PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan konsep dari PPOK.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan asuhan keperawatan kasus PPOK
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstruktive
Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama
dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronchial, bronchitis
kronik dan emphysema paru-paru.Sering juga penyakit-penyakit ini
disebut dengan Chronic Obstruktive Lung Disease (COLD) (Somantri,
2009).
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan
aliran udara disaluran nafas yang bersifat progresif non reversible atau
revesibel parsial. PPOK merupakan gabungan dari bronkitis kronik,
emfisema atau gabungan keduanya (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2003 ). PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencangkup
bronchitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma.
PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dispneu saat beraktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar paru-paru
( Smeltzer &Bare, 2002 ).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit paru kronis ditandai
dengan adanya hambatan aliran udara yang masuk dan keluar paru, dengan
penyakit yang menyertainya adalah asma bronchial, bronchitis kronik,
bronkiektasis dan emphysema paru.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Menurut Smeltzer & Bare (2002), penyakit yang termasuk
dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronikadalah sebagai berikut:
a. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari
disertaipengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu
tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
b. Emfisema paru
Emfisema paru adalah distensi abnormal ruang udara di luar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Kondisi ini
merupakan tahap akhir proses yang mengalami kemajuan dengan
lambat selama beberapa tahun. Merokok merupakan penyebab utama
emfisema.Pada sedikit klien terdapat predisposisi familial terhadap
emfisema yang berkaitan dengan abnormalitas protein plasma,
defisiensi antitrypsin α-1, yang merupakan suatu enzim inhibitor.
Tanpa enzim inhibitor, enzim tertentu akan menghancurkan jaringan
paru. Individu yang secara genetik sensitif terhadap faktor-faktor
lingkungan (merokok, polusi udara, agen-agen infeksius, alergen),
pada waktunya mengalami gejala-gejala obstruktif
c. Asma
Asma adalah penyaki jalan napas obstruktif intermiten, reversibel di
mana trakea dan bronkiolus berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimulus tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan
napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. Asma dapat
terjadi pada sembarang orang, sekitar setengah dari kasus terjadi pada
anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelumusia 40 tahun.
d. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang
mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda
dari saluran pernafasan atas dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah
yang berdilatasi, dan pembesaran nodus limfe.
2.4 Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang
sebagian besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab
utama timbulnya 80-90% kasus PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk
keadaan sosial-ekonomi dan status pekerjaan yang rendah, kondisi
lingkungan yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok pasif
atau terkena polusi udara dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Laki-laki
dengan usia antara 30-40 tahun paling banyak menderita PPOK.
2.6 Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada
PPOK yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran
nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang
dikarenakan danya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural
pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil
dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam
dinding luar salurannafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas.
Lumen saluran nafas kecil berkurangakibat penebalan mukosa yang
mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai berat sakit. Dalam
keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
seimbang. Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi
kerusakan di paru.
Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan
sel dan menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas
polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan
menimbulkan kerusakan sel dan inflamasi. Proses inflamasi akan
mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan
menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti
interleukin 8 dan leukotrienB4,tumuor necrosis factor (TNF),monocyte
chemotactic peptide(MCP)-1 danreactive oxygen species(ROS). Faktor-
faktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan protease yang
akanmerusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan
dinding alveolar danhipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan
seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapatkeseimbangan
antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan
makrofagdan neutrofil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen
menjadi anion superoksidadengan bantuan enzim superoksid dismutase.
Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akandiubah menjadi OH
dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero
denganhalida akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl). Pengaruh
radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi batuk
kronis sehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan
fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas.
Kerusakan struktur berupa destruksi alveol yang menuju ke arah emfisema
karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit, polusi dan
asap rokok.
2.10 PenatalaksanaanMedis
PenatalaksanaanmedisdariPenyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-
40% kasus
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien
dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan pnyakit sedang-
berat.
Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan
perbaikan dengan meningkatkan elastic recoil sehingga
mempertahankan patensi jalan nafas. (Davey, 2002)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Kp. Limus, RT 02/10, Kel.Maruyung, Kec. Pacet,
Kab. Bandung
Tanggal Masuk : 19 Januari 2019
Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2019
Diagnosa Medis : PPOK
Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. I
Umur : 26 tahun
Hubungan dengan klien : Anak
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Kp. Limus, RT 02/10, Kel.Maruyung, Kec. Pacet,
Kab. Bandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh sesak
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh sesak nafas, sesak dialami
2 hari sebelum masuk Rumah Sakit, sesak bertambah terus menerus
walaupun sedang istirahat. Klien merasa sesaknya berkurang setelah
dipasang oksigen. Klien juga mengeluh batuk selama seminggu, batuk
disertai dengan dahak namun dahak sulit untuk keluar.
c. Riwayat kesehatan dahulu : Klien tidak mempunyai riwayat penyakit
serius seperti TB, DM, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit lain
d. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada keluarga dengan riwayat
penyakit yang sama
3. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
a. Pola persepsi dan menajemen kesehatan :
Klien selalu berobat ke dokter atau Rumah Sakit ketika sakit dan klien
merasa membaik ketika sudah berobat
b. Pola Nutrisi Metabolik
Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, hanya sedikit
makanan yang masuk
c. Pola Eliminasi
Klien mengalami susah BAB, klien baru 1 kali BAB semenjak masuk ke
Rumah Sakit
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas klien terganggu dikarenakan sesak nafas dank lien tampak
lemas
e. Pola Kognitif
Tidak terganggu
f. Pola Persepsi - Konsep Diri
Tidak terganggu
g. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak mengalami kesulitan tidur, klien tidur dengan nyenyak
h. Pola Peran – Hubungan
Tidak terganggu
i. Pola Seksual – Reproduksi
Tidak terganggu
j. Pola Nilai – Kepercayaan
Klien tidak melaksanakan shalat 5 waktu selama masuk RS
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Komposmentis dengan GCS 15 E4M6V5
b. Tanda Vital
TD : 130/70 mmHg
N : 70x/menit
S : 36,10c
RR : 29x/menit
Saturasi O2 : 98
c. Kepala
Kepala klien tampak sedikit kotor, rambut klien tampak lengket dan
rontok
d. Mata
Mata klien tampak simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva tidak
anemis, penglihatan klien sudah mulai kabur
e. Hidung
Pada saat pemeriksaan fisik, pada bagian hidung, hidung klien tampak
bersih, tidak ada kotoran, bentuk hidung tampak simetris, klien
menggunakan pernafasan cuping hidung saat bernafas dan klien
terpasang oksigen nasal kanul.
f. Telinga
Bagian telinga klien saat pemeriksaan fisik, telinga klien tampak bersih,
pina sejajar dan simetris.
g. Mulut
Bagian telinga klien saat pemeriksaan fisk, bagian mulut klien tampak
bersih, bibir klien tampak sedikit kering.
h. Leher
Pemeriksaan pada bagian leher, leher klien tampak sedikit kotor, leher
tampak simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, namun
tampak peningkatan JVP
i. Dada dan Punggung
Pada pemeriksaan fisik pada bagian dada dan punggung, dada dan
punggung tampak simetris, pada bagian dada tidak terdapat kemerahan
dan klien tampak menggunakan otot bantu pernafasan. Saat diauskultasi
terdengar suara tambahan dibagian dada (ronchi).
j. Abdomen
Pada bagian abdomen saat pemeriksaan fisik, abdomen klien tampak
bersih, tampak simetris, tidak teraba distensi pada absome, tidak ada
asites (penumpuk cairan pada bagian perut)
k. Ekstremitas
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada bagian ekstremitas,
ekstremitas klien bagus tidak ada edema, teraba akral hangar dan tidak
mengalami gangguan.
l. Genitalia
Pada pemeriksaan fisik pada genitalia, genitalia klien tampak bersih
karena setelah BAK klien selalu membersihkannya.
m. Anus
Pada saat pemeriksaan fisik, anus klien bersih dan tidak ada gangguan.
5. Data penunjang
a. Pemeriksaan Darah :
Hb : 15,4 gr/dl (normal : 12-18 gr/dl)
Leukosit : 8600/mm3 (normal : 4000-10000/mm3)
Hematokrit : 47% (normal : 37-48%)
Trombosit : 238.000/mm3 (normal : 150000-400000/mm3)
GDS : 114 mg/dl (normal : <150 mg/dl)
b. Pemeriksaan EKG
Tak tampak aktif KP atau BP, tak tampak pembesaran pada jantung,
bronchitis, asmaticus)
6. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : klien mengeluh Pola Nafas
sesak nafas Tidak Efektif
Do :
- RR : 29x/menit
-N : 72x/menit
- TD : 130/70 mmhg
- S : 36,10c
- Sat 02
- klien tampak
menggunakan otot
bantu nafas
- klien tampak
menggunakan
pernafasan cuping
hidung
- klien tampak
terlihat sesak
-
2 Ds : klien Pencetus serangan alegen, Intoleransi
mengatakan emosi, stress, obat-obatan, Aktivitas
kesulitan untuk infeksi
beraktifitas
dikarenakan jika Spasme otot bronkiolus
beraktivitas, klien
merasa sesak nafas Diameter bronkiolus mengecil
bertambah.
Do : - klien tampak Dispneu
lemas, lemah dan
terlihat menahan Intoleransi Aktivitas
nyeri karena sesak
RR : 29x/menit
-N : 72x/menit
- TD : 130/70 mmhg
- S : 36,10c
3 Ds : klien Pencetus serangan alegen, Bersihan
mengatakan batuk emosi, stress, obat-obatan, jalan nafas
sudah seminggu dari infeksi tidak efektif
sebelum masuk RS,
batuk terasa sakit Sekresi mucus ke dalam
dan sulit bronkiolus
mengeluarkan dahak
Do : Diameter bronkiolus mengecil
- klien tampak
kesulitan bernafas Bersihan jalan nafas tidak
- saat diasukultasi efektif
terdengar suara
ronchi
- terdapat dahak
-RR : 29x/menit
-N : 72x/menit
- TD : 130/70 mmhg
- S : 36,10c
- sat 02 : 98
-
INTERVENSI
DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK ) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.
Suddarth, Brunner, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Somantri, Irman, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien) Edisi 3. EGC : Jakarta