Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI KELUARGA PADA KLIEN DENGAN

PERILAKU KEKERASAN
(Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II)

Dosen Pengajar : Rizki Muliani,S.Kep.,Ners,MM

Disusun Oleh :

Deuis Herwanti AK.1.17.158 Nanda Adrian AK.1.17.183

Dewi Peni Pragita AK.1.17.159 Neng Yuli AK.1.17.185

Ersa Ramadhan AK.1.17.165 Nurhandiani AK.1.17.187

Lathifah Ulfa Farida AK.1.17.175 Sri Wulandari AK.1.17.190

Milati Hanifah AK.1.17.179 Tini Kurniasih AK.1.17.191

Mira Khoerunisa AK.1.17.180 Widia Oktavia K AK.1.17.192

Moch Arif B.U AK.1.17.181 Zaenal Mutaqin AK.1.17.193

Mustagfiroh AK.1.17.182

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN NERS

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2019

Jl. Soekarno Hatta, Cibiru Bandung. No. 754. Cipadung kidul.


Panyileukan. Kota Bandung. Jawa Barat 40614
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas terselesaikannya
tugas proposalini. Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi syarat mengikuti
ujian praktek mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II di Universitas Bhakti
Kencana dengan judul Proposal Terapi Keluarga Pada Klien Dengan Perilaku
Kekerasan.

Dalam penyusunan proposal ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin


untuk mengumpulkan data dan keterangan yang diperoleh dalam penulisan
Proposal ini. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
serta kelemahan dalam menyusun proposal ini, karena ilmu pengetahuan yang
kami dapat belum maksimal.

Semoga dengan proposal yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman kita semua tentang Terapi Keluarga Pada Klien Dengan Harga
Diri Rendah.Kami sadar dalam penulisan proposal ini banyak terdapat
kekurangan,maka kami harapkan saran atau kritik yang membangun agar lebih
baik lagi kedepannya.

Bandung, 14 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keluarga ................................................................................................................................. 3

2.2 Definisi Terapi Keluarga ................................................................................................................... 4

2.3 Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga ......................................................................................... 9

2.4 Peran Keluarga Dalam Terapi .......................................................................................................... 9

2.5 Pengorganisasian ................................................................................................................................. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................................... 12

3.2 Saran ........................................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Sesi (I) : Perkenalan antara terapis dan klien


Sesi (II) : Melakukan komponen didaktik
Topik : Memberikan informasi dan penkes kepada keluarga tentang
gangguan jiwa yang dialami klien dengan HDR (sibling konflik)dan
pelayanan keperawatan

1.1 Latar Belakang

Terapi keluarga adalah sesungguhya bagian dari cabang ilmu konseling

yang relatif baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu

reaksi/koreksi atas psikoanalisa yang ditemukan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa

dianggap sebagai sesuatu yang ‘gagal’ oleh para pionir terapi keluarga, sekalipun

banyak dari mereka terlatih di bidang psikoanalisa.Dalam psikoanalisa, klien harus

dikonseling sendirian. Kehadiran orang lain akan mengganggu proses

penyembuhan.

Para pionir terapi keluarga melihat ini sebagai suatu kelemahan (terutama

juga karena pengaruh sistem berpikir, yang melihat individu sebagai bagian dari

suatu sistem yang namanya keluarga). Para pionir ini, terutama Virginia Satir,

mencoba menghadirkan anggota keluarga lain dalam proses konseling, dengan

keyakinan bahwa klien yang sedang dikonseling mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh anggota keluarga lain. Jadi dalam terapi keluarga, yang hadir tidak hanya

1
individu yang dianggap bermasalah, tetapi juga anggota keluarga yang lain (yang

mungkin menganggap dirinya tidak punya masalah).

Sekalipun terapi keluarga diawali dengan kesamaan pola pandang tadi,

dalam perkembangannya muncul berbagai aliran dalam terapi keluarga. Berikut ini

contoh dari beberapa model yang ada seperti Family Systems Therapy oleh

Murray Bowen. Bowen percaya bahwa keluarga mempunyai pengaruh sangat

besar (lebih dari yang kita ketahui) terhadap hidup kita. Setiap kali kita masuk

dalam suatu hubungan, pola-pola lama yang ada dalam keluarga kita

mempengaruhi kita. Apalagi kalau kita mempunyai unfinished business dalam

hubungan di keluarga kita. Oleh karena itu, salah satu alat terapi Bowen adalah

peta keluarga (genogram) 3 generasi. Structural Family Therapy oleh Salvador

Minuchin. Sesuai dengan namanya, model ini melihat kepada struktur keluarga.

Untuk mengubah masalah, struktur keluarga harus diperbaiki. Model ini sangat

populer di tahun 1970-an.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pentingnya peran keluarga

2. Mengetahui pengertian terapi keluarga

3. Mengetahui pentingnya terapi keluarga

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga

Kumpulan dua orang atau lebih, yang hidup bersama dengan keterikatan

aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 1998).

Suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang

dewasa yang berkelainan jenis yang hidup bersama, atau seorang laki-laki atau

seoranag permpuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anak

sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam dalam seebuah rumah tangga. (Sayekti,

1994).

Unit terkecil dari masyarakat yang masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah

suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Departemen kesehatan RI,

1998).

Keluarga Yang Sehat Dan Stabil :

a. Mempunyai sumber kuasa yang sah dihormati dan diberi sokongan setiap
masa.
b. Mempunyai sistem keluarga yang stabil.
c. Perhatian dan asuhan ahli yang stabil.
d. Cara dan gaya asuhan anak yang berkesan dan stabil.

3
e. Mengekalkan hubungan perkawinan.
f. Memiliki tujuan dan pandangan yang sama.
g. Mampu menerima krisis dan cobaan dengan hati yang terbuka.
h. Memiliki komitmen dalam keluarga.

2.2 Definisi Terapi Keluarga

Suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart &

Sudden).

1. Tujuan Terapi Keluarga

a. Bagi klien :

1) Mempercepat proses penyembuhan

2) Memperbaiki hubungan interpersonal

3) Menurunkan angka kekambuhan

b. Bagi Keluarga :

1) Memperbaiki fungsi & struktur keluarga.

2) Keluarga mampu meningkatkan pengertian thd klien shg lebih dpt

menerima, toleran & menghargai klien sbg manusia.

3) Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien dalam

proses rehabilitasi.

2. Ciri-ciri fungsional keluarga :

a. Mempertahankan keseimbangan, fleksibel & adaptif perubahan tahap

transisi dlm hidup.

4
b. Problem emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu.

c. Kontak emosi dipertahankan oleh tiap generasi & antar keluarga.

d. Hubungan antar keluarga yg erat & hindari menjauhi masalah.

e. Perbedaan antar anggota keluarga dan mendorong utk meningkatkan

pertumbuhan & kreativitas individu.

f. Orang tua & anak lebih hubungan terbuka.

3. Disfungsi Keluarga :

a. Konflik perkawinan, sibling konflik, konflik beberapa generasi

b. Konflik orang tua & anak

c. Proses transisi dlm keluarga ; pasangan baru menikah, kelahiran anak

pertama, anak mulai remaja

d. Terapi individu yg perlu melibatkan anggota keluarga lain

e. Tidak ada kemajuan terapi individu

4. Struktur Terapi Keluarga :

a. Identifikasi Keluarga

1) Perubahan/transisi keluarga

2) Tahap perkembangan

3) Struktur keluarga

b. Penetapan tujuan “wawancara awal” :

1) Proses penyatuan keluarga

5
2) Perawat berperan sbg bagian sistem keluarga >Tempat : RS (ruangan,

Poliklinik) atau rumah klien .

5. Model Terapi Keluarga

a. Model struktural (Minuchin)

Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalah keluarga adalah

suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi

kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan individu

dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling

menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif

menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga. Usaha terapi

meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan

dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan

saling memahami karakter.

b. Model terapi Bowenian

Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang

terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak &

saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi kedalam

subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu subsistemnya

maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan bisa sampai

ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat. Bowen sendiri

mempunyai 8 konsep dasar dalam pelaksanaan terapinya :

6
1) Pemisahan Diri (differentiation of self)

Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan

diri sebagai bagian yang terpisah secara realistis dari ketergantungan pada

individu lain dalam keluarga, tetapi dengan catatan dapat

mempertahankan pemikiran dengan tenang dan jernih dalam menghadapi

konflik, kritik, serta menolak pemikiran yang tidak jelas serta emosional.

Keluarga yang sehat akan mendorong proses pemisahan diri dari

kekuatan ego keluarga yang telah banyak diterima pada anggota keluarga

yang berusia 2 sampai 5 tahun serta diulang pada usia antara 13 dan 15

tahun.

Stuck-togetherness (kebersamaan yang melekat/menancap)

menggambarkan keluarga dengan kekuatan ego yang melekat kuat

sehingga tidak ada anggota yang mempunyai perasaan utuh tentang

dirinya secara mandiri.

2) Triangles (Segitiga)

Konsep hubungan segitiga merujuk kepada konfigurasi emosional


dari 3 orang anggota keluarga yang menghambat dasar pembentukan
sistem keluarga. Triangles adalah penghalang dasar pembentukkan sistem
emosional.
Jika ketegangan emosi pada sistem 2 orang melampaui batas,
segitiga tersebut adalah orang ketiga, yang membiarkan perpindahan
ketegangan ke orang ketiga tersebut.

7
Suatu sistem emosional yang disusun secara seri pada hubungan
segitiga akan bertaut satu sama lain.
Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang dipilih oleh
keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu yang
berkembang daripada menyelesaikan konflik/ketegangan.
Triangulasi ini dapat terus berlangsung untuk jangka waktu yang
tak terbatas dgn melibatkan orang di luar keluarga termasuk terapis
keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga besar.
3) Tujuan terapi Bowenian Model:
a) Menurunkan kecemasan & memperbaiki gejala-gejala yang timbul.
b) Meningkatkan setiap partisipasi partisipan disesuaikan dengan
tingkat pemisahan dirinya dalam rangka meningkatkan adaptasi
keluarga sebagai system.
4) Peran terapeutik adalah:
a) Mendefinisikan & m’klarifikasi hub antar anggota keluarga.
b) Membantu anggota keluarga mengembangkan hubungan satu-satu &
meminimalkan hub segitiga (triangles) dalam system.
c) Mengajarkan anggota keluarga mengenai fungsi system emosional.
d) Meningkatkan perbedaan dgn mendorong “kedudukan sebagai saya
(individu)” selama mengikuti terapi
5) Proses Terapinya :
a) Presession – Membuat perjanjian pertemuan dan lamanya, bina hub
saling percaya serta kejujuran, merumuskan hipotesa berdasarkan
masalah yang didapatkan.
b) Session – Testing & memperbaiki hipotesa berdasarkan 8 konsep
Bowen dengan memberikan beberapa intervensi terhadap keluarga.
c) Post-session- Analisa reaksi keluarga serta rencana sesi selanjutnya
Atau mengakhiri terapi.

8
2.3 Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan
asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak memiliki
sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko edukasi pada
keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah memberikan terapi
sesuai dengan kondisi pasien.
Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana
perawat membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien
kambuh. Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien
adalah :

a. Keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan


interpersonal dengan lingkungan.
b. Keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga
jika ada satu yang terganggu yang lain ikut terganggu.
c. Keluarga menurut Sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab klien
gangguan jiwa menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut
berperan dalam mencegah klien kambuh setidaknya membantu klien untuk
dapat mempertahankan derajat kesehatan mentalnya karena keluarga secara
emosional tidak dapat dipisahkan dengan mudah.

2.4 Peran Keluarga Dalam Terapi


1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya
terhadap diri klien dan aktivitasnya.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka.
3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien.

9
5. Membangun self esteem.
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis.
8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab.

2.5 Pengorganisasian
a. Hari,tanggal : Rabu, 15 Januari 2020
Waktu : 10.30 WIB
Durasi : 30 menit
Tempat : Ruangan Terapi Keluarga/Rumah Klien
Sasaran : Klien dengan perilaku kekerasan
b. Tim terapis : Tini Kuniasih dan Dewi Peni Pragita
Pasien : Zaenal Mutaqin
Keluarga pasien : Nanda Adrian (Bapak)
Mira Khoerunisa (Ibu)
Neng Yuli (Adik)
Milati Hanifah (Adik)

c. Metode : Diskusi,wawancara dan tanya jawab


d. Media :-

10
e. Setting Tempat
1. Terapis,klien dan keluarga duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang
3. Setting tempat

Keterangan : : Pasien
P
P P

K : Klien
K KK
KK :
KK KK Keluarga Klien

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dalam
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga. ( friedman, 1998). Terapi keluarga adalah
suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart &
Sudden).
Tujuan terapi keluarga : Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
Meningkatkan kesadaran keluarga thd kebutuhan masing - masing anggota
keluarga. Meningkatkan kemampuan penanganan thd krisis. Mengembangkan
hubungan peran yg sesuai. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dlm
maupun dari luar anggota keluarga. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai
dg tingkat perkembangan anggota keluarga.
Manfaat terapi keluarga
Bagi klien : Mempercepat proses penyembuhan, memperbaiki hubungan
interpersonal, menurunkan angka kekambuhan.
Keluarga : Memperbaiki fungsi & struktur keluarga, Keluarga mampu
meningkatkan pengertian thd klien shg lebih dpt menerima, toleran & menghargai
klien sbg manusia. keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien
dlm proses rehabilitas
3.2 Saran
Untuk terciptanya sebuah keluarga yang utuh dan harmonis dibutuhkan sikap
saling menghormati dan menghargai antara sesama anggota keluarga, menjaga
komunikasi antar anggota keluarga, saling mendukung antar anggota keluarga
dalam hal-hal yang positif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman,Rizkipratiwi dkk.2015. Proposal Terapi Keluarga.

https://dokumen.tips/documents/proposal-terapi-keluarga.html (diakses pada 11

Januari 2020)

13

Anda mungkin juga menyukai