Aspek Tematik:
a) Masalah adat / pendidikan
Bukti: a. Terdapat pembicaraan tentang adat istiadat dan kebiasaan dari rakyat
Palembang serta pendidikan Molek dan Yasin.
b. Molek yang dipaksa menikah oleh orang tuanya dengan bangsawan Arab yang
kaya akan harta.
- “Iapun teringat akan petua bundanya, bahwa ia sekali-kali tak boleh berpandang-
pandangan dengan laki-laki, sebab terlarang menurut adat dan agama.”
- “Menurut adat mereka tidak boleh memperlihatkan dirinya, tak boleh keluar rumah.
Dan kalau mereka mesti keluar rumah, misalnya hendak pergi ziarah ke kubur atau mengunjungi
sanak-saudara maka gadis itupun seolah-olah dibungkus dengan bermcam-macam kain yang
indah-indah sampai ke kepalanya. Hanya kakinya dan ujung tangannya lah yang kelihatan.”
- “Tiap-tiap pagi, setelah sembahyang subuh,…”
- “…, sebelum itu ia mengunjungi sekolah Melayu sampai tamat.”
- “Orang Palembang, terutama bangsawan-bangsawannya terbilang amat benci pada
orang yang datang dari Uluan.“
- “Delapan tahun lamanya ia bernaung di Mekah menuntut ilmu. Ketika ia kembali ke
dusunnya iapun menjadi ulama yang besar.”
- “Lain dari pada itu biasanya mereka pulang juga beberapa hari sebelum bulan puasa
dan pada hari raya, akan menghormati hari-hari mulia itu.”
- “Sekali-sekali kalau ia pergi ke Palembang ia tiada lupa membeli buku Melayu yang
indah-indah akan dibacanya di kebun,…”
- Gadis itu seorang bangsawan….anak orang hartawan…. Yasin orang Uluan yang
biasa…jauh dari kaya…
- Sebab sebelum kita melangsungkan peralatan yang besar serupa itu, wajiblah kita
mengunjungi makam nenek moyang kita dahulu, seolah-olah kita memberi tahu
maksud kita itu pada mereka.
- “Disini tiap saat engkau dapat pergi ke rumah seorang gadis akan bercakap-cakap.
Itu amat mudah dan seorangpun takkan menegah atau menegur engkau asal
engkau tahu saja batasnya.”
- “Tetapi di Palembang lain benar. Kalau engkau diketahui orang bercakap-cakap
dengan seorang gadis, bahkan kalau kelihatan saja engkau melihat dia dengan
tenang, maka sekurang-kurangnya engkau akan mendapat caci-maki dan boleh jadi
pula engkau ditujah orang.”
- “Kita orang Uluan, dipandangnya amat hina dan tak dapat bersanding dengan dia,
seorang raden keturunan bangsawan Palembang.”
- …., bahwa Molek dahulu mengunjungi sekolah Melayu, sehingga iapun tahu
membaca huruf Belanda.
- Pakaian yang serupa itu belum berapa kali dipakainya, sebab perawan Palembang
biasa memakai baju kurung.
b) Latar tempat tidak lagi istana sentris
Bukti: Latar tempatnya merupakan di daerah Palembang.
- “Di sungai Musi dan di anak-anak air sunyi-senyap,…”
- “Sesungguhnya amat sedap pemandangan di sungai Musi pada waktu dinihari.”
Aspek Sintaktik:
a) Mengandung bahasa klise
Bukti: - “O, jeling mata yang menambat! Engkaulah tali yang tak dapat dilihat, tak
dapat diraba, tetapi…terang mengikat.”
- “Dari perahu yang berisi para itu membubunglah asap yang tebal alamat nasi
dan air sedang terjerang.”
- “Dibelakangnya air beriak-riak, berombak-ombak, sehingga sekalian rumah
sakit, sampan dan jukung termabung-ambung rupanya.”
- “Sekonyong-konyongnya sedang ia memilih-milih bajunya,…”
- “Cek Sitti pergi mendapatkan anaknya dengan tergesa-gesa; cemas hatinya
melihat ia berguling itu.”
- “Mendengar bunyi selomperet mobil di jalan besar dan maya yang
menambat diri dan jiwanya beberapa saat itupun lenyap,…”
- “Ia merasa nikmat, merasa beruntung dan berbahagia sampai ke sumsum
tulangnya.”
- “Ia bukan si cebol yang merindukan bulan lagi.”
- “Makan-makanan Eropa dalam belek amat digemari orang, bukan karena
nyaman rasanya, hanya karena mulia rupanya.”
- “Ia seolah-olah pohon yang dipindahkan dari negeri ke hutan dan hidupnya
pun subur ditengah-tengah penunggu rimba itu.”
- “Rambutnya seakan-akan sarat bermuat bermacam-macam tusuk kundai
gilang-gemilang.”
- “Keinsafan itu seakan-akan anak air yang mengalir perlahan-lahan, tetapi
terus melarik berdikit-dikit, meruntuhkan tebing dan gunung yang kukuh
lagi.”
- “Yasin terkejut sejurus lamanya,…”
- “Seperti ombak bergulung-gulung arah ke pantai, serupa itulah cinta bunda
itu menuju ke biji matanya.”
- “Dan perasaan itu seolah-olah menyayat hatiku, silu dan pedih di tengah-
tengah keramaian, kegirangan itu.” Segera terasa olehnya darahnya
mengalir, darah remaja yang tak tahu gandalan dan alangan itu….”
- “Molek bolehlah dibandingkan dengan bunga mawar yang tinggal suci
tumbuh ditengah-tengah semak yang rapat.”