Anda di halaman 1dari 34

THE MOST (MAGNIFICENT OF SPECIAL TREATMENT) EXPERIENCE

ON AIRPLANE: SOLUSI MENGHILANGKAN WASTING TIME PADA


PROSES BOARDING DI PESAWAT TERBANG

Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional


Reality Writing Competition (RWrC) 2017
UKMF Penelitian-REALITY
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta

Disusun oleh:
MEDA AJI SAPUTRO D200140266
LATHIIFAH THAWAFANI D600150084
FIKI CANDRA SETIYAWAN D600140011

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
2017

i
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Karya Tulis : THE MOST (Magnificent Of Special
Treatment) on Airplane: Solusi
Menghilangkan Wasting Time pada Proses
Boarding di Pesawat Terbang
2. Ketua Kelompok
a. Nama lengkap : Meda Aji Saputro
b. NIM : D200140266
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Mesin/Teknik
d. Asal Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta
e. Nomor Telepon/HP : 082132153782
f. Email : meda.saputro@gmail.com
g. Alamat : Bangun Rejo, RT. 12, Kec. Tenggarong
Seberang, Kab. Kutai Kartanegara,
Kalimatan Timur
3. Jumlah Anggota : 2 (dua)
4. Nama Anggota Kelompok : 1) Fiki Candra Setiyawan
2) Lathiifah Thawafani
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan
: Mohammad Alfatih Hendrawan S.T., M.T
Gelar
b. NIDN/NIP : 0620067601
c. Nomor Telepon/HP : 085728925088
d. Email : alfatih@ums.ac.id

Surakarta, 17 April 2017

Pembimbing Ketua Kelompok

(Mohammad Alfatih Hendrawan S.T., M.T) (Meda Aji Saputro)


NIDN/NIP. 0620067601 NIM. D200140266
Disetuji,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik,

(Ahmad Kholid Al Ghofari, S.T., M.T)


NIK. 985

ii
LEMBAR ORISINALITAS KARYA TULIS
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL
REALITY WRITING COMPETITION (RWrC) 2017

Judul Karya Tulis : THE MOST (Magnificent Of Special Treatment) on


Airplane: Solusi Menghilangkan Wasting Time pada
Proses Boarding di Pesawat Terbang.

Nama Ketua : Meda Aji Saputro.


Nama Anggota : 1) Fiki Candra Setiyawan.
2) Lathiifah Thawafani.

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa karya tulis ilmiah
dengan judul yang tersebut di atas memang benar menupakan karya orisinal yang
dibuat oleh penulis dan belum pernah dipublikasikan dan/atau dilombakan di luar
kegiatan “Lomba Karya Tulis Ilmiah RWrC 2017” yang diselenggarakan oleh
Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Reality Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta. Demikian penyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dan
apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami siap untuk
didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kami.

Surakarta, 17 April 2017

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

(Mohammad Alfatih Hendrawan S.T., M.T) (Meda Aji Saputro)


NIDN/NIP. 0620067601 NIM. D200140266

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah
yang berjudul THE MOST (Magnificent Of Special Treatment) on Airplane:
Solusi Menghilangkan Wasting Time pada Proses Boarding di Pesawat Terbang.
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun sebagai syarat mengikuti kegiatan
“Lomba Karya Tulis Ilmiah RWrC 2017” yang diselenggarakan oleh Unit
Kegiatan Mahasiswa Fakultas Reality Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ahmad Kholid Al Ghofari, S.T., M.T. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Muh Alfatih Hendrawan, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing kami.
3. Seluruh tim yang telah membantu menyelesaikan penulisan karya ilmiah
ini.
Penulis berharap penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat untuk membangun wawasan dan ilmu pengetahuan. Penulis sadar
bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan, penulisan, dan bahasa. Oleh karena itu Penulis berharap kritik dan
saran sebagai masukan bagi penulis untuk yang lebih baik lagi.

Surakarta, 17 April 2017


Penulis

iv
DAFTAR ISI

JUDUL JUDUL ................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
LEMBAR ORISINALITAS KARYA TULIS ..................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II TNJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 4
2.2 Solusi Yang Pernah Ditawarkan ........................................................... 7
BAB III METODE PENULISAN ..................................................................... 9
3.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 9
3.2 Pengolehan Data ................................................................................... 10
3.3 Analisis Data ......................................................................................... 10
3.4 Kerangka Berpikir ................................................................................ 10
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 12
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 16
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16
5.2 Saran ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... 19
LAMPIRAN ........................................................................................................ 23

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kondisi Kabin Pesawat Terbang Pada Saat Boarding ..................... 5
Gambar 3.1 Bagan Analisis Data .......................................................................... 10
Gambar 3.2 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................. 11
Gambar 4.1 Rancangan Konseptual ..................................................................... 13
Gambar 4.2 Barang Muatan yang Sudah Tertata Rapi di Atas Conveyor ........... 14
Gambar 4.3 Proses Loading Barang Muatan pada Rancangan Konseptual ......... 15

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Banyaknya Pesawat Terbang Menurut Sertifikasi Operator Angkutan


Udara Tahun 2012-2015 ....................................................................... 4
Tabel 2.2 Jumlah Keberangkatan Penumpang untuk Penerbangan Luar dan Dalam
Negeri per tahun ................................................................................... 6
Tabel 2.3 Jumlah Kedatangan Penumpang untuk Penerbangan Luar dan Dalam
Negeri per tahun ................................................................................... 6

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Conveyor yang Terhubung dari Ruang Tunggu


Gate dengan Garabrata ......................................................................... 23
Gambar 2. Conveyor di Dalam Garabrata ............................................................ 23
Gambar 3. Barang Muatan Penumpang yang Masuk
ke Kabin Melaui Conveyor ................................................................ 24
Gambar 4. Pandangan Rancangan Konseptual Dilihat dari Pesawat ................... 24
Gambar 5. Pandangan Atas Rancangan Konseptual ............................................ 25

viii
THE MOST (MAGNIFICENT OF SPECIAL TREATMENT) EXPERIENCE
ON AIRPLANE: SOLUSI MENGHILANGKAN WASTING TIME PADA
PROSES BOARDING DI PESAWAT TERBANG

Meda Aji Saputro, Lathiifah Thawafani, Fiki Candra Setiyawan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
meda.saputro@gmail.com

ABSTRAK

Era millennium seperti saat ini banyak manusia yang ingin berada pada
suatu tempat dengan jangka waktu yang cepat. Untuk itu akomodasi pesawat
terbang merupakan alat transportasi yang menjanjikan. Namun, ada beberapa
masalah terhadap fasilitas atau fitur yang ada pada pesawat terbang, salah satunya
adalah bagasi kabin (overhead bins). Permasalahan tersebut terletak pada proses
memasukan (loading) dan mengeluarkan (unloading) barang muatan dari
overhead bins yang dinilai kurang nyaman, efektif dan tidak mampu diakomodasi
oleh sebagian orang di seluruh dunia, khususnya orang Asia (seperti Indonesia
yang memiliki tubuh yang lebih pendek). Oleh karena itu dapat menyebabkan
waktu yang terbuang sia-sia (wasting time) pada saat proses boarding.
Berdasarkan masalah tersebut, penulis memiliki gagasan yaitu inovasi teknologi
pada overhead bins pesawat terbang dengan menambahkan conveyor sebagai alat
bantu penumpang dalam melakukan proses loading dan unloading barang muatan
penumpang ke dalam overhead bins pesawat. Gagasan ini dinamakan The MOST
(Magnificent Of Special Treatment) Experience on Airplane: solusi
menghilangkan wasting time pada proses boarding di pesawat terbang. Proses ini
dilakukan di ruang tunggu gate, barang muatan penumpang yang tidak masuk ke
dalam bagasi kargo (cargo bay) pesawat terbang. Kemudian dimasukkan ke dalam
kabin pesawat dengan conveyor yang terhubung dari ruang tunggu gate ke dalam
kabin pesawat secara otomatis. Dengan adanya inovasi ini waktu yang awalnya
digunakan untuk memasukkan barang muatan penumpang ke dalam overhead bins
dapat hilang kurang lebih sekitar 30 menit.

Kata kunci : conveyor, kabin, pesawat, overhead bins, wasting time.

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan suatu proses pemindahan manusia atau barang dari
suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan alat bantu kendaraan
darat, kendaraan laut dan kendaraan udara, baik yang pribadi maupun umum
(Putri, 2016). Pada era globalisai transportasi memegang sebuah peranan penting
dalam menunjang berlangsungnya segala kegiatan dalam kehidupan manusia,
karena kebutuhan transportasi adalah kebutuhan turunan akibat aktivitas ekonomi,
sosial, dan sebagainya (Priyatna, 2013). Seiring dengan pertumbuhan penduduk
yang semakin yang semakin terus meningkat, kebutuhan akan transportasi pun
semakin bertambah (Hutasoit, 2016). Di sisi lain, perubahan gaya hidup yang
menuntut masyarakat untuk serba cepat memicu semakin banyak masyarakat yang
memilih jasa penerbangan sebagai sarana transportasi mereka (Ritonga, 2015).
Sektor penerbangan dewasa ini merupakan sektor baru yang paling penting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi disebuah negara (Archana, 2012).
Karakteristik jasa sektor penerbangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan
jasa transportasi yang lain, dimana sektor penerbangan dapat melayani angkutan
dengan kecepatan tinggi, daya angkut yang semakin luas, daya jelajah yang
semakin jauh, tingkat kenyamanan pelayanan penumpang semakin tinggi, dan
keandalan serta keselamatan terbang pun semakin meningkat (Awaluddin, 2013).
Salah satu diselenggarakannya penerbangan adalah mewujudkan penyelenggaraan
penerbangan yang aman, tertib dan teratur, nyaman dan ekonomis (Setiani, 2016).
Kondisi saat ini banyak sejumlah maskapai penerbangan yang tidak
memperhatikan tingkat ergonomi atau kenyamanan pada penumpang.
Hal ini disebabkan karena beberapa fitur dan kelengkapan komponen pada
kabin penumpang (passenger cabin) pesawat terbang dinilai kurang nyaman,
efektif dan tidak mampu diakomodasi oleh sebagian orang Asia khususnya orang
Indonesia. Salah satunya adalah overhead stowage compartments bin atau lebih
dikenal dengan sebutan overhead bins yang merupakan sebuah bagasi yang
terletak diatas tempat duduk penumpang dan berada di sepanjang kabin pesawat

1
terbang dari depan ke belakang. Overhead bins berfungsi untuk meletakan atau
menyimpan barang muatan penumpang selama penerbangan (Djamal, 2013).
Beberapa peneliti melakukan penelitian mengenai tata letak dan sistem saat
loading dan unloading saat pesawat terbang melakukan boarding. Pada tahun
2008, Steffen menyatakan bahwa urutan boarding penumpang ditentukan oleh
ketentuan yang ada pada kursi mereka. Segi penting dari metode yang diusulkan
adalah bahwa hal itu menetapkan penumpang pesawat ke tempat duduk sehingga
barang di bagasi mereka tersebar merata di seluruh pesawat. Hal ini mengurangi
waktu penumpang untuk mengambil dan menemukan penyimpanan yang tersedia
di kabin overhead saat menyimpan barang-barang mereka (Steffen, 2008). Selain
itu, tata letak komponen membuat penumpang di seluruh dunia khususnya dari
Asia (seperti Indonesia yang memiliki tubuh yang lebih pendek) akan mengalami
kesulitan dan rasa tidak nyaman pada saat proses memasukan (loading) dan
mengeluarkan (unloading) barang muatan karena harus melewati lorong (jalan
diantara dua kursi), serta masih mengangkat barang muatan ke overhead bins
yang begitu sempit dan dapat menimbulkan wasting time pada saat boarding
(Milne, 2013).
Namun dari berbagai penelitian dan solusi yang ditawarkan, belum ada yang
mampu untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan hal tersebut penulis
memiliki gagasan yaitu inovasi pada bagasi kabin pesawat (overhead bins) dengan
menambahkan kapasitas ukuran dan beban dengan proses loading dan unloading
barang muatan penumpang berbasis conveyor yang mana proses tersebut tidak
dilakukan di dalam kabin pesawat, kemudian gagasan ini dinamakan The MOST
(Magnificent Of Special Treatment) Experience on Airplane: Solusi
Menghilangkan Wasting Time pada Proses Boarding di Pesawat Terbang.
Diharapkan gagasan ini dapat mengurangi dan menghilangkan wasting time
selama boarding, karena memasukkan barang muatan ke overhead bins
membutuhkan waktu yang lama.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi gagasan The MOST (Magnificent Of Special
Treatment) Experience on Airplane ?
b. Apa keuntungan yang diperoleh masyarakat mengenai inovasi The MOST
(Magnificent Of Special Treatment) Experience on Airplane ?
c. Siapa saja yang berperan dalam merealisasikan inovasi The MOST
(Magnificent Of Special Treatment) Experience on Airplane ?

1.3 Tujuan
Berikut merupakan tujuan diadakannya pengembangan dari overhead bin
yang diinovasikan dalam bentuk The MOST (Magnificent Of Special
Treatment) Experience on Airplane:
a. Melakukan perbaikan pada overhead bins dengan menambah kapasitas
ukuran dan beban berbasis conveyor.
b. Memperbaiki system proses loading dan unloading pada saat
memasukkan barang muatan penumpang di kabin.

1.4 Manfaat
Berikut merupakan manfaat dari The MOST (Magnificent Of Special
Treatment) Experience on Airplane:
a. Penumpang dan awak pesawat tidak lagi terbayang-bayang dengan risiko
cidera yang dapat terjadi pada saat proses loading dan unloading barang
muatan.
b. Memberikan solusi alternatif mengatasi permasalahan ketidakefisienan
waktu boarding dengan lebih cepat, efektif, dan efisien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Perkembangan industri penerbangan di Indonesia saat ini mengalami
peningkatan dan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari semakin
banyaknya maskapai penerbangan dan jumlah pesawat terbang (Tabel 2.1) baik
milik dalam negeri maupun asing yang mulai fokus pada segmen pasar low-cost
carrier hingga pasar premium (Agyl, 2013).
Tabel 2.1 Banyaknya Pesawat Terbang Menurut Sertifikasi Operator Angkutan
Udara Tahun 2012-2015 (Unit)
OC 91, AOC 137,
No Tahun AOC 121 AOC 135 Jumlah
PSC 141, FASI
1 2012 478 276 196 950
2 2013 513 304 243 1061
3 2014 527 293 247 1067
4 2015 562 325 270 1157
Keterangan :
a)
AOC 121 : Pesawat terbang komersil dengan kapasitas diatas 30 tempat duduk
b)
AOC 135 : Pesawat terbang komersil dengan kapasitas dibawah 30 tempat duduk
c)
OC 91, AOC 137, PSC 141, FASI : Pesawat milik pribadi atau umum non komersil.
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, 2015
Peningkatan jumlah pesawat terbang yang dimiliki oleh maskapai
penerbangan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kegiatan
perekonomian, pariwisata, sosial dan budaya (Budiato, 2014). Pesawat terbang
dengan kapasitas diatas 30 tempat duduk menempati urutan pertama dalam
penyumbang populasi jumlah pesawat terbang nasional. Pesawat jenis tersebut
yaitu pesawat berbadan besar dengan merk Boeing, Airbus, Embraer, Bombardir,
bahkan pesawat produksi PT. Dirgantara Indonesia. Saat ini pesawat berbadan
besar tersebut masih mejadi pilihan utama maskapai penerbangan di Indonesia
dalam menjalankan mobilitasnya, karena daya angkut yang besar serta luas,
tingkat teknologi yang tinggi dan daya jelajah yang jauh (An, 2015).

4
Meskipun pesawat berbadan besar tersebut memiliki fasilitas yang canggih,
namun tetap masih ada masalah pada beberapa fasilitas dan komponen yang
menyangkut tentang tingkatan ergonomi yang disebabkan oleh:
1) Elemen desain ergonomis untuk kategori pesawat transportasi tidak
begitu jelas dan lengkap, yang dapat menyebabkan risiko dalam operasi
pesawat.
2) Tidak ada Standard Operating Procedure (SOP) terpadu yang dapat
mendukung aktivitas desain ergonomi dan proses penggunaan suatu
komponen (Zhang, 2014).
Salah satu komponen yang masuk dalam permasalahan desain ergonomis
adalah overhead stowage compartments bin atau overhead bins. Overhead bins
merupakan sebuah bagasi yang terletak di atas tempat duduk penumpang dan
berada di sepanjang kabin pesawat terbang dari depan ke belakang. Proses loading
dan unloading barang muatan yang masih manual dan tata letak komponen yang
terlalu tinggi (Gambar 2.1), memicu overhead bins menjadi kurang ergonomis
dalam penggunaanya dan merupakan kegiatan yang “menyebalkan” bagi
penumpang di seluruh dunia terutama Indonesia yang memiliki ukuran tubuh yang
lebih pendek, karena harus melewati lorong (jalan diantara dua kursi) dan masih
harus mengangkat barang muatan ke overhead bins (wired.com) (Ningrum, 2014)
(ww.wsj.com).

Gambar 2.1 Kondisi Kabin Pesawat Terbang Pada Saat Boarding


Sumber: http://www.indoflyer.net/Forum/printable.asp?m=55879

5
Kondisi ini dapat menimbulkan situasi yang tidak kondusif pada kabin
pesawat terbang, sehingga dapat berujung pada tingkat ketidakpuasan penumpang
kepada maskapai penerbagan di Indonesia menjadi tinggi (Firdaus, 2015). Hal ini
secara tidak langsung dapat berimbas terhadap produsen pesawat terbang selaku
pembuat pesawat terbang, karena beberapa jenis pesawat terbang yang di produksi
memiliki kekurangan yang berdampak negatif pada maskapai penerbangan.
Mengingat bahwa jumlah pengguna moda transportasi udara di Indonesia dari
tahun ke tahun terus meningkat, serta didukung dengan kondisi geografis
Indonesia yang luas terdiri dari banyak kepulauan, membuat negara ini sangat
membutuhkan moda transportasi cepat dan canggih yaitu pesawat terbang (Fahmi,
2014). Berikut tabel jumlah keberangkatan dan kedatangan untuk penerbangan
dalam dan luar negeri :
Tabel 2.2 Jumlah Keberangakatan Penumpang untuk Penerbangan Luar dan
Dalam Negeri Per Tahun
No Tahun Keberangakatan Jumlah
Luar Negeri 11.749.073
1 2012
Dalam Negeri 70.682.216
Luar Negeri 13.221.004
2 2013
Dalam Negeri 73.594.917
Luar Negeri 13.649.482
3 2014
Dalam Negeri 71.625.696
Luar Negeri 13.694.482
4 2015
Dalam Negeri 72.563.813
Tabel 2.3 Jumlah Kedatangan Penumpang untuk Penerbangan Luar dan Dalam
Negeri Per Tahun
No Tahun Kedatangan Jumlah
Luar Negeri 11.808.006
1 2012
Dalam Negeri 69.494.439
Luar Negeri 13.136.131
2 2013
Dalam Negeri 77.568.403
Luar Negeri 13.245.568
3 2014
Dalam Negeri 73.889.533

6
No Tahun Kedatangan Jumlah
Luar Negeri 13.175.804
4 2015
Dalam Negeri 75.593.248
Sumber : BPS Indonesia, 2015
Pertumbuhan jumlah pengguna moda transpotasi udara di Indonesia,
membuat beberapa maskapai penerbangan nasional selaku penyedia jasa
transportasi belomba-lomba memesan atau membeli pesawat terbang untuk
memenuhi permintaan masyarakat Indonesia dalam jumlah yang tidak sedikit.
Seperti pada tahun 2013 maskapai penerbangan Lion Air memesan sebanyak 234
unit pesawat terbang dari produsen pesawat terbang Eropa yaitu Airbus dengan
nilai pembelian mencapai US$ 23,8 milyar (tempo.co.id). Pada tahun 2011
maskapai tersebut menandatangani kontrak pembelian 230 unit pesawat terbang
dari produsen pesawat terbang Amerika Serikat yaitu Boeing dengan nilai
pembelian total US$ 21,7 milyar (dw.com). Dan pada tahun 2015 maskapai
penerbangan Garuda Indonesia memesan 30 unit pesawat terbang dari Airbus dan
60 unit pesawat terbang dari Boeing dengan nilai pemesanan mencapai US$ 20
milyar (bbc.com). Kegiatan perdagangan tersebut merupakan potensi pasar yang
tersirat dan seharusnya mendorong produsen pesawat terbang untuk
memperhatikan permasalahan yang dialami oleh pengguna atau penumpang
serinci mungkin yang menyangkut posisi strategis maskapai penerbangan (Hall,
2013), agar dapat memberikan feedback yang bagus kepada maskapai
penerbangan dan produsen pesawat udara dalam rangka mempertahankan pangsa
pasar perusahaan.

2.2 Solusi Yang Pernah Ditawarkan


1. A new method for boarding passengers onto an airplane
Menurut penelitian Prof. R. John Milne pada tahun 2013 yang
menggunakan metode penerapan nomor kursi dimana disesuaikan dengan
nomor bagasi, hal ini dilakukan dengan cara memanfaatkan metode
Steffen dimana urutan boarding penumpang ditentukan oleh ketentuan
yang ada pada kursi mereka. Segi penting dari metode yang diusulkan
adalah bahwa hal itu menetapkan penumpang pesawat ke tempat duduk

7
sehingga barang di bagasi mereka tersebar merata di seluruh pesawat. Hal
ini mengurangi waktu penumpang untuk mengambil dan menemukan
penyimpanan yang tersedia di kabin overhead saat menyimpan barang-
barang mereka. Perbedaan utama antara metode pemecahan masalah yang
diusulkan dengan metode Steffen adalah bahwa Steffen mengasumsikan
para penumpang telah ditetapkan pada kursi, terlepas dari mereka
membawa bagasi atau tidak dan metode ini menetapkan penumpang
dengan nomor kursi supaya bagasi merata di seluruh pesawat.

2. An airier airplane takes off


Dalam metode ini para peneliti melakukan perubahan dengan cara
perancangan ulang pada desain inerior pesawat. Penyimpanan barang
muatan pada overhead bins dirancang untuk dapat masuk ke langit-langit
pada sudut pesawat yang secara otomatis akan memberikan ruang yang
luas sehingga untuk penumpang yang berbadan tinggi dapat berdiri tegak
dan tanpa harus membungkuk di bawah overhead bins, sehingga dengan
melakukan perubahan pada desain interior ini dapat membuat penumpang
lebih cepat untuk naik turun pesawat (McCartney, 2011).
Metode ini sekarang telah digunakan pada pesawat penumpang dengan
merk Boeing di berbagai series.

3. Penggunaan ruang lantai di bawah tempat duduk


Beberapa penerbangan telah mengadopsi metode ini yaitu dengan
menyediakan dua tempat penyimpanan. Yang pertama adalah pada
overhead bins dan kedua adalah ruang lantai di depan tempat duduk.
Untuk barang-barang yang ringan diletakkan pada overhead bins
sedangkan untuk barang-barang yang lebih berat diletakkan pada ruang
lantai di depan tempat duduk. Untuk mempercepat proses pemasukan
barang, tidak diperkenankan menyimpan barang di tempat penyimpanan
dengan memblokir lorong (IATA, 2015).

8
BAB III
METODE PENULISAN

Metode penulisan merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk


mengumpulkan data, pengolehan data, menganalis data dan kerangka berpikir
dengan teknik tertentu.

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan sumber data maka dalam pengumpulan data penulis
menggunakan beberapa metode sebagai berikut :

3.1.1. Studi Kepustakaan


Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menggunakan dan mempelajari buku-buku, internet, atau media lain
yang ada hubungannya dengan masalah karya tulis ini.

3.1.2. Penelitian Lapangan


Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
meninjau dan mengamati secara langsung.
3.1.2.1. Interview (Wawancara)
Metode pengumpulan data dengan tanya jawab secara tidak
langsung (forum diskusi online) terhadap pihak-pihak yang
terlibat terhadap masalah karya tulis ini.

3.1.2.2. Literature
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
memanfaatkan sejumlah jurnal-jurnal sebagai penunjang
dalam pengambilan teori dasar.

3.2 Pengolehan Data


Penulis memperoleh sumber dari data sekunder yaitu data yang digunakan
untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berhubungan dengan masalah

9
penulisan karya tulis ilmiah. Data sekunder dapat diperoleh dari perpustakaan atau
laporan-laporan penelitian terdahulu. Karya tulis ilmiah ini tidak menggunakan
data primer (data yang diambil secara langsung) melainkan data sekunder yang
diperoleh melalui kepustakaan yang dilakukan dengan membaca buku – buku,
jurnal – jurnal dan literatur yang tersedia dalam bentuk pustaka cetak maupun
elektronik, serta studi – studi terdahulu yang memiliki kaitan dengan tujuan dan
objek penulisan.

3.3 Analisis Data


Analisis data dalam penulisan kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan dalam periode tertentu. Dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan model analisis interaktif
yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction),
sajian data (display) dan verifikasi data/penarikan kesimpulan (conclusion
drawing).

Pengumpulan Reduksi Menyajikan Penarikan


Data Data Data Kesimpulan

Gambar 3.1 Analisis Data

Pada karya tulis ini, dilakukan proses reduksi data melalui proses
pemilihan dan pemusatan bahasan mengenai penulisan ini. Kemudian dilakukan
analisis data dari sajian data yang diperoleh saat proses pengumpulan data hingga
diperoleh satu penarikan kesimpulan.

3.4 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir pada penulisan ini seperti terlihat pada Gambar 3.2:

10
Kurang ergonomisnya tata
letak overhead bin (bagasi
kabin) pada pesawat
terbang.

Maskapai membayar
Proses loading dan Proses boarding
denda ke bandara di setiap
unloading yang penumpang ke pesawat
menit keterlambatan
menyusahahkan terbang memakan waktu
akibat lamanya proses
penumpang. lama.
boarding

Usaha Perbaikan Sistem

Peneliti
Maskapai
-IATA : Penggunaan ruang lantai di Produsen
-Menggunakan Metode Steffen :
tempat duduk. -BOEING :
urutan boarding penumpang
-Milne : memberikan urutan boarding perancangan ulang pada
ditentukan oleh ketentuan yang ada
pesawat dengan kursi agar bagasi desain interior pesawat.
pada kursi mereka.
merata di seluruh pesawat.

Hasil:
Masih terjadi
keterlambatan waktu saat
boarding.

The MOST : menambahkan


kapasitas ukuran dan beban di
bagasi kabin pesawat dengan
proses loading dan unloading
barang muatan penumpang
berbasis conveyor.

Gambar 3.2 Bagan Kerangka Berpikir

11
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam rancangan gagasan ini penulis menggunakan konsep rekayasa balik


(reverse engineering) pada overhead bins pesawat terbang yang sudah tersedia
seperti di pesawat Boeing, Airbus, Embraer, Bombardir dan lain-lain. Konsep
rekayasa balik yang penulis gunakan bertujuan untuk mencari kelebihan dan
kekurangan, agar komponen tersebut dapat dimodifikasi atau diperbaiki dengan
sebagai mana mestinya. Dalam hal ini penulis menggunakan metode rekayasa
balik yang sangat sederhana, yaitu dengan cara mengamati proses cara kerja
penggunaan overhead bins yaitu dimulai dari proses awal loading sampai proses
akhir unloading barang muatan secara teoritis dan pengalaman pribadi penulis
yang sering berpergian menggunakan moda transportasi udara. Hasil yang
didapatkan yaitu kurang ergonomis pada saat proses loading dan unloading
barang muatan pada overhead bins karena dilakukan dengan manual dan letak
overhead bins yang tinggi, bahkan beberapa penumpang di seluruh dunia
mengatakan bahwa proses loading dan unloading merupakan kegiatan yang
“menyebalkan” karena harus melewati lorong (jalan diantara dua kursi), dan
masih harus mengangkat barang muatan ke overhead bins (wired.com). Dimana
berat barang muatan yang harus diangkat sebesar 7 kg – 15 kg, sedangkan
manusia hanya bisa mengangkat barang muatan sebesar 2,5 kg – 3 kg untuk
menghindari adanya cidera pada tulang punggung bagian bawah (Muslimah,
2014).
Berdasarakan permasalahan di atas penulis memodifikasi overhead bins yang
sudah tersedia, yaitu:
1) Merancang ulang space pada overhead bins yang luas dengan kapasitas
beban muatan diatas 10 kg.
2) Menambahkan alat conveyor pada overhead bins pesawat terbang dan
ruang tunggu gate di bandara, conveyor merupakan suatu alat dengan
sistem mekanik berfungsi memindahkan barang dari suatu tempat ke
tempat lain dengan jumlah barang yang sangat banyak dan berkelanjutan
serta memiliki nilai ekonomis (Prasetya, 2014).

12
Hasil dari modifikasi tersebut didapatkan suatu rancangan konseptual (Gambar
4.1), dalam rancangan ini letak conveyor berada di dalam overhead bins,
bertujuan agar proses loading dan unloading dapat dilakukan dengan cara
otomatis tanpa mengangkat barang muatan.

Gambar 4.1 Rancangan Konseptual

Proses otomoatis tersebut menjadi poin penting dalam rancangan ini, karena
dalam seratus tahun terakhir tinggi badan manusia di sejumlah negara terus
mengalami penurunan rata-rata 5-10 cm dari seratus tahun sebelumnya. Para ahli
memprediksikan akan turun lagi, apabila faktor dari asupan gizi dan gaya hidup
manusia yang tidak sehat terus meningkat (Bentham et al, 2016). Perluasan dan
penambahan kapasitas pada overhead bins bermaksud untuk memberikan hak
kepada setiap penumpang atas bagasi kabin, sehingga penumpang tidak meletakan
barang muatannya dibawah kursi (passenger seat).
Cara menggunakan rancangan ini diawali dengan proses loading barang
muatan yang tidak masuk ke dalam bagasi kargo (cargo bay) pesawat terbang,
kemudian barang muatan diletakan di atas conveyor dengan letak barang muatan

13
pemumpang disesuaikan oleh nomer kursi pada boarding passenger yang diawali
dari nomer kursi paling belakang yang terletak di ruang tunggu gate (Gambar
4.2). Barang muatan yang sudah tertata rapi di atas conveyor akan bergerak
masuk secara otomatis menuju ke overhead bins di pesawat terbang yang
terhubung dengan ruang tunggu gate melalui garbarata (passenger boarding
brige) bertujuan untuk melindungi barang muatan penumpang dari hujan dan
sesuatu yang dapat merusak barang muatan penumpang (Gambar 4.3), proses ini
dilakukan setelah pemeriksaan kesiapan pada pesawat terbang dan awak
kabin selesai. Begitu pula sebaliknya pada saat unloading, hanya perbedaannya
barang muatan dapat diambil di ruang kedatangan.

Gambar 4.2 Barang Muatan yang Sudah Tertata Rapi di Atas Conveyor

Proses loading dan unloading pada rancangan ini dilakukan diluar pesawat
terbang tepatnya dilakukan di ruang tunggu gate dan ruang kedatangan, sehingga
penumpang merasa nyaman dan juga dapat menghilangkan wasting time pada
saat boarding. Wasting time pada saat boarding dapat merugikan maskapai karena
setiap maskapai dikenakan biaya sekitar US$ 30 per menit akibat dari
keterlambatan (Cadarso, 2014).

14
Gambar 4.3 Proses Loading Barang Muatan pada Rancangan Konseptual

Rancangan ini merupakan salah satu konsep rancangan overhead bins yang
ramah lingkungan, sebab memanfaatkan sumber listrik di bandara untuk
menggerakkan conveyor yang berada di ruang tunggu gate, meskipun conveyor
tidak menyatu tetapi hanya bersentuhan saja dan secara otomatis conveyor yang
terpasang pada overhead bins akan bergerak apabila overhead bins yang terletak
pada bandara bergerak. Dalam penggunaan material yang terpasang pada
conveyor dan overhead bins, penulis menggunakan maetrial komposit ramah
lingkungan dan kuat yaitu perpaduan resin dengan karbon dari tempurung kelapa.
Diharapkan dengan adanya rancangan konseptual ini dapat memberikan
feedback yang positif kepada penumpang, maskapai penerbangan dan produsen
pesawat terbang dalam rangka memainkan peran perekonomian negara serta dapat
menawarkan rancangan tersebut kepada PT. Dirgantara Indonesia sebagai
produsen pesawat terbang milik negara dengan memberikan rekomendasi inovasi
overhead bins ke pesawat yang akan di rancang oleh PT. Dirgantara Indonesia,
seperti N-245 dan R-80.

15
BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Rancangan konseptual overhead bins berbasis conveyor ini cocok untuk
dijadikan solusi terhadap masalah yang terjadi pada proses loading maupun
unloading barang muatan penumpang di dalam kabin. Karena dalam proses
loading maupun unloading tersebut dilakukan secara otomatis dan di luar kabin
pesawat terbang, dengan adanya rancangan ini tentu akan membawa manfaat bagi
penumpang, maskapai penerbangan dan produsen pesawat terbang. Manfaat
tersebut nantinya akan memberikan dampak positif pada kegiatan yang bersifat
perekonomian baik turunan maupun induk.
Diharapkan rancangan konseptual overhead bins berbasis conveyor ini dapat
menawarkan dan sekaligus merekomendasikan inovasi ini kepada produsen
pesawat terbang sebagai overhead bins yang sesuai dengan standart ergonomi
secara universal bagi pesawat baru mereka, khususnya kepada PT. Dirgantara
Indonesia selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini tengah
merancang pesawat terbang transport yaitu N-245 dan R-80. Sehingga kebutuhan
akan pesawat terbang nasional dapat dipenuhi oleh pesawat terbang produk lokal
yang berprioritas terhadap kenyamanan dan keselamatan penumpang.

5. 2 Saran
Untuk merealisasikan The MOST (Magnificent Of Special Treatment)
Experience on Airplane perlu dukungan dan kerjasama dari semua pihak mulai
dari IATA dan pihak swasta, dalam hal ini adalah produsen pesawat, sampai
masyarakat yang akan menggunakan dan menikmati fasilitas tersebut. Seluruh
pihak perlu mengapresiasi ide solusi dan dapat menjadi pertimbangan untuk
merealisasikannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agyl, B., dan Wessiani N. 2013. Peningkatan pelayanan jasa dalam upaya
peningkatan daya saing pada maskapai Citilink Indonesia rute Jakarta-
Surabaya. Jurnal Sains dan Seni Pomits, vol. 2, no. 1, pp. 1-5.
Amirullah. 2015. Misterius, Lion beli 234 pesawat duit dari mana ?, Available:
http://m.tempo.co/read/news/2015/02/23/090644467/misterius-lion-beli-
234-pesawat-duit-dari-mana (Accessed: 2016 Desember 29).
An, C. 2015. Strategi penggunaan jenis pesawat dalam menghadapi persaingan.
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, vol.1, no.3, pp. 406-
413.
Archana, R., dan Subha, M.V. 2012. A study on service quality and passenger
satisfaction on Indian Airlines. International Journal of Multidisciplinary
Research 2(2).
Awaluddin, M. 2013. Studi minat beli ulang penerbangan komersil di Kaltim.
Jurnal Akuntabel, vol. 10, no. 1, pp. 66-73.
Bentham, J., Cesare, D.M., Stevens, A.G., Zhou, B., Bixby, H., and Cowan, M.
2016. A century of trends in adults human height. eLife, 5, 1-9.
Budiman, A. 2011. Lion Air pesan 23o pesawat baru. Available:
http://m.dw.com/id/lion-air-pesan-230-pesawat-baru/a-15541057 (Accesed:
2016 Desember 29).
BPS Indonesia. 2015. Statistik Transportasi Udara 2015. Jakarta: CV. Ryan
Indah.
Cadarso, L., Perelló, N., Juan, A.A., and Faulin, J. 2014. Simulating boarding
strategies for minimising passenger aircraft turn-times. Proceedings of the
Int. Conf. on Harbor Maritime and Multimodal Logistics: 55-61.
Djamal, H., dan Krisnadi, I. 2013. Gangguan telepon seluler pada transportasi
udara komersial. Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol. 4, no. 2, pp.
119-144.
Fahmi, M.R., dan Nirwansjah, R. 2014. Penerapan tema “Pesawat Terbang” pada
Museum Teknologi Penerbangan. Jurnal Sains Dan Seni Pomits, vol. 3, no.
1, pp. 1-3.
Firdaus, M., dan Eviani, A.N. 2015. Pelayanan penanganan bagasi untuk
Meningkatkan kepuasan penumpang. Jurnal Manajemen Bisnis
Transportasi Dan Logistik, vol. 1, no. 2, pp. 205-220.
Halla, A., Mayerc, T., and Wuggetzerc, I. 2013. P.R.N. Childs future aircraft
cabins and design thinking: optimisation win-win scenarios. Propulsion and
Power Research, vol. 2, no. 2, pp. 85-95.
Hotten, R. 2015. Garuda borong pesawat pada hari pertama Paris Air Show.
Available:http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/06/150616_majalah
_garuda_paris (Accesed: 2016 Desember 29).
Hutasoit, K.R.U. 2016. Tanggung jawab maskapai penerbangan udara terhadap
penumpang yang mengalami kehilangan barang (Studi Pada PT Sriwijaya
Airlines). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
McCartney, S. 2011. An airier airplane takes of. Available:
http://www.wsj.com/articles/SB10001424052748704520504576162232964
347712 (Accesed: 2016 Desember 29).

17
Milne, R.J., Kelly, A.R. 2013. A new method for boarding passengers onto an
airplane. Journal of Air Transport Management 34: 93-100.
Muslimah E, Pratiwi I. 2013. Analisis Manual Material Handling Menggunakan
NIOSH Equation. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ningrum, I.D., Susetyo, J., dan Oesman, T.I. 2014. Analisis postur kerja dengan
metode owas dan niosh pada pekerja manual material handling bagian
loading unloading Bandara Adisutjipto Yogyakarta studi kasus PT. Gapura
Angkasa. Jurnal REKAVASI, vol. 2, no. 1, pp. 17-24.
Prasetya, Y.W., Argo, B.D., dan Nugroho, W.A. 2014. Perencanaan sistem
penyalur daya pada perancangan portable belt conveyor untuk
meningkatkan efisiensi proses pengangkutan tebu di Pabrik Gula
Kebonagung Malang. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem,
vol. 2, no. 3, pp. 246-255.
Priyatna, A. 2013. Pertumbuhan Tanggung Jawab Pengangkutan Udara. Jakarta:
Fikahati Aneka.
Putri, D.A.P.A.M., dan Sanaji. 2014. Pengaruh kualitas layanan dan harga
terhadap kepuasan konsumen kereta api kelas eksekutif Argo Bromo,
Anggrek Pagi. Jurnal Ilmu Manajemen, vol, 1, no 3, pp. 417-424.
Ritonga, H.A. 2015. Tinjauan hukum terhadap harga tiket pesawat udara pada
maskapai Garuda Indonesia untuk penerbangan domestic (Analisis
peraturan Mentri Perhubungan No. 26 Tahun 2010). Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
International Air Transport Association. 2015. Cabin Operations Safety Best
Practices Guide 2015. Montreal: International Air Transport Association
Setiani, B. 2016. Tanggung jawab maskapai penerbangan sebagai penyedia jasa
penerbangan kepada penumpang akibat keterlambatan penerbangan. Jurnal
Ilmu Hukum NOVELTY, vol. 7, no. 1, pp. 1-10.
Zhang, Y., Sun, Y., and Chen Y. 2014. A framework for ergonomics design of
transport catergory airplane cockpit. Procedia Engineering, vol. 80, no. 4,
pp. 573-580.

18
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.1 Biodata Kelompok
1.1.1 Biodata Ketua Kelompok
A. Indentitas Diri
1. Nama Lengkap Meda Aji Saputro
2. Tempat dan Tanggal Lahir Grobogan, 30 April 1993
3. Karya Ilmiah Yang Pernah  Rancang Bangun Pembangkit
Dibuat Listrik Tenaga Energi Mekanis
Pada Spring (Shock).
 Tol bawah laut Jawa-Bali sebagai
jalan penghubung pulau Jawa dan
Bali dengan view bawah laut untuk
mendukung penyeberangan
transportasi darat serta
mempromosikan pariwisata di
pulau Bali.
 IMAN KEMPES (Implementasi
Antropometri pada Alat Kemudi
Pesawat Terbang).
 Wings of Phoneix Sebagai
Pembangkit Listrik Energi
Terbarukan untuk Mewujudkan
Smart Energy pada Kota.

B. Pengalaman Organisasi
No Nama Organisasi Jabatan Tahun
Lembaga Pers Mahasiswa
1 Asisten Logistic 2014-2015
“Campus” UMS
Lembaga Pers Mahasiswa
2 Co. Layout Magazine 2015-2016
“Campus” UMS
3 AEROBO Co. Renewble Energy 2015-2017
4 Bayu Surya Team Car Asisten Chassis 2015-2017
Electric Car Research
5 Project Manager 2017-sekarang
Centre

C.Penghargaan Ilmiah Selama Menjadi Mahasiswa (dari pemerintah,


asosiasi, atau institusi lainnya

Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Judul Karya Tahun
Penghargaan
Rancang Bangun Pembangkit
SMEC 2015 Jurusan Teknik
1 Listrik Tenaga Energi Mekanis 2015
Didanai Mesin UMS
Pada Spring (Shock).

19
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Judul Karya Tahun
Penghargaan
2 Rancang Bangun Pembangkit
Juara 1 PKM Fakultas Teknik
Listrik Tenaga Energi Mekanis 2015
Tingkat Fakultas UMS
Pada Spring (Shock).
Tol bawah laut Jawa-Bali
sebagai jalan penghubung
Juara 1 LKTI pulau Jawa dan Bali dengan
Nasional Universitas view bawah laut untuk
3 2016
GALAKSI UKIM Negeri Surabaya mendukung penyeberangan
UNESA transportasi darat serta
mempromosikan pariwisata di
pulau Bali.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam kegiatan “Lomba Karya Tulis Ilmiah RWrC 2017” yang
diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Reality Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Surakarta, 17 April 2017

(Meda Aji Saputro)


NIM. D200140266

20
1.1.2. Biodata Anggota 1
A. Indentitas Diri
1. Nama Lengkap Fiki Candra Setiyawan
2. Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 8 Mei 1992
3. Karya Ilmiah Yang Pernah  IMAN KEMPES (Implementasi
Dibuat Antropometri pada Alat Kemudi
Pesawat Terbang)

B. Pengalaman Organisasi
No Nama Organisasi Jabatan Tahun
Anggota Bidang Ilmu
Keluarga Mahasiswa Teknik
1. Pengetahuan dan 2014-2015
Industri (KMTI)
Teknologi
Inspirator Indonesia Chapter
2 Anggota 2016-Sekarang
Solo
3 Gerakan Restorasi Sungai
Anggota 2016-sekarang
Indonesia
Dewan Perwakilan
Ketua Komisi
4 Mahasiswa (DPM) Fakultas 2016-Sekarang
Hubungan Mahasiswa
Teknik UMS

C. Penghargaan Ilmiah Selama Menjadi Mahasiswa (dari pemerintah,


asosiasi, atau institusi lainnya
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Judul Karya Tahun
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam kegiatan “Lomba Karya Tulis Ilmiah RWrC 2017” yang
diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Reality Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Surakarta, 17 April 2017

(Fiki Candra Setiyawan)


NIM. D600140011

21
1.1.3 Biodata Anggota 2
A. Indentitas Diri
1. Nama Lengkap Lathiifah Thawafani
2. Tempat dan Tanggal Lahir Sragen, 15 September 1997
3. Karya Ilmiah Yang Pernah  IMAN KEMPES (Implementasi
Dibuat Antropometri pada Alat Kemudi
Pesawat Terbang)

B. Pengalaman Organisasi
No Nama Organisasi Jabatan Tahun
Keluarga Mahasiswa Teknik
1. Staff Bidang IPTEK 2016
Industri UMS
Lembaga Pers Mahasiswa
2. Sekretaris Umum II 2016
Campus UMS
Keluarga Mahasiswa Teknik
3. Sekretaris Umum 2017
Industri UMS
Coordinator of
Lembaga Pers Mahasiswa
4. Reportage and 2017
Campus UMS
Photography

C. Penghargaan Ilmiah Selama Menjadi Mahasiswa (dari pemerintah,


asosiasi, atau institusi lainnya
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Judul Karya Tahun
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam kegiatan “Lomba Karya Tulis Ilmiah RWrC 2017” yang
diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Reality Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Surakarta, 17 April 2017

(Lathiifah Thawafani)
NIM. D600150084

22
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 1. Conveyor yang Terhubung dari Ruang Tunggu Gate dengan Garabrata

Gambar 2. Conveyor di Dalam Garabrata

23
Gambar 3. Barang Muatan Penumpang yang Masuk ke Kabin Melaui Conveyor

Gambar 4. Pandangan Rancangan Konseptual Dilihat dari Pesawat

24
Gambar 5. Pandangan Atas Rancangan Konseptual

25

Anda mungkin juga menyukai