuasaan, banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, di
peringanya pajak, sedangkan banyak dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak
mau membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh
kehidupan para khalifah semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat
melakukan korupsi.13

6.Konflik keberagamaan
Konflik yang dilatar belakangi agama tak terbatas pada konflik anatara muslim dan zindiq
atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja. Tetapi juga antara aliran dalam Islam. Mu’tazilah yang
cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan antar
dua golongan ini di pertajam oleh Al Ma’mun, dengan menjadikan Mu’tazilah sebagai
madzhab resmi Negara dan melakukan mihnah. Pada masa Al Mutawakkil (847-861) aliran
Mu’tazilah di batalkan sebagai aliran Negara dan golongan salaf kembali naik daun. Tidak
toleranya pengikut Hambali (salaf) terhadap Mu’tazilah yang rasional telah menyempitkan
horizon intelektual.
7.Ancaman dari luar
Adapun faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasyiah lemah dan akhirnya hancur.
Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode yang menelan
banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Pengaruh salib
juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol, Hulago Khar, panglima tentara Mongol
sangat membenci Islam karena ia banyak di pengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen
Nestorian.14

8.Pertentangan internal keluarga


Didalam pemerintahan terjadi konflik keluarga yang berkepanjangan. Ribuan orang terbunuh
akibat peristiwa Al Mansur melawan Abdullah bin Ali pamanya sendiri dan Al Masum Al
Mu’tasim melawan Abbas bin Al Ma’mun. Konflik ini meyebabkan keretakan psikologis
yang dalam dan menghilangkan solidaritas keluarga, sehingga mengundang campur tangan
dari luar.

9.Kehilangan kendali dan unculnya daulah-daulah kecil


Faktor kepribadian sangat menentukan pula keberhasilan seorang pemimpin. Kelemahan
pribadi diantara kholifah Abbasyiah mengakibatkan kehancuran system khilafah. Terutama
karena terbuai kehidupan mewah, perdana menteri seenaknya menentukan kebijakan para
khalifah . mereka menggunakan kekuatan dari luar untuk mempertahankan pemerintahanya
seperti orang Turki, Seljuk, dan Buwaihi-khawarizmi, kekuatan dari luar lebih
mengakibatkan kehancuran15.

III.KESIMPULAN
Disintegrasi dalam bidang politik sbeenartnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Umayyah,
namun menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan bani Abbas mulai terlihat sejak awal
abad kesembilan.
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran bani Abbas pada periode ini, sehingga
banyak daerah yang memerdekakan diri adalah :

1.Luas wilayah kekuasaan Daulah Abbasyiah sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan
sangat rendah

2.Dengan profesionalisme angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepeda mereka


sangat tinggi

3.Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang di keluarkan untuk tentara bayaran sangat
besar.

IV.PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan dan tentunya kami pemakalah sebagai
manusia biasa yang tak kan luput dari yang namanya kesalahan maka saran konstruktif
maupun kritik sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang akan datang.
REFERENSI
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, http://m.cybermg.com,.11september2009
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Kencana, Bogor, 2003
W.Mantyomery, Kejayaan Islam, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1990
Tohir, Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004

Anda mungkin juga menyukai