Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANISA IRIYANTI

NIM : 180101100

Soal Materi elearning KMB

1. Berapa kadar Gula Normal?


Ada beberapa kisaran kadar gula darah pada tubuh
a. Gula sebelum makan yaitu antara 70 -130 mg/dl
b. Kadar gula 2 jam setelah makan kadar gula darah normal kurang dari 140mg/dl
c. Pada malam hari setelah tidak puasa antara kurang dari 100mg/dl
d. Ketika menjelang tidur yaitu antara 100-140 mg/dl

2. Kapan seseorang dikatakan menderita DM


Seseorang didiagnosis menderita Diabetes melitus umumnya jika didapti keluhan khas
DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain
badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada
pria, dan pruritus vulvae pada wanita. Apabila ditemukan gejala khas diatas dan hasil
pemeriksaan gula darah sewaktu >200 mg/dl maka sudah dapat dikatakn diabetes. Hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai
patokan diagnosis DM. Lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada tabel berikut

Kategori Glukosa plasma puasa Glukosa plasma 2 jam setelah


makan
Normal < 100 mg/dl < 140 mg/dl
Pra-diabetes 100 – 125 mg/dL -
IFG atau IGT - 140 – 199 mg/dL
Diabetes >126 mg/dL >200 mg/dL

3. Bagaimana penatalaksanna pasien dengan KAD


Penatalaksanaan pasien dengan KAD
Terdapat banyak pedoman pelaksanaan KADyang digunakan di rumah sakit pedoman
pedoman tersebut harus diikuti sesuai dengan kebutuhan pasien. Keberhasilan
penatalaksanaan KAD membutuhkan koreksidehidrasi,hiperglikemia,asidosis dan
kelainan elektrolit,identifkasi faktorpresipitasi komorbid,dan yang terpenting adalah
pemantauan pasien terus menerus. Berikut adalah beberapa penatalaksanaan
Diabetikum
a. Terapi cairan
Pada kasus KAD proritas penatalaksanaan utama adalah cairan,rata-rata kekurangan
cairan pada penderita KAD adalah 3-5 L. Terapi cairan inisial diarahkan untuk ekpansi
volume intravaskular, interstisial, dan intraselular yang mengalami penurunan pada
kondisi krisis hiperglikemik dan restorasi dari perfusi renal. Studi menunjukkan bahwa
selama empat jam pertama, lebih dari 80% penurunan kadar gula darah disebabkan oleh
rehidrasi. Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan dengan kecepatan15 – 20
ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (±1 – 1,5 liter).Sebuah sumber
memberikan petunjuk praktis pemberian cairan sebagai berikut:1 liter pada jam
pertama,1 liter dalam 2 jam berikutnya,kemudian 1 liter setiap 4 jam sampai pasien
terhidrasi.

b. Terapi kalium
Mulailah dengan memasukkan KCl pada konsentrasi 40 mmol/L bila BB < 30 kg,
atau 40-60 mmol/L bila BB > 30 kg. Pemberian kalium selanjutnya ditentukan
berdasarkan kadar serum kalium.
Ketika terapi insulin dimulai, pemberian kalium ulangan diberikan tiap satu jam.
Tunda pemberian kalium bila kadar serum kalium > 5,5 mmol/L, atau pasien anuria,
sampai kadar kalium adalah < 5,5 mmol/L, atau output urine tercatat. Mulailah
dengan memasukkan KCl pada konsentrasi 40 mmol/L bila berat < 30 kg, atau 40-
60 mmol/L bila berat di atas 30 kg.

c. Terapi insulin
Terapi yang digunakan selanjutnya adalah terapi insulin, terapi insulin yang
diberikan melalui intravena cutanious, subcutam maupun IM merupakan
tatalaksana utama pada KAD. Hasil studi menyatakan terapi insulin tetap efektif
baik melalui IV, SC, maupun IM. Pemberian melalui IV continuous insulin reguler
lebih dipilih karena paruh waktu yang singkat dan mudah dititrasi, bila
dibandingkan melalui subkutan dengan onset of action dan paruh waktu yang relatif
lebih lama. Ada 2 metode yang di gunakan dalam pemberian terapi insulin yaitu
metode pemberian bolus insulin reguler awal (0,1 unit/kg) yang diikuti dengan infus
insulin 0,1 unit/kg/jam, dan pemberian insulin 0,14 unit/kg/jam. Pasien dengan
KAD ringan harus mendapatkan“priming dose”insulin regular 0,4 – 0,6
u/kgBB,setengah dosis sebagai bolus dan setengah dosis dengan subkutan atau
injeksi intramuskular.

d. Terapi fosfat
Terapi kalium dimulai saat terapi cairan sudah dimulai, dan tidak dilakukan jika
tidak ada produksi urine, terdapat kelainan ginjal,atau kadarkalium > 6 mEq/l.
Ketika diperlukan, 20– 30mEq/l kalium fosfat dapat ditambahkan pada terapi
cairan yang telah diberikan. Untuk itu diperlukan pemantauan secara kontinu.
Beberapa peneliti menganjurkan pemakaian kalium fosfat rutin karena mereka
percaya akan dapat menurunkan hiperkloremia setelah terapi dengan membatasi
pemberian anion Cl- . Pemberian fosfat juga mencetuskan hipokalsemia simtomatis
pada beberapa pasien. Kecepatan aksimal pemberian fosfat yang dinilai aman pada
hipofosfatemia berat adalah 4,5 mmol/jam (1,5 ml/jam K2PO4).

4. Apa efek samping masing masing obat anti hiperglikemia


Efek samping dari masing-masing obat antihiperglikemia
a. Obat antihiperglikemia golongan biguanida
Obat antihiperglikemia golongan biguanida salah satunya adalah metformin, obat ini
bekerja lansung pada hati, menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa
golongan biguanida tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Metformin masih banyak dipakai di beberapa negara
termasuk Indonesia, karena frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis
tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati. Efek
samping yang sering terjadi dari jenis obat ini adalah nausea, muntah, kadangkadang
diare, dan dapat menyebabkan asidosis laktat.

b. Obat golongan sulfonilurea


Obat pada golongan ini bekerja pada pankreas untuk mengsekresi insulin, oleh sebab
itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans pankreas masih dapat berproduksi. Efek
samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringan dan
frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf
pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam
lambung dan sakit kepala. Gangguan susunan 38 syaraf pusat berupa vertigo, bingung,
ataksia dan lain sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia,
agranulosistosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamida
dapat meningkatkan ADH (Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat terjadi apabila
dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau
pada lansia. Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan
masa kerja panjang

c. Obat-obat golongan meglitinida dan turunan fenilalanin


Obat-obat pada golongan ini hampir sama seperti obat golongan sulfonilurea yang
bekerja pada pankreas, obat golongan ini seperti prandin/novonorm/ gluconorm (novo
nordisk) dengan efek samping yang akan terjadi di saluran cerna. obat lain pada
golongan ini seperti starlix (novartis pharma ag) dengan efek samping terjadi di saluran
nafas.
d. Obat antihiperglikemia golongan biguanida
Obat antihiperglikemia golongan biguanida salah satunya adalah metformin, obat ini
bekerja lansung pada hati, menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa
golongan biguanida tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Metformin masih banyak dipakai di beberapa negara
termasuk Indonesia, karena frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis
tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati. Efek
samping yang sering terjadi dari jenis obat ini adalah nausea, muntah, kadangkadang
diare, dan dapat menyebabkan asidosis laktat.

e. Obat golongan sulfonilurea


Obat pada golongan ini bekerja pada pankreas untuk mengsekresi insulin, oleh sebab
itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans pankreas masih dapat berproduksi. Efek
samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringan dan
frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf
pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam
lambung dan sakit kepala. Gangguan susunan 38 syaraf pusat berupa vertigo, bingung,
ataksia dan lain sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia,
agranulosistosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamida
dapat meningkatkan ADH (Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat terjadi apabila
dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau
pada lansia. Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan
masa kerja panjang

f. Obat-obat golongan meglitinida dan turunan fenilalanin


Obat-obat pada golongan ini hampir sama seperti obat golongan sulfonilurea yang
bekerja pada pankreas, obat golongan ini seperti prandin/novonorm/ gluconorm (novo
nordisk) dengan efek samping yang akan terjadi di saluran cerna. obat lain pada
golongan ini seperti starlix (novartis pharma ag) dengan efek samping terjadi di saluran
nafas.

5. Bagaimana memberi edukasi


Pasien perlu diedukasi untuk menghindari gula dan asupan lemak jenuh, rokok, dan alkohol.
Pasien perlu menjaga berat badannya di kisaran indeks massa tubuh (IMT) normal serta
berolahraga secara teratur, setidaknya 30 menit selama 3 kali seminggu. Pasien juga perlu
diedukasi bahwa diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang belum dapat
disembuhkan namun dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan teratur, penyakit ini dapat
dikontrol sehingga tidak menyebabkan komplikasi. Untuk itu, pasien perlu dimotivasi untuk
minum obat secara terus-menerus walau tidak merasa sakit, kontrol rutin setiap 3-6 bulan, dan
melakukan pemeriksaan kaki dan mata secara berkala. Promosi kesehatan untuk diabetes
mellitus tipe 2 mencakup promosi gaya hidup sehat, pola makan, serta berolahraga secara
teratur dan berhenti merokok dan minum alkohol. Dukungan psikologi oleh tenaga professional
juga dapat diberikan, khususnya jika terjadi komplikasi pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai