Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelelahan merupakan salah satu masalah serius pada pasein dengan gagal jantung
karena dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan angka kesakitan.Penyakit
jantung memang menjadi salah satu penyebab utama kematian.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskular akan menjadi
penyebab terbanyak kasus kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit gagal jantung
kongestif telah menjadi pembunuh nomor satu. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia
dari tahun ke tahun semakin meningkat (Riskesdas, 2018).
Prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%), untuk yang terdiagnosis dokter, sedikit >75
tahun (0,4%) tetapi untuk yang terdiagnosis dokter prevalensi lebih dari pada perempuan
(0,2%) dibanding laki-laki (0,1%), untuk yang terdiagnosis dokter prevalensi penyakit
gagal jantung pada umur ≥ 15 tahun sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696
orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3% atau diperkirakan
sekitar 530.068 orang (Riskesdas, 2018)
Berdasarkan diagnosis atau gejala, estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung
terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang (0,3%), (Riskesdas,
2018).
Gagal jantung kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan struktural
ataupun fungsional jantung yang menyebabkan gangguan kemampuan pengisian ventrikel
dan ejeksi darah ke seluruh tubuh (AHA, 2014)
Salah satu keluhan khas penyakit jantung adalah nyeri dada retrosternal seperti
diremas-remas, kelelahan, ditusuk, ditekan, panas, atau seperti di tindih benda yang sangat
berat. Nyeri yang dirasakan seperti dengan angina, tetapi lebih intensif dan menetap lebih
dari 30 menit. Sebagai seorang perawat mempunyai peranan dalam mengatasi kelelahan
atau membantu menurunkan kelelahan dengan memberikan inetervensi penurun skor
kelelahan (termasuk pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis ). (Smeltzer &Bare,
2016).
Ada banyak bukti yang menunjukan terapi komplementer memilki efek kesehatan yang
besar, dalam penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Slamet Garut (2017) Hasil penelitian
menunjukan rata-rata skor kelelahan pasien sebelum diberikan intervensi pijat punggung
sebesar 24,67 (SD=7,078) dan setelah diberikan intervensi pijat punggung dengan nilai
p=0,000 (p<0,005). Selain itu, didapatkan skor kelelahan setelah intervensi ahri ketiga
secara bermakna lebih rendah dibanding skor kelelahan hari kedua (p=0,006) dan hari
pertama (0,000).
Pijat punggung atau back massage merupakan salah satu intervensi yang efektif
mengatasi kelelahan dan relative sangat sederhana, mudah dan murah dalam
pengaplikasiannya. Sebuah penelitian yang dilakukan di RSUD dr.Slamet Garut,
mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan terhadap skor kelelahan pasien gagal jantung
dengan nilai 15,9 % dari yang sebelumnya 24,67 %, penelitian tersebut dilakukan secara
deskriptif dan dengan ujiinferensial menggunakan paired test dengan jumlah responden
sebanyak 30 pasien gagal jantung. (Nugraha,B. Dkk. 2017)
Efek terapi masage atau pijat menimbulkan percepatan mekanisme aliran darah vena
dan drainase limfatik, merusak mekanisme akumulasi patologis (missal: klasifikasi
jaringan lunak), dan melatih jaringan lunak secara pasif. Gerakan pijat pada kulit akan
menimbulkan rangsangan reseptor yang terletak di daerah tersebut.
Pijat punggung memilki banyak manfaat pada tubuh manusia, pada sistem
kardiovaskuler dapat meningkatkan sirkulasi dan merangsang aliran darah keseluruh
tubuh. Melakukan pijat punggung dengan minyak VCO seperti minyak zaitun dengan
kandungan senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan serta dapat menjaga elastisitas
dinding pembuluh darah.
Rumah Sakit Al-Islam merupakan salahsatu Rumah Sakit tipe B yang berada di Kota
Bandung. Di Rumah Sakit ini pelayanan kesehatan diutamakan dengan mengunakan
pendekatan agama dan perawatan spiritual.
Berdasarkan Informasi dari Kepala Ruangan Darussalam 5 terdapat 8 pasien yang
menderita gagal jantung kongestif pada bulan November dan terjadi peningkatan di bulan
Oktober yaitu terdapat 11 pasien yang menderita gagal jantung kongestif di ruang
Darussalam 5 RS Al-Islam Bandung.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk Kami tertarik
untuk melakukan terapi non-farmakologis pada pasien dengan CHF, karena kelemahan
pada pasien CHF dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup pasien yang merasa
tidak berdaya dan tidak ada semangat juang untuk meningkatkan kesehatannya. Terapi
non-farmakologi ini diharapkan juga dapat dilakukan seacra mandiri oleh perawat dan
sudah teruji secara ilmiah pada jurnal dengan temuan fenomena yang ada”.
1.2 Rumusan
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Pengaruh
Terapi Back Massage Terhadap Skor Kelelahan Pada Pasien Gagal Jantung Congestif
Di Ruang Darussalam 5 Rumah Sakit Al-Islam Bandung”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi back massage terhadap skor kelelahan
pada pasien gagal jantung congestif di Ruang Darussalam 5 Rumah Sakit Al-Islam
Bandung
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui rata-rata skor kelelahan sebelum terapi pijat punggung pada
pasien gagal jantung congestif Di Ruang Darussalam 5 Rumah Sakit Al-Islam
Bandung
2. Mengetahui rata-rata skor kelelahan setelah terapi pijat punggung pada pasien
gagal jantung congestif Di Ruang Darussalam 5 Rumah Sakit Al-Islam
Bandung
3. Untuk mengidentifikasi adakah pengaruh sebelum dan setelah terapi pijat
punggung terhadap skor kelelahan pada pasien gagal jantung congestif Di
Ruang Darussalam 5 Rumah Sakit Al-Islam Bandung

1.4 Manfaat
1. Bagi Pasien
Menambah pengetahuan pasien tentang tindakan mandiri yang dapat dilakukan
secara kontinyu dalam mengatasi tingkat kelelahan.
2. Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan dan menjadi contoh dalam
melakukan intervensi keperawtan pada pasien CHF, guna meningkatkan kualitas dan
perbaikan kesehatan.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan atau bahan rujukan bagi bidang keperawatan dalam
mengembangkan kebijakan terkait dengan perkembangan kompetensi perawat
kardiovasskusler.
4. Bagi Institusi
Memberikan rujukan bagi institusi pendidikan dalam melaksanakan proses
pembelajaran mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
kardiovaskuler yang di sertai dengan pelaksanaan inetrvensi mandiri keperawatan.
.

Anda mungkin juga menyukai