Anda di halaman 1dari 4

Seperti diketahui bahwa konsistensi (consistency) tanah lempung *)(clays) berubah

seiring dengan perubahan kadar air nya. Pada volume butiran tanah (so/id) yang konstan, bila kadar
air di dalam tanah lempung tersebut relatif besar, maka tanah lempung menjadi lumpur (slurry) yang
bersifat seperti cairan yang kental (yiscous liqui$, dan kondisi ini disebut fase cair (liquid state).
Sebaliknya bila kadar air di dalam tanah lempung dibiarkan menguap sedikit demi sedikit, maka tanah
lempung mulai mengeras dan mempunyai kemampuan untuk menahan perubahan bentuk.

Kondisi ini dinamakan fase plastis (plastic state). Jika kadar air dibiarkan menguap lebih lanjut,
maka tanah lempung mengalami penyusutan (shrink), kaku (stiffl, dan mudah retak (brittle). Kondisi ini
dinamakan fase setengah-padat (semi solid).

Pada proses penurunan kadar ai(, tanah lempung jenuh akan mengalami penyusutan
yang besarnya sebanding dengan besarnya kehilangan volume air. Batas antara fase - fase tersebut
dinamakan batas-batas Atterberg. Hubungan antara fase tanah, batas Atterberg, dan kadar air di dalam
tanah dapat dilihat pada Gambar. Batas Cair (Liquid Limit, LL) Pendahuluan Batas cair (Liquid limit) di
deflnisikan sebagai kadar air (water content) yang terkandung di dalam tanah pada perbatasan antara
fase cair dan fase plastis.
Batas Plastis (Plastic Limit, PL) Pendahuluan Batas plastis (ASTM D-4318, 1998)
didefinisikan sebagai kadar air di dalam tanah pada fase antara plastis dan semi padat. Tujuan
Pengujianbatasplastisdimaksudkanuntukmenentukanbesarnya kadar air di dalam contoh tanah pada
saat tanah akan berubah dari fase plastis menjadi fase semi padat atau sebaliknya.

Proses Penentuan Batas Plastis

Batas Susut (Shrinkage Limit, SL) Pendahuluan Batas susut (ASTM D-427, 1 998) d i i nd i
kasi kan sebagai kadar ai r d imana pengurangan kadar air pada tanah tidak lagi mempengaruhi volume
total tanah. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air di dalam contoh tanah
(lempung) pada saat tanah berubah dari fase semi padat menjadi padat.

Skema Pengujian Batas Susut

(1) buku
Konsistensi tanah di definisikan sebagai suatu kondisi fisis dari suatu tanah berbutir
halus pada kadar air tertentu. Sedangkan plastisitas merupakan karakteristik dari tanah berbutir halu
(lempung) yang sangat penting. Berikut adalahskema hubungan antara kadar air, Volume tanah,
Konsistensinya, dan batas – batas Konsistensinya.

Penentuan batas cair di Laboratorium. Alat yang di gunakan adalah mangkok


kuningan (cassagrande). Sample tanah di aduk rata dengan air dalam mangkok, Kemudian pada
bagian tengah di barut dengan coret sehinggan menjadi dua bagian alur selebar 2 mm.

Menentukan batas plastis tanah di Laboratorium. Jika tanah di gulung sampai


diameter 3 mm mulai timbul retak, maka kondisi semacam ini di anggap sebagai batas plastis,
mulanya tanah basah 20-30 gram di bentuk menjadi bola dan di giling-giling di atas kaca dengan
telapak tangan sehingga menjadi silinder dengan diameter kurang lebih 3 mm.

Menentukan batas susut di Laboratorium. Yaitu : kadar ai batas, dimana jika tanah
di keringkan tidak susut lagi dan tanah tidak kenyang air. Di sini yang dicari adalah kadar air
yang menyebabkan tanah dengan volume terkecil Vo menjadi kenyang air.
(2buku)

Atterberg, 1911 (dalam Hardiyatmo, 1999), memberikan cara untuk menggambarkan batas konsistensi
dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar airnya. Batasbatas tersebut
adalah batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkage limit). Menurut
Atterberg, 1911 (dalam Hardiyatmo, 1999) tingkat plastisitas tanah dibagi dalam 4 tingkatan
berdasarkan nilai indeks plastisitasnya yang ada dalam selang antara 0 % dan 17 %. Batasan mengenai
indeks plastisitas, sifat, macam tanah, dapat dilihat pada Tabel 3 .

(3 Jurnal)

Anda mungkin juga menyukai