Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH MODIFIKASI CONSTRAINT INDUCED MOVEMENT

THERAPY DAN ROM TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK PADA


PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA
CITARUM SEMARANG

Elisabeth Erni D *), Diana Tri Lestari **), Rahayu Astuti ***)

*) Alumni Progam Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen AKPER Kesdam IV Diponegoro Semarang
***) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Stroke non hemoragik (SNH) merupakan penurunan fungsi otak akibat berkurangnya
aliran darah yang menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakkan
atau mematikan sel-sel otak akibat adanya emboli/thrombus.Masalah yang sering
dialami oleh penderita stroke non hemoragik adalah gangguan motorik yang
mengakibatkan kontraktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
pengaruh ROM dengan modifikasi constraint induced movement therapy dan ROM
terhadap kemampuan motorik pada pasien stroke non hemoragik di Rumah Sakit
Pantiwilasa Citarum Semarang. Rancangan penelitian ini menggunakan Quasi
Eksperiment dengan metode Pretest-Posttest Control Group Design.jumlah sampel
pada penelitian ini sebanyak 30 responden. dibagi menjadi dua 15 responden
diberikan terapi ROM dan 15 responden diberi modifikasi constraint induced
movement therapy dan ROM dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling. Uji statistik menggunakan uji wilcoxon dan uji mann whitney.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian modifikasi constraint induced
movement therapy dan ROM dengan pvalue 0.007. Berdasarkan hasil kelompok
kontrol didapatkan mean sebesar 0.533 dan kelompok intervensi sebesar 1.533
dengan demikian modifikasi constraint induced movement therapy dan ROM lebih
efektif terhadap kemampuan motorik pada pasien stroke non hemoragik di Rumah
Sakit Pantiwilasa Citarum Semarang. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
menambah waktu terapi dan menambah lebih dari 2 kali dalam sehari.

Kata kunci : Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy, ROM,


Kemampuan Motorik Stroke Non Hemoragik

Abstract

Non-hemorrhagic stroke is a decreasing function of brain as the blood flow to the


brain is lacking which subsequently causes a series of biochemical reaction that
damages or kills the brain tissue since embolism/thrombus occurs. Problems that are
experienced by non-hemorrhagic patients are motor skill disruptions that lead to
muscle contracture. This research applies Quasi Experimental research design by

Pengaruh Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy… (Elisabeth Erni D) | 1


using controlled group pretest-post test design. This research takes the samples from
30 respondents which are divided into two groups. A group of 15 respondents is
given the ROM therapy treatment and another group of 15 respondents is given the
constraint induced movement therapy modification and ROM. The sampling
technique used in this research is accidental sampling. The statistical tests used in
this research are wilcoxon test and mann whitney test. The result of this research
shows that the constraintinduced movement therapy modification and ROM
treatment obtains the p-value of 0.007. Based on the controlled group result, the
mean value shows the figure of 0.533 and the mean value of intervention group that
is 1.533. Therefore, the constraint induced movement therapy modification and ROM
is more effective to be applied for the improvement of motor skills of non-
hemorrhagic stroke patients at Panti Wilasa Hospital, Citarum Semarang. This
research recommends to add the time of therapy and add the schedule more than
twice a day.

Keywords : Constraint Induced Movement Therapy Modification, ROM,


Motor Skill Of Non-Hemorrhagic Stroke Patients.

PENDAHULUAN mencapai 0,09% untuk stroke non


Stroke adalah gangguan fungsi otak hemoragic. Penyakit stroke sering
yang terjadi dengan cepat (tiba-tiba) terjadi pada orang dewasa atau yang
dan berlangsung lebih dari 24 jam lebih tua.
karena gangguan suplai darah ke otak.
Dalam jaringan otak, kekurangan aliran Data di Jawa Tengah menunjukan
darah menyebabkan serangkaian reaksi jumlah pendeita stroke menduduki
biokimia yang dapat merusakkan atau peringkat 13 di Indonesia dengan data
mematikan sel-sel otak (Wiwit, 2010 sebagai berikut. Jumlah kasus stroke
hlm. 13) tahun 2013 sebanyak 40.972 terdiri dari
stroke hemoragik sebanyak 12.542 dan
American Stroke Association stroke non hemoragik sebanyak 28.430
menyebutkan kematian akibat penyakit Menurut Depkes 2013 Grafik
stroke di asian 3.5 juta untuk laki laki penyebaran penyakit stroke di kota
dan 3 juta untuk perempuan ditahun Semarang tahun 2014 didapatkan data
2011 (American Stroke Association ). stroke hemoragik sebanyak 801 kasus
Di Indonesia, stroke merupakan dan stroke non hemoragik sebanyak
penyakit yang menjadi ancaman 2.141 kasus
penyebabkan kematian pertama. Hasil
survey Riset Kesehatan Daerah tahun Stroke dapat mengakibatkan gangguan
2013 menyatakan kasus stroke motorik akibat dari hilangnya suplai
meningkat dari tahun 2007 yaitu 8,3 darah ke korteks.Korteks motorik
per 1000 jiwa menjadi 12,1 per 1000 primer berfungsi untuk kontraksi otot
jiwa pada tahun 2013 (Riskesdas, didalam tubuh bila dirangsang.Bila
2013). Menurut Dinas Kesehatan Jawa korteks motorik rusak maka
Tengah, penderita stroke cukup tinggi menyebabkan keseimbangan diantara
kedua traktus yaitu traktus piramidalis

2 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


dan traktus ekstrapiramidalis yang (constraint induced movement
memiliki efek bertentangan ini dapat therapy).
berubah.Gangguan neurologis yang
muncul pada pasien stroke seperti Range Of Motion merupakan salah satu
gangguan motorik, kehilangan terapi yang digunakan untuk mencegah
komunikasi, gangguan persepsi, dan terjadinya kontraktur, atropi otot,
disfungsi Pkandung kemih (Syaifudin. meningkatkan peredaran darah ke
2009 hlm. 205). ekstremitas, mengurangi kelumpuhan
vascular, dan memberikan kenyamanan
Gangguan motorik tersebut dapat pada pasien (Suratun,etall., 2008 hlm
mengakibatkan kelemahan otot, akibat 172).
dari penurunan fungsi neuromuskuler
(Smeltzer&Bare,2011,hlm.2273). Hasil penelitian yang dilakukan
Dampak kelemahan otot yang ada olehIka, Kun Nur Rahayu (2014) juga
dapat menyebabkan kelumpuhan atau menunjukan adanya perubahan
hilangnya kemampuan menggerakkan kekuatan otot. Kekuatan otot
anggota tubuh atas dan bawah ekstremitas atas(tangan kanan) sebelum
(syaifuddin,2009,hlm.205) (ROM) adalah 4,31. Sesudah (ROM)
adalah 4,75. Kekuatan otot pada
Prevalensi penderita Stroke yang ekstremitas atas (tangan kiri) sebelum
mengalami kecacatan berdasarkan (ROM) adalah 3,44 sesudah (ROM)
beberapa penelitian didapatkan adalah 4,31. Kekuatan otot pada
sebanyak 65%. Usia Harapan Hidup ekstremitas atas (kakikanan) sebelum
penduduk Indonesia mencapai 70,7 (ROM) adalah 4,31. sesudah (ROM)
tahun pada 2008 dan jumlah populasi adalah 4,63.
usia lanjut diperkirakan mencapai 38% Kekuatan otot pada ekstremitas atas
dari jumlah penduduk pada tahun 2025. (kaki kiri) sebelum (ROM) adalah 3,44.
Kondisi ini akan diikuti oleh proses Sesudah (ROM) adalah 4,00. ROM
penuaan atau aging process pada otak dilakukan 2x sehari selama 7 hari.
dan jaringan saraf yang bila tidak Sedangkan terapi selanjutnya menurut
dirawat sejak dini, akan memicu Mcdemott, etall., (2016,¶1) Constraint
beberapa masalah, yaitu gangguan induced movement therapy adalah
fungsi kognisi, gangguan gerak, terapi yang menjanjikan untuk meminta
gangguan keseimbangan, dan lain-lain pasien stroke untuk menggunakan
(Depkes. 2014). Melihat kondisi anggota gerak atas yang mengalami
tersebut, perawat harus ikut kelemahan dalam aktivitas fungsional.
berpartisipasi dalam menurunkan
angka kematian dan kecacatan pada Hal tersebut diperkuat dengan
pasien dengan stroke.Tindakan yang penelitian yang dilakukan oleh
dapat dilakukan untuk mencegah Kurniawan, Iwang, tahun 2013
terjadinya gangguan mobilitas pada menunjukan Terdapat pengaruh
pasien adalah ROM dan CIMT penggunaan metode CIMT (Constraint
Induced Movement Therapy) dengan

Pengaruh Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy… (Elisabeth Erni D) | 3


peralatan sehari-hari dengan hemiparase dann dirawat di unit
peningkatan kemampuan fungsional perawatan pasien stroke Rumah Sakit
dan kemandirian ekstremitas atas Pantiwilasa Citarum Semarang
pasien stroke.
Penelitian ini mengambil sampel dengan
Hasil penelitian lain menyebutkan teknik total sampling bila semua anggota
bahwa CIMT yang dimodifikasi dapat populasi digunakan sebagai sampel
mengurangi tingkat kecacatan, (Sugiono, 2013, hlm.124). Teknik
penentuan sampel pada penelitian ini
meningkatkan kemampuan untuk
dilakukan dengan caraaccidental
menggunakan ekstremitas atas paretik,
sampling. karena rata rata perbulan
dan meningkatkan spontanitas selama penderita stroke non hemoragik di RS
gerakan, tapi bukti masih terbatas Pantiwilasa Citarum 30 responden
tentang efektivitas CIMT dalam ditahun 2017.
analisis kinematik. (Shi YX, 2011
Jumlah sampel dalam penelitian ini
Pasien stroke dengan hemiparesis sebanyak 30 responden, dimana 15
memiliki keluhan kelemahan responden diberikan terapi modifikasi
otot.Apabila tidak dilatih dapat CIMT dan ROM dan15 responden
menyebabkan kontraktur pada sendi diberikan ROM. Alat pengumpulan
dan semakin lama menjadi cacat data dalam penelitian ini berupa lembar
permanen.Berdasarkan penelitian prosedur terapi CIMT dan ROM, dan
sebelumnya peneliti tertarik melakukan lembar observasi terapi CIMT dan
penelitian tentang pengaruh modifikasi ROM
Constraint Induced Movement Therapy
dan ROM terhadap kemampuan HASIL DAN PEMBAHASAN
motorik pada pasien stroke non
UNIVARIAT
hemoragik.
Data karakteristik responden (jenis
kelamin, usia, pendidikan, dan
METODE PENELITIAN
pekerjan)
Penelitian ini menggunakan metode
Tabel 4.1
penelitian Quasi Eksperiment dengan
Distribusi frekuensi responden
metode Pretest-Posttest Control Group
berdasarkan jenis kelamin pada pasien
Design untuk mengevaluasi adanya
stroke non hemoragik di Rumah Sakit
perubahan dilakukan pengamatan
Panti Wilasa Citarum Semarang bulan
sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk
April-Mei 2017
mengevaluasi bahwa perubahan
disebabkan oleh perlakuan desain ini Jenis kelamin Frekuensi Persentase
dilengkapi dengan kelompok kontrol (f) (%)
yang sebanding (Nasir,Abd, 2011, hlm. Laki-laki 22 73,3
179). Perempuan 8 26,7
Total 30 100,0

Populasi dalam penelitian ini semua


pasien yang mengalami stroke non
hemoragik yang mengalami

4 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


a. Jenis Kelamin b. Usia
Hasil penelitian pada tabel 4.1 Hasil penelitian berdasarkan tabel
menunjukan responden yang 4.2 menunjukan adanya perbedaan
mengalami stroke terbanyak kejadian stroke.
adalah laki-laki sebanyak 22 Terjadipeningkatan stroke pada
responden (73,3%) dan responden tahapan usia, dan terbanyak
perempuan sebanyak 8 responden dialami pada usia lansia akhir
(26.7%). Jenis kelamin Laki-laki sebanyak 16 responden (53,3%),
lebih banyak terkena stroke lansia awal sebanyak 8 responden
daripada wanita yaitu mencapai (26,7%), manula sebanyak 4
kisaran 1,25 kali lebih tinggi responden (13,3%) dan dewasa
(wiwit, 2010, hlm.25). akhir sebanyak 2 responden
(6,7%).
Hal itu disebabkan gaya hidup laki
laki yang sering mengkonsumsi Hal ini bisa disebabkan semakin
alkohol dan merokok, makanan tua usia akan mudah terkena stroke
cepat saji dan kurangnya berolah karena usia yang terus bertambah
raga). Rokok dapat menimbulkan akan meningkatkan perubahan
plak pada pembuluh darah karena pada tubuh seperti lambat dalam
nikotin yang menumpuk yang berespon, khususnya dalam stress,
mengakibatkan terjadinya berkurangnya penglihatan,
aterosklerosis.Sedangkan alkohol kehilangan pendengaran, lebih
dapat menyebabkan hipertensi sensitif terhadap perubahan suhu
yang mengakibatkan penurunan dengan rendahnya ketahanan
aliran darah ke otak. Makanan terhadap cuaca yang dingin juga
cepat saji mengandung banyak menurunnya fungsi organ yang ada
lemak yang lama kelamaan akan di tubuh (pinzon, et all., 2010. hlm.
membuat plak dipembuluh darah 5).
(Tarwoto, 2013, hlm.130).
Menurunya fungsi organ lansia
Tabel 4.2 dapat mengakibatkan pembuluh
Distribusi frekuensi responden darah lebih kaku sehingga dapat
berdasarkan usia pada pasien stroke memicu terjadinya adanya plak
non hemoragikdi Rumah Sakit Panti (atherosclerosis) dan
Wilasa Citarum Semarang mengakibatkan suplai oksigen
bulan April-Mei 2017 (n=30) semakin terganggu (Saraswati,
Usia Frekuensi (f) Persentase (%) 2009, hlm.144-146).
dewasa
2 6,7
akhir Hal ini di dukung oleh hasil
lansia awal 8 26,7
lansia akhir 16 53,3
penelitian musriyati, armiyati,
Manula 4 13,3 satyanegara (2015) dengan judul
Total 30 100,0 efektivitas antara range of motion
hook grip dan lateral prehension

Pengaruh Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy… (Elisabeth Erni D) | 5


grip terhadap peningkatan luas faktor penting sebagai dasar untuk
gerak sendi jari tangan pada pasien dapat mengerti tentang
stroke non hemoragik di rsud penyakitnya, pengelahannya dan
tugurejo semarang didapatkan pencegahannya (azwar,1995 dalam
sebagian besar responden berusia septiwi, 2010, hlm. 78).
51-60 sebesar 16 (80%).
Hal ini didukung oleh penelitian
Tabel 4.3 yang dilakukan oleh ratnasari
Distribusi frekuensi responden (2014) dengan judul pengaruh
berdasarkan pendidikan pada pasien latihan hook grip terhadap
stroke non hemoragik di Rumah peningkatan luas gerak sendi
Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang (LGS) jari tangan pada pasien
bulan April-Mei 2017 (n=30) stroke di rsud ambarawa hasil
penelitian menunjukkan
Pendidikan Frekuensi Persentase pendidikan terbanyak adalah
(f) (%) sekolah dasar (SD) yaitu 20
SD 11 36,7
responden (66,7%)
SMP 5 16,7
SMA 10 33,3
Perguruan Tabel 4.4
4 13,3
Tinggi Distribusi frekuensi responden
Total 30 100,0 berdasarkan pekerjaan pada pasien
stroke non hemoragik di Rumah
c. Pendidikan Sakit Panti Wilasa Citarum
Hasil penelitian berdasarkan tabel Semarangbulan April-Mei 2017
4.3 diatas dapat disimpulkan (n=30)
bahwa responden terbesar
berpendidikan SD sebanyak 11 Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
responden (36,7%), SMA Wiraswasta 5 16,7
sebanyak 10 responden (33,3%), Buruh 4 13,3
Wirausaha 6 20,0
SMP sebanyak 5 responden
tidak bekerja 15 50,0
(16,7%), dan perguruan tinggi Total 30 100,0
sebanyak 4 responden (13,3%).
d. Pekerjaan
Hasil penelitian diatas sejalan Hasil penelitian berdasarkan dari
dengan teori yang diungkapkan tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan
oleh seseorang yang berpendidikan bahwa responden terbesar Tidak
rendah sangat rentan terhadap bekerja sebanyak 15 responden
resiko untuk mengalami gangguan. (50,0%), wirausaha sebanyak 6
Gangguan dalam hal ini berkaitan responden (20,0%), Wiraswasta
dengan pengaruh pendidikan sebanyak 5 responden (16,7%),
terhadap cara berperilaku hidup dan buruh sebanyak 4 responden
sehat seseorang. (sofwan. 2010, (13,3%).
hlm 18) hal ini memungkinkan
karena pendidikan merupakan

6 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


Hasil menunjukan bahwa Berdasarkan tabel 4.5 Diatas dapat
responden terbanyak adalah tidak diketahui bahwa pada kelompok
bekerja membuat ekonomi yang diberikan perlakuan
menurun sehingga dapat Modifikasi CIMT dan ROM,
mempengaruhi responden dalam sebelum dilakukan Modifikasi
menentukan pengobatan, membeli CIMT dan ROM kemampuan
obat jika sakit, dan biaya untuk motorik lebih banyak berada pada
kerumah sakit (hasyim, et al., skala MMT 2 yaitu 5 responden
2009, hlm 75). (33.3%). Setelah dilakukan
Modifikasi CIMT dan ROM,
Tabel 4.5 kemampuan motorik Sebagian
Gambaran kemampuan motorik besar tetap berada pada skala
kelompok perlakuan CIMT dan ROM MMT 4 yaitu berjumlah 7
pada pasien stroke non hemoragik di responden (46.7%).
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang bulan April-Mei 2017 Tabel 4.6
(n=15) Gambaran kemampuan motorik
kelompok kontrol ROM pada pasien
Skala MMT Pre Post
stroke non hemoragik di Rumah
ROM ROM
Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
F % F %
0 - - - - bulan April-Mei 2017 (n=15)
(tidak terdeteksi kontraksi
otot) Pre Post
1 6 40. 2 13.3 CIMT CIMT
(kontraksi otot tidak ada 0 Skala MMT dan dan
gerakan) ROM ROM
2 6 40. 7 46.7 f % F %
(bergerak tanpa melawan 0 0 - - - -
gravitasi) (tidak terdeteksi kontraksi otot)
3 3 20, 5 33.3 1 4 26, - -
(bergerak melawan gravitasi 0 (kontraksi otot tidak ada 7
tanpa tahanan) gerakan)
4 - - 1 6.7 - -
(bergerak melawan gravitasi 2 5 33,
dengan tahanan) (bergerak tanpa melawan 3
5 - - - - gravitasi)
(normal) 3 3 20, 5 33,
Total 15 100 1 100, (bergerak melawan gravitasi 0 3
,0 5 0 tanpa tahanan)
4 3 20, 7 46,
(bergerak melawan gravitasi 0 7
e. Gambaran kemampuan motorik
dengan tahanan)
pada pasien stroke non hemoragik 5 - - 3 20,
di Rumah Sakit Panti Wilasa (normal) 0
Citarum Semarang pada kelompok Total 1 100 1 10
perlakuan (CIMT dan ROM) 5 ,0 5 0,0
sebagai berikut.

Pengaruh Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy… (Elisabeth Erni D) | 7


f. Gambaran kemampuan motorik a. Pengaruh kemampuan motorik
pasien stroke non hemoragik di sebelum dan sesudah terapi ROM
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum (kelompok control)
Semarang pada kelompok kontrol Sebelum mengetahui hasil analisis
(ROM) sebagai berikut: data untuk memperoleh gambaran
Berdasarkan tabel 4.6 Diatas dapat kemampuan motorik sebelum dan
diketahui bahwa pada kelompok sesudah diberikan terapi CIMT dan
kontrol yang diberikan ROM, ROM, data yang ada tidak normal
sebelum dilakukan ROM kemudian dilakukan uji Wilcoxon,
kemampuan motorik lebih banyak dapat diketahui bahwa sebelum
berada pada skala MMT 1 dan 2 dilakukan ROM, nilai mean
yaitu sama sama memiliki jumlah sebesar 1.800, sedangkan setelah
responden 6 responden (40,00%). dilakukan ROM nilai mean sebesar
Setelah dilakukan ROM, 2.333. Berdasarkan uji Wilcoxon,
kemampuan motorik sebagian didapatkan Z skore sebesar -2.828
besar berada pada skala MMT 2 dan pvalue sebesar 0,005 (<0.05)
yaitu berjumlah 7 responden ini menunjukan ada pengaruh
(46.7%). secara bermakna kemampuan
motorik sebelum dan sesudah
dilakukan ROM.
ANALISIS BIVARIAT
Analisis bivariat digunakan dalam Latihan rentang gerak sendi/ ROM
penelitian ini untuk mengetahui adalah kemampuan maksimal
pengaruh kemampuan motorik sebelum seseorang dalam melakukan
dan sesudah dilakukan modifikasi gerakan yang dapat menimbulkan
constraint induced movement therapy rangsangan yang mengaktifkan
dan ROM terhadap kemampuan proses kimiawi neuromuskuler dan
motorik pada pasien stroke non muskuler. Rangsangan melalui
hemoragik di RS pantiwilasa citarum neuromasculer akan meningkatkan
semarang adalah sebagai berikut: rangsangan pada serat saraf otot
ekstremitas terutama saraf
Tabel 4.7 parasimpatis yang merangsang
Gambaran kemampuan motorik terbentuknya asetilcholin, yang
kelompok kontrol sebelum dan sesudah mengakibatkan kontraksi (perry
diberikan ROM pada pasien stroke non &potter. 2010. Hlm. 437).
hemoragik di Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarangbulan April-Mei 2017 Hasil penelitian yang dilakukan
(n=15) oleh oktavianto, setyawan, argo
(2014) Hasil uji wilcoxon
menunjukkan p value di semua
ekstremitas < 0,05 dan hasil uji
mann-whitney menunjukkan p
value di semua ekstremitas < 0,05.

8 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


Tabel 4.8 Dan CIMT adalah terapi yang
Gambaran kemampuan motorik bersifat memaksa responden untuk
kelompok perlakuan sebelum dan menggerakkan anggota yang
sesudah diberikan CIMT dan ROM mengalami kelemahan untuk
pada pasien stroke non hemoragik di meningkatkan/mengembalikan
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum jumlah neuron yang berhubungan
Semarangbulan April-Mei 2017 (n=15) dengan pergerakan ekstremitas
yang hemiparesis pada stroke
(Setiawan, 2011 hlm. 24-25).

Hasil penelitian yang dilakukan


olehIka, Kun Nur Rahayu (2014)
b. Pengaruh kemampuan motorik juga menunjukan adanya
sebelum dan sesudah Modifikasi perubahan kekuatan otot. Kekuatan
CIMT dan ROM (kelompok otot ekstremitas atas(tangan kanan)
intervensi) sebelum (ROM) 4,31, sesudah
Hasil menunjukan bahwa data (ROM) 4,75. Kekuatan otot pada
berdistribusi tidak normal dimana ekstremitas atas (tangan kiri)
pvalue ≤ 0.05.Karena data sebelum (ROM) 3,44 sesudah
berdistribusi tidak normal maka (ROM) 4,31. Kekuatan otot pada
dilakukan uji wilcoxon.Sebelum ekstremitas atas (kaki kanan)
dilakukan CIMT dan ROM, nilai sebelum (ROM) 4,31. sesudah
mean sebesar 2.333, sedangkan (ROM) 4,63. Kekuatan otot pada
setelah dilakukan CIMT dan ROM ekstremitas atas (kaki kiri)
nilai mean sebesar 3.866. sebelum (ROM) 3,44. sesudah
Berdasarkan uji wilcoxon, (ROM) 4,00. ROM dilakukan 2x
didapatkan Z skore sebesar -3.100 sehari selama 7 hari.
dan pvalue sebesar 0,002 (<0.05)
ini menunjukan ada pengaruh Hasil penelitian lainyang
secara bermakna kemampuan dilakukan oleh kurniawan, iwang
motorik sebelum dan sesudah (2013) juga menunjukanadanya
dilakukan CIMT dan ROM pengaruh penggunaan metode
CIMT (Constraint Induced
Tujuan ROM sendiri adalah untuk Movement Therapy) dengan
mengembalikan kemampuan peralatan sehari-hari dengan
motorik, mencegah terjadinya peningkatan kemampuan
kontraktur pada ekstremitas yang fungsional dan kemandirian
mengalami kelemahan.Mencegah ekstremitas atas pasien stroke.
bertambah buruknya sistem Diperoleh nilai mean atau rata-rata
neuromuskular dan meningkatkan dengan menggunakan CAHAI dari
sirkulasi darah (Smeltzer & Bare, pre test adalah 23,4 dan post
2013 hlm. 2138-2141). adalah meningkat menjadi 28,5,

Pengaruh Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy… (Elisabeth Erni D) | 9


Tabel 4.9 dengan nilai Zskore sebesar -
Mengetahui perbedaan peningkatan 2.719. Dengan demikian ada
kemampuan motorik antara kelompok pengaruh modifikasi constraint
intervensi (CIMT dan ROM) dengan induced movement therapy dan
kelompok kontrol (ROM) pada pasien ROM terhadap kemampuan
stroke non hemoragik di Rumah motorik pada pasien stroke non
Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang hemoragik di rumah sakit panti
bulan April-Mei 2017 (n=30) wilasa citarum semarang.

Intervensi N Mean
Std
Z Pvalue
Menurut guyton& hall.(2014) hlm
deviasi 725.Stroke menyebabkan berbagai
CIMT
15 1,533 1,060 - defisit neurologis bergantung pada
dan ROM 0.007
2.719 lokasi lesi salah satunya adalah
ROM 15 0,533 0,516
kerusakan pada saraf motorik. Bila
c. Menganalisis efektifitas antara korteks motorik dirusak,
ROM dibandingkan dengan keseimbangan di kedua efek yang
Modifikasi Constraint Induced bertentangan ini dapat berubah.
Movement Therapy (CIMT) dan Jika lesi tersebut jelas berada di
ROM terhadap perubahan dalam korteks motorik primer
kemampuan motorik pasien. dimana terletak sel besar betz,
Oleh karena data berdistribusi terjadi perubahan sangat kecil pada
tidak normal dimana p value 0.006 tonus otot karena unsur – unsur
untuk kelompok intervensi (CIMT piramidal dan ekstrapiramidal kira-
dan ROM) dan kelompok kontrol kita terkena sama beratnya.
(ROM) pvalue 0.049 Maka
digunakan uji Mann Withney Sebaliknya, biasanya lesi tersebut
Dapat diketahui bahwa responden sangat luas, dan meliputi sebagian
yang diberi intervensi CIMT dan besar korteks sensorimotoris, baik
ROM mendapat selisih mean nilai anterior maupun posterior terhadap
MMT 1,533 sedangkan kelompok darah motorik primer, dan kedua
kontrol selisih mean nilai MMT daerah ini biasanya menghantarkan
0,533, dan nilai std deviation untuk sinyal inhibisi melalui traktus
kelompok intervensi 1,060 dan ekstrapiramidal.Oleh karena itu,
untuk kelompok kontrol sebesar hilangnya inhibisi ekstrapiramidal
0,516 sehingga dapat disimpulkan merupakan gambaran yang
bahwa selisih mean dan nilai std menonjol yang dapat menimbulkan
deviation pada kelompok spasme otot.
intervensi (CIMT dan ROM) lebih
tinggi dibandingkan dengan Spasme yang disebabkan pada lesi
kelompok kontrol yang diberi sistem ekstrapiramidal biasanya
(ROM). Hasil uji statistik mengenai pula otot – otot fleksor,
pemberian kedua intervensi hasil sehingga menyebabkan kekakuan
pvalue sebesar 0.007 (<0.05) hebat dari ektremitas dan bagian
tubuh lainnya. Latihan rentang

10 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


gerak sendi dapat menimbulkan Semarang. dibandingkan dengan
rangsangan yang mengaktifkan ROM.Hal ini diperkuat dengan
proses kimiawi neuromuskuler dan hasil penelitian dari Shi YX,
muskuler. Rangsangan melalui (2011) dapat disimpulkan tinjauan
neuromasculer akan meningkatkan sistematis ini memberikan bukti
rangsangan pada serat saraf otot yang cukup kuat bahwa CIMT
ekstremitas terutama saraf yang dimodifikasi dapat
parasimpatis yang merangsang mengurangi tingkat kecacatan,
terbentuknya asetilcholin, yang meningkatkan kemampuan untuk
mengakibatkan kontraksi. menggunakan ekstremitas atas
Mekanisme melalui muskulus paretic, dan meningkatkan
terutama otot polos ekstremitas spontanitas selama gerakan, tapi
akan meningkatkan metabolisme bukti masih terbatas tentang
pada metakonderia untuk efektivitas CIMT dalam analisis
menghasilkan ATP yang kinematik.
dimanfaatkan oleh ekstremitas
sebagai energy untuk kontraksi dan Hasil penelitian lainnya menurut
meningkatkan tonus otot polos Ika,Kun Nur Rahayu, 2014 hasil
ekstremitas. Ditambah dengan penelitian, dapat disimpulkan Ada
CIMT dengan latihan yang pengaruh pemberian latihan range
intensitas, konsentrasi, durasi & of motion terhadap kemampuan
banyaknya latihan merupakan motorik pada pasien post stroke di
faktor yang penting dalam RSUD Gambiran Kediri.
membuat perubahan dalam fungsi Diberikan latihan range of motion
motor dan organisasi otak. 2x sehari selama 7 hari.

CIMT membangkitkan plastisitas KESIMPULAN


neuronal pada pasien stroke, 1. Distribusi frekuensi karakteristik
meningkatkan jumlah neuron yang pasienberdasarkan jenis kelamin
berhubungan dengan pergerakan menunjukan responden yang
ekstremitas yang hemiparesis pada mengalami stroke didominasi oleh
stroke dan meningkatan aliran laki-laki sebanyak 22 responden
darah ke korteks sensorik dan (73,3%) dan responden perempuan
motorik sehingga menyebabkan sebanyak 8 responden
penggantian susunan terlihat di (26.7%).Berdasarkan usiadapat
daerah-daerah kortikal. diketahui bahwapeningkatan stroke
terbanyak dialami pada usia lansia
Dengan demikian lebih efektif akhir sebanyak 16 responden
modifikasi constraint induced (53,3%), lansia awal sebanyak 8
movement therapy dan ROM saja responden (26,7%), manula
terhadap kemampuan motorik pada sebanyak 4 responden (13,3%) dan
pasien stroke non hemoragik di dewasa akhir sebanyak 2
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum responden (6,7%).

Pengaruh Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy… (Elisabeth Erni D)| 11


2. Sebelum dilakukan ROM, nilai 1. Bagi rumah sakit pantiwilasa
mean sebesar 1.800, sedangkan citarum semarang
setelah dilakukan ROM nilai mean Modifikasi CIMT dan ROM dapat
sebesar 2.333. Ini menunjukan ada diaplikasikan dalam praktek
pengaruh secara bermakna keperawatan dengan melakukan
kemampuan motorik sebelum dan minimal 4 jam sehari bisa lebih
sesudah dilakukan ROM. dari 2x dengan demikian dapat
3. Sebelum dilakukan CIMT dan memberi hasil yang lebih
ROM, nilai mean nilai kemampuan maksimal. Selain itu pasien dapat
motorik sebesar 2.333, sedangkan melakukannya secara mandiri
setelah dilakukan CIMT dan ROM 2. Bagi instansi pendidikan
nilai mean nilai kemampuan Bagi calon tenaga kesehatan
motorik sebesar 3.866. Ini diharapkan diberi bekal yang
menunjukan ada pengaruh secara cukup dan berkesinambungan
bermakna kemampuan motorik mengenai aktivitas fisik serta
sebelum dan sesudah dilakukan pelaksanaan non medis seperti
CIMT dan ROM. modifikasi CIMT dan ROM
4. Selisih perbedaan mean antara sehingga dapat diaplikasikan di
kelompok intervensi dan kelompok unit pelayanan kesehatan.
kontrol. Kelompok intervensi 3. Bagi peneliti selanjutnya
modifikasi CIMT dan ROM Peneliti seanjutnya diharapkan
mendapat mean nilai MMT 1,533 menambah waktu intervensi
sedangkan kelompok kontrol yang sehingga memperoleh pengaruh
diberi terapi ROM memiliki selisih yang lebih besar.Selain itu, peneliti
mean nilai MMT 0,533, dan nilai selanjutnya lebih memperhatikan
std deviation untuk kelompok faktor-faktor perancu dan sebisa
intervensi 1,060 dan untuk mungkin mampu mengendalikan
kelompok kontrol sebesar 0,516 faktor-faktor tersebut.
pada kelompok intervensi (CIMT
dan ROM) lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok DAFTAR PUSTAKA
kontrol yang diberi (ROM).pvalue
sebesar 0.007 (<0.05) dengan nilai A. Mark Gluck. Eduardo Mercado.
Zskore sebesar -2.719. Dengan Catherine E. Myers. (2014).
demikian kombinasi modifikasi Learning and memory from
constraint induced movement brain to behavior second
therapy dan ROM lebih efektif edition. New York. worth
terhadap kemampuan motorik pada publishers.
pasien stroke non hemoragik di https://books.google.com/books
rumah sakit panti wilasa citarum ?isbn=1464162964 diakses
semarang. pada tanggal 29 desember 2016

American Stroke Association


SARAN https://www.heart.org/idc/group

12 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


s/ahamah- duabelas.Editor
public/@wcm/@sop/@smd/doc Widjajakusumah,M.D., &
uments/downloadable/ucm_470 Tanzil,A. Singapore. Elsevier
707.pdf. Diakses pada tanggal
11 Januari 2017 Hermawanto,hery. (2010).
Ariani, Tutu April.(2012). System “Menyiapkan karya tulis
Neurobehaviour. Jakarta. Salemba ilmiah” panduan untuk
medika menyusun karya tulus ilmiah di
bidang kesehatan. Jakarta: TIM
Atika, Nurul. (2013). Hubungan hal 48
Fisioterapi Dengan
Peningkatan Kemampuan Herring, A. J. (2013).Tachdjian’s
Fungsi Motorik Pada Pasien pediatric Orthopaedics: from
Stroke Iskemik Di Rumah Sakit the texas Scottish rite hospital.
Pku Muhammadiyah http://book.google.co.id/book
Surakarta.Skripsi thesis, diperoleh 1 januari 2017
Universitas Muhammadiyah Hidayat,A.A.A. (2008). Praktikum
Surakarta. Keterampilan Dasar Praktik
Batticaca, FransiscaB. (2008). Asuhan Klinik. Jakarta: Salemba
Keperawatan Pada Klien Medika
Dengan Gangguan System
Persarafan. Jakarta. Salemba Ika, Kun Rahayu. (2014). Pengaruh
Medika Pemberian Latihan Range Of
Black, Joyce.M & hawks, Jane.H. Motion (Rom) Terhadap
(2014).Keperawatan Medikal Kemampuan Motorik Pada
Bedah Manajemen Klinis Untuk Pasien Post Stroke Di Rsud
Hasil Yang Diharapkan Edisi 8 Gambiran.http://ejournal.umm.
Buku 3. Singapore. Elsevier ac.id/index.php/keperawatan/art
icle/view/2864 diakses pada
Corwin,elizabeth J. (2009). Buku Saku tanggal 15 november 2016
Patofisiologi Edisi 3. Ahli
bahasa: Nike Budhi Subekti. Irfan,muhammad. (2010) .Fisioterapi
Jakarta. EGC Bagi Insan Stroke.Yogyakarta.
Digulio,mary,et all. (2014). Graha ilmu
Keperawatan medical
Kozier, B., Erb G. (2009). Buku Saku
bedah.Yogyakarta : Rapha
Praktek Keperawatan Klinis,
Publishing
Edisi 5. Ahli bahasa : Pamilih
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2008). Eko Karyun, Editor edisi bahasa
http://www.dinkesjatengprov.go Indonesia: Dwi Widarti Jakarta
.id/.pdf.diakses 24 maret 2016 : EGC

Guyton.,& Hall. (2014). Guyton dan Kurniawan, Iwang. (2013).


Hall buku ajar fisiologi Penggunaan Metode Constraint
kedokteran.Edisi Indunced Movement Therapy
Pengaruh Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy… (Elisabeth Erni D)| 13
(CIMT) Dengan Peralatan Edisi 4.Volume 2. Ahli bahasa,
Sehari-Hari Untuk Ratna Komalasari, et all.,, editor
Meningkatkan Kemampuan bahasa Indonesia, Monica Ester,
Fungsional Dan Kemandirian Dev Yulianti, Intan Paruhan.
Pada Ekstremitas Atas Pasien Jakarta:EGC
Stroke.http://www.distrodoc.co
m/288740-penggunaan-metode- Profil Kesehatan Provinsi Jawa
constraint-indunced-movement- Tengah.(2013).
therapy-cimt.diakses pada http://www.depkes.go.id/resour
tanggal 15 november 2016 ces/download/profil/PROFIL_K
ES_PROVINSI_2013/13_Prov_
Mcdemott,Annabel, Annie Rochette Jateng_2013.pdf ,diakses
OT, & Johanne Higgins OT tanggal 16 desember 2016
PhD (2016). Constraint-Induced
Movement Therapy –Upper Pudiastuti, ratna dewi. (2011). penyakit
Extremity.http://www.strokengi pemicu stroke.yogyakarta: Nuha
ne.ca/intervention/constraint- Medika
induced-movement-therapy- Ratnasari.(2014). Pengaruh latihan
upper-extremity/.diperoleh hook grib terhadap peningkatan
tanggal 13 Desember 2016 luas gerak sendi (LGS) jari pada
Muttaqin,A. (2008). Asuhan pasien stroke di RSUD
keperawatan klien gangguan Ambarawa. Stikes Telogorejo.
musculoskeletal. Jakarta: EGC Tidak diplublikasi

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Riset Kesehatan Dasar. (2013).


Metodologi penelitian http://depkes.go.id/resources/do
kesehatan. Jakarta: PT Rineka wnload/HasilRiskesdas2013.
Cipta pdf.html, diakses 24 maret 2016

Oktavianto,mochamad. A. W.(2014). Sally, Cynthia Destrie (2016)


Pengaruh terapimusik terhadap Perbedaan Latihan Constraint
kekuatan otot pasien stroke Induced Movement Therapy
yang menjalani range of motion (Cimt) Dan Latihan Mirror
(ROM) pasif di RS telogorejo Therapy Terhadap Kemampuan
semarang. Stikes Telogorejo. Fungsional Anggota Gerak Atas
Tidak diplublikasi Pasien Pasca Stroke.
http://digilib.esaunggul.ac.id/pe
Pinzon,R., Asanti, L., Sugianto., dan rbedaan-latihan-constraint-
Widyo, K. (2010). Awas stroke, induceddiakses pada tanggal 1
pengertian, gejala, tindakan, Desember 2016
perawatan dan pencegahan. Setiadi.(2007). Konsep & penulisan
Yogyakarta:ANDI riset keperawatan. Yogyakarta:
Graha ilmu
Potter, P.A, & Perry,A.G. (2006).
Fundamental Keperawatan

14 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


Setiawan.(2011). Constraint-induced Musculoskeletal:Seri Asuhan
movement therapy Keperawatan. Jakarta : EGC
(CIMT).Materi kuliah
Fisioterapi Neuromuskuler. Hal Syaifudin.(2009). Fisiologi tubuh
24-25. Fakultas Ilmu Kesehatan manusia untuk mahasiswa
UMS. Surakarta keperawatan. Jakarta: Salemba
Shi YX. (2011).“Modified constraint- Medika
induced movement therapy Tarwoto.(2013). Keperawatan medical
versus traditional rehabilitation bedah (gangguan sistem
in patients with upper-extremity persyarafan). Jakarta. Sagung
dysfunction after stroke: a seto
systematic review and meta-
analysis”.https://www.ncbi.nlm Taub E, Uswatte G, King DK, Morris
.nih.gov/pubmed/21621674Dia D, Crago JE and Chatterjee A.
kses tanggal 29 november 2016 (2006).A placebo-controlled
trial of constraint-induced
Silvia, Harmei Nevi. (2015) diakses movement therapy for upper
pada tanggal 1 april 2016 jam extremity after stroke.Stroke
12.30 (37) 1045-1049
http://physiosilvia.com/pemerik
saan-dan-pengukuran-kekuatan- Ulliya,Sarah. Bambang S. BM Wara K.
otot-manual-muscle-testing- (2007)Pengaruh Latihan Range
techniques-of-manual- Of Motion (Rom) Terhadap
examination/ Fleksibilitas Sendi Lutut Pada
Lansia Di Panti Wreda Wening
Smeltzer. Suzanne C & Bare. Brenda G. Wardoyo Ungaran.
(2013). Buju ajar keperawatan http://ejournal.undip.ac.id/index
medikal-bedah Brunner &
.php/medianers/article/view/718
Suddarth editor bahasa, Agung
diakses tanggal 29 november
Waluyo…(etall.); editor bahasa
indonesia, monica Ester. edisi 8.
2016
Jakarta. EGC
Wiwit S. (2010). Strokedan
Sofwan,Rudiyanto. (2010). stroke dan penanganannya (memahami, mencegah
rehabilitasi pasca- dan mengobati). Yogyakarta: Katahati
stroke.Jakarta : PT Bhuana Ilmu
Populer
Supardi, sudibyo dan Rustika.(2013).
Buku ajar metodologi riset
keperawatan. Jakarta: trans
info media

Suratun, Heryatidkk.(2008) .Klien


Dengan Gangguan System

Pengaruh Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy… (Elisabeth Erni D)| 15


16 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai