OLEH
LATTI INDIRANI
H14101089
Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang
sangat besar bagi perekonomian suatu negara, terutama di negara berkembang.
Sebagai salah satu negara berkembang, dampak yang dirasakan negara Indonesia
sangat signifikan yang disebabkan memburuknya kinerja perbankan konvensional.
Berbeda dengan perbankan konvensional yang mengalami penurunan kinerja yang
sangat drastis, perbankan syariah justru mengalami pertumbuhan yang cukup
bagus, yang dicerminkan tiga indikator keuangan perbankan syariah, yaitu oleh
pertumbuhan total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang disalurkan.
Walaupun selama 10 tahun Bank Syariah mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat namun terdapat masalah dalam perkembangannya, yaitu: kecilnya
kontribusi sistem perbankan Syariah terhadap sistem perbankan nasional. Hal ini
dapat dilihat dengan masih relatif kecilnya total aset perbankan Syariah bila
dibandingkan total aset perbankan nasional. Akan tetapi walaupun pangsa pasar
perbankan Syariah terhadap industri perbankan Syariah senantiasa mengalami
peningkatan yaitu mencapai 1,32 persen, 1,32 persen, dan 2,27 persen masing-
masing untuk aset total, Dana Pihak Ketiga, dan volume pembiayaan, namun
persentase tersebut masih sangat kurang. Kecilnya kontribusi sistem perbankan
Syariah terhadap perbankan nasional akan mempengaruhi fungsi bank itu sendiri
yaitu sebagai intermediator kegiatan investasi. Sedikitnya kegiatan investasi yang
berhasil dibiayai oleh perbankan pada akhirnya akan menurunkan kinerja
perekonomian suatu negara.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan total aset bank syariah di Indonesia serta mengetahui
besar pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap pertumbuhan total aset
Bank Syariah. Dengan mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel tersebut
maka dapat dirumuskan upaya yang dapat ditempuh pemerintah untuk
meningkatkan pertumbuhan total aset Bank Syariah.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dari
bulan Desember 2000 sampai dengan bulan Juni 2005. Data-data tersebut diambil
dari data-data yang sudah diolah yang diperoleh dari CSIS yang berlokasi di Jl.
Tanah Abang III , Bank Indonesia (BI) yang berlokasi di Jl. H. M. Thamrin,
Badan Pusat Statistik (BPS) yang berlokasi di Jl. Sutomo, Perpustakaan UI, dan
Perpustakaan IPB. Selanjutnya data-data tersebut diolah dengan menggunakan
program E-views 4.1 dan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square
(OLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan total aset industri
perbankan dalam hal ini industri perbankan syariah dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor makro dan faktor mikro. Faktor-faktor makro yang mempengaruhi
pertumbuhan total aset Bank Syariah antara lain pertumbuhan ekonomi (GDP),
tingkat suku bunga riil bank konvensional serta inflasi. Besar elastisitas variabel
pertumbuhan ekonomi adalah 0,99 yang berarti apabila pertumbuhan ekonomi
tiga bulan yang lalu mengalami perubahan sebesar 1 persen maka akan
meningkatkan pertumbuhan total aset sebesar 0,99 persen. Tingkat suku bunga riil
bank konvensional mempengaruhi pertumbuhan total aset Bank Syariah sebesar
-0,68 yang menunjukkan bahwa apabila tingkat suku bunga riil bank konvensional
lima bulan yang lalu mengalami perubahan sebesar 1 persen maka akan
menurunkan pertumbuhan total aset Bank Syariah sebesar 0,68 persen. Faktor
makro terakhir yang mempengaruhi pertumbuhan total aset Bank Syariah adalah
inflasi, dengan besar elastisitas sebesar -0,94. hal ini menunjukkan bahwa apabila
inflasi mengalami perubahan sebesar 1 persen maka akan menurunkan
pertumbuhan total aset Bank Syariah sebesar 0,94 persen. Faktor-faktor mikro
yang mempengaruhi pertumbuhan total aset adalah ROA, NPF dan JKB. Besar
elastisitas masing-masing variabel adalah 0,84 dan -0,0007. Elastisitas ROA
sebesar 0,84 tersebut menunjukkan bahwa apabila ROA mengalami perubahan
sebesar 1 persen maka akan meningkatkan pertumbuhan total aset Bank Syariah
sebesar 0,84 persen. Elastisitas NPF sebesar 0,0007 juga menunjukkan hal yang
sama, yaitu apabila pertumbuhan NPF tiga bulan yang lalu mengalami perubahan
sebesar 1 persen, maka akan menurunkan pertumbuhan total aset Bank Syariah
sebesar 0,0007 persen. Adapun besar elastisitas dari variabel JKB adalah sebesar
94,1318 yang berarti jika JKB meningkat sebesar 1 unit maka pertumbuhan total
aset akan meningkat sebesar 94,1318 persen.
Adapun faktor-faktor lain yang digunakan dalam penelitian ini yang tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan total aset Bank Syariah yaitu variabel modal
dan variabel dummy. Variabel modal tidak signifikan terhadap pertumbuhan total
aset diduga disebabkan relatif kecilnya rasio modal terhadap total aset. Sedangkan
variabel dummy, dalam hal ini adalah fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia pada bulan November 2003 tidak signifikan diduga disebabkan
kurangnya penjelasan secara resmi dari pihak MUI tentang adanya fatwa tersebut
serta sifat dari konsumen Bank Syariah itu sendiri yang merupakan konsumen
rasional.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa variabel yang
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan total aset Bank Syariah adalah modal,
jumlah kantor bank per kapita, pertumbuhan ekonomi dan ROA. Sedangkan
variabel yang mempengaruhi pertumbuhan total aset Bank Syariah secara negatif
adalah tingkat suku bunga bank konvensional, pertumbuhan kredit macet dan
inflasi.
Implikasi kebijakan yang ditempuh setelah mengetahui besar pengaruh
masing-masing variabel ditujukan kepada pelaku pasar yang meliputi semua
perusahaan yang ingin memasuki industri perbankan Syariah, pemerintah, serta
ulama.
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Total
Aset Bank Syariah di Indonesia
Oleh
LATTI INDIRANI
H14101089
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Tanggai Kelulusan :
PERNYATAAN
Latti Indirani
H14101089
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan
hidayahNya. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan umat Islam Nabi
Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Total Aset Bank syariah di Indonesia”. Total Aset merupakan salah satu indikator
perkembangan perbankan syariah yang akan menentukan kontribusi industri
perbankan syariah terhadap perbankan nasional, yang juga merupakan indikator
ukuran bank, dimana kecilnya total aset akan berdampak pada kecilnya tingkat
economies of scale yang dimiliki oleh bank. Selain hal tersebut di atas, total aset
merupakan salah satu ukuran strategic positioning map yaitu suatu strategi
penetapan posisi untuk memenangkan persaingan usaha. Karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping hal tersebut,
skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama
kepada Bapak Ir. Idqan Fahmi, M.Ec, yang telah memberikan bimbingan baik
secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc yang telah bersedia menguji hasil karya ini dan Bapak
Jaenal Effendi, MA atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.
Penulis sangat berterima kasih atas kritik dan saran dari para peserta
Seminar Hasil Penelitian skripsi Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih
kepada mereka. Penulis juga sangat berterima kasih kepada Direktorat Perbankan
Syariah, Perpustakaan Bank Indonesia serta Badan Pusat Statistik atas bantuan
yang telah diberikan.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada orangtua, saudara-saudara penulis (Mas Deni, Agi dan Ian) dan teman-
teman terdekat penulis (Citra, Fitri, Rapim, Ana, Dewi, teman-teman Pringgodani,
teman-teman Ekbang 38 dan pihak-pihak lain yang namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu). Dorongan dan doa mereka sangat besar artinya dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pihak lain yang membutuhkan.
Latti Indirani
H14101089
DAFTAR ISI
Halaman
Nomor Halaman
1.1. Perkembangan Indikator Keuangan Bank Syariah ............................. 4
1.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia ............................... 4
1.3. Pangsa Pasar Perbankan terhadap Total Bank .................................... 6
2.1. Perbedaan-perbedaan Pokok Antara Bank Syariah dan Bank
Konvensional ...................................................................................... 19
4.1. Perkembangan Institusi Keuangan Bank Islam di Dunia ................... 42
4.2. Penyebaran Kantor Bank Berdasar Prinsip Syariah Menurut
Pulau per Desember 2002 ................................................................... 57
5.1. Hasil Uji Unit Root ............................................................................. 60
5.2. Hasil Estimasi Persamaan Regresi Berganda ..................................... 61
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran............................................................................ 23
4.1. Perkembangan Total Aset Bank Syariah di Indonesia........................ 53
4.2. Perkembangan ROA Bank Syariah di Indonesia ................................ 54
4.3. Perkembangan CAP Bank Syariah di Indonesia................................. 55
4.4. Perkembangan GDP_Riil di Indonesia ............................................... 56
4.5. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah di Indonesia................. 56
4.6. Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional di Indonesia ...................... 58
4.7. Perkembangan Kredit Macet Bank Syariah di Indonesia ................... 58
4.8. Perkembangan Inflasi di Indonesia ..................................................... 59
I. PENDAHULUAN
Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang
hutang dan tingkat ketergantungan finansial yang semakin besar dari negara-
negara yang mengalami krisis dan tidak mampu untuk bangkit dari keterpurukan.
Dampak yang dialami negara-negara tersebut tidak hanya sampai disitu. Aset-aset
negara yang mereka milikipun ikut tergadaikan dan berpindah tangan, sehingga
umat kini hanya digunakan oleh golongan tertentu, yang pada akhirnya berimbas
pada rakyat negara penjual sehingga berlakulah hukum ’yang kaya semakin kaya,
Krisis keuangan yang berkepanjangan ini juga dialami oleh Indonesia dan
gejolak nilai tukar, yaitu dengan pengetatan likuiditas dan menaikkan tingkat suku
depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. Dengan terhambatnya ekspansi
stagnan, bangkrut dan menambah jumlah pengangguran. Implikasi dari semua itu
keterkaitan sektor moneter dengan sektor riil. Sektor moneter telah berkembang
melampaui pertumbuhan sektor riil. Uang tidak lagi berfungsi sebagai alat tukar
tetapi telah menjadi komoditas, sebagai akibat adanya para spekulan. Hal ini tentu
saja berbeda dengan konsep Islam, dimana dalam Islam uang hanya berfungsi
sebagai alat tukar (Muhammad, 1987). Sebagai alat tukar, ia tidak menghasilkan
nilai tambah apapun, kecuali apabila ia dikonversi menjadi barang atau jasa.
Dengan demikian, jelas bahwa konsep Islam menjaga keseimbangan sektor riil
dan sektor moneter. Begitu pula dengan perbankan Islam yang pertumbuhan
terbebasnya perbankan Islam dari masalah negative spread, yaitu masalah yang
terjadi karena bank harus membayar biaya bunga kepada deposan (cost of fund)
dengan suku bunga tinggi, sedangkan suku bunga pinjaman tidak bisa disesuaikan
sepenuhnya. Dengan berbasisnya konsep keuangan Islam pada konsep bagi hasil
akan menempatkan debitur sebagai mitra sehingga akan terdapat ikatan emosional
yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya. Kuatnya
dalam menghadapi resiko usaha dan membagi keuntungan secara jujur dan adil,
semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam akan memiliki tanggung jawab usaha
yang sama sesuai dengan ajaran agamanya. Dengan adanya keistimewaan ini,
bank Islam akan benar-benar menyeleksi proyek yang hendak dibiayai, terutama
Pesatnya pertumbuhan perbankan Syariah yang relatif cepat ini dapat dilihat
pada indikator keuangan, seperti jumlah aktiva, dana pihak ketiga, serta volume
Tabel 1.1. Jumlah aktiva atau total aset, dari tahun ketahun terus mengalami
peningkatan dengan persentase yang sangat besar yaitu di atas 40 persen kecuali
untuk tahun 2005 yang berada di bawah 40 persen yaitu sebesar 22,23 persen. Hal
ini bisa disebabkan, data pada bulan November dan Desember tahun 2005 belum
tersedia sehingga data tersebut masih bersifat sementara. Apabila dilihat dari dana
pihak ketiga, dan volume pembiayaan, sama seperti jumlah aktiva, kedua
persen kecuali untuk tahun 2005 yang berada di bawah 40 persen yakni sebesar
14,53 persen dan 3,61 persen. Sedangkan persentase pertumbuhan tertinggi untuk
dana pihak ketiga untuk dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan dicapai
pada tahun 2004 adalah sebesar 107,2 persen dan 107,77 persen.
Tabel 1.1. Perkembangan Indikator Keuangan Bank Syariah (Juta Rupiah)
Indikator 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Total Aset 1.790.168 2.718.770 4.045.235 7.858.918 15.325.997 18.732.449
Pembiayaan
Yang 1.271.162 2.049.793 3.276.650 5.530.167 11.489.933 15.121.483
Diberikan
Dana pihak
1.028.923 1.806.366 2.917.726 5.724.909 11.862.117 13.585.499
ketiga
Sumber: : Direktorat Perbankan Syariah BI
juga dapat dilihat sisi kelembagaan yaitu jumlah unit atau cabang Bank Syariah
dalam waktu singkat. Berdasarkan Tabel 1.2, sampai bulan Oktober 2005 jaringan
demikian, sampai dengan Oktober terdapat 3 Bank Umum Syariah (BUS), 113
aset Bank Syariah. Hal ini dikarenakan DPK dan pembiayaan merupakan kinerja
dari perbankan Syariah, sedangkan total aset merupakan ukuran bank (Haryono et
all, 2003).
melanda dunia.
untuk tidak terikat pada sistem konvensional yang sudah ada dan kemajuan yang
dicapai oleh Bank Syariah pada tahun-tahun yang lalu menyebabkan Bank
Syariah dapat bertahan dan bahkan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Pertumbuhan Bank Syariah ini akan memberikan manfaat yang besar bagi
perekonomian secara umum terutama berkaitan dengan fungsi bank itu sendiri
total aset perbankan Syariah bila dibandingkan total aset perbankan nasional (lihat
Tabel 1.3). Sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1.3 tersebut, walaupun pangsa
senantiasa mengalami peningkatan yaitu mencapai 1,32 persen, 1,32 persen, dan
2,27 persen masing-masing untuk aset total, Dana Pihak Ketiga, dan volume
fungsi bank itu sendiri yaitu sebagai intermediator kegiatan investasi. Sedikitnya
kegiatan investasi yang berhasil dibiayai oleh perbankan pada akhirnya akan
Tabel 1.3. Pangsa Pasar Perbankan Syariah Terhadap Total Bank tahun
2005
Bank Syariah
Kriteria Total bank
Nominal (Milliar) Pangsa Pasar (%)
Total Aset 17,74 1,32 % 1344,59 milyar Rupiah
Dana Pihak Ketiga 13,36 1,32 % 1011,00 milyar Rupiah
Pembiayaan 14,27 2,27 % 629,06
LDR/FDR*) 106,83 % 62,22 %
NPL 3,83 % 7,0 %
Sumber: : Direktorat Perbankan Syariah BI
*)
FDR : Pembiayaan/Dana Pihak Ketiga
LDR : Kredit/Dana Pihak Ketiga
NPL : Pembiayaan atau Kredit Bermasalah
perbankan Syariah di Malaysia telah mencapai 10,5 persen untuk total aset, 11,29
persen untuk Dana Pihak Ketiga, dan 11,9 persen untuk pembiayaan. Hal ini
persen untuk Dana Pihak Ketiga, dan 5,95 persen untuk pembiayaan. Angka ini
menunjukkan bahwa pangsa pasar total aset, Dana Pihak Ketiga, dan pembiayaan
3,97; 4,28; dan 2,62 kali lebih besar daripada Indonesia (Bank Indonesia, 2005)
nasional, total aset juga merupakan indikator ukuran bank, dimana kecilnya total
aset akan berdampak pada kecilnya tingkat economies of scale yang dimiliki oleh
bank. Sebagai implikasinya adalah kecilnya tingkat laba, kecilnya tingkat Return
On Asset (ROA), dan lamanya pencapaian break even point (Haryono, 2003).
Selain hal tersebut di atas, total aset merupakan salah satu ukuran strategic
persaingan usaha.
aset perbankan Syariah. Untuk dapat merumuskan strategi yang tepat dalam
mempengaruhinya. Oleh karena itu, dapat diuraikan beberapa masalah yang dikaji
2. Bagi Perguruan Tinggi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
perbankan Syariah.
Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih
pasar, perilaku dan kinerja pasar. Implikasi dari adanya pengorganisasian industri
organisasi industri adalah cabang dari ilmu mikroekonomi, atau lebih tepatnya
(Shepherd, 1990).
(1994) lebih menekankan pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan dalam
menghadapi pasar, “to study the policies of firms toward rivals and toward
development)”.
Menurut Carlton dan Perloff (2000) perusahaan adalah organisasi yang mengubah
input (sumber daya yang dibeli) menjadi output (produk bernilai yang dijual).
Pendekatan sederhana dalam ilmu mikroekonomi mendefinisikan perusahaan
dan harga input terkecil. Jumlah output maksimal yang akan diproduksi
tanggung jawab pada kehidupan dan kesejahteraan manusia. Saat ini, masyarakat
jauh lebih besar dari sebelumnya. Istilah tanggung jawab sosial menunjukkan
pengaruh sosial ini disebut dengan lingkungan perusahaan, yaitu keseluruhan dari
agama, budaya, gaya hidup, dan lain-lain. Selain itu faktor politik yang
perusahaan.
b. Diferensiasi Produk
d. Kebijakan Pemerintah
e. Kebutuhan Modal
orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan
yang mewujudkan daerah pilihan konsumen atas barang. Pasar terbagi menjadi
dua dimensi, jenis produk dan area geografis. Dalam kasus nyata produk yang
pasar dengan memperhatikan seberapa banyak jumlah perusahaan yang ada dalam
pasar meliputi:
berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar.
pangsa pasar yang diraihnya. Pangsa pasar dalam praktik bisnis merupakan
perusahaan.
pasar mencapai 15 persen. Pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu 25 persen
persaingan.
konsentrasi tinggi. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat keuntungan
ke dalam suatu pasar yang dihadapi oleh pesaing potensial dalam suatu
pasar yang mendasar, tidak hanya dalam bentuk perangkat yang legal
hambatan dibagi dalam tingkatan mulai dari tidak ada hambatan sama sekali
tidak ada lagi jalan masuk. Ketiga, hambatan merupakan sesuatu yang
kompleks.
dimaksud dengan perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
adalah:
• Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
Perbankan).
dalam bentuk depositi cerjangka, tabungan, dan atau bentuk lain yang
tentang Perbankan).
yang baru tersebut telah dapat mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengertian bank, bank umum, dan Badan Perkreditan Rakyat Syariah menjadi:
lintas pembayaran.
Dalam Ensiklopedia Islam dijelaskan lebih lanjut bahwa bank Islam adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam
tahun 1999.
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana, dan atau pembiayaan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(Ijarah wa Iqtina).
Pada prinsipnya cara kerja Bank Syariah meliputi menerima dana dari
dalam bentuk prosentasi terhadap dana simpanan yang ditetapkan diawal (bunga),
namun ditentukan dalam bentuk nisbah bagi hasil terhadap pendapatan bank yang
mendapatkan hasil dari dana yang disimpannya tergantung dari pendapatan yang
diperoleh bank. Hal ini sangat berbeda dengan sistem perbankan konvensional,
jembatan antara pemilik dana dan dunia usaha, perbankan juga masih menjadi
dalam sistem perbankan syariah, Bank Syariah menjadi manajer investasi, wakil
atau pemegang amanat (pengelola) dari pemilik dana (sebagai investor) atas
investasi di sektor riil. Dengan demikian, seluruh keberhasilan dan resiko usaha
merujuk kepada dua kategori kegiatan ekonomi yakni produk dan distribusi.
dan sewa menyewa. Berdasarkan nature tersebut maka kegiatan keuangan syariah
dapat dikategorikan sebagai investment banking dan merchant/commercial
mengkaji hubungan antara rasio jumlah simpanan di bank dengan uang kertas
yang beredar (D/C) dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) perkapita dan
jumlah kantor bank per satu juta penduduk. Penelitian tersebut dilakukan terhadap
tersebut juga memperlihatkan bahwa tersedianya sejumlah kantor bank untuk tiap
Penelitian kedua dilakukan oleh Vennet (1999) dengan judul The Law of
Proportionate Effect and OECD Bank Sector. Sebenarnya dalam penelitian ini
bank itu sendiri. Penelitian yang menggunakan metode regresi linier berganda
tersebut, Vennet menggunakan total aset sebagai variabel tak bebas atau variabel
COSTINC; mutu kredit yang diukur dengan NPL yaitu besarnya tingkat kredit
macet perbankan dan kapitalisasi yang diwakili oleh variabel CAP adalah
Pesatnya pertumbuhan Bank Syariah yang dapat dilihat dari tiga indikator
utama Bank Syariah, yaitu total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan
bagian sebelumnya bahwa dalam penelitian ini penulis menggunakan total aset
sebagai variabel dependent atau variabel yang ingin diteliti faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Hal ini disebabkan, total aset merupakan salah satu indikator
Selain itu, total aset juga merupakan indikator ukuran bank. Dari berbagai studi
pertumbuhan total aset Bank Syariah. Adapun faktor-faktor tersebut, antara lain:
merupakan persentase laba dan rugi tahun berjalan terhadap total aset
pada Bank Syariah. Jadi, ROA dan total aset mempunyai hubungan
yang positif. Artinya, ketika terjadi peningkatan pada ROA, maka total
ini juga berlaku bagi Bank Syariah, dimana dengan semakin tinggi
aset.
Dalam penelitian ini, tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat
e Capital (CAP)
definisi yang sama dengan NPL (Non Perfoming Loan) pada bank
g Inflasi (INF)
h Dummy
Secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat dari
Implikasi
Kebijakan
Berdasarkan teori dan konsep yang telah diuraikan di atas, hipotesis dari
merupakan data sekunder (data time series). Data sekunder diambil dari data-data
yang sudah diolah yang diperoleh dari CSIS yang berlokasi di Jl. Tanah Abang III
, Bank Indonesia (BI) yang berlokasi di Jl. H. M. Thamrin, Badan Pusat Statistik
(BPS) yang berlokasi di Jl. Sutomo, Perpustakaan UI, dan Perpustakaan IPB.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember
2005.
dilakukan oleh Vennet (1999). Adapun alat analisis yang digunakan adalah
persamaan regresi. Pada penelitian Vennet tersebut, pertumbuhan total aset yang
merupakan variabel endogen atau variabel terikat dipengaruhi oleh ROA, ROE,
CAP, CRED, JKB, GDP, I_Riil dan GOVDEF. Hubungan tersebut dapat
Dimana:
βo = Konstanta Persamaan total aset
β1 β30 = Slope (kemiringan variabel bebas terhadap variabel terikat)
TAt = Total aset pada periode t (juta Rupiah)
ROAt = Return On Asset pada periode t (persen)
ROEt = Return On Equity pada periode t(persen)
CAPt = Kapital pada periode t (persen)
CREDt = NPF pada periode t (persen)
JKBt = Jumlah Kantor Bank pada periode t (unit/kapita)
GDPt = Gross Domestic Product pada periode t (milyar Rupiah)
GOVDEFt = Defisit Anggaran pada periode t (persen)
COSTINCt = Rasio Biaya Pendapatan pada periode t (persen)
ε = Kesalahan pengganggu persamaan total aset
variabel-variabel yang digunakan antara lain ROA, CAP, JKB, GDP dan I_Riil.
adanya multikolinearitas yang sangat tinggi yaitu sebesar 0,99. Selain itu, variabel
data.
ditambahkan dua variabel baru, yaitu I_Riil dan INF. Variabel I_Riil ikut
ditambahkan ke dalam pesamaan total aset karena diduga bahwa tingkat suku
Syariah, dimana dengan semakin tinggi tingkat suku bunga bank konvensional
Syariah. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Amin (2004) bahwa
Variabel kedua yang ditambahkan pada penelitian ini adalah Inf yang
karena dalam analisis regresi yang melibatkan deret waktu, variabel terikat tidak
hanya dipengaruhi oleh variabel bebas saat itu tetapi juga dipengaruhi oleh nilai
masa lalu dari variabel bebas tersebut. Untuk mendapatkan lag, terdapat dua
langkah yang harus dilakukan. Langkah pertama adalah memasukkan lag yang
Apabila dalam memasukkan lag ini terjadi insufficient data maka langkah kedua
yang harus dilakukan adalah membuang lag dari masing-masing variabel bebas
yang memiliki nilai probabilitas yang paling tinggi sehingga pada akhirnya akan
diperoleh nilai probabilitas yang signifikan secara statistik atau hasil yang terbaik.
TAt = βo + β1 ROAt + β2 ROAt-1 + ... +β6 ROAt-n + β7 CAPt + β8 CAPt-1 + ... + β12
CAPt-n + β13 JKBt + β14 JKBt-1 + ... + β18 JKBt-n + β19 GDPt + β20 GDPt-1 +
... + β24 GDPt-n + β25 I_Riilt + β26 I_Riilt-1 + ... + β30 I_Riilt-n + β31 Log NPFt
+ β32 Log NPF t-1 + ... + β36 Log NPFt-n + β37 INFt + β38 INFt-1 + ... + β42
Dimana:
βo = Konstanta Persamaan total aset
β1 β30 = Slope (kemiringan variabel bebas terhadap variabel terikat)
TAt = Total aset pada periode t (juta Rupiah)
ROAt = Return On Asset pada periode t (persen)
CAPt = Kapital pada periode t (persen)
JKBt = Jumlah Kantor Bank pada periode t (unit/kapita)
GDPt = Gross Domestic Product pada periode t (milyar Rupiah)
I_Riilt = Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional (persen)
NPFt = Non Performing Financings pada periode t(milyar Rupiah)
INFt = Inflasi pada periode t (persen)
t-1, t-n = Panjang lag maksimum
ε = Kesalahan pengganggu persamaan total aset
variabel tak bebas atau variabel yang dipengaruhi. Besarnya total aset
dan menyamakan dengan variabel lain yang dalam bentuk persen maka
variabel ini dilogkan sehingga akan memiliki satuan yang sama yaitu dalam
persen. Sebelum diubah dalam bentuk log, total aset harus disesuaikan
dalam bentuk riil agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada
saat ini dengan cara membagi total aset yang masih dalam bentuk nominal
2. ROA (Return On Assets) merupakan salah satu rasio profitabilitas dari Bank
Jumlah Kantor bank yang digunakan dalam penelitian ini bukan hanya
jumlah Bank Umum Syariah (BUS) maupun kantor cabang dari BUS, tetapi
juga mencakup jumlah Unit Usaha Syariah (UUS). UUS merupakan bank
4. CAP (Capital)
besar modal maka akan dapat mendukung pertumbuhan aset. Selain itu,
bank dan mengarah kepada penilaian ranking atau rating yang lebih baik.
5. GDP merupakan ukuran jumlah output suatu negara. Sama seperti total aset,
GDP yang digunakan dalam penelitian ini juga menggunakan harga konstan
tahun 2000. Oleh karena satuan GDP adalah milyar Rupiah, maka untuk
menyamakan dengan variabel lain variabel ini juga diubah dalam bentuk
log.
Menurut kamus perbankan, suku bunga adalah adalah tingkat bunga yang
dinyatakan dalam persen pada jangka waktu tertentu. Suku bunga dapat
dengan:
i = V + π,
sehingga V=i-π
Dimana:
i : Tingkat suku bunga nominal yaitu tingkat bunga yang dibayar bank.
V : Tingkat suku bunga riil yaitu kenaikan dalam daya beli masyarakat.
π : Tingkat inflasi.
I_Riil yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan tingkat suku bunga
yang sudah disesuaikan dengan inflasi. Semakin tinggi tingkat suku bunga
total aset.
NPF adalah istilah yang digunakan pada Bank Syariah yang memiliki
definisi yang sama dengan NPL pada bank konvensional. Pembiayaan yang
disalurkan Bank Syariah dibagi menjadi lima kategori, yaitu lancar, dalam
beli uang berkurang dalam masa tertentu, karena jumlah uang relatif lebih
besar dari jumlah barang dan jasa yang tersedia. Kenaikan harga-harga yang
yaitu:
perlahan-lahan.
9. Dummy
peningkatan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka model dalam persamaan penelitian ini
log atau yang bisa juga disebut log linier atau model elastisitas konstan. Model
Log TAt = βo + β1 ROAt + β2 ROAt-1 + ... +β6 ROAt-n + β7 CAPt + β8 CAPt-1 + ... +
β12 CAPt-n + β13 JKB t + β14 JKBt-1 + ... + β18 JKBt-n + β19 LogGDPt + β20
LogGDPt-1 + ... + β24 LogGDPt-n + β25 I_Riilt + β26 I_Riilt-1 + ... + β30 I_Riilt-
n + β31 Log NPFt + β32 Log NPF t-1 + ... + β36 Log NPFt-n + β37 INFt + β38
dilakukan adalah menguji kestasioneran data. Uji ini diperlukan agar data menjadi
stasioner, karena data yang tidak stasioner akan menimbulkan fenomena regresi
palsu atau spurious regression atau regresi lancung, yaitu regresi yang
secara statistik padahal dalam kenyataannya tidak sebesar regresi yang dihasilkan
tersebut. Menurut Granger dan Newbold dalam Gujarati (2003) salah satu ciri
adanya regresi palsu adalah R2 > nilai Durbin Watson Statistik sehingga akan
menimbulkan autokorelasi.
data, diantaranya adalah dengan The Augmented Dickey-Fuller (ADF) test dan
peningkatan atau penurunan secara drastis. Jika nilai ADF statistik atau nilai PP
statistiknya lebih kecil dari Mackinnon Critical Value, maka dapat disimpulkan
Kuadrat Terkecil Biasa (KTB) atau metode Ordinary Least Square (OLS).
Metode ini merupakan yang paling luas digunakan. Hal ini disebabkan dengan
merupakan penduga linier tak bias terbaik atau Best Linear Unbiased Estimator
(BLUE).
Pada saat melakukan pengujian model, terdapat tiga kriteria yang harus
1. Kriteria Ekonometrika
hubungan fungsional yang bersifat linier antara dua atau lebih variabel
bebas yang begitu kuat sehingga secara signifikan berpengaruh terhadap
parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar; (3) dalam kasus
(5) jika multikolinearitas tinggi, R2 yang tinggi akan diperoleh, tetapi tidak
korelasi atau hubungan antara dua variabel bebas adalah sebesar 0,80
(Sarwoko, 2005).
1978). Apabila asumsi ini dilanggar, maka akan menimbulkan apa yang
beda.
hasil estimasi, β0, β1,..., dan βι dalam persamaan tetap tidak bias, akan
nilai normalnya. Ini berarti apabila sample data ditambah maka koefisien-
koefisien hasil estimasi akan ikut berubah dan berfluktuasi di sekitar nilai
Heteroscedasticity.
Hipotesis:
H1 : γi ≠ 0 (terdapat heteroskedastisitas)
autokorelasi atau yang sering juga disebut korelasi serial dalam suatu
kurang akurat.
korelasi serial adalah uji-d (Durbin-Watson Stat). Nilai stat-d yang berada
terdapat korelasi serial. Sebaliknya, semakin jauh dari angka dua, maka
Hipotesa:
(1). Uji F
sebagai berikut:
variabel terikat)
• Apabila probabilitas F-statistik < taraf nyata (α) yang digunakan, maka
• Apabila probabilitas F-statistik > taraf nyata (α) yang digunakan, maka
terima Ho dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel bebas yang
(2). Uji t
sebagai berikut;
Uji tingkat kesesuaian ini dapat dijelaskan oleh koefisien determinasi (R2)
3. Kriteria Ekonomi
tanda dan nilai koefisien penduga dengan teori ekonomi yang berlaku.
Artinya, tanda dan nilai koefisien penduga todak boleh bertentangan dengan
hipotesa penelitian yang dibuat sesuai dengan teori ekonomi yang berlaku.
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH
Bank Syariah atau yang bisa juga disebut bank Islam adalah bank yang
Quran dan Al Hadits. Oleh karena itu Bank Syariah tidak beroperasi berbasis
bunga tetapi menggunakan sistem bagi hasil. Hal ini disebabkan Islam melarang
adanya riba dan dalam Islam bunga bank termasuk riba. Sebagaimana disebutkan
Muhammad SAW dimana pada masa itu kegiatan operasional perbankan masih
uang. Pada masa Rasulullah tersebut satu orang melakukan satu fungsi saja. Baru
pada masa Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan tersebut dilakukan oleh satu
mendirikan bank yang beroperasi tanpa bunga yang pertama kali didirikan di
dunia, di Pakistan dengan pendirian lembaga perkreditan tanpa bunga pada akhir
tahun 1950an.
adalah melalui Mit Ghamr Bank (MGB). MGB merupakan Bank Syariah yang
paling sukses dan inovatif di masa moderen (Karim, 2004). Bank ini didirikan di
Mesir pada tahun 1963. Bank ini beroperasi dengan menggabungkan prinsip bank
umum aturan permodalan Islam guna melayani mereka yang enggan diajak untuk
1967, pengoperasian MGB diambil alih oleh Bank Nasional Mesir (National Bank
of Egypt) dan bank sentral Mesir. Pengambil-alihan ini menyebabkan prinsip
nirbunga pada MGB mulai ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroperasi
berdasarkan bunga.
perlawanan politik Islam. Satu-satunya institusi Islam yang bertahan pada periode
awal ini adalah Nasser Social Bank (NSC) dan Tabung Haji. NSC didirikan
sebagai bank komersial tanpa bunga pada tahun 1971, dimasa Presiden Anwar
Sadat dengan tujuan untuk menjalankan kembali bisnis yang berdasarkan konsep
yang telah dipraktikkan oleh MGB. Selain itu, NSC juga masih eksis sebagai agen
proyek kecil, dan berfungsi di bawah Kementrian Urusan dan Jaminan Sosial.
Malaysia. Pada tahun 1969 badan ini berkembang menjadi Pilgrims Management
and Fund Board atau kini populer disebut Tabung Haji. Tabung Haji telah
tabungan para calon peziarah sesuai dengan hukum Islam, namun perannya agak
Islamic Development Bank (IDB) dibentuk pada bulan Oktober 1975 yang
sampai saat ini terdapat lebih dari 70 negara yang mengoperasikan kegiatan
berlandaskan syariah. Gagasan ini dikemukakan oleh KH. Mas Mansyur. Gagasan
ini tidak dapat direalisasikan karena dianggap SARA sehingga dapat mengganggu
berpendapat bahwa bunga bank haram. Oleh karena itu, para ulama melakukan
lanjut adanya lokakarya tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membahas hasil
Islam di Indonesia. Tim ini diketuai oleh DR. Ir. Amin Aziz. Untuk membantu
Adapun tugas tim ini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut
aspek hukum dari Bank Islam. Selain mempersiapkan proses berdirinya Bank
pihak terkait, Tim MUI juga mempersiapkan aspek sumber daya manusianya,
Krisis ekonomi dan keuangan yang dimulai pada tahun 1997 memberikan
keuangan. Selama periode krisis inilah Bank Syariah menunjukkan kinerja yang
sangat bagus. Hal ini disebabkan dalam kegiatan operasionalnya, Bank Syariah
tidak menggunakan sistem bunga, sehingga Bank Syariah terbebas dari negative
spread. Adanya kinerja yang sangat bagus yang bisa dilihat dari tiga indikator
keuangan mengakibatkan banyak pihak yang tertarik untuk memasuki industri ini,
Bank Syariah.
Indonesia yang terbentuk sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI. BMI didirikan
pada tahun 1991 dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. selain
diprakarsai oleh MUI, BMI juga didukung oleh sekelompok pengusaha dan
sehingga menjadi Rp 106 milyar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun
Perseroan.
Pada bulan Juni 1998 BMI melakukan penawaran umum terbatas (right issue).
Kondisi makro ekonomi yang tidak mendukung pada saat itu serta adanya
perubahan dalam kebijakan investasi luar negeri di negara-negara asal para calon
dana dari right issue belum mencapai target. Namun, modal disetor tetap
meningkat menjadi Rp 165 milyar. Penanaman modal utama dari right issue
Perseroan adalah Islamic Development Bank dan Badan Pengelola Dana ONH.
Saat ini, setelah sembilan tahun beroperasi, total aktiva dari Bank Muamalat
telah melewati batas psikologis sebesar Rp 1 triliun dan mulai tumbuh dengan
cepat ditengah konstelasi industri perbankan yang baru. Oleh karena itu, BMI
dan sumber daya manusia. Beberapa aliansi strategis telah dilakukan seperti
bergabung dengan ATM Bersama dan ATM BCA yang telah memungkinkan
nasabah untuk mengakses di lebih dari 2000 ATM. Jalur distribusi juga tengah
operasionalnya berbasis syariah. BMI berasal dari PT. Bank Susila Bakti yang
dimiliki Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan
PT. Mahkota Prestasi. Adanya krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak
pertengahan 1997 yang disusul dengan krisis politik telah mengakibatkan
perbankan konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Kondisi ini juga
dialami oleh PT. Bank Susila Bakti. Untuk mengatasi masalah tersebut PT. Bank
Susila Bakti telah melakukan berbagai upaya termasuk dengan melakukan merger
terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli
1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi Bank Syariah (dengan
nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero).
PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan
melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi Bank Syariah,
sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit
syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank
Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny.
Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta
No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT. Bank Syariah
prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat
hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah
Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis Bank Syariah di PT.
Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang
pada tahun 1955 sebagai Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang dikenal
menjadi bank umum swasta nasional devisa yang solid dan terpercaya. Sejak
berubah menjadi sebuah bank umum pada bulan Februari 1993, PT. IFI berubah
Pada tanggal 28 Juni 1999, Bank IFI membuka Cabang Syariah, yang diberi
nama Bank IFI Cabang Syariah. Dengan dibukanya 1 (satu) cabang syariah
tersebut, maka Bank IFI menjadi bank pertama yang beroperasi dengan “Dual
System”.
Saat ini Bank IFI dimiliki oleh: PT. Bank Tabungan Negara (Persero), PT.
4. Bank Jabar
Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Barat adalah Bank milik Pemerintah
Barat dan Banten, didirikan berdasarkan Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961 dengan modal dasar
pertama kali ditetapkan sebesar Rp.2.500.000,00. Pada tahun 1992 aktivitas Bank
mempunyai sebutan “ Bank Jabar “ dengan logo baru. Dalam rangka mengikuti
Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta
Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari
Bank Jabar merupakan Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang pertama kali
membuka cabang syariah. Kantor Cabang Syariah ini didirikan pada ulang tahun
Bank Jabar yang ke-39 yaitu pada tanggal 15 April 2000 dengan maksud sebagai
upaya memberikan jasa perbankan kepada masyarakat yang tidak dapat dilayani
fungsi sosial PT Bank Jabar Syariah dapat melakukan kegiatan penerimaan dana
kebajikan yang diperoleh dari Zakat, Infaq, Shodaqoh, Hibah, atau dana sosial
lainnya.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) didirikan pada tahun 1956
dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 namanya menjadi Bank
Danamon Indonesia hingga kini. Bank Danamon menjadi bank devisa swasta
pertama di Indonesia tahun 1976 dan Perseroan Terbuka pada tahun 1989.
Pada tahun 1997, sebagai akibat krisis moneter Asia, Bank Danamon
Perbankan Nasional (BPPN) sebagai bank BTO. Pada tahun 1999, Pemerintah
pemerintah senilai Rp 32 triliun. Saat itu juga, sebuah bank BTO dilebur ke
Perseroan sebagai bagian dari program pembenahan BPPN. Pada tahun 2000,
Dalam rangka mewujudkan visi Bank Danamon untuk menjadi Bank Pilihan
Sekretaris Menteri Negara Koperasi dan UKM, Chairul Fadjar Sofyan yang
mewakili Menteri Negara Koperasi dan UKM. Hingga bulan Agustus 2005, Bank
adalah anggota Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia, yang terdiri
dari Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA (Ketua), Ir. Adi Warman Karim, MBA
kegiatannya, Bank Danamon Syariah menerapkan sistem bagi hasil, jual beli dan
titipan sehingga tidak terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga serta dikelola oleh
sumber daya insani yang berkinerja tinggi dengan berlandaskan pada sifat siddiq
itqan (profesional).
6. Bank Bukopin
Bank Bukopin cabang Syariah pertama didirikan pada bulan Desember 2001
di Jalan Melawai Raya, Jakarta. Cabang Syariah ini didirikan untuk memenuhi
yang sesuai syariah. pada akhir tahun 2002 telah dibuka cabang syariah kedua di
kota Bukittinggi, Sumatera Barat dan berikutnya dalam tahun 2003 telah dibuka di
ditawarkan Bank Bukopin antara lain produk simpanan seperti tabungan SiAga
hasil) serta Al-Ijarah (berdasarkan prinsip sewa). Selain produk simpanan dan
lainnya seperti transfer, kliring, inkaso, bank garansi, letter of credit, penerimaan
dan penyaluran zakat, infaq dan sodaqoh, pembayaran gaji melalui tabungan
BII cabang syariah didirikan pada bulan November 2003. BII Syariah hadir
Syariah. Hingga akhir Agustus 2005, BII cabang Syariah telah memiliki 1 kantor
pusat, 1 kantor cabang, dan 3 kantor cabang pembantu yang tersebar di seluruh
Indonesia.
kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah total aset pada
Bank Syariah. Total aset selain menunjukkan ukuran besar kecilnya suatu
perusahaan atau industri juga merupakan salah satu indikator keuangan yang
sangat penting pada Bank Syariah. Perkembangan Total Aset Bank Syariah di
120
nilai (milyar Rp)
80
40
0
0 01 1 01 1 02 2 02 2 03 3 03 3 04 4 04 4 05 5
e c-0 ar - u n-0 ep- ec-0 ar - un-0 ep - ec-0 ar - un-0 ep- ec-0 ar - u n-0 ep - ec-0 ar - u n-0
D M J S D M J S D M J S D M J S D M J
periode
2000 sampai Agustus 2005 total aset Bank Syariah terus mengalami peningkatan
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pertumbuhan yang paling drastis
persentase laba dan rugi tahun berjalan terhadap total aset pada Bank Syariah.
Selama periode penelitian, ROA bergerak secara fluktuatif (lihat Gambar 4.2).
2.00
1.00
0.00
nilai (persen)
-1.00
-2.00
-3.00
-4.00
-5.00
0
M 1
M 2
M 3
M 4
01
02
03
04
1
5
01
02
03
04
05
-0
0
-0
-0
-0
-0
-0
p-
p-
p-
p-
c-
c-
c-
c-
n-
n-
n-
n-
n-
c
ar
ar
ar
ar
ar
De
De
De
De
De
Se
Se
Se
Se
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
M
periode
mengalami peningkatan yang sangat drastis pada peiode Desember 2001. Pada
secara fluktuatif. Baru pada periode Juni 2005 ROA Bank Syariah mengalami
30.00
25.00
nilai (persen)
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
01
02
03
04
1
5
0
4
01
02
03
04
05
-0
-0
-0
-0
-0
-0
-0
-0
-0
-0
p-
p-
p-
p-
n-
n-
n-
n-
n-
ar
ar
ar
ar
ar
ec
ec
ec
ec
ec
Se
Se
Se
Se
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
M
M
D
D
periode
output suatu negara terus mengalami pergerakan secara fluktuatif (lihat Gambar
4.4). Pada periode awal penelitian, GDP_Riil terus mengalami peningkatan. Baru
tingkat penurunan periode Maret 2002. Pada periode Maret 2003, GDP_Riil
kembali mengalami penurunan. Adanya penurunan nilai output yang tidak terlalu
besar ini dapat diimbangi dengan peningkatan pada periode selanjutnya. Setelah
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
0 0 01 0 1 01 0 1 02 0 2 02 0 2 03 0 3 03 0 3 04 0 4 04 0 4 05 0 5
c- ar - u n- ep - ec- ar - u n- ep - ec- ar - u n- ep - ec- ar - u n- ep - ec- ar - u n-
De M J S D M J S D M J S D M J S D M J
periode
0.0025
0.0020
unit/kapita
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
0
M 1
2
M 2
3
M 3
4
M 4
5
01
02
03
04
05
De 1
De 2
De 3
De 4
-0
-0
-0
-0
-0
0
0
-0
0
p-
p-
p-
p-
c-
c-
c-
c-
n-
n-
n-
n-
n-
ar
ar
ar
ar
ar
c
De
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
Se
Se
Se
Se
M
periode
masih lebih banyak dibanding jaringan Bank Syariah yang ada diluar pulau Jawa
yaitu sebanyak 2 buah untuk kantor pusat, 51 buah untuk kantor cabang, 8 buah
untuk kantor cabang pembantu, dan 45 buah untuk kantor kas. Sedangkan
jaringan Bank Syariah yang ada di luar pulau Jawa adalah sebanyak 33 buah
untuk kantor pusat, 24 buah untuk kantor cabang, dan 11 buah untuk kantor kas.
konvensional untuk jangka waktu 3 bulan yang sudah disesuaikan dengan tingkat
M 1
M 2
M 3
M 4
01
02
03
04
1
5
01
02
03
04
05
-0
0
-0
-0
-0
-0
-0
p-
p-
p-
p-
c-
c-
c-
c-
n-
n-
n-
n-
n-
c
ar
ar
ar
ar
ar
De
De
De
De
De
Se
Se
Se
Se
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
M
periode
I_Riil maka akan semakin sedikit jumlah nasabah yang menabung di Bank
4.00
3.50
3.00
nilai (milyar Rp)
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
01
02
03
04
01
02
03
04
05
5
-0
-0
-0
-0
-0
p-
p-
p-
p-
n-
n-
n-
n-
n-
ay
ay
ay
ay
ay
Se
Se
Se
Se
Ja
Ja
Ja
Ja
Ja
M
pe ri ode
merupakan istilah yang menyatakan besarnya tingkat kredit macet pada Bank
Syariah bergerak secara fluktuatif (lihat Gambar 4.7). Penurunan NPF tertinggi
terjadi pada bulan Desember 2001 yaitu sebesar 45 persen yaitu dari 1,26 milyar
terjadi pada bulan April 2005 sebesar 23.61 persen yaitu dari 2,38 milyar Rupiah
8.00
tingkat suku bunga (persen)
6.00
4.00
2.00
0.00
-2.00
-4.00
-6.00
-8.00
-10.00
0
M 1
M 2
M 3
M 4
01
02
03
04
1
5
01
02
03
04
05
-0
0
-0
-0
-0
-0
-0
p-
p-
p-
p-
c-
c-
c-
c-
n-
n-
n-
n-
n-
c
ar
ar
ar
ar
ar
De
De
De
De
De
Se
Se
Se
Se
Ju
Ju
Ju
Ju
Ju
M
periode
periode penelitian yang bergerak secara fluktuatif ditunjukkan pada Gambar 4.8.
terjadi pada bulan Februari 2004 yaitu sebesar 4,62 persen, dan inflasi tertinggi
variabel bebas terhadap variabel terikat, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah dengan melakukan uji stasioneritas. Uji ini diperlukan agar data
menjadi stasioner, karena data yang tidak stasioner akan menimbulkan fenomena
regresi palsu atau spurious regression atau regresi lancung, yaitu regresi yang
secara statistik padahal dalam kenyataannya tidak sebesar regresi yang dihasilkan
tersebut. Berdasarkan hasil uji unit root yang dilakukan dengan menggunakan The
Augmented Dickey-Fuller (ADF) test dan Phillips-Perron (PP) test terlihat bahwa
data stasioner pada tingkat level dan first difference. Hasil uji stasioner dapat
digunakan dalam penelitian ini sudah bersifat stasioner, dimana dua variabel
stasioner pada level, yaitu variabel CAP dan ROA, sedangkan enam variabel
lainnya stasioner pada first difference. Enam variabel yaitu Log Total aset, I_Riil,
JKB, log GDP, Log NPF dan INF signifikan pada taraf nyata 1 persen, dan satu
variabel signifikan pada taraf nyata 10 persen, yaitu variabel ROA. Oleh karena
data yang digunakan, baik itu variabel bebas maupun variabel terikat sudah
dan Non Autocorrelatiaon. Jika asumsi tersebut tidak dipenuhi maka tidak akan
ekonometrika.
a. Uji Multikolinearitas
Pada penelitian ini model terbebas dari masalah multikolinearitas. Hal ini
dapat dilihat dari uji Correlation Matrix yang telah dilakukan, dimana tidak ada
satupun variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi yang lebih dari |0,8|
b. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi kedua yang harus dipenuhi adalah model harus terbebas dari
dengan melakukan uji White Heteroskedasticity. Hasil uji tersebut dapat dilihat
pada Tabel 5.2. Nilai probability Obs*R-Square pada uji White Heteroskedasticity
adalah sebesar 0,5116, nilai ini lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hal ini
heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
(seperti dalam data time series) atau ruang (seperti dalam data cross section).
Untuk mendeteksi terdapat atau tidaknya serial korelasi didalam model, dapat
dilihat pada uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test (Tabel 5.2). Nilai
probability Obs*R-Square pada uji LM test pada model penelitian ini adalah
0,8517. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata yang digunakan. Hal ini berarti model
terbebas dari masalah autokorelasi. Pada penelitian ini digunakan AR(1). Tujuan
pada model.
hasil dugaan persamaan total aset pada Bank Syariah di Indonesia (Tabel 5.2).
Pada tahap ini terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi, kriteria tersebut
adalah kriteria statistik dan kriteria ekonomi. Berdasarkan Tabel 5.2, diperoleh
Untuk memenuhi kriteria statistik, terdapat tiga uji yang harus dilakukan.
Uji tersebut adalah uji F, uji t, dan uji tingkat kesesuaian. Uji F dilakukan untuk
dilihat dari nilai probabilitas F-statistik. Pada Tabel 5.2. di atas nilai probabilitas
F-statistik adalah sebesar 0,0000, nilai ini jauh lebih kecil dari taraf nyata
(α) yang digunakan yaitu sebesar 10 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa minimal ada satu variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak
bebasnya.
Uji kedua yang harus dilakukan adalah Uji t, yaitu uji yang dilakukan
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Sama seperti pada uji
tersebut. Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa tidak semua variabel signifikan pada
Uji ketiga yang harus dilakukan untuk memenuhi kriteria statistik adalah
Uji tingkat kesesuaian. Uji tingkat kesesuaian dari model estimasi total aset yang
variabel-variabel bebas yang terdiri dari Cap, I_Riil, JKB, ROA, Log GDP, Log
NPF, INF dan Dummy mampu menjelaskan keragaman variabel tak bebasnya,
yaitu log TA sebesar 72,02 persen, sedangkan sisanya sebesar 27,98 persen
berikutnya yang harus terpenuhi adalah kriteria ekonomi. Kriteria ini dilakukan
untuk mengetahui kecocokan tanda dan nilai koefisien penduga dengan teori
ekonomi yang berlaku. Pada penelitian ini, karena total aset stasioner pada first
lingkungan eksternalnya, dimana terbagi menjadi dua yaitu lingkungan luar yang
bersifat luas (Remote Environment) atau faktor makro dan lingkungan industri
atau faktor mikro. Dalam penelitian ini, yang merupakan faktor makro adalah
pertumbuhan ekonomi (GDP), tingkat suku bunga riil bank konvensional, tingkat
inflasi serta Dummy Fatwa. Sedangkan sisanya yaitu ROA, modal, jumlah
dengan angka 100. Sehingga dapat dilihat bahwa variabel ROA memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan total aset, yang secara statistik signifikan
pada taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 10 persen. Nilai elastisitas ROA
adalah sebesar 0,84 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa peningkatan ROA
sebesar 1 persen akan menyebabkan total aset tumbuh sebesar 0,84 persen.
Hubungan ini sesuai dengan teori yang diharapkan, karena ROA merupakan salah
satu rasio profitabilitas dari Bank Syariah yang menunjukkan kemampuan bank
variabel CAP empat periode yang lalu menunjukkan tanda yang sesuai dengan
hipotesis bahwa semakin besar modal maka akan dapat mendukung pertumbuhan
aset. Nilai probabilitas yang tidak signifikan pada taraf nyata yang digunakan
yaitu sebesar 10 persen diduga disebabkan oleh relatif kecilnya rasio modal
terhadap total aset. Hal ini dapat dilihat dari nilai perubahan CAP pada empat
periode yang lalu memiliki nilai elastisitas sebesar 0,1509 dimana perubahan CAP
persen.
Selain ROA dan CAP, variabel lain yang berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan total aset adalah JKB, yang secara statistik signifikan pada derajat
kepercayaan 10 persen. Besar elastisitas dari variabel JKB adalah sebesar 94,1318
yang berarti jika JKB meningkat sebesar 1 unit maka pertumbuhan total aset akan
meningkat sebesar 94,1318 persen. Hasil ini berbeda dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan Vennet (1999), yang menyatakan bahwa apabila JKB bank asing
negara yang sedang berkembang akan lebih mudah dicapai atau lebih pesat di
negara-negara dengan tingkat kesulitan yang relatif tinggi bagi cabang bank asing
yang ingin memasuki industri perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa pada
kepadatan bank yang semakin tinggi telah menyebabkan sulitnya bank asing
untuk masuk.
Adanya hubungan yang berbeda ini sudah sesuai dengan hipotesa yang
aset mengalami pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Antonio
kualitas pelayanan dan mendorong inovasi produk dan jasa perbankan Syariah.
Selain itu pengembangan jaringan kantor Bank Syariah diperlukan dalam rangka
pertumbuhan total aset secara signifikan. Koefisien pertumbuhan GDP total yaitu
sebesar 0.9975 yang artinya ketika terjadi pertumbuhan GDP sebesar 1 persen
pada tiga periode yang lalu akan mengakibatkan pertumbuhan total aset
meningkat sebesar 0.9975 persen. Hubungan antara variabel terikat dan variabel
bebas ini sudah sesuai dengan teori, dimana semakin tinggi pertumbuhan GDP
adalah I_Riil. I_Riil yang digunakan disini adalah tingkat suku bunga bank
konvensional lima periode yang lalu. Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 5.2,
dapat dilihat bahwa variabel ini berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10
persen. Besar koefisien total variabel ini adalah -0,0068, yang berarti ketika I_Riil
lima periode yang lalu mengalami perubahan sebesar 1 persen akan menurunkan
pertumbuhan total aset sebesar 0,68 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang
digunakan, dimana apabila tingkat suku bunga bank konvensional lebih tinggi
daripada nisbah bagi hasil Bank Syariah maka konsumen cenderung memilih
nisbah bagi hasil Bank Syariah lebih tinggi daripada tingkat suku bunga bank
Syariah.
Selain variabel di atas, variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan
total aset adalah pertumbuhan tingkat kredit macet pada Bank Syariah pada tiga
periode yang lalu atau yang biasa disebut NPF yang signifikan pada taraf nyata 10
persen. Nilai elastisitas NPF adalah sebesar -0,0007 yang artinya pertumbuhan
NPF tiga periode yang lalu sebesar 1 persen akan mempengaruhi pertumbuhan
total aset ke arah yang negatif sebesar 0,0007 persen. Hubungan kedua variabel
ini juga sesuai dengan hipotesis yang digunakan yang menyatakan bahwa
aset adalah inflasi. Variabel tersebut signifikan pada taraf nyata yang digunakan
yaitu 10 persen dengan besar elastisitas variabel adalah -0,9415, artinya setiap
sebesar 0,9415 persen. Hubungan kedua variabel ini juga sudah sesuai dengan
hipotesis yang digunakan yang menyatakan apabila inflasi di suatu negara tinggi
fatwa MUI yang diberlakukan mulai bulan November 2003 yang menyatakan
bahwa bunga bank haram. Variabel ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
total aset pada taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 10 persen. Hal ini diduga
disebabkan dua hal yaitu kurangnya penjelasan secara resmi dari pihak MUI
tentang adanya fatwa tersebut. Faktor kedua yang menyebabkan fatwa tersebut
konsumen Bank Syariah itu sendiri, dimana konsumen Bank Syariah didominasi
oleh konsumen rasional dan bukan konsumen emosional. Menurut Pontjowinoto
keuntungan yang lebih tinggi. Misalkan nisbah bagi hasil Bank Syariah lebih
tinggi bila dibandingkan tingkat suku bunga bank konvensional, maka mereka
akan mengalihkan dana yang mereka miliki pada Bank Syariah, dan begitu pula
sebaliknya, apabila nisbah bagi hasil Bank Syariah lebih rendah bila dibandingkan
tingkat suku bunga bank konvensional, maka mereka akan mengalihkan dana
perbankan Syariah karena faktor keyakinan dan ideologi yang dianutnya yang
menyatakan bahwa bunga bank bersifat haram karena termasuk riba, sehingga
ketepatan maupun tingkat bagi hasil yang ditawarkan Bank Syariah. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia tentang “Potensi,
Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Pulau Jawa”. Dalam
masyarakat Jawa Barat dan Jawa Timur adalah faktor kualitas pelayanan dan
keagamaan (yaitu masalah halal maupun haram) bukanlah menjadi faktor penting
rekomendasi yang dapat diberikan bagi para pelaku pasar, pemerintah, dan ulama.
perbankan Syariah.
Bank Syariah jauh lebih tinggi bila dibanding variabel lain yaitu
sebesar 94,1318, dimana dengan peningkatan satu unit jaringan saat ini
datang dan dua periode yang akan datang sebesar 27,5693 dan
Bank Syariah sebesar 0,84 persen. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperlihatkan kinerja yang bagus yang dapat ditunjukkan oleh
Konvensional.
terhadap total aset. Hal ini disebabkan dari hasil analisa yang sudah
I_Riil dan berusaha agar nilai bagi hasil Bank Syariah jauh lebih besar
Sebaliknya apabila nilai bagi hasil Bank Syariah lebih tinggi daripada
Syariah yang pada akhirnya akan meningkatkan total aset. Hal ini
telah diterima.
2. Pemerintah
a Langkah pertama yang harus ditempuh pemerintah dalam hal ini Bank
pemain baru untuk memasuki pasar. Hal ini dapat dilakukan dengan
ini dapat dilakukan dengan menciptakan iklim usaha yang sehat yaitu
Syariah.
3. Ulama
pandangan yang lebih tegas mengenai bunga. Hal ini disebabkan kalangan
6.1. Kesimpulan
1. Pertumbuhan total asset industri perbankan dalam hal ini industri perbankan
Syariah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor makro dan faktor mikro.
Syariah antara lain pertumbuhan ekonomi (GDP), tingkat suku bunga riil bank
adalah 0,99 yang berarti apabila pertumbuhan ekonomi tiga bulan yang lalu
pertumbuhan total aset sebesar 0,99 persen. Tingkat suku bunga riil bank
-0,68 yang menunjukkan bahwa apabila tingkat suku bunga riil bank
maka akan menurunkan pertumbuhan total aset Bank Syariah sebesar 0,68
Bank Syariah adalah inflasi, dengan besar elastisitas sebesar -0,94. hal ini
maka akan menurunkan pertumbuhan total aset Bank Syariah sebesar 0,94
variabel adalah 0,84; -0,000670; dan 94,1318. Elastisitas ROA sebesar 0,84
persen maka akan meningkatkan pertumbuhan total aset Bank Syariah sebesar
0,84 persen. Elastisitas NPF sebesar 0,0007 juga menunjukkan hal yang sama,
yaitu apabila pertumbuhan NPF tiga bulan yang lalu mengalami perubahan
aset Bank Syariah dapat dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain para pelaku
perbankan Syariah, pemerintah serta ulama. Bagi para pelaku pasar, langkah-
modal.
6.2. Saran
nasabah BUS selama ini berasal dari pasal emosional yang terlihat dari
pengaruh fatwa MUI tentang bunga bank kepada pasar rasional, dengan
mulai mengoptimalkan pangsa pasar rasional. Hal ini dapat dilakukan dengan
syariah agar terus mengalami pertumbuhan dan tetap sesuai dengan syariat
Islam.
Antonio, M.S. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press,
Jakarta.
Bank Indonesia. 2002. Statistik Perbankan Syariah Juni - Desember 2002. Http:
//www. bi.go.id.
Bank Indonesia. 2005. Statistik Perbankan Syariah Januari – Juni 2005. Http:
//www. bi.go.id.
Karim, A. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Raja Grafindo
Persada.
Lipsey, W.G, P.N. Courant, dan D.D. Purvis. 1995. Pengantar Mikroekonomi
Jilid 1. Wasana J, Kirbrandoko, Budijanto, [penerjemah]. Binarupa Aksara,
Jakarta.
Lewis, M.K. and Latifa M.A. 2001. Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik,
Prospek. Burhan Wirosubrata, [penerjemah]. Serambi, Jakarta.
Martin, S. 1994. Industrial Economics: Economic Analysis and Public Policy. 2nd
edition. Macmillan Publishing Co, New York.
Subagyo, Sri Fatmawati, Algifari. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta.
Vennet, R.V. 1999. The law of proportionate effect and OECD bank sectors.
University of Ghent, Belgia.
Variabel ROA
Null Hypothesis: ROA has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.596456 0.0091
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel CAP
Null Hypothesis: CAP has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.138156 0.0019
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel JKB
Null Hypothesis: D(JKB) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.650927 0.0000
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel GDP
Null Hypothesis: D(LGDP) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 11 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -2.881821 0.0544
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel I_Riil
Null Hypothesis: D(IDEP_RIIL) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -3.986060 0.0030
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel NPF
Null Hypothesis: D(LNPF) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -8.346129 0.0000
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel INF
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -6.006821 0.0000
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.