Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

TES KEMAMPUAN MENYIMAK

Disusun Oleh

Tiyari Hidayah (1713041022)


Irni Fitri (1713041024)
Rahmi Isthi Fadillah (1713041026)
Nabila Dwi Putri A. (1713041030)
Claudia Rehct Riadi (1713041032)

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dosen : Drs. Iqbal Hilal, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Perencanaan dan Pengembangan Tes Kemampuan Menyimak.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Drs. Iqbal Hilal, M.Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang
telah memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis sehingga bisa
terselesaikannya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi


para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan
untuk memperbaiki makalah ini.

Bandarlampung, 23 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

PRAKATA ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................

2.1 Konsep Dasar Menyimak ................................................................................ 3


2.2 Perencanaan Tes Kemampuan Menyimak ...................................................... 4
2.3 Pengembangan Tes Kemampuan Menyimak .................................................. 5

BAB III SIMPULAN .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang
lain melalui sarana lisan (pendengaran) merupakan kegiatan yang paling
pertama dilakukan manusia. Keadaan itu sudah terlihat sejak manusia masih
bernama bayi. Bayi manusia yang belum mampu menghasilkan bahasa. Sudah
akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan usaha memahami bahasa
orang-orang yang di sekitarnya. Dalam belajar bahasa (asing) pun kegiatan
pertama yang dilakukan pelajar adalah menyimak bunyi-bunyi bahasa yang
dipelajari, baik yang berupa ucapan langsung maupun melalui sarana rekaman.
Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara
dan memahami pembicaraan itu. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada
masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Pada masyarakat
bahasa modern pun (baca: yang telah memiliki sistem tulisan) dalam kehidupan
sehari-harinya, kegiatan berbahasa secara lisan akan jauh lebih banyak daripada
berbahasa tulis. Kenyataan itu dapat diartikan bahwa kemampuan berbahasa
secara lisan lebih fungsional dalam kehidupan sehari-hari daripada kemampuan
berbahasa tulis. Oleh karena itu, tes kemampuan berbahasa secara lisan dalam
kaitan ini adalah kemampuan menyimak, perlu diberi perhatian secara
memadai.
Dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah khususnya bahasa Indonesia
pengajaran dan tes menyimak kurang dapat perhatian sebagaimana halnya
keterampilan berbahasa yang lain. Belum tentu semua guru bahasa secara
khusus mengajarkan dan sekaligus menguji kemampuan
menyimak siswa dalam satu periode tertentu khususnya pada tingkat SMA,
walaupun sebenarnya kemampuan itu sangat diperlukan untuk mengikuti
pelajaran berbagai mata pelajaran. Hal ini mungkin disebabkan para guru
beranggapan bahwa dengan sendirinya siswa telah baik kemampuannya
memahami bahasa lisan, atau karena menyusun atau mempersiapkan tes
kemampuan menyimak memang tidak semudah dan sesederhana seperti halnya
tes-tes kemampuan yang lain. Tegasnya, tes kemampuan menyimak
memerlukan persiapan dari sarana yang telah khusus.
Dengan mendasarkan diri pada berbagai pertimbangan, antara lain
pertimbangan praktisan, tes kemampuan menyimak untuk siswa tingkat SMA
ke bawah tidak perlu dilaksanakan dalam tes sumatif, melainkan tes formatif
saja. Jadi ia dapat dipandang sebagai tes dalam proses, yaitu selama masih
berlangsungnya proses pengajaran. hal itu akan berbeda masalahnya dengan
mahasiswa jurusan bahasa yang secara khusus menempuh mata kuliah
komprehensif lisan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka makalah ini akan membahas
mengenai perencanaan dan pengembangan tes kemampuan menyimak sebagai
salah satu tes formatif dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat kita ketahui rumusan
masalah yang harus dipecahkan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep dasar menyimak?
2. Bagaimana perencanaan tes kemampuan menyimak?
3. Bagaimana pengembangan tes kemampuan menyimak?

1.3 Tujuan Penulisan


Merujuk dari rumusan masalah di atas maka dapat kita ketahui tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep dasar menyimak.
2. Mengetahui perencanaan tes kemampuan menyimak.
3. Mengetahui pengembangan tes kemampuan menyimak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Menyimak

2.1.1 Pengertian Menyimak

Tarigan (1985: 19), mengatakan bahwa menyimak adalah suatu


proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi
yang telahdisampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan,
sedangkan Haryadi dan Zamzani (1996: 21), mengatakan bahwa menyimak
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa
sebagai sasarannya dan untuk memahami isi yang disampaikan bunyi
tersebut.

Tarigan (1986:27) mengemukakan pendapat pula bahwa menyimak


adalahsuatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi
yang disampikan oleh sipembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Pendapat yang sama datang pula dari Suhendar dan Pien (1992: 4) yang
menyatakan bahwa keterampilan menyimak merupakan keterampilan
menangkap bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan atau yangdibacakan orang
lain dan mengubahnya menjadi bentuk makna untuk terus dievaluasi, ditarik
kesimpulan, dan ditanggapi. Sejalan dengan hal itu, menurut Harry dan
Walter dikutip dalam Suhendar dan Pien (1992: 4) empat langkah dalam
proses menyimak ialah mendengar, mengerti, mengevaluasi, dan
menanggapi.

Sementara itu, Hermawan (2012: 36-42) membagi menyimak


menjadi lima tahapanyaitu, penerimaan, pemahaman, pengingatan,
pengevaluasian, dan penanggapan. Selanjutnya, Oller dalam Tim 10 (1994:
30) mengemukakan bahwa kegiatanmenyimak yang termasuk kategori
pragmatik melibatkan: kegiatan yang berkenaan dengan pemrosesan urutan
temporal unsur kebahasaan yang membentuk makna dalam wacana dan
kegiatan yang berkenaan dengan pemrosesan urutan unsur konteks
ekstralinguistik yang menyertai unsur linguistik. Kemudian, Tarigan
(2006:27) merevisi pengertian menyimak sebelumnya dan menyatakan
bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar,
mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa, kemudian menilai hasil
interpretasi makna, dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana
bahasa tersebut.

Berdasarkan dari berbagai difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa


keterampilan menyimak adalah keterampilan seseorang dalam memahami
dan menanggapi pesan tersurat sekaligus yang tersirat dari pembicara.
Orang yang terampil dalam menyimak adalah orang yang kaya akan
pengalaman dan pengetahuan sehingga ia lancar dalam menyimak.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Menyimak

Menurut Hunt (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 59) ada empat fungsi

utama menyimak, yaitu:

a. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi.


b. Membuat hubungan antarpribadi lebih efektif.
c. Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yg masuk akal.
d. Agar dapat memberikan responsi yang tepat.

Sedangkan, menurut Logan dan Shrope (dalam Henry Guntur


Tarigan, 2008: 60-61) tujuan menyimak seperti berikut.

a. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara; dengan
perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.
b. Ada orang yang menyimak dengan penekanan dan penikmatan terhadap
sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau
dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya, dia
menyimak untuk menikmati keindahan audial.
c. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai
sesuatu yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-
tak logis, dan lain-lain); singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi.
d. Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai
sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan
puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan); pendek
kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
e. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat
mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-
perasaannya kepada orang lain dengan lancer dan tepat. Banyak contoh
dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini
merupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam
mengomunikasikan ide-idenya sendiri.
f. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia
dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang
membedakan arti (distignif), mana bunyi yang tidak membedakan arti;
biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa
asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
g. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat
memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara,
dia mungkin memperoleh masukan berharga.
h. Selanjutnya, ada lagi orang yang tekun menyimak pembicara untuk
meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama
ini diragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

2.1.3 Jenis – Jenis Menyimak

Henry Guntur Tarigan (2008: 37-59) membagi jenis menyimak dalam


dua macam, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif.

a. Menyimak ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah kegiatan menyimak
mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran,
tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru. Pada umumnya
menyimak ekstensif dapat dipergunakan untuk dua tujuan yang berbeda.
Menyimak ekstensif bisa juga disebut sebagai proses menyimak yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mendengarkan siaran radio,
televisi, percakapan orang di jalan, di pasar, kotbah di masjid dan
sebagainya. Beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif antara lain:

1) Menyimak sosial (social listening) yaitu kegiatan menyimak yang


dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di jalan,
dan sebagainya.
2) Menyimak sekunder (secondary listening) adalah kegiatan menyimak
yang dilakukan secara kebetulan. Contoh menyimak sekunder yaitu
pada saat kita belajar dan tiba-tiba kita mendengar suara anggota
keluarga kita bercanda di ruang tamu, suara radio, televisi, atau suara-
suara lain yang ada disekitar tempat tinggal kita.
3) Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut
menyimak apresiatif adalah kegiatan menyimak untuk menikmati atau
menghayati sesuatu. Misalnya menyimak pembacaan puisi.
4) Menyimak pasif adalah kegiatan menyimak suatu bahasan yang
dilakukan tanpa sadar.
b. Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah menyimak yang dilakukan untuk memahami
makna yang dikehendaki. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam
menyimak intensif diantaranya yaitu menyimak intensif pada dasarnya
menyimak pemahaman, menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi
pemikiran dan perasaan yang tinggi, menyimak intensif pada dasarnya
memahami bahasa formal dan menyimak intensif memerlukan produksi
materi yang disimak. Jenis-jenis yang termasuk dalam menyimak intensif
diantaranya adalah:
1) Menyimak kritis (critical listening)
adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau
kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran
seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat
diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis
lebihcenderung meneliti letak kekurangan, kekeliruan, dan
ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan
seseorang.
2) Menyimak konsentratif (concentrative listening)
sering juga disebut menyimak sejenis telaah. Menurut Dawson
(dalam Tarigan: 2008: 49) kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam
menyimak konsentratif yaitu:
(a) mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan;
(b) mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas,
tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab-akibat;
(c) mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu;
(d) memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;
(e) merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran,
ataupun pengorganisasiannya;
(f) memahami ide-ide sang pembicara;
(g) mencari dan mencatat fakta-fakta penting.
3) Menyimak kreatif (creative listening)
adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang mengakibatkan
kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang
disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya. Dalam
kegiatan menyimak kreatif ini tercakup kegiatan-kegiatan:
(a) menghubungkan makna-makna dengan segala jenis pengalaman
menyimak;
(b) membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan
baik sementara menyimak;
(c) menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran
imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan, dan
pementasan
(d) mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta
sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau
penyelesaian tersebut.
4) Menyimak eksplorasif
Menyimak yang bersifat menyelidik, atau exploratoty listening adalah
sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan
menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan
menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk
menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian,
informasi tambahan mengenai suatu topik dan isu, penggunjingan atau
buah mulut yang menarik.
5) Menyimak interogatif (interrogative listening)
adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir
dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak
pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak
mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan
informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara.
Dawson (dalam Tarigan, 2008: 52).
6) Menyimak selektif
adalah menyimak secara cerdas dan cermat aneka ragam ciri-ciri bahasa
yang berurutan (nada suara, bunyi, bunyi asing, bunyi-bunyi yang
bersamaan, kata dan frase, serta bentuk-bentuk ketatabahasaan). Satu-
satunya cara yang mungkin membuat kita terbiasa dengan bentuk
akustik bahasa ialah mendengarkannya atau menyimaknya secara
selektif. Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada
struktur-struktur ketatabahasaan ialah struktur-struktur yang diserap
oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan dalam otak
kita. Bahkan setelah kita berhenti menyimak pun, terutama bagi
susunan kata-kata seperti itu, otak kita terus melanjutkan proses
pengklasifikasian secara otomatis segala sesuatu yang telah kita dengar
itu.

2.2 Pengertian Kemampuan Menyimak

Keterampilan berasal dari kata dasar terampil. Soemarjadi (2001: 2)


berpendapat bahwa keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan.
Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan
cepat dan benar. Akan tetapi dalam pengertian sempit biasanya keterampilan
lebih ditujukan pada kegiatan yang berupa perbuatan, karena terampil itu lebih
dari sekedar memahami. Oleh karena itu, untuk menjadi yang terampil
diperlukan latihan-latihan praktis yang bisa memberikan rangsangan pada otak,
agar semakin terbiasa.

Poearwadarminta (2002: 1088), menyatakan bahwa keterampilan adalah


kecekatan; atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat
(dengan keahlian). Keterampilan pada dasarnya potensi manusia yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
memaksimalkan semua fungsi perkembangan manusia sehingga menjadikan
manusia yang utuh. Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan dan
keterampilan yang berbeda-beda. Dalam konteks pemerolehan keterampilan
berbahasa khususnya keterampilan menulis. Melatih keterampilan ini dapat
dilakukan sejak dini. Banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnya
keterampilan membuat cerita, keterampilan menulis puisi, dll. Dari beberap
pendapat tentang pengertian keterampilan di atas, makaMdapat disimpulkan
bahwa keterampilan adalah suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu
melalui belajar dengan cepat, cekat, dan tepat untuk memperoleh hasil tertentu
yang berlangsung secara terus-menerus sehingga membentuk kebiasaan.

Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran bahasa lisan sering kita


jumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Ketiga istilah itu
memang berkaitan dalam makna namun berbeda dalam arti. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia pengertian istilah itu dijelaskan seperti berikut.
Mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga.
Mendengarkan berarti mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh.
Sedang menyimakberarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang
diucapkan atau dibicarakan orang (Djago Tarigan, 2003: 2.5).

Menurut Henry Guntur Tarigan (1991: 4) menyimak adalah suatu proses


yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di
dalamnya. Menyimak melibatkan penglihatan, penghayatan, ingatan,
pengertian, bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun
harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Sedangkan menurut
Kamidjan dan Suyono (2002) menyimak adalah suatu proses mendengarkan
lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguhsungguh penuh perhatian,
pemahaman, apresiatif yang dapat disertai dengan pemahaman makna
komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.

Berdasarkan pengertian menyimak di atas dapat disimpulkan bahwa


menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh, penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
disampaikan secara nonverbal.

2.3 Perencanaan Tes Kemampuan Menyimak

2.3.1 Kisi-Kisi

A. Syarat kisi-kisi yang baik harus memenuhi syarat berikut:


1. kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau
materi yang telah diajarkan secara tepat dan proposional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah
dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soal.

B. Kompetensi Dasar (KD)


3.1 Mengidentifikasi unsur-unsur teks berita (membanggakan
dan memotivasi) yang didengar dan dibaca.

4.1 Menyimpulkan isi berita(membanggakan dan memotivasi)


yang didengar dan dibaca.

C. Aspek Penilaian
1. Kesesuaian isi
2. Kelengkapan isi
3. Ketepatan simpulan
4. Pelafalan & intonasi
5. Penggunaan bahasa
6. Kelancaran

2.4 Pengembangan Tes Kemampuan Menyimak

2.4.1 Soal Teks Kemampuan Menyimak

I. Tes Obyektif

Pilihlah huruf A, B, C, atau D sebagai jawaban yang paling benar!

Indonesia berada dalam status darurat narkoba. Menurut data yang


dirilis Badan Narkotika Nasional (BNN) ada lebih dari lima juga pencandu
narkoba di negeri ini. Angka yang memprihatinkan. Terlebih mayoritas
pengguna narkoba di Indonesia adalah remaja.

1. Pernyataan yang sesuai untuk teks berita diatas adalah….

a) Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya


mengonsumsi narkoba.
b) Narkoba adalah sesuatu yang biasa bagi warga Indonesia.
c) Mayoritas pengguna narkoba di Indonesia adalah remaja
d) Pencandu narkoba di Indonesia mencapai seratus juta jiwa

2. Teks berita diatas dimulai dengan unsur berita….


a) siapa b) apa c) kapan d) bagaimana

Penduduk dan perekembangan industri di wilayah perkotaan


memengaruhi permintaan lahan yang kian meningkat. Disisi lain,
diperlukan lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai daerah
resapan untuk menghindari banjir serta penyediaan hutan kota. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan antara luas lahan tersisa dengan
kebutuhan. Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat akan sulit
tercapai.

3. Simpulan teks berita tersebut adalah …

a) Kesejahteraan masyarakat sulit tercapai apabila pemerintah tidak


hendak memenuhi kebutuhan terhadapa lahan.
b) Ketidakseimbangan persediaan dan kebutuhan lahan menyebabkan
ketimpangan sosial masyarakat diwilayah perkotaan.
c) Kesejahteraan masyarakat dipengaruhi keseimbangan persediaan
lahan dengan kebutuhan lahan diberbagai sektor.
d) Kebutuhan lahan dalam sektor kependudukan dan industri semakin
mempersempit persediaan lahan dalam sektor pertanian.

4. Cuplikan berita diatas termasuk ke dalam bagian …

a) Orientasi b) ekor berita c) peristiwa d) sumber berita

5. Cermati kutipan teks berita berikut!

Teks 1
Banjir kembali melanda Pantura Jawa Timur. Hal itu disebabkan
meluapnya Bengawan Solo akibat tanggul di desa Tegalsari,
Kecamatan Widang, Tuban, jebol. Peristiwa itu juga merenggut dua
korban jiwa. Itulah yang disampaikan Camat Widang, Dwijono.

Teks 2
Minggu dini hari tanggul di desa Tegalsari, Kecamatan Widang, Tuban,
jebol. Akibat peristiwa itu dua orang meninggal dan pantura Jawa
Timur banjir. Sejauh ini telah diusahakan penanggulannya, tetapi belum
berhasil. Pihak kepolisian setempat mengimbau agar pengguna jalan
pantura berhati-hati.
Perbedaan penyajian kedua teks berita tersebut adalah ....
a) Teks 1: apa, bagaimana, mengapa, siapa ; Teks 2: apa, kapan
bagaimana, siapa
b) Teks 1: di mana, mengapa, bagaimana, siapa ; Teks 2: apa,
bagaimana, kapan, siapa
c) Teks 1: di mana, mengapa, siapa, bagaimana ; Teks 2: kapan,
bagaimana, apa, siapa
d) Teks 1: apa, mengapa, bagaimana, siapa ; Teks 2: kapan, apa,
bagaimana, siapa

II. Tes Subyektif


Simaklah teks berita berikut!

Rompi Cerdas ini karya Else Winda Sari dan Radeva Chanika

1) Else Winda Sari dan Radeva Chanika pelajar kelas VIII ini bahkan
berhasil menyabet medali emas dalam ajang Oli 22-26 Juli 2018. Mereka
membuat inovasi rompi yang dilengkapi dengan sensor ultrasonik. Karya
merekakemudian diberi nama 'Rompi Cerdas Penunjuk Arah dan
Pengaman Kecelakaan' untuk Penyandang Tunanetra. "Idenya berawal
dari keprihatinan para penyandang tunanetra yang selama ini hanya
dibantu tongkat tanpa ada sensor yang bisa memberitahu kalau ada
bahaya," tutur ketua kelompok Else kepada detikcom, Jumat (3/8/2018)
2) Else Winda Sari dan Radeva Chanika pelajar kelas VIII ini bahkan
berhasil menyabet medali emas dalam ajang Oli 22-26 Juli 2018. Mereka
membuat inovasi rompi yang dilengkapi dengan sensor ultrasonik. Karya
mereka kemudian diberi nama 'Rompi Cerdas Penunjuk Arah dan
Pengaman Kecelakaan' untuk Penyandang Tunanetra. "Idenya berawal
dari keprihatinan para penyandang tunanetra yang selama ini hanya
dibantu tongkat tanpa ada sensor yang bisa memberitahu kalau ada
bahaya," tutur ketua kelompok Else kepada detikcom, Jumat (3/8/2018).
3) Siswi yang hobi membaca novel ini menjelaskan bahwa rompi cerdas
buatannya mampu membantu penderita tuna netra karena telah
dilengkapi dengan berbagai sensor. Antara lain sensor ultrasonic yang
berfungsi mendeteksi benda-benda yang berada di depan dan di samping
pemakai rompi. Kemudian diteruskan perintah suara melalui headset
yang dipakai pengguna rompi.
4) "Jadi cara pakainya ada headset yang dipasang di telinga, kemudian nanti
kalau ada benda di sekitar pemakai, ada warning dari headset," jelasnya.
Selain itu ada lampu led mampu membuat penyandang tuna netra lebih
diwaspadai oleh orang normal saat malam hari. Sebab, lampu pada rompi
akan otomatis menyala saat gelap. Semua sensor tersebut diatur sebuah
mikro controller arduino yang sebelumnya sudah lebih dulu diprogram.
Menurut Else, dari beberapa percobaan yang dilakukan banyak kendala
yang dihadapi. Seperti saat menyeting sensor dengan obyek dan
terbakarnya sensor. "Dari lima kali percobaan membuat dan
memprogram rompi cerdas ini, kami mengalami tiga kali kegagalan dan
dua kali berhasil," imbuh Elsa. Untuk membuat rompi cerdas ini, Elsa
hanya menghabiskan dana Rp 282 ribu. "Kalau pakai alat ini bisa
dipastikan penyandang tunanetra lebih bisa merasa aman meski tanpa ada
yang mengawasi," papar dia.
5) Guru pembimbing Dwi Sudjatmiko menambahkan bahwa sebelum
mengikuti lomba, dirinya mengirim beberapa naskah. Namun yang
diterima hanya naskah rompi cerdas ini. Total hanya 6 sekolah yang
mewakili Jawa Timur dalam ajang OPSI ini."Alhamdulilah anak kami
berhasil membawa pulang medali emas," tambahnya.
Miko, sapaan akrabnya ingin mengembangkan hasil penelitian anak
didiknya agar bisa bermanfaat bagi para penyandang tunanetra. Selain
itu, saat lomba kemarin salah satu juri memberikan saran agar menambah
sensor warna dalam rompi ini.
(https://news.detik.com)

Soal
1. Berdasarkan hasil simakan kalian, identifikasilah unsur kebahasaan
teks berita tersebut dan paparkan secara lisan di depan teman-
temanmu!
2. Berdasarkan hasil simakan kalian, buatlah simpulan isi teks berita
tersebut dan paparkan secara lisan di depan teman-temanmu!

2.4.3 Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Menyimak

NO ASPEK MUTU DESKRIPSI SKOR


1. Kesesuaian isi
2. Kelengkapan isi
3. Ketepatan simpulan
4. Pelafalan & intonasi
5. Penggunaan bahasa Tidak lebih dari dua
SB kesalahan selama
berlangsungnya 17-20
kegiatan.
Sedikit terjadi kesalahan,
B tetapi bukan pada 14-16
penggunaan pola.

Kadang-kadang terjadi
C kesalahandalampenggun 11-13
aan pola tertentu, tetapi
tidak mengganggu
komunikasi.
Sering terjadi kesalahan
K dalam polatertentu 8-10
karena kurang cermat
yang dapat mengganggu
komunikasi.
Ada kesalahan dalam
SK penggunaan pola-pola 3-7
pokok secaratetap yang
selalu mengganggu
komunikasi.
Penggunaan tata bahasa
hampir selalutidak tepat.
6. Kelancaran SB Lancar atau idak ada 13-15
hambatan dalam
menyampaikan hasil
simakannya.
B Lancar dalam 10-12
menyampaikan hasil
simakan tetapi masih
ada bacaan yang
diulang, tetapi nafas
teratur.
C Ada beberapa 7-9
pengulangan dalam
menyampaikan hasil
simakan.
K Tersendat-sendat 4-6
dalam menyampaikan
hasil simakan, nafas
tersengal-sengal dan
banyak pengulangan.
SK Tidak lancar sama 1-3
sekali dalam
menyampaikan hasil
simakan.

BAB III
SIMPULAN

Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran bahasa lisan sering kita


jumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Ketiga istilah itu
memang berkaitan dalam makna namun berbeda dalam arti. Keterampilan
menyimak adalah keterampilan seseorang dalam memahami dan menanggapi
pesan tersurat sekaligus yang tersirat dari pembicara. Orang yang terampil
dalam menyimak adalah orang yang kaya akan pengalaman dan pengetahuan
sehingga ia lancar dalam menyimak. menyimak adalah suatu proses yang
mencakup kegiatan mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan
sungguh-sungguh, penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal.
DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB.

Dyah Pangesti Viviyanti. 2016. Pengembangan instrumen Penilaian Kompetensi Dasar

Menyimak pada Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa

Kelas VII SMP N 15 Yogyakarta. Jurnal Usd. [internet]. [diunduh 2019 Okt 17]:40-59.

Tersedia di https://respository.usd.ac.id/7898/

Puspita Sari Jumiati. 2014. Keterlaksanaan Evaluasi Keterampilan Menyimak Berita

pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Smp N1 Kota Bengkulu. Jurnal Unib.


[internet]. [diunduh 2019 Okt 17]:8-29. Tersedia di
https://respository.unib.ac.id/8215/1/I%252CII%252II-14-jum.FK.pdf

Djuanda Dadan. 2010. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah.

Jurnal Upi. [internet]. [diunduh 2019 Okt 17]:28-40. Tersedia di


https://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN/Nomor_13-
ApriL_2010/Penilaian_dalam_Pembelajaran_Bahasa_Indonesia_di_Sekolah-
dadan_Juanda.pdf

Dirjen GTKKPK. 2019. Teks Berita, Eksposisi, Puisi, dan Iklan. [internet]. [diunduh

2019 Okt 17]:15-75. Tersedia di


https://file.p4tktklp.kemendikbud.go.id/_MODUL/2019/UPPKP/02._Unit_pembelajar
an_SMP/03._Bahasa_Indonesia/

Anda mungkin juga menyukai