Anda di halaman 1dari 9

JPD: Jurnal Pendidikan Dasar DOI: doi.org/10.21009/JPD.091.

10
P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

CACAT BUNYI KELAS KATA NOMINA PADA PENDERITA


DISARTRIA : STUDI KASUS PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR
DI UNIT TERAPI WICARA RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN
DARAT GATOT SOEBROTO DITKESAD

Maria Ulfa
PGSD, STKIP Kusuma Negara. Jakarta
mariaulfa@stkipkusumanegara.ac.id

Abstract : The aim of the research is to determine sound defects of noun word level to
dysarthria patient. This research was conducted in the months of May to June 2015 at the
speech theraphy unit of the International Army Gatot Soebroto Central Hospital. The focus of
this study is sound defects of vowel and consonant in each noun word level pronounced by
the patient. The technique used to analyze the data is the qualitative technique with case
study approach. Case studies in this research is a single case of elementary school of the
student. A single case in this study were children with dysarthria named AMH (7th years old).
After all the research findings are collected, so the researchers describe and analyze on
existing theory (neurolinguistic). The results of this study are of 87 noun words that are
pronounced are 283 sound defects, which consists of 46 errors substitution sound, 234 errors
removal sound, and 3 errors addition sound, and there are 7 tipology of sound defects is
pronounced by dysarthria patient. The recomendtions of this research can be hoped this
study can help parents, families, theachers, and elementary school education institutionswho
have children, a family, or atudents with speech disorders (dysarthria) in order to understand
and act appropriately.

Keywords: Sound defects, noun word level, and dysarthria patient.

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cacat bunyi kelas kata nomina pada
penderita disartria. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015 di Unit
Terapi Wicara Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad. Fokus penelitian
ini adalah cacat bunyi vokal dan bunyi konsonan pada setiap kata nomina yang dilafalkan
oleh penderita disartria. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus pada penelitian ini adalah kasus tunggal.
Dimana kasus tunggal dalam penelitin ini adalah kasus anak penderita disartria yang bernama
AMH (7 tahun). Setelah semua temuan penelitian dikumpulkan, maka peneliti
mendeskripsikan dan menganalisis berdasarkan teori (neurolinguistik) yang ada. Hasil
penelitian ini adalah dari 87 kata nomina yang dilafalkan terdapat 283 kesalahan bunyi, yang
terdiri dari 46 kesalahan penggantian bunyi, 234 kesalahan penghilangan bunyi, dan 3
kesalahan penambahan bunyi yang serta terdapat 7 pola cacat bunyi yang dilakukan oleh
penderita disartria dalam melafalkan kata-kata nomina tersebut. Saran penelitian ini dapat
membantu para orangtua, keluarga, guru, dan lembaga pendidikan SD yang mempunyai anak,
keluarga, atau peserta didik dengan gangguan wicara (disartria) agar dapat memahami dan
bersikap dengan tepat.
Kata kunci: Cacat bunyi, kelas kata nomina, dan penderita disartria.

116
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

PENDAHULUAN masuk masa tumbuh kembang. Anak-anak


Bicara adalah sesuatu yang khas usia ini mulai berinteraksi dengan
pada manusia, karena bicara merupakan lingkungan yang cukup besar. Masa usia
satu sistem komunikasi yang kompleks SD disebut juga masa intelektual atau
dimana seseorang mengutarakan pendapat masa keserasian bersekolah pada umur 6-7
atau ide, perasaan hati, berdialog, dan tahun anak dianggap sudah matang untuk
bersosialisai. Sesungguhnya berbicara memasuki sekolah (Sumanto, 2014: 108).
(speech) berbeda dengan bahasa Idealnya anak usia SD berumur 7-11
(language). Bicara lebih berkonotasi ke tahun, dimana anak usia ini termasuk ke
produksi bunyi, sedangkan bahasa dalam tahap operasinal konkret (Jamaris,
merupakan sistem lambang bunyi yang 2010: 23).
digunakan untuk berkomunikasi dan Seorang anak yang mengalami
bersosialisai. Untuk dapat berbahasa, gangguan berbicara mungkin merasa sulit
seseorang harus dapat berbicara. atau malu untuk berkomunikasi dengan
Agar dapat berkomunikasi dan teman-teman sebayanya atau guru.
berinteraksi dengan baik, setiap manusia Akibatnya, anak tersebut menghindari
harus menggunakan bahasa yang baik mengajukan pertanyaan, enggan
pula. Setiap manusia harus mempunyai berpartisipasi dalam diskusi, atau
fungsi pengatur berbahasa dan berbicara menghindar berkomunikasi dengan teman-
yang baik. Maksudnya, apabila fungsi teman sebaya (Santrock, 2011: 262).
pengatur berbahasa dan berbicara, yakni Selain itu, apabila seorang anak
otak dan alat bicaranya kurang baik atau mengalami cacat dalam pengucapan
tidak normal. Maka akan terganggu pula bicara, hal itu merupakan hambatan bagi
produksi bahasa dan bicaranya (Indriati, penyesuaian sosial dan pribadi anak. Anak
2011: 22). sekolah yang salah mengucapkan kata-
Berkomunikasi dan berinteraksi kata, akan merasa malu dan asing dari
bukan hanya dilakukan oleh manusia orang lain. Mereka tidak senang disuruh
dewasa, tetapi dilakukan pula oleh anak- bicara dalam kelas karena takut
anak. Anak-anak yang normal, terlepas ditertawakan oleh teman-teman mereka
dari latar belakang budaya yang (Hurlock, 2004: 97).
dimilikinya, mengembangkan bahasa pada Manusia yang normal fungsi otak
waktu yang hampir bersamaan dan dan alat bicaranya, tentu dapat berbahasa
melewati tahap-tahap pemerolehan yang dengan baik. Namun, mereka yang
sama. Di tahap Sekolah Dasar (SD), anak memiliki kelainan fungsi otak dan alat

117
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

bicaranya, tentunya mempunyai kesulitan disartria dalam penelitin ini adalah kasus
dalam berbahasa. Sehingga mengakibatkan anak penderita disartria yang bernama
kemampuan berbahasanya terganggu. AMH di Unit Terapi Wicara RSPAD
Kelainan bicara pada penderita disartria Gatot Soebroto Ditkesad. adapun enelitian
akan mengalami kesulitan dalam ini dilakukan pada bulan Mei sampai
melafalkan kata-kata karena adanya dengan Juni 2015 di Unit Terapi Wicara
kesalahan dalam proses produksi bunyi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
bahasa. Soebroto Ditkesad.
Kesalahan produksi bunyi bicara Analisis data yang dipakai dalam
tersebut menyebabkan kesalahan artikulasi penelitian ini adalah model Milles dan
fonem, baik dari segi penampakan Huberman. Model Milles dan Huberman
artikulasi dan dalam segi pengucapannya. adalah model analisis data berlangsung
Kesalahan wicara pada penderita disartria atau mengalir (flow model analysis).
menyebabkan si penderita melakukan Dalam model analisis data ini, ada empat
penggantian (subtitusi), penghilangan aktivitas yang dilakukan, yaitu:
(omosi), penambahan (adisi), dan pengumpulan data, reduksi data, display
pengucapan yang tidak jelas (distorsi). data, dan verifikasi atau menarik
Oleh karena itu, peneliti bermaksud kesimpulan (Mukhtar, 2013: 136). Sumber
mengisi pengkajian terhadap penyakit penelitian ini adalah semua ujaran AMH
gangguan artikulasi atau yang disebut selama melakukan terapi wicara. Peneliti
sebagai disartria mengenai kesalahan dokumentasikan, lalu dianalisis dengan
bunyi bahasa pada setiap kata nomina yang menggunakan model Milles dan Huberman
diucapkannya. tersebut.

METODE HASIL
Penelitian ini menggunakan Dalam penelitian ini peneliti
metode kualitatif dengan jenis penelitian menemukan data yang terkait dengan
studi kasus. Dimana peneliti memfokuskan fokus dan subfokus penelitian. Adapun
pada penemuan mengenai cacat temuan penelitian ini peneliti bagi ke
(penghilangan, penggantian, dan dalam temuan umum (deskripsi mengenai
penambahan) bunyi kelas kata nomina subjek penelitian) dan temuan khusus
pada penderita disartria. Jenis penelitian (deskripsi fokus dan subfokus penelitian).
ini adalah studi kasus dengan kasus Dimana kedua temuan tersebut akan
tunggal. Kasus tunggal pada penderita peneliti jelaskan sebagai berikut:

118
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Temuan Umum dipantau dan setelah dilakukan scan akibat


Jenis penelitian ini adalah studi proses persalinan tersebut terdapat
kasus tunggal pada anak usia sekolah dasar pendarahan di kepala AMH.
penderita disartria. Peneliti mengangkat Sebelas bulan berikutnya, AMH
satu-satunya kasus anak usia sekolah dasar melakukan pemeriksaan kembali dan
yang menderita disartria di Unit Terapi terdapat gangguan pada motoriknya
Wicara RSPAD Gatot Soebroto, yakni (delayed motoric). Pada umur 11 bulan
AMH (selanjutnya akan peneliti sebutkan AMH belum menguasai tugas
namanya AMH). AMH adalah anak perkembangannya. Setelah itu, AMH
tunggal dari pasangan Itan Sutana dengan dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto di
Haeriyah. Ayah AMH adalah seorang TNI Departeman Ilmu Kesehatan Anak (IKA)
AD dan Ibunya seorang ibu rumah tangga. untuk melakukan pemeriksaan ulang. Dari
AMH lahir di Rumah Sakit Asrama Haji IKA, AMH dirujuk untuk melakukan
Jakarta pada tanggal 14 Februari 2008. fisiotherapy, occupatinal therapy, dan
Pemeriksaan rutin yang dilakukan Ibu speech theraphy di Instalasi Rehabilitasi
AMH cukup bagus, sehingga diputuskan Medik.
untuk melahirkan secara normal. Saat Temuan Khusus
proses persalinan tersebut keadaan jalan Setelah peneliti melakukan reduksi
lahir dan janin sudah dalam kondisi yang data pada setiap kata yang dilafalkan oleh
bagus untuk melahirkan secara normal. AMH, peneliti menemukan ada 87 kata
Setelah kepala sang cabang bayi keluar, nomina yang dilafalkan oleh subjek
tetapi nafas si ibu untuk mengejan sudah penelitian. Ke-87 kata nomina yang
tidak kuat. Melihat kondisi si ibu yang dilafalkan dianalisis dan dideskripsikan
sudah tidak ada tenaga untuk mengejan, menjadi temuan khusus penelitian ini.
maka dokter melakukan persalinan Adapun temuan khusus penelitian ini
berbantu, yaitu persalinan dengan adalah sebagai berikut: (1) Data tentang
menggunakan alat bantu yang disebut cacat (subtitusi) bunyi vokal dan konsonan
vakum. Setelah di vakum, AMH terlahir pada kata nomina yang diucapkan oleh
dalam keadaan diam (tidak mengeluarkan anak usia SD penderita disartria, (2) Data
suara seperti bayi yang baru lahir). Dokter tentang cacat (omosi) bunyi vokal dan
menyebutkan bahwa AMH mengalami konsonan pada kata nomina yang
trauma lahir dan tidak sadarkan diri. AMH diucapkan oleh anak usia SD penderita
dirawat di ruang ICU selama 11 hari. disartria, (3) Data tentang cacat (adisi)
Selama di dalam ICU kondisi AMH terus bunyi vokal dan konsonan pada kata

119
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

nomina yang diucapkan oleh anak usia SD alveolar


6. Apiko /t/ - /d/ 1
penderita disartria, dan (4) Data tentang
dental
pola cacat bunyi vokal dan konsonan pada 7. /s/ - /t/ 4
Lamino
8. /c/ - /t/ 2
setiap kata nomina yang diucapkan oleh palatal
9. /j/ - /d/ 2
anak usia SD penderita disartria. Keempat 10. /g/ - /t/ 2
11. Dorso /g/ - /d/ 1
temuan penelitian tersebut dideskripsikan
12. velar /k/ - /t/ 3
sebagai berikut: 13. /k/ - /d/ 1
Jumlah 38
Cacat (Subtitusi) Bunyi (Vokal dan
Konsonan) Kelas Kata Nomina pada
Penderita Disartria Menurut Blumstein dalam Sastra
Subtitusi adalah penggantian salah
(2011) bentuk penggantian fonem terjadi
satu bunyi konsonan atau bunyi vokal.
apabila sebuah fonem menggantiankan
Sebuah kata nomina dilafalkan mengalami
fonem tujuan. Penggantian fonem tidak
subtitusi apabila salah satu bunyi
dapat ditentukan munculnya tetapi dapat
konsonannya diganti menjadi bunyi
diperkirakan. Antara fonem tujuan dengan
konsonan lain atau salah satu bunyi
fonem pengganti terhadap hubungan yang
vokalnya diganti menjadi bunyi vokal lain.
sistematik. Penjelasan tersebut sesuai
Kesalahan subtitusi pada kata nomina yang
dengan temuan data yang ada. Dan akan
diucapkan oleh subjek penelitian ini,
peneliti bahas terlebih dahulu mengenai
peneliti sajikan dalam bentuk tabel berikut
penggantian bunyi vokal yang terjadi kata
ini:
nomina yang dilafalkan oleh penderita
Tabel 1: Cacat Penggantian Bunyi
(Subtitusi) pada Penderita Disartria disartria.
Bunyi Vokal Cacat (Omosi) Bunyi (Vokal dan
No. Bunyi Penggantian Jumlah Konsonan) Kelas Kata Nomina pada
Vokal (Subtitusi) Penderita Disartria
1. /u/ /u/ - /ə/ 2 Omosi adalah penghilangan salah
2. /o/ /o/ - /ə/ 2 satu bunyi. Penghilangan bunyi terjadi
3. /ə/ /ə/ - /a/ 2
4. /ɛ/ /ɛ/ - /ǝ/ 1 apabila penderita melakukan penghilangan
5. /a/ /a/ - /o/ 1 bunyi konsonan atau bunyi vokal pada kata
Jumlah 8
Bunyi Konsonan nomina yang dilafalkan. Kesalahan omosi

No. Bunyi Penggantian Jumlah pada kata nomina yang diucapkan oleh
Vokal (Subtitusi) subjek penelitian ini, peneliti sajikan
1. /p/ - /t/ 2
2. /p/ - /d/ 7 dalam bentuk tabel berikut ini:
Bilabial
3. /p/ - /b/ 2
4. /m/ - /n/ 2
5. Apiko /r/ - /l/ 7

120
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Berikut ini adalah kesalahan omosi Apabila seseorang yang mengalami


pasien disartria yang disajikan dalam gangguan pada neuromuscular-nya, secara
bentuk tabel di bawah ini: otomatis orang tersebut akan mengalami
Tabel 2: Cacat Penghilangan (Omosi) gangguan pada saat mengucapkan suatu
Bunyi (Vokal dan Konsonan) pada
kata dengan lengkap. Gangguan tersebut
Penderita Disartria
Bunyi Vokal akan membuat seseorang akan
No. Bunyi Penghilangan Jumah menghilangankan beberapa fonem yang
Vokal (Omosi)
1. /i/ /i/ - Ø 14 hendak dilafalkannya.
2. /u/ /u/ - Ø 15 Cacat (Adisi) Bunyi (Vokal dan
3. /o/ /o/ - Ø - Konsonan) Kelas Kata Nomina pada
4. /e/ /e/ - Ø - Penderita Disartria
5. /ə/ /ə/ - Ø 20 Adisi adalah penambahan bunyi
6. /ɛ/ /ɛ/ - Ø -
7. /o/ /o/ - Ø 8 pada salah satu kata nomina yang
8. /a/ /a/ - Ø 17 dilafalkan. Adisi terjadi apabila penderita
Jumlah 74
Bunyi Konsonan melakukan penambahan bunyi konsonan
No. Bunyi Penghilangan Jumlah pada kata nomina yang dilafalkan atau
Konsonan (Omosi) penderita melakukan penambahan bunyi
1. /b/ - Ø 7
2. /p/ - Ø 14 vokal pada kata nomina yang dilafalkan.
Bilabial
3. /m/ - Ø 18 Kesalahan adisi pada kata nomina yang
4. /w/ - Ø -
5. Labio /f/ - Ø - diucapkan oleh subjek penelitian ini,
6. dental /v/ - Ø - peneliti akan sajikan dalam bentuk tabel
7. Apiko /l/ - Ø 9
8. alveolar /r/ - Ø 13 berikut ini:
9. /d/ - Ø 4 Tabel 3: Cacat (Penambahan) Bunyi
Apiko
10. /t/ - Ø 14 (Vokal dan Konsonan) Kelas Kata Nomina
dental
11. /n/ - Ø 12 pada Penderita Disartria
12. /ñ/ - Ø - Bunyi Vokal
13. /j/ - Ø 5
Lamino
14. /c/ - Ø 1 No. Bunyi Penambahan Jumlah
palatal
15. /j/ - Ø 5 Vokal (Adisi)
16. /s/ - Ø 13 1. /i/ Ø - /i/ -
17. Medio /ʃ/ - Ø - 2. /u/ Ø - /u/ -
palatal 3. /o/ Ø - /o/ -
18. /g/ - Ø 1 4. /e/ Ø - /e/ -
19. /k/ - Ø 18 5. /ə/ Ø - /ə/ -
Dorso
20. /ŋ/ - Ø 14 6. /ɛ/ Ø - /ɛ/ -
velar
21. /x/ - Ø - 7. /o/ Ø - /o/ -
22. /y/ - Ø 2 8. /a/ Ø - /a/ -
23. Faringal /h/ - Ø 10 Jumlah 0
24. Glotal /?/ - Ø - Bunyi Konsonan
Jumlah 160
No. Bunyi Penambahan Jumlah

121
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Konsonan (Adisi) Dalam melafalkan ke-87 kata


1. Ø - /b/ - nomina, penderita disartria melafalkannya
2. Ø - /p/ -
Bilabial dengan pola keteraturan tertentu. Setelah
3. Ø - /m/ -
4. Ø - /w/ - peneliti deskripsikan dan analisis, terdapat
5. Labio Ø - /f/ -
6. dental Ø - /v/ - 7 pola cacat bunyi yang dilakukan oleh
7. Apiko Ø - /l/ - penderita disartria. Saat subjek penelitian
8. alveolar Ø - /r/ -
9. Ø - /d/ - melafalkan kata-kata nomina terdapat
Apiko
10. Ø - /t/ - keteraturan dan keteraturan ini adalah pola
dental
11. Ø - /n/ 3
12. Ø - /ñ/ - dalam subjek penelitian melafalkan kata-
13. Ø - /j/ - kata nomina. Dari ketujuh pola yang ada
Lamino
14. Ø - /c/ -
palatal didominasi dengan pola penghilangan
15. Ø - /j/ -
16. Ø - /s/ - berdasarkan suku kata yang ada pada kata
17. Medio Ø - /ʃ/ -
palatal nomina.
18. Ø - /g/ - Kesalahan bunyi yang dilafalkan
19. Ø - /k/ -
Dorso subjek penelitian adalah penghilangan
20. Ø - /ŋ/ -
velar
21. Ø - /x/ - fonem tidak terjadi pada sebuah fonem
22. Ø - /y/
24. Laringal Ø - /h/ - saja, tetapi pada beberapa fonem pada kata
25. Faringal Ø - /?/ - yang sama, bahkan pada unsur suku kata.
Jumlah 3
Bentuk pengguguran dan penyederhanaan

Menurut Sastra (2011) bentuk mempunyai wujud umum, yaitu

kesalahan penambahan bunyi terjadi menyederhanakan struktur kata menjadi

apabila sebuah fonem atau suku kata pola kanonik KV. Hal ini sesuai dengan

tambahan dimasukkan ke dalam sebuah pendapat menurut Kohn dalam Sastra

kata, sedangkan kecenderungan untuk (2011: 85), mengatakan bahwa penderita

mengubah struktur silaba VK menjadi KV gangguan bahasa dan wicara mempunyai

atau KVK terjadi pada bentuk kesalahan kecenderungan untuk mengurangi gugus

penambahan kata. mengalami konsonan dan deret vokal. Artinya gugus

penambahan bunyi konsonan /n/ dari konsonan dipadukan dan konsonan awal

silaba VK menjadi KVK. suku kata cenderung dihilangkan atau


digugurkan oleh subjek penelitian.

Pola Cacat Kelas Kata Nomina pada


Penderita Disartria KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian
dan pembahasan, maka kesimpulan yang

122
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

dapat ditarik dari penelitian ini adalah mengalami gangguan pada tahap
disartria yang diderita oleh AMH perkembangannya. Apabila terlihat tanda-
merupakan akibat dari trauma lahir. tanda menyimpang dari perkembangan
Pendarahan pada otak adalah factor anak, sebagai orangtua harus membawa
penyebab ternyadinya disartria, dimana anak ke dokter untuk mengetahui lebih
akibat dari persalinan berbantu (vakum) lanjut terkait gangguan apa yang dialami
yang dialami ibunya saat melahirkan anak, seberapa parah gangguan tersebut,
AMH. Selain gangguan wicara pendarahan dan bagaimana penanganan gangguan.
pada otak tersebut juga menyebabkan 2. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar
gangguan pada motoriknya (delayed Inklusif
motoric). Pendidikan adalah hak dari seluruh
Dalam melafalkan kata-kata diurus manusia oleh karenanya sekolah harus
oleh otot-otot mulut, otot lidah, otot laring, menyediakan tempat bagi anak yang
dan otot faring. Jadi, artikulasi merupakan memiliki keterbatasan, yang tentunya
kerjasama antara saraf otak V, X, dan XII. tenaga pendidik dan kurikulum
Kelumpuhan atau gangguan saraf-saraf ini menyesuaikan dengan kebutuhan mereka.
dapat mengakibatkan ketidakmampuan Menurut peneliti, kita harus bisa menerima
untuk mengucapkan kata-kata dengan keberadaan dan kehadiran anak-anak
baik. Hal ini disebut disartria. Seseorang seperti AMH yang memiliki keterbatasan,
yang mengalami disartria akan mengalami karena ini merupakan bentuk kebhinekaan.
kecacatan dalam kata yang dilafalkannya. Pemerintah dalam hal ini Dinas
Berdasarkan hasil penelitian, Pendidikan harus menyediakan layanan
peneliti memberikan saran sebagai berikut: khusus bagi anak-anak dengan kasus
1. Orang Tua seperti AMH. Demikian juga kepada para
Sebagai orangtua hendaknya siswa untuk dapatnya membantu dan
paham dengan tahap perkembangan pada menerima mereka menjadi bagian dalam
anak. Sebab apabila dalam tahap kehidupan mereka sehari-hari.
perkembangan anak mengalami 3. Guru
keterlambatan harus ada sikap dan langkah Berdasarkan kebijakan pemerintah
yang diambil untuk mengantisipasi hal-hal yang ada, semua anak usia sekolah dengan
negatif yang dapat mempengauhi tahap tidak menghiraukan kondisi fisik,
perkembangan anak. Kebanyakan orangtua intelektual, sosial, emosional, bahasa, dan
tidak paham dan menyadari bahaya dari kondisi-kondisi lainnya untuk mendapat
risiko yang terjadi apabila anak akses terhadap pendidikan. Guru yang

123
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

bertugas mengajar anak-anak


Lumbantobing, S. M. Neurologi Klinik:
berkebutuhan khusus (di kelas inklusif)
Pemeriksaan Fisik dan Mental.
tidak boleh membedakan perlakuan Jakarta: Badan Penerbit FKUI,
2014.
dengan anak yang normal. Sebab anak
berkebutuhan khusus mempunyai hak Mukhtar. Metode Praktis Penelitian
Deskriptif Kualitatif. Jakarta:
yang sama dengan anak yang normal untuk
Referensi, 2013.
memperoleh pendidikan yang layak. Dan
Sumanto. Psikologi Perkembangan.
guru harus menciptakan suasana yang
Jogyakarta: CAPS, 2014.
nyaman agar anak-anak yang memiliki
Santrock, John W. Perkembangan Masa
kebutuhan khusus tersebut tidak merasa
Hidup, Edisi 5, Jilid I. Jakarta:
asing dan terasingkan dengan teman-teman Erlangga, 2010.
di dalam kelas yang normal.
Sastra, Gusdi. Neurolinguistik: Suatu
4. Penelitian Selanjutnya Pengantar. Bandung: Alfabet,
2011.
Penelitian anak usia Sekolah Dasar
saat ini berkembang pesat. Tetapi
penelitian tersebut hanya terfokus pada
hasil belajar yang dicapai anak saja.
Padahal ada faktor penting yang sangat
berpengaruh pada hasil belajar siswa
sekolah dasar, salah satu faktornya adalah
kemampuan wicara. Penelitian seperti ini
masih perlu digali dan dikembangkan dari
berbagai aspek, karena seorang anak yang
mengalami gangguan wicara pasti akan
berpengaruh terhadap kemampuan
berbahasanya dan kognitifnya juga.

DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi
Perkembangan Jakarta: Erlangga,
2004.

Indriati, Etty. Kesulitan Bicara dan


Berbahasa pada Anak: Terapi dan
Strategi Orang Tua. Jakarta:
Prenada, 2011.

124

Anda mungkin juga menyukai