Anda di halaman 1dari 3

Nama: Sansani /20

Aspek Tematik:
a) Masalah adat / pendidikan
Bukti: a. Terdapat pembicaraan tentang adat istiadat dan kebiasaan dari rakyat
Palembang serta pendidikan Molek dan Yasin.
b. Molek yang dipaksa menikah oleh orang tuanya dengan bangsawan Arab yang
kaya akan harta.
- “Iapun teringat akan petua bundanya, bahwa ia sekali-kali tak boleh berpandang-
pandangan dengan laki-laki, sebab terlarang menurut adat dan agama.”
- “Menurut adat mereka tidak boleh memperlihatkan dirinya, tak boleh keluar rumah.
Dan kalau mereka mesti keluar rumah, misalnya hendak pergi ziarah ke kubur atau mengunjungi
sanak-saudara maka gadis itupun seolah-olah dibungkus dengan bermcam-macam kain yang
indah-indah sampai ke kepalanya. Hanya kakinya dan ujung tangannya lah yang kelihatan.”
- “Tiap-tiap pagi, setelah sembahyang subuh,…”
- “…, sebelum itu ia mengunjungi sekolah Melayu sampai tamat.”
- “Orang Palembang, terutama bangsawan-bangsawannya terbilang amat benci pada
orang yang datang dari Uluan.“
- “Delapan tahun lamanya ia bernaung di Mekah menuntut ilmu. Ketika ia kembali ke
dusunnya iapun menjadi ulama yang besar.”
- “Lain dari pada itu biasanya mereka pulang juga beberapa hari sebelum bulan puasa
dan pada hari raya, akan menghormati hari-hari mulia itu.”
- “Sekali-sekali kalau ia pergi ke Palembang ia tiada lupa membeli buku Melayu yang
indah-indah akan dibacanya di kebun,…”
- Gadis itu seorang bangsawan….anak orang hartawan…. Yasin orang Uluan yang
biasa…jauh dari kaya…
- Sebab sebelum kita melangsungkan peralatan yang besar serupa itu, wajiblah kita
mengunjungi makam nenek moyang kita dahulu, seolah-olah kita memberi tahu
maksud kita itu pada mereka.
- “Disini tiap saat engkau dapat pergi ke rumah seorang gadis akan bercakap-cakap.
Itu amat mudah dan seorangpun takkan menegah atau menegur engkau asal
engkau tahu saja batasnya.”
- “Tetapi di Palembang lain benar. Kalau engkau diketahui orang bercakap-cakap
dengan seorang gadis, bahkan kalau kelihatan saja engkau melihat dia dengan
tenang, maka sekurang-kurangnya engkau akan mendapat caci-maki dan boleh jadi
pula engkau ditujah orang.”
- “Kita orang Uluan, dipandangnya amat hina dan tak dapat bersanding dengan dia,
seorang raden keturunan bangsawan Palembang.”
- …., bahwa Molek dahulu mengunjungi sekolah Melayu, sehingga iapun tahu
membaca huruf Belanda.
- Pakaian yang serupa itu belum berapa kali dipakainya, sebab perawan Palembang
biasa memakai baju kurung.
b) Latar tempat tidak lagi istana sentris
Bukti: Latar tempatnya merupakan di daerah Palembang.
- “Di sungai Musi dan di anak-anak air sunyi-senyap,…”
- “Sesungguhnya amat sedap pemandangan di sungai Musi pada waktu dinihari.”

c) Menggambarkan kisah cinta yang romantis


Bukti: Kisah cinta yang romantis antara Yasin dengan Molek.
- “Demi dilihat Yasin anak gadis itu, hatinya pun berdebar-debar…..”
- “Hatinya pun berdebar-debar pula beberapa saat lamanya. Alangkah moleknya
perawan itu?”
- “Seketika ia lepakan dirinya, seketika ia diambungkan oleh ombak percintaan
setinggi langit dan ia…”
- “Ingatannya selalu terhadap kepada anak gadis yang telah menambat hatinya itu.”
- “Dalam masa dua minggu tahulah Molek, bahwa ia telah mabuk cinta akan bujang
dusun yang cakap dan pantas itu.”
- “O, begini rasanya mabuk cinta,” pikir perawan yang suci itu.”

Aspek Sintaktik:
a) Mengandung bahasa klise
Bukti: - “O, jeling mata yang menambat! Engkaulah tali yang tak dapat dilihat, tak
dapat diraba, tetapi…terang mengikat.”
- “Dari perahu yang berisi para itu membubunglah asap yang tebal alamat nasi
dan air sedang terjerang.”
- “Dibelakangnya air beriak-riak, berombak-ombak, sehingga sekalian rumah
sakit, sampan dan jukung termabung-ambung rupanya.”
- “Sekonyong-konyongnya sedang ia memilih-milih bajunya,…”
- “Cek Sitti pergi mendapatkan anaknya dengan tergesa-gesa; cemas hatinya
melihat ia berguling itu.”
- “Mendengar bunyi selomperet mobil di jalan besar dan maya yang
menambat diri dan jiwanya beberapa saat itupun lenyap,…”
- “Ia merasa nikmat, merasa beruntung dan berbahagia sampai ke sumsum
tulangnya.”
- “Ia bukan si cebol yang merindukan bulan lagi.”
- “Makan-makanan Eropa dalam belek amat digemari orang, bukan karena
nyaman rasanya, hanya karena mulia rupanya.”
- “Ia seolah-olah pohon yang dipindahkan dari negeri ke hutan dan hidupnya
pun subur ditengah-tengah penunggu rimba itu.”
- “Rambutnya seakan-akan sarat bermuat bermacam-macam tusuk kundai
gilang-gemilang.”
- “Keinsafan itu seakan-akan anak air yang mengalir perlahan-lahan, tetapi
terus melarik berdikit-dikit, meruntuhkan tebing dan gunung yang kukuh
lagi.”
- “Yasin terkejut sejurus lamanya,…”
- “Seperti ombak bergulung-gulung arah ke pantai, serupa itulah cinta bunda
itu menuju ke biji matanya.”

- “Dan perasaan itu seolah-olah menyayat hatiku, silu dan pedih di tengah-
tengah keramaian, kegirangan itu.” Segera terasa olehnya darahnya
mengalir, darah remaja yang tak tahu gandalan dan alangan itu….”
- “Molek bolehlah dibandingkan dengan bunga mawar yang tinggal suci
tumbuh ditengah-tengah semak yang rapat.”

b) Banyak sisipan nasihat dari kaum tua


Bukti: Nasihat dari Ibu Yasin kepada anaknya.
- “Tidakkah anakku, janganlah engkau hendak merahasiakan sesuatu padaku.”
- “Tetapi hendak aku peringatkan padamu: engkau dalam segala usahamu
jangan tergesa-gesa dan jagalah dirimu sebaik-baiknya. Dan kalau telah
selesai pekerjaanmu itu di Palembang, hendaklah engkau pulang selekas-
lekasnya, agar jangan lama aku kuatir memikirkan engkau.”
c) Menampilkan surat-surat panjang
Bukti: Surat perkenalan dari Yasin untuk Molek yang diselipkan di dekat tempat mandi
Molek. Yang bertuliskan:
Encik yang terhormat!
Encik jangan terkejut membaca secarik surat yang tiada sepertinya ini. Surat ini datang
dari seorang yang hina, yang berlindung pada bayang-bayang tempat kediaman encik. Sejak
encik bermurah hati beberapa minggu yang telah lalu membiarkan dia memandang ke
bintang kejora yang bersinar-sinar dimuka encik, ia tiada terkata-kata lagi mabuk selasih dan
akan aman kejam encik rasanya kalau dengan sekonyong-konyong encik sentakkan dia
hingga sadar kembali.
Sebab itulah fakir yang miskin itu bermohon akan kemurahan hati encik, sudilah kiranya
membiarkan dia menerangi dirinya dalam cahaya bintang kejora yang mulia itu.
Biarkanlah dia sepantun batang buluh di tepi sungai yang menundukkan dirinya bertahun-
tahun akan melepaskan dahaga, pada hal air terus mengalir dengan tiada mengindahkan dia.
Dalam keadaan seperti buluh itupun, telah merasa berbahagia tiada terperikan.

Anda mungkin juga menyukai