Anda di halaman 1dari 197
KEBIJAKAN PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA ‘Test Disusun Dalam Rangha Memenubi Persyaratan Memperolih Gelar Magister timu Hukum Oteh + ISMUNARNO, SH. NIM. B4A 099 081 Program Kajian Sistem Peradilan Pidana Pembimbing, Prof. Dr. Bardn Nawawi Arie, StL PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO- SEMARANG 2002 ‘TESIS KEBIJAKAN PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA, oleh ISMUNARNO, SH ‘Nim, BAA 099 081/SPP ‘TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN PENGUIT PADA HARI KAMIS TANGGAL 22 AGUSTUS 2002 ‘TESIS INITELAH DITERIMA SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK, MEMPEROLEH GELAR MAGISTER HUKUM PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ‘MENGETAHUI bing oO ‘Prof Dr Barda Nawawi Aref, SL NIP. 130307088 ABSTRAK Tindal pidana narkotike pada umunnya tidak dilekuken oleh poorangen socarh sondiri-sendizi melainkan | dilaky: gleh pero épersena, Oleh eindikat yang terorgenisaes kan Seemrntap, raps, rahacia bersifat transnasions] Seoare Man *Rodus operandi dan teknologi yang canséin, menggunaked yin mezupakan perbuatan kergoraei dibanding sehingee, perorangen, Waravpun Usdang undang No. 8 Tanan Beet SE No 22 Tahun, 1997 sebaiiai penggantinys, tere ge sudsh mengatar perihal dapat dipertanggungiayab Keduanys cugorasi yang nelakukan tindak pidana narkotika ane tere an nacun vakte oojek. Aiketuarkagmya OU akan tt Ganpai sekarang belun ada penidansan terhadae ferecbas °Senibungan dengan hal tersebot maka tesig. in dorporagi: Seiipokok nasalah (1) Bagsinanakah kebtiahen nenbahegungvavaban Horporas) delaw tindak pidang maskot” pertander gine. 22 Tahun 197 (2) Bagsimanakah kebija” ka Renee ggungsaxaban korgorasi yang sebaiknys diruaus~ aan OU Ne eselitian adalah Yorsdis Normatif, spe- cif ieae ene Yitsge adalah deokriptif. Date bertunpe | pada gifthagd pene tAnalisie date dilakuken secars koalitatt® GE" ysaraiken seoara deskriptif analistis. yesiken gn nasil penelitian adeiah baltwa kebijekan pertangguagiaveban korporass deiaw UU No. 22 Tehun | 2087 pertandeuegipie karena mengandung beberaps | kelenahan fidsk ser CSochal yang perio diperhatikan adalah | Peels Unto See ntan tentang subJek tindak pidans narkot ike Ore nes Mouble track syston, perumusan dalam pasal ates peneran en ceveondii, wengenei vertangdungsavaban | pidans Ba eae, iStewesan "mengenai WU Narkotike | didanylokan worponte yu“iainnyay pembatasan wektu pembayaren dandy seedy vgister kategori Jan penbenahan Hokum fears Pidana KATA PENGANTAR Penulis menanjetkan puji syolur kebedirat Tohan Yang Hans Baa ates segais kerunia-tya sehingza dapat tersele~ saikannya laporan penclitian tesis yang berjudul "KEBIAR- AN PERTANGGUNOJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA WARM KOTTKAT, dengan baik dan Innoar. Tesis ini disusun alan rengka wenenubi tugas akhir gona menperoleh Magister Yukon (i) pada Progran Negister Tlou Hukun Universitas Dipo~ negore Semarang. Penilihan topik nasalah pertanggungiawsban korporsss Galen tindak pidana nerkotike adalah dengan pertinbangan behwa massloh narkotike merupakan topik yong bersifet aktual, menarik antuk dikasi, diperbincangkan dan diperde- batkan. Walaopn Undang-undang Narkotike pada masa emer dekaan ini sudah mengelani dua kali pergantian tetsot rupanya angie penyalahgunaan narkotika tetap seningket dari tahun ke tafon. Hel ini menberi dorengan yang kust Kepada penulie untuk wengkaii Undang-undang Narkotike sebagai dasar pidakan penberantasan penyalahgunaan narko ‘ike dengan hukun pidena selaloi penbshasan yang tajan den keitie dslen tesis int esis ini dapat diseleasikan karens bentuan dari berbacai pihek yang berupa : sasehat, bimbingan, petundule sorta referensi yang berkaitan dengan topik penelitian untuk itu penulis ingin menyanpaikan terina kesih kepado. 1. Bapak Prof. Dr. Barda Nawasi Arief, SH selein Pembiar bing, yang telah dengan aber den tekun menberiken arehan dan binbingan geek aval penslisan bingge sel} sal 2, Bapak Prof. Ronny Hanitijo Soenitro, SH. yang telah nenberikan arahan dan bigbingun di bidang metodolodi 9, Senua pihak yang tidak dapat penvlig sebutken satu persatu yang telah menbanty bingga ‘terselosaikannys epic ink Penalis menyadari bahwe laporsn penclitian tests int nasih jauh dari gempurne, sunbang saren sangot ponulis hazapkan dari berbagai pihak demi penyempurnasn tovia ink Senoga laporan penelitian tesis ini dapat monberikan manfeat bedi pengenbangen ilmy hukum, khvsusnye hukum pidene Sensrang, JoLi 2002 Penults DAFPAR 18 Holonan HALAKAN EENCESANAR 1 apsrRak ss KATA PRNGANTAR ant parras 18t y man t — PRNDAHULUAN 1 Ay Latar Belakang Hasalah 1 B. Perumogan Kasalah 2 c. Yaguan Penetitian 12 D. Kontribusi Penelitisn 13 B. Metedolodi Penelitian 1“ P. Sistenstika Penelitian 7 BAB IT TINJAUAN PUSTAKA 18 A. Tindak Pidana dan Pertanggungsauaban Pidane 19 1. Pindak Pidana 19 2, Pertanggungjawaban Pidana 28 B. Pengertian Korporasi dan Kedudukan Kor porasi Sebagai Subyek Tindak Pidane L. Pungertian Korporsei 2. Keduduken Korporasi sebagai Subyelt ‘Tindak Pidans ©. PertangsungSawsben Pidana Korporani . D. Kebijakan Pennnggvlangan Penyalahgansan Narkotiks dengan Hokum Pidana 4a “a 18 BAB IIT Halaman 1. Penanggulangan Ponyalahginean Narko- tike dengan Sarana Non Penal 2. Ponangeulangen Penyatahgunaan Karko~ tika dengan Serana Penal HASIL PRNELETLAN DAN PEMBAKASAN A. Kebijetan Pertandgungiawaban Korporasi Delan Tindak @idana Narkotika 1, Perken angen Pengntoran Pertandaung~ Jewaban Korporssi dalan Tindak Pid! no Narkotika di Tndonecia a, Ordonansi Obat Bivs b. Undang-undang No. 8 Tahun 1978. eo. Undang-unang No. 22 Tahon 1987 2, Relewahan Kebijelian Pertandgangia~ aban Korporasi Berdasar UU No. 22 ‘Tatum 1997 . B. KebiJakan Pertanggungjawsban Korporasi Yang Sebatknya Diremuskan Dalam Undend~ ondang Rarkatike Yang Akan Dateng 1. Pertanggungiavaban Pimpinan Korpo- 2. Pertanggungsapsban Penguros Korporasi: 3. Pertanggungsanaban Korporasi 80 83 a1 a1 4 ea 101 us a2 156 187 160 161 Bag vy PENUTU A. Kesinpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPERAN alaman ae 181 184 168. BAB I PENDARULUAR A. hatar Gelakang Masalah Sebagai negara yang esdang berkenbang Indonesia perlu nelakukan pebangunen di segala bidang. Hakekat penbungonen adalah proses penbaharoan disegale sektor hehidepan, 1) ontik meningkatkan fnslitas manusia dan nasyarakat Indonesia di segula bideng Upaya neningkatkan kuslitar manvsia dan mnacyare- kat Endonessa dengan nelsiui penbangunan nendapatken henbatan yang berat dengan senakin mareknys peredaren narkeba Pada tahun 2000, di Indenasia tereatat 2 jute orang korban dari berbagai vsia dan later belakeng untuk meneagah bukenteh hal ysng mudah Karena hers berhadapan dengen jaringan Internasional. 2) Ancanan disintegratif atau penghancur bangsa dan negara tercinta yang dimainkan Narkobs tidak kelah dah- syatnys dengan permanalahan leinnya seperti konflik anter etnis dan antar agama, gereken sparatine, kon f1ik antar elite politik eerta HRN (kolusi, korupsi dan nepotione). 5) 1) pebjan Thai, 1908, Mukus dan Kekuasaan, Yosye- karta: Pustake Pelaiar, bh. 2) 2) DPW Wanita Katelik, 2001, Petuniuk Prekeis Bagi Koluarga untuk Menceash Penyalahgonaan Wsrkoba, Yoavakat= far Nedia Preeuingo. b. 3) powiniehus Lenk, 2001, Markee. Youyakarta Media Preswinds, he 8 PF -PUST AK -UUDIP) Peredarannys Werkoba dilakukan dengan canggin dan rapih, Walapeteka yang ditimbulkan oleh Warkoba pun cangat kompleke, tidak hanys secera noral, sosial, ekonomi (ailiaran tupiah per hari habia karena belanja Narkoba), tetapi juga eeonra fisik baik nanusia indivi- dual maupun nasyaraket dan bangss ini. 4) Pernesalahan penyalshgunaan/ketergantongan Narko~ ba sudah sedenikian Kompleks sehinggs dapat merupakan ancansn dari sudut pandsng mikro Ckelusrge) manpun nakro (masyarakut, bangsa dan negera) yang pada gilir~ annya nenbahayakan ketahanan nasional Secare garie beser terdapat tiga behaya penyalah- gannon narkotike 2) Bahays penyalahgensan naxkotike yang pertana terle- tak pads sifet dack wat-zat narkotika sendiri yang bile dipergunakan di Luar taduan pengobaten, dapat nonbaus kecanduan dan ketergantungan 4 penakei terhadap zot-zat narkotiha, ditembah dengan sitet tolerance yang nenyebabkan si pemakai untuk nendepatkan efek yang sams dari suaty denis narkotika tertentu, nexerivken desis yang senskin 4) dedang Hawars, 2001, Penyatanunsun dan Ketoraan tungan WAZA, Jakarta: BE. FAUT, he 6S besar yang akan meniurus dari penggunaan fn: yang kurang keraa ke arah yang lebih keras (esoaia¢ion yang ekhirnya hidupnyn terierat dan bensr-benar tergantung kepada obat-obat narkotika yang dosisnys besar dan Jenis yang terkeres. b) Bahaya dan skibet bagi pribadi yang snyalahgeneken narkotike Bagi yang senderite ketergantonsan phykis tidak bogite menbahsyakan, hanya teraza tidak ensk seperti molut pahit, asan dan lain-Jein, dan bila tahen bisa nenjedi baik Kembali, tetepi bile tidak taben senga- Jeni ketergantungan psikhis (kencanduan). Kecanduvar yang tidak dipenahi, berakibat bedan tersikes (pa~ sing-posing sampsi menimbulkan kenatian) fe) Behaya terhadap kehidupan masvarakat, sebab oi pecandu narkotike yang sedang ketagihan dan Kebe- tulen tidak meni1iki vang untuk menbeli nerkotika, waka dalon sdaen tereikes, yang bersangkuten akan berusahe dengan berbs i upaya seperti ngemis, men~ curt bebkan bisa membunah, sehingga meningkatken keiminilitas den berbagai penyakit nasyarakat. °? Perkenbsngan teknologi yang senskin pesst, ter tana div bideng transpartasi dan komunikasi serta 5) gndiono Dirsosiswara, 1978, Kriminalistik, San~ dung: Rosde arya, penemen-penemvan baru khususnya di bidang obat-obstan telah nenberikan danpak positif dan negabif. Salah saty danpak negetif yang terjadi adalah meningkatnya bideng penyalehgunaan nerkotika dan obat-obaten psikotropike di hanpiz semua negara di dunia. Nampaknys tidak ada aatupun negara di dunia pada abad 21 ini texbebss dari danpek tereebut. Senakin meningkatnya penggonasn narkotika dewasa ini tidek untuk tujuan pengobatan ataupen kepentingsn Linu pengetahuan tetapd merupalen ossha untok memper~ oleh keuntungan finaneial yang sangst beser. Tosusn ini terespai dengan melalui perdagangan narkotike lintas batas wileyeh dalan sustu negara, anter negara, dan bahkan internusional, Trenguksi perdagengen narkotike ini sudah bareng tente Lsbatkan banyak orang, sindi~ kat/Saringan yang terorgeniasikan secars api dan profesional Sebagai negara kepolauen (kurang lebih ada 19 iby pulas) perairan Indonesia aeLiputi Kurang lebih toguh bush selat yang sangat penting bedi pelayaran internasicnal, Ketujuh buah selat ini adalah. Selat, Walake, Selat Singapura, Selat Sunda, Selst Lonbok, Selat Ombei, Selat Wetar, dan Selat Makasar. SeJak dotelah Konvenei Hukun Laut, 1982, berlake penuh pada tanggal 16 Nopesber 1904 di seluruh negara peserta konvensi maka luae wilayeh Indonesis bertanbah menjadi 18 juta Kilometer persegi. §? Lwasnya wilayah dan letek deografis yang dinpit oleh dua bene Asie dan Australia, dikelilingi olen Laut, betas wilayah negara yang berupa Isnt dan darat, banyaknys paleu yang tereebar dari Sabeng hingge Werauke serta batne negara dengan negara lain yond netihathan beborasa negara menJadiken Indonesia sebagoi teupat yang sandat etretegis bagi perdagengan nackoti ke baik untuk tranait dari elu Lintas perdagangan narko~ tike internasional maupun sebagel tempat tujuan stan sasaran penasaran narkotike, Kondisi ini didukung lagi oleh jumlel pendudak yang besar Perkenbangen tindak pidana narkotike pads abad ke 21 Gini) sudah memitiki Jaringan internasional, bahkon keluatan Jaringan terssbut di beberapa negara berhastl nenakskan kehendaknys kepada penerintah yang sedans berkuasa, seperti terJedi di neqars-negara Panama, Columbia, Wicaragus, dan Bolivia. Perkenbangan tindak pidana narkotika di Columbia pada akhie-akhir ind nenunjukkan weadaan aebalikays. Selain itu, perken- pangan tindak pidana nackobika treuswasional eads denaca ini, senokin aeluas, tidek hanya berkeiten dengan negara pradusen dan negara konsumen, akan teoteps 5) gonli Atmaanaita, 1907, Tindak Cidana Narkor ska Pransnasional Dalen Biztem Malia Honinna?. Mites Aditya Baktiy Banduost berkaitan juga dengen nears transit Di whlayab Ania Tenggara terdapat vusat produkes nacho: bike sekaligus pusat disteibusi te soluruh wilaysh Asia Pasifik, termnook Anstralia dan Indonesia. Tompat Sni, disebet the golden triangle atau segi tiga enes. yang torletak di vertintnaas antara Thailand, Laws, de Kanbose Penyenpitan Jarnk star nagara rebagai akibat perkenbangan tronspartasi dan kowonikssi telah memberi- kan keuntungan yang (idsk ternilsi bagi peleku-peleky Eindak pidana narkotike di seluruh dunia. Kejahatnn narkotike sdalsh sarapakan @siah sate keJuhaten internasienal dan karens ity bukan henys nacalah nasionsl nears-negare sondiri-eoudiri terpisah patu cage iain. 7? Bentuk peloksanaan penegakkan hulun yang hanya noneatingkan ketorikatan aku bates Leritorial werups kan bentuk penogakan hohom yang bersifat keavensional dan tidsk sedalan dengan perkenbangan Leknolesi yang eekarang berkonbang, sehingss bentuk penegaken bakun sekarang ini tidek efektif dalam senberantas Ialo~ Lintas perdagangan gelap narkotika, ®? 7) dep Keh, 1994, Partenoan Iiniah tentang Penyitasn Hak Hi1ik Pelake Pindak Pidana Narketika, Jakorta + BPE, hel. 70 8) Komi Atmesanmita, 1992, Macataiemasalah sane Berkaitan ‘Dengan Penerangan dan Pelakssnaen Koovensi [aletnectonal Poptand iain Lintae Pordayangan Gelap Obst Narkotike dan Paikotropika, Jakarta (ake lah? Ancanan den akibat tindak pidana warkotike torsebut di ates wmerupakan tanggung jewab bersana seluruh negare untuk menangaulanginys. Tanagung jaws tersebot sudah nesupakan bagiun integral dalam kehidup~ fan nasyarakat oder, bahkan dapat dikenukaken. Lidak ada antu pun nogara di dunia berkehendak melindungs tindak pidana pada umunnya dan pada khususnya, bindske pidune narkotske gehingga luput dari Jangkaoan hukum Prinsip tersebut di ates sudat dianut den diskus pola oleh bangss Indonesia, dan merupakan landasan Kehidupan bexbangsa dan bernegera di tengah-tengah bangsn-bangua lain di dunia sexta seosza eksplisit sudah dicantunkan di dalan Penbukaan Undang-Undang Dacar 1845 yang menyatekan antaza Iain sebeuni bershut: Komidian daripeda itu vntuke menbentok —suaty penerintah negara Indonesis yang welindungs segenap tenga Indonesia den soluruh tampa daralt Indonesia dan untuk menaivkan kesejahterasn vmun, nencerdasken kehidupan bengsa, dan ikut melakes~ nakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemexde~ kaan pecdawaian abadi dan koadilan costal Dari Penbukaan WUD 1945 tersebut tersiret susta makna bahva bangsa Indonesia ikul bexperan sovare akLit Gaiam upaya mongatasi ancauan tindak pidana narkotike yang “nenggenggu upaya untuk senajukan kesedahterann non, opaya moncerdaskan banijon dat upaya untok weru- Gudken ketartiban dunia Wasalah narketike ovdeh eda sedak Jaman pensadeh- fan Belanda (Windia Uelands) hanya permaselatianays tidak: perumit tahion hava yang ditiabelkanya tidak sebesar zekarang. ° Sedelup Indonesia merdeka, ponegaken tuiun texhuder tindak pidana narkotika oleh ponerintal: Windia Belsnds ketika itu, bertajuan wenyulurken pelhagai ketuntuan endenei perdagangan candu, can telah" ditetapkan Yerdoovendo Hiddellen Ordonnantie. Stautsbled 1927 Honor 278 jo 536 atau Cedonasi obat bius yang telah daberlakukan, tanggal 1 Jenvari 1925 Ordonani bat bius 1928 ysng dibuat pada nase penajahan Belanda berdauer posal If eturan peraliben UD 1945 yang menyatakan segala badan negara dan peratoran yang ada pata saat Kemerdekoan masih ters berlaku ssnpai disusunnya aturen yang bare Usaha penanggolangan penyalahgonsen nuxkoba dan peredarannye di Indonesia tidak lepas dari perkesbangart yand terjadi 4i donde internasiosal aisalnya ealeh satu gebeh diundangkannya UU no. @ tahun 1876 adalet 9) gudiarts, 1984, Pengsturan Hokom Tanak Eidane partotita “di Indonesia, Wakaleh pada Portenuan Tiniah Barkotite givaan Wak, WsiSk Poleky Pindgk Pidsna Warkotila Tee aki Desonber 1902, Jakarta : Dep Ken konvensi tundgal 1861 yang diretifikasi dengan WS no. 6 tahun 1876. Sedangkan labirnya Undang-Undang 10. tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang nomor 22 tahwn 1996 tentang Naxkotike didaholus oleh labtenya Undang-lndeng no. @ tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi feikotropiha 071 dan Undang-Undang ne. 7 tntun 1987 tentang pangesshan kenvensi Penberentassn Perederan Gelap Sarkotike dan Paikotroptke 1088. 2°) Meourut penjelasan Undeng-Undang no, 22 tshon 1997 dikeloackanny& Undang-Undang ini dimakoedkan untuk. lebih neningkatkan pengendalian dan pengevasan corte meningkatkan upaya mencegsh dan menberantas penyalal gonsan dan pereduran gelap narkotike karena narkotiky Abaratnya adalah sebuah bends bersajati/bermka dun, di mato sist bermanfant di bidang ketehotan dan ily pengetahuan tetapi pada sisi lein biss juga berakibat, nerusak esehatan yaity apabila disslahgunskan steu digunakan tidak seauai standar pengobatan terlebih apabils disertai dengan poredaran narkobika scars Liat/gelap akan menimbulken akibet yang sangat merogi- kan beik perexangan mavpon nnsyernkat Kejahatan nurtotika pada umuanya tidak dilakuken oleh perorangen seeara sendiri-vendiri, melainken di- 10) garda Nawuei Arie, 2001, Mosatah Penewekan Hokus Kebitakan Penanggulangan Kejahatan, Cibra Aditya Dales, hal. 193 10 Jakukan aecara bersana-sama bahkan dilakukan olet eindikat yang terorganisasi secara nantap, rapt dan angst rahasia bersifet trenenssionsl dengan modus operand’ dan teknologi yang cangés Keleo kita cimak uraian alinea di ates dapat isinpulkan bahwa tindak pidana narkotika lebih banyak dilaksken oleh koxporasi dibanding dilakskan secara perorangan, Hal ini bisa kite bandingken dengsn isi dari pasal 1 butir 19 ketentuan umam dari OU no. 22 tamon 1997 tentang narkotike Korporasi adalah kunpulan terorganisasi dari orang dan/atau kekayann, baik nerupakan badan hukum ssaupun bokan” Wengingat bahwa tindak pidans narkotika pede onunnya lebih dilakukan oleh korporasi dibanding per~ 1 (penjelasan WU no, 22 tahun 1997 alinia ke 4) sudah barang tontu ketentwan yang mengatur pertangeung~ javaban pidana bedi korporasi yang molakukan tindsie pidana harusleh dirumuekan gedenikian rupa sebingss tujean dikeluarkunnya Undang-Undang no. 22 tehan 1897 tentang narkotika yaknd 1. Menjenin ketersedisan narkotike vntuk peleyanan Kesehatan den pendenbang: ime — pengetshoan u 2. Wencedah penyalabgunaan narkotike, 3. Menberantes peredaran gelap, narkotike, akan dapet terespal Tindak pidana yang melibatkan Korporasi di datas nya akan nonimbulkan bahaya yang lebih beser bail, ecoars koalites maupun koantites oleh karene = Korporsei menpunyai kewampusn modal yang relatif lebih becar dari pada pelaky perorangan = Rorporasi nemiliki sumber daya nanueia yang relatif lebih besar dan berkualites, = Kenanpuan nanagerial Korporast yang baik — Komanpuan nempengaruhi penedak hukua dan birokrsai ~ Kemanpuan nenpengaruhi masyarskat. Karena itu oudah seharusnya kebijaken pertand: gungjewaban secara hukun bagi Korporaci yang nelakuken tindak pidane haruelah lebih keras, texas dan operasi- onal dibanding pertanggungjavaban pelaku perorangsn Kunci dari senvanya ity terletek pada kebijekan Legie~ latif yang nerupakan landasan kebijaken bagi aparat penegek hokun Berdagor pertinbangan di stas maka peneliti ter tarik untuk nendalami/neneliti tentang kebiseken por tanggunujavaban kotporasi dalam tindak —pidana narkotika uz 8. Porunusan Masalah Penelitian hokom pada hskekatnya adalah upays ontok ‘mencari Jawab suatu wassleh tentang hokum. 11) Nagaiah yang hendak ditelits edalah kebijekan pertang- Gung jauaban korporasi dalam tindak pidana narkotike Perundang-undengan narketike hendaknya bisa me~ nenpung semia pernasalahan yang ads berkait dengan tindak pidana nerkotika yang dilakukan oleh korporast, Adapun perneselahan dalam penelitian ini adalah 1, Bagainanakah kebijakan pertanggungjawaban korporssi dalan tindak pidana narkotike menurut WU no. 22 tahun 1997 7 2. Bagaimanakah kebiiakan pertanggungjamaban Korporass yang sebaiknya dirumuekan delan Undang-lndang narko- tika 6i mse yang akan dateng ? ¢. Tajuan Penelitian ‘Tojuan yang ingin dicapai dari penelitian ink adalah : 4) Mengetabot bagainanakah kebijskan pertanggungjawsban korporasi dalen tindak pidana narkotika menurut Ol 12) seetandye Wignye Soebroto, 1999, Hasalah Hetodo- Jogi Dalam Pene? tian Hukon, Bag, unas PX UNDIP, Sema rand, hel. 25: as no. 22 tahun 1987 2) Mengetahas kebiakan pertanggungjavaban korporacd yang sebaiknya direnusken dalan UJ Narkotike yang ‘shen dateng. D. Kontribusi Penelitian 1 Kontribust Teoritis Penelitian ini diharapken dapat wenberskan peninaran aksdenis bagi vpaya pengkadian dan pengenbangan {1nu hokon pede onoenya dan khusuenya hukum pidena yang berkeitan dengan pertanggungjavaben korporasi dalam tindak pidana narkotike Kontribusi Praktis Penelitian ini iharepkan dapat —-menberikan kontribust a. Sebagai bahan masukan atau bahan pertinbangen bagi penbentck Undang-Undang daian aelakuken peningaven terhadap Undang-Undang narkotike Penyenpurnaan stan perbaikan terhadap Ketentuan pertanggundiewaban korporasi perlo dilakeken agar ketentuan itu bisa dipakei sebagai serena yang ofektif den memadai delon wpsys nenanggulengt penyalshgunaan narkotitke b. Dapat nenberikan bahan penikiran atau pertinbsn an manengeni perkara narkotika, Hasukan-nasukan yang berkeitan dengan pertanggungjanaben korpo~ 14 rasi diharapkan dapat nenbantu nengoptimalkon asthe penegak hukun dalsn monanggulangi penyalah- gonaan narkotila B, Metodologi Penelitian 1, Netode Pendekatan Rardnsar perumusan aasalah den tojuan penelitian, naka pendekatan yang digonakan dalan penelitisn int adalah pendekatan yuridis nornatit, yang bertempu pada data sekunder. Pendekaten yuridis normatif neropakan pendekatan . utana dalam penelitien ini, karena yang wenjadi pusat perhstian utama dalam penelitian ini ialsh kebijakan pertanggungjanaban korporaai yong didasarkan pada UU narkotika yang ada selana ini, Seberepa jauh kebijakan penbentuk bndang-undand keitennya dengan pertanggungjawaben xorporsei dapat mennjang ueshs penanggvlangan pen- yalahgunsan narkotike. 2, Spesifikesi Penelitian Spevifikesi penelitian ini adalah penelitian deo kriptif, Suaty penelitian deskriptif dinaksudkan antuk nenberi data yong seteliti mungkin tentang nanusia, keadaan atav segala-segale lainnys. 1?) Delan penelitien ini akan diganbarkan tentang hal- hal yang berkaiten dengan kebijaksanaen pertendsung- Jawsban korporaci dalam tindak pidane narkotike 12) soerjono Sockante, 1981, Penganter Penelitsan Hukow, Jakarta ! UF Press, hi. 10 Fe 2. Hetods Pengunptan Data Secara garis besar kegiatan pengunpulan date depat Gilekoken dengan dua cara yakni mehari data dari tolican atau kepustakasn dan dari lapangen sevara tangeung. 15> Penentuan alet pengumpul data dala penelitian ber pedonan pada jenis data yang diperlekan untuk penya- sunan teaie, Jenie date yang digunakan dalam pene)i- tian adalah data kepustakaan (date sekunder) Data sekunder yang digunakan dalam penelitien ini dikunpulkan dart bahan-bahan sebsges bertkat + M4? 1) Bahen-behan hokum primer, berups a) Garie-garis Besar Haluan Negara tahun 1999- 2008. b) Peratoran Perundang-undangen yang menysngkot penberantasaa penysiehgunsan narkotika 2) Behan-bahan hukum sekunder, berpa 8) Konsep ranonngen Undang-undang (KURE) b) Hasil-hesil penelitian yang berkaitan dengan nasalan narkotike 15) emi Waracin, 1998, Metedologi Penelitian Bidens ams Honanfors, Semarang + Bag. Hamas PK UNDIP, hal. 48 14) Ronny Henitise Soenitro, 1988, Hetedologi Pene- Litien Hoku dan Jurineted, Jakarta + Ghalia Indonesia. 16 fe) Wasil pertemuan ilmiah yang menyangkat tens narkotike 4) Hasil karya S]miah yang menysngket masaieh narkotika! | Analisis Date Analisis data adzlah proses pongerganizasion dan pendurutan data dalam pols, Kategori den oraisn dasar, sohingga dapat ditemvkan iten dan dapat dirunuskan hipotenis kerga seperti yang diseranken oleh data. 18? Dé dalan penelitian ini, penulis nenggvnakan netode koalitetif den divraikan secare deskriptif analizic Wetode kualitats ing Aigunakan karena pertimbangan, vaitu ‘a, Metode ini nanpu wenyesuaikan secara lebih sudah untuk berhadspan dengan kenyatean b. Metede ini menyajikan escara Langsung hakekat hobungan antars peneliti dan responden ce. Metode ini lebih peka den lebih mudah menyesvai~ kan diri dengan banyak penajanan pengaruh dan terhadap pola-pols nilai yang dihedapi. Analisis kualitatif ini dilakuken secara deskriptif, karena penelitian ini tidak hanya bernekeud meng- ngkagkan atau xengganbarkan date kebijakan legis 15) Lexy J. Moleong, 1893, Metodologi Penelitien Aualitaese, Bandung : Rosdakarya,'h ” Latif sebagainane adanya, tetepi Juga bermaksud nelukiskan realitas kebijakan legislatif sebagninene yang dihaeapkan dalam undang-undang yang bersand- Sistenatika Ponmtisan Untol memborikan ganbaran cecara —menyeluroh penulie menyusun tesie ini terdiri dalan enpat bab, aitanbeh daftar pustaka dan lenpiran-lanotran Adapun sistematika tesis yang aken disusun adalah sebagai berikot Pendahuluan, dalan bab ini antare lain divreiken tenteng later belekeng penelitian, runusan nacalah, tujusn penelitien, konteibuei tecritis dan orektis, netode yang dipergunaken dan sistenatike penvlisan ‘Mnjeuan Pustaka, Ada empat hal yang divraiken dalan bab ink yaito tentang pongertian dan rusng ling~ i dan kup pertanggungsevaban pidena, pengertian korper kedudaken korporaci sebagai subjek tindak pidana, per tanggungsavsban korporasi, dan kebijakan penanggulangan penyalahgunann narkotika dengan hukus pidana Ponyasian Hapil Penelitian dan Penbah ada dua hal pokok yang akan diureikan dalem bab ini yakni: 16 tentang later belakang penelitian, runosan mesalsh, toduan ponelitian, kontribued teoritis dan praktis, netode yang diperdunakan dan sistenatike penolisan, Tinjavan Postaka, Ada enpat hal yeng divraikan Galen bab ini yaitu tentang pengertien dan ruand Linghap pertanggungiawsben pidana, pengertian korporest dan kedudukan korporasi sebaged subyek tindak pidana, pertendgungjansben korporasi, dan kebiSaken pensndgo- longan penyalahgunaan narkotike dengan hukon pidene. Penyajian eoil Penelitian dan Pembahasan, ade dua hal pokok yang akan diveatkan dalam bab in} yakni Kebisekan pertengdungiowaban korporasi dalan tindak pidene narkotike di Indonesia, Kenudiag akan diuraikan jude bagainana kebijakan pertanggungsasban korporasi yang sebaiknys dirumuskan dalan WU narkotike yang akan datane Penutup, pada bab ini sken diuraiken kesimpolan Gari ponelitien yang telah dilakuken serta seren-seran AB IT ‘TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana dan Pertonggungjawaban Pidana Ada dua hal pokok yang akan dibahas dalan sub & sat yaitu masalah tindsk pidans dan pertanggungjaaban pidana, Adanya pertanggungjawaban pidana adalah didaha~ lui oleh tergadinya tindak pidena 1, Tindak Pidana Istileh tindak pidena merupakan pengertian yang skan selalo mincal dalam penbicarasn mengenai pertanggundiavaban pidane. Dalam hukum pidana isti- Jah tindak pidana ini meropskan pengertian yoridis yang berbeda dari pengertian perbustan Jshat atau kejahatan dalam pengertian krininologi ‘Tindak pidana merupakan terjemshan dari isti~ lah Belands “Strafbuerfeit”. Belun sda keseragsnen alan penggunasn ietilah tersebut nisalnya Hoeljatno nonggunaken istilah “Perbuatan pidana” 16) Utrecht nonerjenahkan dengan “sifst melavan huken dari per buatan pidene"!7) andi 2eenal Abidin mendstonakan jatilah “Delik” dengan slasan lebih aingkat, operasional dan dikensl diseluruh dunia.1®) 18) Yoetjatno, 1983, Perbuatan Pidana den PertanggungJoweban Dalan Hukum Pidana, Bina Aksarn, Jakarta 17) Utrecht, 1986, Hukuw Pidana I, Pustaka Tints Mas, Surabaya, hal. 251. 184ndi @aenal Abidin, 1987, Asas-asas Hokus Pidans Bagien Pertans, Alonni, Bandung, hal. 248, 20 = Roslen Saleh sependapat dengan How ijatne nenggonaken Setilah perbuatan pidana dengan alasan behws dalam senghedapi “Perbuaten Pidana” tekenannya pada eifat perbusten.1) Kets “Feit” dalam behasa Belanda dapat berarti fakta, kenyatean ata peristive.20) Tetapi bila kita dunakan istilah “peristiva pidana” maka dirasakan terlaly ives, olen karen yoristiva ite dapat ter jadi karena hal-hal selain perbuaten manusia, misal- nya saja kejadian alam dan sebagainya, sedangken Galen “strafbsarfeit” menurut ilmo hukun pidans he~ nyalah nenyangkut perbusten manusin, dengan penger~ tian bahwa “handelin atau perbuatan ity dapat ber sifat aktif, artinya manusia itu berbuat, dan dapat bersifat pasif, artinys manusia itu tidak berbuat gtarfbaarfeit” atau diterjemahkan ke dalan bahass Indonesia wenJadi “tindsk pidana” diartikan sears berbeda-beda bagi mereka yang berpandangan monistis dan yong berpandangen dualistis, Bagi pengilut aliran wonistis yang dimaksudkan dengan tindak pidana adalah kegeluruhen syarat untok sdanya pi- done, dengan porkataan Lain, seorang yang melakuken 19) Roeslan Saleh, 1983, Perbuatan Pidans dan Per tanggungdavaban Pidens, Aksara Baru, Jakarta, bel. 23 20) 5.¢.7.Sinorangkir, 1868, anus Makue, Buns a. Akoara, Jakarta, hal aay a tindak pidsna dapat dipidsna, sedangken bagi yang beraliran dualistis, seorang yang melakuken tin dak pidana belum tento dapat dipidana, karen nasih harus dilengkepi dengan syarat kesslahan don pertanggundianaban pada diri pelekunys. Walavpun pada akhirnya, yaitn untuk menentukan dijatubkennya pidana kedua aliran itu tidak men ponyai verbedaan prinsipiil, orang perla mense~ lacken dengan tegas apa yang dimaksudkan dengan Lindak pidena itu, menurut yang monistis ataukah yang dualistia, Pemisahan eriminal aot dan orimi— nal responsibility oleh pengenat aliran dualistic sejalan dengan azas ACTUS HON FACIT ASU, NIST MBIS SIT REA (/ an aot does not make # person quilty, unless the mind is quilty). MENS REA atau guilty pind itoleh yeng merupakan “erininal Sntene” atau sikap batin yang jahat SOBDARTO melihat adanya dua __kelonpok sarjana yang berpendirien atau berpandangan nonistis yaity melihat semua unsur-unsur dari tindsk pidana itu sebagai satu kesatuan yang utuh, sehinggs menungkinkan dijatubkan pidane kepada pelakunya, dan mereka yang berpafidangan Gualist’s yang senisabkan perbustan dengan pelakunya;21) artinya jike perbuatan ito telah Socdurte, 1987, Hokus Pidana I, Semarang, Fak. Hokuw UNDIP, hal. 46 22 menenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam runusan undang-ondang, maka perbuaten itn merupaken suata tindak pidena, tentang masalah dapat dipidananya pelaku, masin harus ditingau secara tersendiri apakah pelaku itu menenuhi kualifikesi tertento, sehingga ia dapat dijatuhi pidena. Dengan perkatan lein mereka yang berpandangan dualistis nenisshkan antara perbuatannys yang Jahat den pertanggungJawaban pelakunya, atau nenisahkan antara “erininal set" dan “orimina2 respons sbinity Selanjutnya SOEDARTO nengatakan bahwa kedua pendisias itu pada akhizaya, yaite dalen Keputusan untuk nenjatuhkan pidana ates tidak adalah sone saa, oleh kerona semen unsur baik nenurut pendirian yang monistis maupon duslistis harusiah terdapat di dalannya agar dapat Gipotuskan untuk engenskan tindak — pidsna, Pandangan yeng dualistic meniliki enfant guns, nonpertajan pengertiannya, yaita apakah syarat- syarat tertentu ite melekst peda perbustannys ataukah pada pelakunys.22) SIMONS mengataken bahws tindak pidana adalah “eenatrafbaarfeit gestelde, onrechtnatige, 22) Ipid., bal. 95 23 schuld verband handeling van een toereke~ pingsvatbaar persoon"®S) Di sing dapat délihat unour-unsuenye adalah a) handeTing, artinys perbusten manusin baik yang positif maupun negatif, yaity baik berbust atau tidak berbast/nenbiarkan (nalaten); b) stratbsar gesteld, ertinya disncan dengan pidana: c) onrechimatig, artinya welawan hokuns 4) met sohvid, artinya dilakuken dengan keselehan (dolus wsupun carps) 6) teorckening vatbagr person, artinya orangnya dapat dipertangeonaiavabkan ates perbustannya. Yas HANEL monberiken tambahsn unsur dapet ateu patut dipidena, dengan rumusan strafbaarfeit adalah “rechtwéteeligk omschroven mansoheliske godrading, onrechtwatig, strafvasrdig en aan gehotd te wisten.°24) Unsur-unsornya a) monschelijke gedrading, sxtinys pexbuatan b) reehtwet: ijk onsehreven, artinya yan Givumaskan dalan undeng-undangs 23)gatochid Kartanegara, Hukun Pidana (Kumpolan Kolieh), Balai Lektar Katasisws, hel. 74 24 gconitre, 1981, Hakom Pidana I, Surskarta + UNS hal. 42. 2 0) onrechtwatig, artinye dilakokan seoara melavan hokuns a) aan schuld te wijten, artinya dilakukan dengan keealahan, dan 2) stragaardig, artinys patut dipidana, 1. HEZOER nengatekan tindak pidana adalah “dor Inbesriff der Vorauszetzungen der Strate", ateu “keseloruhan syaret untuk adanya pidana’ Dan selaniutnya dikatekennys, "Die Straftet ist dennach tatbestandlich rechtwiedsige, personiich surechenbare strafbedrohte Handiung#) Yang uneur-unsuznya adalah + a) Handtung (perbuatan manusia dalan arti yang quae): b) Rechtwiedzig (bereifat melawsn hukom); 0) Fersonlich zurechenbaar (dapat dipertanggang~ Jawabkan kepada seseorang): a) Strafbedront, (disnean dengan pidana) KARNI mengataken + Delik itu wengandung perbuetan yang sengandung perlewanen hak yang dilekokan dengan galeh dosa, oleh orang vend sempurne skel budinys dan kepada siapa porbuatan patut dipertanggungsanabkan.?4) 25) ulead den Dwidsa Priyatno, 1991, Pertangwuneja- paban Korperasi Daten Hukum Pideng, STH, Bandung, hal. 87 28 WrRsONO eRODJODIKORO nerumuskan definiss pendek islah : Tindak pidana berarti suate perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana. 26? pari remusan-renusan di ates tampalk bahwa nema unsur-unsur yang semungkinken Seorend Gijatuni pidana dikumpulkan menjadi sate, den tidak dipisabkan antars eriwinal ect dan oriminal eoponsibility. Dengan perkatasn lain nerek ini adalah yang berpandngen monistis bi bowah int akan dikenukakan romusan ders mereka yang berpandangan dualistis, yaito yang nemisahken antara criminal act den criminal responsibility, dan bile kedas bagian itu bersste barulah dapat dijetubkan pidane H.B. ¥OS merumusken : Zen strafbaarfett in cen nenselijke gedrading vaarop door de wet strat se gosteld.2? Unsur-unsvenya adalah a) Honseliske gedrading (kelakakan nanusia) b) door de wet strat is gosteld (diancen pidana oloh undand-undang dalan pengertien kelakuan yang pada umoanys dilsrang oleh onda undang. keovali bile terdapat dasar untuk menghapusken 28) soonitre, Loc.Cit., hel. 42 27) roid., nel. 49 (UAHA) 26 POMPE nerumisken tindak pidana itu secars teoritis : suate pelangaran norma (asngguan terhadap tertib hukum) yang dilakukan dengan kegalahan oleh pelaky, ancaman pidana terhedap pelaku itu erly deni terpeliharanys tertib hukun dan terdaninnya Kepentingan umus. Dinamping itu, menurut hukun positif + tindak pidane tidak Lain adaian suas “reze™ yang ub delen ketentuan perundand-undengan — diancan pidana, Wenurut LAMINTANG, pexbedsan sntara teori dan hukun positif oleh POHPE tersebut bersifat Karena bagi Leori yang terponting sdalsh tidak seorangpun dapat dipidana —keouali_— bila tindakannya itu benar-benar nelenggar hokon dan Gilakukan dengan keselehan, sedang hokun positit Juda tidak mengenal adanys kesalahan tanpa adsnve sifat molavan hukun, Dan ini dapat dipersatukan bila kita ingat azae “geen strat sonder sehvld” atau tiada pidana tenpa kesalshan.?6) Dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin dapat dijatuhken eidana bile hanya sda “strafbaarfeit” ja tanpa sdanya “strafbasr persoon” Corang yang dapat dipidana). 28) Lamintang, 1902, Davar-dasar Hukus Pidans, Siner Baru, Bandung, hal. £72 an WOBLSATNO wenberikan arti perbuatan pidsna Gatien yang beliay pakai), sebagai perbuatan yang dianean denen pidana, barang sieps nolanggar lerangantersebot. Untuk adanya perbuetan pidana harus ada unsur = a) Perbustan manusia; b) Yang menenuhi romiean dalen — undand-undeng Coyarat formalnya); ©) Bersifat melawan hukun (syarat materialnya),2# Syarat formal harus ada Kerena adanya pasai 1 UKE Gaz legelites), dan syarat material Giperlukan karena perbuaten itu harus betol-betul dirasskan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidek boleh atau tidek patut dilakukan, Resalshan dan kewanpuai bertanggund javab dari pelakunya tidak maguk sebagai unsur perbuatan pidana, karena hel itu meleket peda orangnya. Untuk dapat nenjatuhkan pidane, tidak eukup apsbila orang tersebut telah anelakukan perbuatan pidana, Gioamping itu orang tersebut harus ada kesalahen dan kenanpuan bertanggung Javab Berdasarkan rumusan pengertian tindalk pidana dari pakar di stes baik yeng berpandangan nonistis ataupyn dualistia sebagian besar 29) Yoeljatne, 1980, Avas-asaz Hukun Pidana, Laverty, Youvakarts: 28 nensyaratkan behwa tindak pidane itu admiah perbuatan wanusia misalnya : Simons, + perbuatan manusia baik yeng positif maupan negatif yang diancan dengan pidane. Van Hamel perbuatan manusia yang irumuskan dalam undand- ondang. Merger + perbuatan manusia dalen arti yang luas. Karat : porbuatan mannsia yang senpurna akal budi. vos kelakuan manusia yang disnean pidana oleh undang- undang, Hoelsatno + perbuatan manusia yang nenenuhi rususan undand- undang Jedi menurut pondapat para ahli hokun di ates yang dapat melakuken tindakan pidane hanyaish manuia (berdesarkan rumusan definisi tindak pidana yang mereka kemukskan) nenurut — henst ponulie definied ini bersifat sempit -karens hanya penbatasi tindak pidana pada manusia senate sehingga tidak nemungkinkan korporasi Cbaden hokum) untuk dimasukkan sebagai pelake tindak pidana. 28 Ramisan definisi tindak pidana yang 10 Gikezukakan olen Wirjono Prodjodikore dengan nongemvkakan batwa tindak pidans adalah perbusten yang pelakunya dapat dikenad pidans Rumusan itu tidak menbatesi pelaku kepada orang tetepi bersifat luas Karena pelaku tindak pidana ba orang atau yang Leinnya (badan hukos) Definisi tindak pidana yang Ines dikevkaken juga oleh Pompe dengan rumaean tindak pidana sebseai pelanggaran norma yang dilakukan dengan kesalahan oleh pelaku, tsnpa memberi penbsl an pelaka harus seorang wenusia. Rumusan tindak pidana Wirjono Prodjodikoro dan Ponpe di atas pada era sekarang relatif lebih dapat diterina dalan rengka kriminalisasi tindale pidana yang dilakukan oleh korporasi karena kedua abli ini tidak meneyaratken baba tindak pidana {tu haruslah dilakeken oleh sanusia, sehingga hal ini dapat diartikan secara negatif bahwa tindak pidana itu dapat juga dilakukan oleh badan hakae (xorporasi) . Pertanggungiawaban Pidana. Berbicara masalah —_pertanggungjawaban korporasi dalan suaty tindak pidana make aken lebih dapat dipahani secera benar dan baile 30 apebila terlobin daholu Kite meLinat pertandgond- Gaxaban pidane secara umn kemedian baralah vant maak ke wilayah yang lebih khosus yaity perteng= gongjawaban korporass, Geperti telah disebutkan di auka, yaite dalam pendertian tindak pidana (perbuatan pidans, sheath fest, delict), untuk dapat dipidananye geseorang diperiukan beberape ayarat tertenty ‘SOEDARTO, bervendapat bahwa lepas dari pendirien yang bersifat nonistis dan dualistis, pads akniznya entuk menentukan adanya tindak pidens kedue pendirian ity tidak meapunyai perbodaan yang prineipiil. Yang penting adalah bahws Sema ayerat yang diperlukan untuk pengenann pidans harus lengkap.90) berbagei pendapat dari pare sargana nengenai onsur-unsur tindak pidana mengendung hei-hal yang ada pereanaannys, sehingve dapat kita pakai sebagai pegangen pendapat SOEDARTO, nengenai unsur-ungur tindak pidana yaite 1) Perbuaten yang enenahi rumusan undang-undang (dalan hal ini adalah ketentuar pidans); 2) Beraifat welowan hukum (dalen hel ind tidal 30) gudarto dan Wonosutanto, 1907, Catntan Kuliah hokun Pidena TE, Program Kekhusuaan Hokus Kepidanaan, FH UMS, Surakarte an ada alasan penbenar atau rechtevaerdigings- grond); 9) Dilakukan oleh orang yang mampu bertanggund jawab dengan keselahan (schuld) daik dale bentuk kesengajaan (dolus) maupun kealpaan (culpa) dan tidak sda alasan peneet ata sohulduiteluttingsgrond syarat 1 dan 2 tersebut di atas dapat aikatakan sebagai eyarat obyektif dari tindal pidana, arena hal itu dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam KUHPidans dan perundeng-undangen Lainnya, sedangken syarst 3 mervpakan syerat subyektif dari tindak pidsna, arena hal ini menungukkan kepada keadaen si eubyek atau pelaky yang melskokan perbuaten, dan nenyangkat segi kedivaan dari si pelake (pertanggungiavaban, kesalahan, —_kesengajann, kealpaen) Schaffneister yang menggunaken ietiiah ebuatan pidene” —merumuskan _penglertian ebuatan pidana sebagai perbustan manasia yang termnsvk ruang Lingkup romaoan délik, beraifat nelavan hokun dan dapat dicela. Perbuatan manusis Galan hal ini meliputi melakukan atau tidak nelnlokan perbuaten (pendertian berbuat meliputi aktif dan pasif) dapet diptdana. 2 Wenarat Schatfmeister pengertian manusia di sini tormsuk didalasanya adalah badan hoken. Dalam Lingkup ramean delik, dimaksudkan behva perbuatan itu harus memenuhi = yang tertulis dalam romusan delik. Bersifat nelawan hukum, seta perbuatsan yang menenuhi semve unsur yang tertulis dalam umusan delik agar dapat dajatunt piven herve persifet eleven fukun baik bersifet sengaje naupun alfa. dapat dicele, suate perbuatsn yang nenonuhs sonva unsur delik yang ditulis dan juga bersifat eleven hokum, tidak dapat dipidena kalau tidak dapat dicela pelakunya. Misalnya kalau ia dapat dinsafiean karens kesesaten.51) Haselah pertanggungjewabsn pidana berkaitan erat dengan unsur kesslahan, mesbicarakan onsur keoalahan delon hukus pidana ini berarti mengenai Gantungnya flukon Pidana, demikian dikatekan oleh Edenn.32) Sejalen dengan ity menurat Sauer ada trias, ada tiga pengertian dasar dalam hokun pidena, yatta: 81) p.schaffneistor, 1995, Hukun Fidana, Liberty, Yogyakarta, hal. 27 22) gudarto, 1997, Mukum Pidene I, FW. UNDIP, Semarang, hal. 08 38 a) Sifat melawan hokum (unrecht)s b) Kesalansn (sonuid)s dan fo) Pidana (strat 99) Wenorut Roesien Saleh dalan pengertian perbustan pidana tidek termesok dalam hal pertangggungSawaban, Perbuatan pidana hanyalah nonunjokken kepada dilarangnya perbuatean. Apakeh orang yang teleh nelakokan perbustan itu homedsen juga dipidana, tergantung pada soal epakah dia daian melsksken perbaatan ity menang mempunyat kesalahan atao tidak. Apabile orang yang nelakukan perbuaten pidana itu memang mempunyai keselahan, aka tente dia cken dipidene.*4 Berhabengan dengan hel itu Sudarto nenyatekan dipidenanys seseoreng tidaklah cukup npabile orang itu telah nelkukan perbuatan yang bertentangan dengan hukam atau bersifet selawan hwkum, Jad meskipun perbuatannya memenuhi rumogen delik daian andang-undang dan tidak dibenarkan, namun hal tersebut belon menenuhi syarat untuk penjatuhan pidana. Untuk pomidanaan nasi rio adanya syarat bahws orang yan melakakan perbuatan ita wenpunyai kesalahsn ata 82) sudarto, 1983, Hokwe dan Perkenbansen Hasyarakat, Sinar Bare, hal. 6 34) Rogian Saleh, 1983, Ferbuatan Pidana dan Per~ 7 tanggungjawaban Pidane, Aksara Bara, Jakarta, hal ” versalah (subjective guilt). Dengan perkatean asin orang tersebut =—sharus dapat Givertenggungjaabken ata perbuatannys bare Gapst — dipertangaungs: Jvkan kepada orang tersebut. Di sini berlake spe yang disebut asas ‘einda pidana tanpa kesslahen” (keine strafe ohne sobuld ates geen steafzonder schuld atau nulla poena sine culpa), culpa di sini dalen arti lass, nelipoti juga kesengejean. 9? Dalam hukun pidana Inggeis ages ini dikenal dalan bahasa Istin yang berbunyi “actus non Facit reum, nisi nenst sit rea” (an act does not make = person guilty, uniese the mind is guitty)%®) hoa terscbut di atas tidak tercantum dalon KUK Pidene atau dalam persturan lain (asas tidak tertulis), ekan tetaps berlakunys asas tersebut sekareng tidak diragukan lagi. Akan bertentangan dengan rasa keadilen, epabile ada orang yang dijatuhi eidana padahal ia sama sekali tidale berselah. Pagal 6 ayat (2) Undang-undang, Kekuasann Kehakiman, Undeng-undang No. 14 taban 1970 yang bunyinya + “Pieda seorang juspun dapat dijatuhi pidana 85) sudarto, Op. Cit., hal. 89 38) yoeljatno, Op-Cit. hal. 3 kecuali apabila Pengadilen Karena alat boktian yan sah menurut Undeng-endang dapat keyakinan, bahwa sescorang dlonggap dapat bextanggungjauab teleh ber- salah ates perbuaten yang dituduhkan stax trinya.$7) Dari bony’ pagal tersebut Jeles, bahwe unaur kesalahan sangat menentukan sieibat dari perbuatan seseorang yaitu bervps penjatuhen pidana. Sehubungan dengan hal tersebat Sudarto menyatakan untuk sdanye penidanssn herus ade Kesalahen pada ei penbuat. Ases tisda pidans tanpa xkesalahan yang telah disebutkan di ates nenpunyas seJarahnya sendiri, Dalnn iim hekom pidana dapat dilihat pertumbeban dari hokwm pidana yang monitik beratkan kepada perbuatan orang beserta skibatnys (Tatstrafrecht atau Erfolgsteafreoht) ke arah hukun pidens yang perpijek pade orang yang melakukan tindak pidena (ratsteafrech) tanpa meninggelkan sana sekeli eifat dari Tatstrafrech. Dengan demikian hltan pidana yang ada densa ini dapat disebat sebagai “patstrafrech” isiah hokum pidana yend berpisak 37) ost, Ransit, Kehakinan, Bina Aksee 1988, Kitab Undang-undang Kekuassan Sakerta, hal. 11 38 pada perbuatan maupun orangnya. llukum pidana dowses ini dapat pula disebut sebagai Sehwlsteafvecht, artinya baba unsur penjatuhan pidana disyaratkan sdenya kesaluhan pada si pembuat.98) Woeljatne dalan bukunys Azas-azes tukun Pidane, mecaleh pertanggungjavaban pidana adnlah denikien pentingnya. Orang tidak mungkin diper- tanggungsawablan (dijatubi pidana) kalau dia ti dak nelakuken perbuaten pidana, Tapi meskipun melakukan perbuaten pidana, tidak selaly dia dapat dipidana .... Orang yang tidak dapat diper- salahkan melandger sesuatu perbuatan tidak aun kin dikenakan pidana, sekelipon banyak orang me ngerti, misalnya, bahva persngei atau niatnys orang itu burok, sangat kikir ...59) Sebagai contoh untuk hal yang kedua, yaitu bahws meskipun melakakan perbuaten pidana tidak eelals dapat dipidane, adalah seoreng anak bermain korek spi di pinggir romsh tetangga, Ialu nenyalakan korek dan berakibat kebakaren (pagal 187 atau 188 (1) KUMP) tidak seorangpun yang akan nengedukan anak tersebut ke suka bakin pidana 38) sudarto, Op. Cit., hal. 96 38) Yoelatno, Op. Cit., hl. 105 a7 untuk dipertanggungsawabkan perbuatannya, Contoh Jain adalah orang gila yang tanps désengka-sangka nenyerang seorang Lain. Kemampuan bertanggung Jawab nerupsken salah satu unsur keaalahen yang tidak dapat dipisabken dari kedua ungur Iminnya istilah behasa Belends yang dipakai adalah “toerekeningsvatbaarheid” tetupi POKPE © nengguneken ietiten toarekenbaar”.40) Pertanggungjawabsn yang merupakan int dark kesalahan yang dimakeudken dalam ilmy — hukoe pidane adalah pertenggungjawaban menurut akon pidana, Welaupun sebenaraye menurut etike setiap orang bertanggung jawab ati segala perbuatannys, tetepi dalan hukon wenjatubkan pidanalah yang sngadi pokok pernasalahan Henurut Simons “kenampuan bertanggungsasab dapat diartikan suato keadaan psikis sedemikian, yang meabenarkan adanys penerapan seauntu psy penidansen, baik dari sudot umom maupun ders orangnye”, selanjutnya, dikatakannys, scoreng pelaku tindak pidans menpn bertanggung Jawad Gina tidak eaost), apabile = Mawpu mengetahos/menyadari bahwe perbustannys 40) yanintang, Op. Cit., hal. 376, 98 bertentangan dengan hukums = Hamp menentukan kehendeknys sesuai dengan kesadnran tadi. 41) Ganbaran SIMONS ini menperLinatksn bahwe “toere— heningsvatbeszheid” sdalah “kenanpusn” Pekar hukun pidane yang ein yakni Van Hane? womardand, “kemampuan bertanggung Janab adalah keadaan normalites kejivaan dan kenatend- fan, yang menbava tige Kemanpuan, vaite 1) Mengorti akibet/nyata perbustan sendirs: 2) Henyadari bahwe perbuatannya tidak diperboleh- kan oleh masyarnkat (bertentangenn dengan Ke tertiban); 3) Wenpa vntok menentuken kehendaknya untuk ber buat. 42) PONPE memberikan bata: n tentang kemsmpuan bertenggung Javab dengan kritersa aK npuan berfikir pads pelaky yang memungkin~ ken pelake menguasai pikirennya dan menentuken kehendaknyas 2) Pelako dapat mengerti makna dan akibst tinakab aku; 8) Pelaky dapat menentukan Kehendaknye sesuns 41) yoladi dan Dwidja Priyatno, Op.Clt., hal. 98 42) tid 29 dengan pendapatnya (tentang sakna dan aleibat tingkah Lekunya) 43) POMPE tidak ma menggonakan kriterin “nornelitas karena pengertion normal itu ksbur, tidak dapat Gitentukan secara kuantitatif. Tetapi sebenarnya pengertian “kenagpuan bertangsung jawab" sendiri bokankah juga tidak mexiliki bates yang jeles enor: van Toeiicnting | | woyetisn eames tines | [cise oe east r- Ree Nites alpen ae: | ane testa grin seats || tt rsource to oop cia Fatty of since ed fee || Tle ciation, fal gy Grae of the pect ferris) eres af Ue] | Signtivaien = bck of foe Testbed oesi= foetal ele vsyctatle [| trace = ria pie = eer] | Be. fn este sity sectifiog ab societal testi. fatter we enmcition = ole Steal tonairies oat attire ‘ Tent oie} 78) steven Box, 1985, Power, Crine and Mystification, Tavistosk Publ, London, hat. 64. 66 Tei dari bagan Steven box di atas pada prinsipnys adalah (a) Korporasi pads omunnya lebih nengutanakan pencapaian meen ovganisasi, yakni berupe aba (profit); (>) Penoapaian tujuan direslis isikanme- lelui karaiteristik individual yang di- sobut anonie of success, yakni sukses atay anbisi tanpa batas yang dilskuken tanpa aturan; dan (e) Pencapaian tajuan korporasi —kontrake dikei dengan kebutuhan pesaing negera karyanan, konsunen dan nasyaraket Is Susento dengan mendasarkan kepade penda- berg mengenukakan tiga nodel Korporasi nelangger hokun : (1) Rational gator madel korporasi dilihat se bagai unit tunggal yang merupskan kepentingsn korporesis (2) Oresaization prosase model korporasi dilihat sebagai suatu sistem onit-unit yang kerordanisiz seonra longgar, dimana nacen- acen unit korporasi ungkin tidak menatubs hokun Karena menghadaps kesulitan untuk dapat nenenuhi produk yang ditargetken, sehingga untuk menenuhi mereka melakukannys dengan elanggar boku er (3) Keishetan karporasi nerupakan produk dari ke- putusan-keputusan yang dibust secara indivi~ dual untuk kepentingan peibadi. 7° Dowasa ini korporasi di Indonesia menampak- kan perkembangan yang gemakin lues, besar, kaye dan bervengaruh dala kehidupan nasyarekst dan negara, Jutaen orang eenggantungkan hiduonya dari korporasi, trilyonen wang yang masuk dari kegieten yang berasal dari berbagai bidang vsaha indvetei dan perdegangan bersng - bareng elektronika, abat-cbsten, pakaian, nakenan dan ninunan, perkayuan, perkebunen, konstruksi, perbanken, dan lain-lainnya. Karensnya korporasi nanpak sebagai peubexe niknat hidup, venbert Vapandan kevda dan penyelamat masysraket, eohingg® ganbaran tentang korvorssi kebanyakan bersifat poaitit. Orang tidak mempertanyaken behwe produk ‘akannn tertentu dapat nerugiken kesehatannya, Orang juga tidak menpertanyaken bahwa obat-obatan tertentu dapat merugilean kosehatannys. Oenikian pula orang tidek pernah nengertanyakan mengapa mobil tertents sering nendeleni kecelakasn den kaleupun itu terjadi 79) ty Susanto, 1899, Kejanatan Korporasi di Indo~ nesia Produk Kebisakan Rezin ORBA, BP UNOIP, Semarang, hal. 88 dan 87 naka yang diangdap bersalah adalah pengemudinys karena kurang hati-hats, Mewasvki era industrialisasi dan infornai 4i sisi lain akan meningkatkan kegiatan korperast yang dapat nerudikan dan nonbahayakan keselensten jive manusia, stay singkatnya neningkathan kejahetan Korporasi. Ini berarti bahva kite senakin ditontut mewaspadas keJehatan-kesanacen korporast, Welinat eri kejahetan korporasi yan berbeda dengan keJahatan yang dilakukan oleh perorangen, khususnya yang berupe kejahatan parungan, sehingga perlu dikerbangkan teori~teors tentang pertangdungdawaban pidans korporass. Hal ini bukan saja Karena Korporesinerupaken organisasi, akan tetapi juga Karena tujuen korporssi adaleh untuk melakukan bisnis dan bukan untuk nelakokan keJahaten, naka juga nasslah ‘dengan maksud" (mens rea) tidsklah “senudal” bila dibandingkan dengan keJahetan warungan. pevesa ini paling tidak dikenel dua teors tentang pertanggungjawaban pidena Korporasi, yaite teori identifikass geort identifikasi, yang senyataken — bahwa ‘tindakan dari orang (personil Korporssi) benat= 69 benar merupakan tindakan Korporasi. Osaar dari teori ini adalah babwa tenggang Jawab adalah Aangeund dan bukan mewakils. b. Teors imputass teort imputesi, hekekat dari teori ini adalah “yang nevekili” (xiearious Liability). Berdacarkan ponikiran ini korporesi bertanggung jawab terhadap maksud dan tindakan pegewainye yang dipandeng sebagai suatu kesatuan. Dalen konsep imputasi, make hubundan pegawai dengan korporasi merupaken bal yang utams, artinya pegawai harus bertinda dalam rung Lingkup atau begin dari pekers 9 untuk —_kepentingan korporasi, ‘Tanggung jawab korporaai juga diperlaas dengan konsep “pendesahan” (ratification) den “penbiaran” (toleration) olen korporasi terhadap tindskan atau pola tindakan yang dilakukan oleh pesavsinya Dengan melihat oiri-eiri tindakan korporast, naka terhedap tindaken korporasi yang welangdar hokum dapat dipertenggungjawabkan kepada + (a Korporasi saja \-sana dengan pegawainya, atau (o) Peganainya sain.) 80) ibid., hal. 06 70 Wuladi dan Owidja Priyatna nengelompokkan nenjadi tiga ketegori pertanggungjavaban korporssi sebagai berikut = Pengorus korporasi sebagai penbust dan pengurus bertenggungsanab: = Korporasi sebagai pembunt dan pengurus ber tanggungsavab. — korporasi sebagai pembuat dan sebegai yang bertanggungsawab 61? Daan hal pengurus korporasi sebagai penbuat dan penguruslah yang bertanggungjawab, kepada pengurus korporasi Asbebanksn kewagiben-kewad idan tertenta. KewaJiban yang dibebankan ity sebenarnya ‘edaieh kewajiban dari koxporasi, Pengurus yang tidal menenshi kewaJiban itu diancan dengan pidana, alas sistem ini terdapat alasen yang menghspuskan pidana Sedangkan dasar penikirannys sdaleh : korporesi itu sendiri tidak dapat dipertanggungiawabkan terhedap uate pelangdaran, melainkan selsiu penguruslah yang nelakokon delik itu. Den Karenanya pengorusiah yang dinncan pidana dan dipidana. Ketontuan yang mengstur hel tersebut di stan Gienut olch KUHP, soperti misalnya pasal 169 RUMP, pesal 398 dan 999 KUHP berbunyi = 81) yoled’ dan Deidja Priyatna, Op. Cit.» hal. O7- n Pagal 169 KUHP berbunyi (1) Toot serta dalam perkumpulan yang bortujuen nelakukan keJahatan, stew turat serta alan perkumpolan Ininnva yang dilarang oleh atursn-aturan upon, dianeas dengan pidans paling lems ene tahun (2) Tort Serta dalan perkwmoulan yang bertujuan melskuken pelanggersn, diancan dengan pidana penjare paling Lama sexbilon bulen stau pidana dends paling banysic fenpat ribo lima ratus rupish. (3) Terhedap pendiri stan pengures, pidana dapat ditenban sepertias.®?) tindak pidana dalan Pace} 168 KUKP, merupakan tindek pidana Kejahatan terhadap Ketertiban Umun (Bab V buku I7 KUMP), yaity turut serta delan perkunpolan yang terlarang. Apabila dilakukan oleh pengurns dan pendiri perkumpulan/korporasi tersebut, maka terdapat penberatan pemidanaen yaitu terhedsp pendiri atau penures ovate korperasi spabils nelekoken suatu Lindak pidang yeity turut sertd dalam perkumpulan yang terlarang—pidananys lebin berat bila di- bandingkan dengan buken pendiri stay pengurus. Se~ hingga yong dapat dipertsnggungiavabkan dan dipidans 82) g, Soesile, 1983, Kitab Undang-Undang Hokus Pidana, Bogor, Politesa rR adalah orang/pengoruenya dan bukan korporasi itu wendiri Pasal 396 KUKP, berbunyi = Seorang pengurus atau komisarie perserosn kerbatas, maskapsi andil Indonesia atau per fumputan koperasi yang dinyatakan dalan koadaan pailit atau yang diperintahkan nen yelessikan oleh Gengadilan disncan dengan pidana genera paling lana satu tahun enpat botan. 1) Jika yang berssngkutan turut menbanty tau nengijinkan untuk melakukan perbuatan— perbuatan yang bertentangen dengan anggarsn dasar sehingga oleh karena itu seluruh ateo pagian besar Kerugien diderita oleh perseroan maskspai atay perkunpulan; 2) Jike yang bersangkotan dengan maksvd untuk menangguhken kepailitan atau penyelesaian perseroen, maskapai atau perkompulan, turat, nenbantu atau mengijinken peminjanan wang dengan syarat-syarat yang nenberatkan, padahal diketahuinya tak dapat dicegsh keadaan pailit stan penyelesaiannya; 3) dike yang bersangkutan dapat diper~ nasnlahken tidak memenuhi kewajiban yang diterangkan daign pesel © svat pertama 1 Kitab Undang-Undang Hokus Dagang dan passl 27 ayat portans Ordonanei tentang Haskapai Andil Indonesia, ates bahwa beku-buku dan surat-surat yang nemvat catatan-catatan dan tolisan-tulisen yang disinpan mequrut pasel tadi, tidak dapat diperiibatkan dalam ke~ adnan tak dinbsh.£3) Pasal tersebut di stas pun tidak membebannan tanggungawsb pidana pads korporasinya, akan tetaps kepada pengurus ateu Konisarisnya, hel serups Jugs tordapat dalen ketentuan pasel 399 KUHP, yaitu nerupakan tindak pidans yang nenyangkot penguras atau Konisaris perseroan terbatss dan sebagainya yang dalen keadaan pailit nerugiken perseroan Dari ketiga contoh pagel KUNP di ates ternyata bahws pengaruh seas “societies delinguere non potest” sangat mawarnai, dalan hel ini kenya nengukus pelake tindak pidans henyaish nanusis sedand badan hukun tidak dapat nelakukan tindak pidana Dalan hal korporasi sebagai penbuat dan pongueus bertenggong Jawab, maka diteseskan bahwa korporasi nungkin sebagai pembuat. Pengurus dituntut bebagel yang bertenggung Saab, yang dipandeng 88) ygerjatne, 1994, Kitab Undang-Undang Hukua Pidang, Jakarta, Boni Aksara. “ ilskukan oleh korporasi adalah apa yang dilekukan oleh aint perlengkapan korporasi menuret wewenand berdacarkan anggaren dasarnya. Tindak pidane yang dilakokan oleh korporani adalah tindak pidana yan ilakskan seorang tertentu sebsgei pendurus dari badan hukum tersebut. Menurut Roesian Saleh sifat dark perbuatan yang dijadiken tindak pidana ity adalsh “onpersoonJijk”. Orang yang wemanpin korporesi bertanggungawab pidans, terlepas dari apakah ia tah ataukab tidak tentang dilakokennya perbuatan itu. Rosslan Saleh setuju bahwa prinsip ini hanya berlaky untuk pelanggaran saja.°4? Peraturan perundsng-undangan yang menunjukkan korporasi sebagai pambuat dan pengurus yang bertanggungiazab antara lain terhadap di dalam Pasal 19° UU No. 1 taken 1961, tentang Beriakunya Undang- ondang Kerja Tahon 1949 No. 12 dari R.T. untuk eolucuh Indonesia Pagal 30, Undang-undang No. 2 tahun 1951 tentang pernystann Serlakunya Undan ndang tahun 1947 Ho, 93 dari R.T. untuk selurah Indonesia, Pasa 4 Undang-undang No, 12 Ort. Tahar 1951 tentang Senjata Api, Pasal 94 Undang-undang Ho. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal.°S 84) Roeslen Saleh, (1984), Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidang, Jakarta, BPHN, hl. 80 85) Wulads dan Daidja Priyatno, Op. Cit., hal. 70. 6 qernyata hanya dengan menjatuhkan pidans terhedap pengurus korporse! soring masih meninbulkan problons. Dalam tindak pidana tertenta, — khusus findek pidana ekononi buken mustahil denda yang dijatunkan — sebnd okunan kepada pengurus ibandingkan dengan keuntongan yong telah diterins olen korporasi denden melakukan perbuatan itu, ate kerogian yang ditinbulkan dalam masyarskat, tow yang diderita oleh saingan-saingannya, keuntongsn dan atau keruginn-kerugian itu adalah lebin besser daripada denda yang dijatubkan 4 pidans. Dipidananya pengurus tidak menberikan janinan yand ‘cukup bahwa korporasi tidak sekali lagi selalakan perbuatan yang telah dilarang oleh Undang-ondang ite . ernyate dipidenanya pengurus gaa tidak cukup untuk mengadakan respresi terhadap delik-delik astakokan oleh atau dengan snatu korporasi Karenenya diperlukan pula untuk dimungicinkan menidana korporsi, dan penguras atau pengurus eas. 88) ‘Alasan pembentuk Undang-undang yaitu Undang~ cndang No. 7 Drt. 1955 tentang Penguautan, Penuntutan dan Feradilan Tindek Pidana Bkononi (TPE) 88) rhid., nel. 72. 6 dapat dipidanenya gusty korporasi seperti yan Aiungkapken dalam penjelasan Pasal 18 TPB antara Lain berbonys + Pasal 15 menetapken bahwa hukumen atau tindakan dapat dijatahkan jugn terhadap badan- baden hokum, perseroan-perseroan, —per~ serikatenperserikatan dan yayasen-yayasan. Dalan hokum pidang ekonomi aturan itu senget dibutubkan, oleh karena banyak tindak pidana ‘ekonomi ilakukan oleh bedan itu. Tmo hokum pidana modern telah mengakui ajaran, baba hukun dapat diveapken terhadap suatu badan ot. 27) Menurot Oemar Seno Adji, kemungkinan edanya penidansan terhadap persekutuan-persekutuan, — di~ dasarkan tidek anja ates portinbangan-pertinbengan atilitis, melainkan atas dasar-dacar yang teoritis dapat dibenarken.88) Bordasarken beberapa slesan tersebut di atas manks korporasi ter lout depat dipertanggungianabkan secara pidana. Conteh dari paraturan yang emongkinken korporasi dapat dipertanggungjavabkan secara pidana adalah Pasal 19 UU No. 7 rt. 1996 87) uu No.7 Det, 1955 tentang Pengusuten, Penuntutan dan Peradilen Tindak Pidans Ekonomi. 86) cenar Seno Adsi, (1984), Hukum (Acara) Pidana dalam Prospeksi, Jakarta, Erlanggs, hal. 160. ” tentang Pengusutan, Penontutan dan Peradilen Tindale Pidena Bkononi. 3) Pasal 15 ayat (1) UU No. 7 Drt. tahun 1955: “Jika auto tindak pidana ekonomi dilekukea oleh atav atas nama badan hukum, suata 6r suatu perserikatan orang atay suata yayasan, tantutan pidana dilakokan dan hukun pidena serte tindakan teta tertib dijatubkan, baik — terhadap mereka yang menberi perinteh melakukan tindak pidana ‘ekonomi ity atay yang bertindak sebagai poninpin dalan perbuetan atau Kelalaian ita, maupun terhadsp kedve-dunnya Ayat (2) berbunys + suatu tindak pidana ekonomi dilakuken Jugs oleh sustu badan hukon, suatu perseroan, suate perserikaten orang, atau suatu yayssan, Sika ‘tindakan dilakukan oleh orang-orang baik berdasar pmbungan kerda maupun berdasar hobungan Iain, bertindsk dalam Lingkungan badan hokum, perserikaten atau yeyasen ita tidak peduli apakeh orang-orang it masing-aasing tersendiri nelakukan eindak pidana ekonomi itu atau pada néreka bersana- gona adn anesir-anasir tindak pidana tersebut 89) yy No.7 Drt. 1955 tentang Pendusuten, Penuntuten dan Peradilan.Tindak #kononi, 18 Ayat (3) berbunyi © Jike soate tuntuten pidana dilakukan terhadap: soaty padan hukun, perseroan, perserikaten atau yayesan itu pada wakta penuntuten diwakili oleh seoren pengurus atau jika sds lebih dari seorang pengurus oleh salah seorang dari mereka. Hakim depat nenerintahkan upays seorang pengurus menghadap sendiri di pengsdiien dan dxupat pula menersutaliba supays pengurus itu dibane ke maka hakia Berdasarkan ronusan Pasal 15 UU TPE tersebut, di atas wake dapat disimpulken bahwa dalam hal TPE ito dilakokan oleh korperasi make pidananye dijatuh- kan kepada : Korporasi, yang nenberi perintsh atau penimpin perbuatan atau kedua-duanya Dari wraian di tas Jolaslah bahwa korporasi Gi ora sekarang dapat dijadikan subyek tindak pidana dan dapat dipertanggunaiawabkan (dijatuhi pidana) D. Kebijakan Penangulangan Penyalahgunaan Narkotike dengan tiokum Pidana Narkotika dalan berbagai bentok telah ads eolena nanuaia hidup di buri. Nanon desikien dampak penakaian narkoba telah menjadi persoalan besar selena 20-90 tahun belakangan ini. 20) 90) annie Bleeker, 1900, Pendidiken dan Konseling Penyslshgunaan Narkaba, Sydney, Data Base Kliknarkoba Con. 7° Menurut data URDCE (United Nations Drug Control Program) lebih dari 200 jute orang diselurah dunia te~ leh nenyalahgunakan Narkotike.9!) Tat-ret narkotike meniliki daya pecanduan yang bisa me ninbulkan si pemakei bergantung hidupnys kepada obat~ obat narkotika itu, Hal tersebat bisa dihindarken spe bile pemakaiannya diatur menurut dosis yang dapat di~ pertanggungJavabkan secara medis dan farmakologis.%?) Penskeian narkotike nenerlukan pengavasan dan pe- ngendalian, Penakaisn diluar pengawassn dan pe ngendelian dSnaneken penyelehgunaan narkotike yang akibat sangst nenbahaysken kehidupan manusis baik per~ orangan naupun masyarakat dan negara, Sifat “meniabolken ketagihan” teleh merangsand orang- orang yang tidak bertanggungjawab menjadikan sebagai Aehan subur mencari keuntungan yong sebenar-besarnya don nongedarkannya seoara lnas baik secara nasional noupun trans nasional dengan Jaringan yang tersebar SL) pirektor Reverse Pidana Narkobe, 2002, Pedonan Untuk Oreng tua dan Tokoh Masyarakat ‘Tenteng Bahays Harkoba, Jakarta, Data Base Kiiknarkoba Coa. 82) sudjono DirJosigwore, 1990, Mukum Warkotike Indonesia, Citra Aditya Bakei, Bandang, hal. 4 20 dain satu dan bahkan berbegnt negara Upaya penanggvlandan penyalahgonaan narkotike dilakukan degen berbagai netede (cara) yang pada prinsipnys dapat dikelompokken nenjadi dua badian yaita 1, Dengan menggunaken sarana non pens) 2. Dengan wenggunsken sarana penal 4. Penangyutengan penyalahgunaan narkotika dengan sarena non pena Wenurut Sudjone Dirsosiawore pensnggulengan penyalanddunasn narkotika denssn sarana on penal dapat dilekutan dengan dua netode a, Metode Horalistik b. Netode Aboiisionistsx.%9? a, Cara Moralistik dalam usshe aenanggulangs bahaya narkatika adelab cara mencegah penyalahgunaxn narkotike melee usahe —menbina/nemperkust nontel dan woral, agar menjadi kebal terhadap bujukan” narkotike, yang dapat dilakukan dengan 1) Penbinaan kevsdaran mental a) Kesadaran melaksanakan kevajiban sgenanys nesing-nasing 83) Sudjone Dirjosieworo, 1978, Hriinalistik den ine Forensik, Teibisana Kory, Bendung, hal. 166 a 8 b) Resadaran berbakti kepada orang tua, dan selaiy wombicarakan Kepuliten kepsda orang tua. ©) Kesadaran nyelanatkan dan tolong menolond kawan dari snoanan narkotita, d) Resadaran aktivitas kenasyarakaten seperti Skat aktif dalam gerakan pramoka, olah raga, gelanggeng remaga, aan iain-Lein. fe) Renaja herve manu menjadiken kehidupan keluergenya menjadi harmonis, syah, iby dan anak-anak hidup dalae soasana yang intin saling sayang dan wonjaga keseianatan Kehidupan keluarganya, Approach penerangan = Fenyanpaien penerangan dari renaja kepada renaja beik secara individe maupun kelompok engenai 1) Behayanya penyslahguossn narkotike terhsday kebidupen renaja untok masa depennya b) Bahaya penyalahgunssn arkotike terhadae negara dan bangsa. fein yang dapat menghindarkan dirt dari mengkoneunsi narkotike Penerangan-peneranden semacan ini penting agar yang belun/tidak tergolong oleh narkotika dan menjauhkan divi dari "bujukan pengedar 82 narkotika”, sedangkan yang telah menjadi korban rela disembehken dan setelah senbub tidak terJeronue lagi, bahkan diharapkan ager bekas korban narkotika dapat pula nenberikan penerangan agar tenan-tenannya tidak terjerenus ikut mengkonsonsi narkotike, b. Cara abolisioniatik dalam —penanggulangan penyalanggunsen narkotika dikalangan renaje adalah cara nenanggvlangi bahaya narkotike dengan ueahs-usaha wenghilangken atau nenperkecil sebab- sebsb penyalanggunaan narkotiks. Kisalnya sktif Galan kegiatan olah raga, pranuka, kegiatan keaganaan, studi club, lursus-kursus, karong tarona dan organisesi-organisasi lainnys. Dengan kata lain metode ini dilekukan dengan pengisssn waktu losng supaya tidak senpat berfikir dan Giist hel-hel negatit Solain metode moralistik dan abolisionistik di atas upaya non penal dalan rangka penyalahgunsan narkotika dapat pula dilakukan dengan : = Razia-razia lalu Lintas, tempat-tempat hiburen — Wenperketut pengawasan terhadap orporasi yang bergerak dibidang farm 4 Ckemungkinan penyalah- gunaan). < Henperketat pendaasan terhadap petugas-petudas media dan leabaga ilmu, podagang obat, rumah sakit 83 dan Inin-lain badan/lembage yang diberi kewenangan nompergunekan narkotike dari kenungkinan monyslsh- gonaken = Menperkotat pengawason Jalur-Jalur—rawan penyelundupan narkotike - Pongawasen terhadap Kemungkinen penbudidaynan narkotika seperti banyak di Acen dan mungkin Soge 41 daerah Iain | Penanggulangen penyalahgunaan narkotika dengan sarana penal. Penyelahgunaan narkotika pada hakekatnys adalah kejahatan sebsgainana kejahatan yang lain perbedaan: pokoknya adalah lebih kepada akibat yang texjadi dari kejahatan jenis ini edalah lebih jose dan konplek, oleh kerenanya wpaye penanggulangennya harus dilakukan baik dengan cars preventif (pencegahan agar tidak terjadi penyalah- gunaan) dan dengan cara kuratif (penyenbuhan) Penanggulangan penyalahgunaan — narkotika Gengsn care non penal (hukum pidans) adalah termacuk dulan kelompok proventif, menbuat efek pencegahan dengan adanya sanksi bukum pidana kuratif,. senbuat ofek flora kepada pelangser: Upsya penangdulangan penggunaan sarkotike dengan sarana hukum pidane di Indonesia sudah lane dilakukan babkan. oe Semenjak sebolun kenordekaan (waktu itu namanys nasih Windia Belanda) yaitu dengan dikeluarkannya Seb. 1927 No. 278 Ja No, $36 tangaal 12 Hei 1627 yang lebih dikenal dengan Ordonansi obat bus (Werdoovende 4iddelen Ordonantied Pertinbangen dikeluarkannya Ordonansi obst bius (JO) adalah dalen rangka nenpersatukan dalan atu undang-undang ketentuan mengenai candy dan obst bius lainnya yong saat itn tersebar dalam berbadas peraturan deni terespainya unifikass hokum Jadi ketentuan ordonanei ob@t bius lebih nerupakan kepentingan penjajah sat itu dibanding sebagai pays penanggulangan penyalanggunaan narkotika Ketentoan yang nerupskan larangan dari ordonansi obat ius diatur dalam Pasal 2 dan 3 yakni, d1erang 2) Menenan tansnan papsver dan Indischen Hennep b) Wengimpor, momiLiki, menduasai, wempunyai, per aediean, menyimpan, mongangkot, menyedieksn, nengolab, nenakai, wengekspor tanaman yang men~ biuekan, pepaver dan Indisehen Heimep dan duun coon. 4) 94) yHo (Verdoavense Hiddelen Ordonantie/Oréonansi obat bivs), Stb, 1927 He, 278 Jo 938 85 Kemudian Paaal 12 eyat 1 melarang bagi setisp ‘orang menberikan obat bivs, nengadaken ateo members kesenpatan monggunakan gusty obat bius kepada orang iain yang tidak berhak menpunyai/menilikinya. Sanksi pidana yang diberikan kepeds pelanggar ketentuan Oxdonansi chat bius pada wakta ito relatif ringan rata muti dari denda 100 Gulden hingga 1000 Gaiden dan hukunan badan yang relatif ringan yakni karongen nulat 3 bulan sampai 1 tahon dan terberat adalah pendara YM.O (Odenansi Obat Biv) yang merupskan produk haku generintsh kolonisl Gelands tetap berlaka pada saat Indonesia sudsh merdeka dengan bordasar kepada ketentuan Pasel IT Aturen Peralinan up 1948 yang pada intinya segals peretursn yang eda pada saat Indonesia merdeks aasih beriaka sebelu diadakan yang baru, Dengan penyesuaian-penyesuaian ketentusn ordonensi obat bius pun tetap berlaku sanpai dengan tabun 1976, 20 tahun setelsh Indonesis nerdeke Pada tehon 1978 dengan JU No. 9 tahui—1976 yuo/Ordanansi Obat Bius dioabut/diganti sehingta ketentuan yang mengator penenggulangan penyalah~ gonaan nerkotika pun otomatis mengelami perabahan es Pertinbangan digentinya VHO Stb. 1827 No. 278 Jo $36 adalah + Perkexbangan 1alu lintas dan sarang transportasi Kenajuan di bidang teknologi pesbuatan obat Belun distornya masalah penberian pelayanan keachatan untuk penyembuhan pecandu Dikets Jokannya Jeni narkotika baru/turunannya, hinds aturan YO belue bisa newaaany.%S) Perbusten yang dilarang oleh UU Wo. @ tahun 1976 adalah © 4) Dilarang secara tanpa hak monanan atau memeli- hare, menpunyai dalam persedisan, meniliki mer nyimpen atau menguassi tenanan Papaver, tansasn Koka atau tananan Ganda 2) Dilarang secara tanpa hak menprodukes, meng- olah, nengeketrakei, mengkonversi, meracik atau nenyedinken narkotika, 9) Dilarand secara tanpa hak meniliki, menyinpan untuk nomiliki atau untuk persediasn atan me- nguasai narkotika 4) Dilarang secara tanpa hak menbawa, mengirin nengangkut ates aentransito narkotike 5) Dilerang cara tonpa hak mengimpor, meng- ekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, 85) uy Narkotika No. @ tahun 1878 bagian Penjelesen 87 nenjuel, nenbeli, menyeranken, menerina menjadi perantara dalam jual beli atau neaukar narkotika ©) Dilarang eacars tanpa hek mengsunskan narkotika kerhedap orang lain atau menberikan narkotika untuk digunaken orang lain 7) Dilarang secara tanpa hak menggunakan narketike bagi diriuya vewdini 98 Dari segi berat ringannys senksi hukuman, UU to, @ tahun 1976 relatif lebih berat sankei pidane- nya dibanding ketentuan YHO (Ordonansi obat bi Sanksi hukunan/pidane dalam UU Yo. 8 tahun 1978 berupa = Donda malsi dari fe. 1.000.006 - Re. $9.000.009 = Hokusen kurongan ~ Pidana mati Wataupon UE Harkotika No. 8 tahun 1976 relatif sudah cukup berat dari segi ancaman pidane naksinonnya (sanpat pidane mati) tetapi terayate penyelahgonasn narkotika belum bisa ditenggulangi dengen tuntas bahkan ada Kecenderungan senakin meningkat Setelah hanpir 20 tahun diberlakukan, Ul Ho. 9 1976 dipandang sudah karang menadai lngi sebagad 86) uy Markotika Ne. 9 tabun 1976, Ibid. 88 narena penengavlangan penyalahgunaen narkotske mengingat sonakin meningkatnya kualitas dan koantitas kejahatan narkotika. akhiznya pads tahun 1997 dikeluarkannya WU No. 22 tahun 1987. Pertinbengen dikeluarkannya UU No, 22 tahun 3997 adalah : balan upaye—peningkatan pengawasan dan pendendalian pengedaran narkotike. — Semakin meningkatnya Kejahaten narkotika dari seat fwalitas (dalan arti dilekukan oleh sindikat ecara terorgenisast, tidak lagi berdiri sendiri. nodue operandi dan teknologi canggih), dan kwantitas Jumlah pelake dan korban ~ Perlunya menporberat, sanks, _ perlunya perluasan cakupan kriteris pelengger vend bise digerat denen UU Narkotika Setelah Lime tahun UU Narkotike No, 22 tahun 1097 berlaka terayata kejahatan narkotika nasih tetap marak dan ada kecenderungan meningkat. Hat ini kemungkinan karena faktor-faktor sebagai berilut = Lenahnys penegakan hukon Kurengnya earana dan-prasarana Kurengnya pendgunaan sarana non penal — untuk nenekan keJehatsn narkotike. = Lenahnya undofig-ondang narkotike itu sendirt 89 balan penelitian int akan dipusatken untuk engkaji Kemungkinan kebelusberhasilan penanggulang- fan kejahatan narkotika dari segi undang-undang narkotike Darde Newewi Arief berkait dengan UU No. 22 tahun 1997 wenberikan catatan tentang beberapa kelomahan dari Undang-undang narkotika tersebut aka = Tidak adanya pengnturen mengenai tindak pidana yang berkait dengan “property” yang diperoteh dari tindak pidana narkotika. = Tidak edanya kualifikasi yaridis dari suaty tindak pidana narkotika Cpenbedaan entara keJahaten dan pelangearan) = Ranyaknya pidana denda dimungkinkan — adanya keenggenon torpidana untuk menbayar Karena dari sogi kalkalasi tidak akan efektif (mungkin terpidane lebih menilih kurungsn pengganti denda) = Adanya pidena minimal tidak disertei sister penindansan eininal. = Ketentuan percobssn, pembantuan dan permufaketen dahat yang dirasakan jandeal _Wasalah ketentuan pertenggungjawaban —pidana korporasi yand diatur dalam Pasal 76 sampai dengan Pasal 62 ayat 4 tidak ada ketentuan nengenai kapan atau dalan hal bagainnsne Korporasi diketaka telah nelakukan tindsk pidana dan kapan korporasi dapat dipertanggungjawablan sedang yang ada hanys siapa yang dipertanggungjawsbkan, Hal int jeles tidak bisa dioperasionalisasixan.°7) 97) garda Kawawi Arief, 2001, Hasalah Penegakan fukun dan Kebijakan. Penanggulangen KeJahatan, Citra Aditya, Bandung, hal. 197 ~ 208. aap IT MASIL PEMELITIAN DAR PEHBAHASAN A. Kebijakan Pertanggungjawaban Korporasi Dales Tindal Pidana Narkotika Di Indonesia. Kate “kebijakan” mengendang arti rangkaian konser dan aces yang meniadi aris besar dan dasar suatu ren~ cara delan pelaksansan pekerjasn. Selain itu kets “kebiiekan” jugs bermekne kepeninpinan dan ara bertin~ dak, peenyatasn cita-cita, tujuan, prinsip ataa maksud yang kesemuanya itu dipaksi sebagai garis pedonan untuk menajenen dalam ueaha mencapai sasaran, °°) dengan kata lain dapat dikemkakan behyn “kebijakan” nerupaken garis haluan atau daser podonan untuk mencapai suats tojuan yang diharapkan. Selanjutnya kata “pertenggungjauaban” yang ber~ asal dari kata “tanggung Javab" yang mendapat tabuhan per-an mengandung arti perbuatan (hel) bertanggung~ Jawab, monikul, menanggung segala sesuatu. $8) Kats korporasi “da bahaea Belenda “corporaticy ‘atau baden hokun adalah sekumpulen manusia yong menorat hukon teriket menpunyai tujuan yang sana, atau berda— 98) psp, 1989, Kamus Besar Babe ta, Dep. PER, hal. 118 98) rhid, hal. 698 Indonesia, Jakar- garken sejarah mengadi bersatu, yang memperlihat kan sebagai subyek hukum tereendiri dan oleh hokum diangdep menjadi satu kesatoan. Gerkumpulan baruh dan mxjiken dalam suatu bideng uswha aten bidang pekerjaan terten- ‘ea, 100) Wenurot Kens Beesr Bahasa Indonesia “badan aiartilean aebadai “perkompulan yang di dalen hukum diakei sebagei ‘eubyek hukun seperti perserosn, yayasen, lenbege deb.- 10D. kata “kebijakan” dalam ponelitian ini yang dimek- gud adalah kebijakan legislatif. Menurut Darda Nawaws brief, kebijakan logielatsf adalah = Suatu perencanaan atau progran dari | penbust Segttg-endang mengenal apa yong akan dilakuken undang eeghadap! problem tertentu dan cara bagai- Galan etgjokan tao melakeanakan sesuatu yang mana, "glreneanaken ata diprogrankan, Kebijakan cota tan pidana dalam perutdang-undangen, yang re ae ege disebut tahap kebijakan legislatify Beebakans tana yang paling strategis di lsnat sorePiteelurunan proses kebijakan untuk mengops gers onaliansikan sanks! pidana, Pada tahap indiah Mie kebijakan sistes pidana Girunosterioen yand sekaligus serupakan lendasan je eiitas beui tabap-tahap bersiatnya, g9{t0 URED pidane dan tahep pelaksanasn pidena. 100) Pockena Andreau, 1983, Kanus Istitah Hoke, Sekarta, Bina Cipta, hal, 89 401) op. cit. hal. 63 102) parda Nawawi Arief, Loc. Cit. 23 Jedi dengan donikian yang akan diteliti dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan narkotika adalah Lebih kepada produk-produk hakus yang telah dikeluarkan oleh penbuat Undang-undeng dan lebih khusus lagi kepada produk hukun untuk menangani Korporasi yang melakuken tindak pidana narkotika. Usaha penanggulangan penyalahgunaan nerkotike dapat dilakukan dengan berbagai cara yang pada dasarnys dikelompokkan nenjadi due = dengan nenggunakan sarana undang-undang/hakua = dengan eara non hukun Dalan tolisan ini hanya akan dibshas cara penanggulang~ an penyalnhgunaan narkotika dengan menggunakan ‘undang-vndang atau holon. Dalan eejarsh hukom yang mengator narkotike di Indonesia terdapnt tiga wecam undang-undang yang meng- ntur wengenai narkotike. Ketign ondang-undang dinakeud adalah 2. Verdoovende Hiddelon Ordonnantie Stb, 1827 No. 278 jo No, 596 atau yang kita Kenal dengen ordonansi ovat dius. b. Undang-undang tio, @ Tahun 1976 tentang Narkotika. fe. Undang-undang No. 22 Tahun 1987 tentang Warkotika. Masing-nasing undang-undang i ates berbeda dalan pengaturan nengenai perbuaten-perbuatan yang dilareng, walaupen tidak berbeds secara keseluruhan (ada juga 04 persanaannys). Perbe wn yang paling mencolok terutena antara Ordonansi obat bivs dengan Undang-undang No. § tahua 1876 dan Undang-undang Ho. 22 Tahon 1987 int dapat dinskluni karena Later belakang dan tajuan dari dibuatayn undong-undang ity sdeleh berbeda, Ordonansi coat bive dibuat pada masa penjasahan, kepentingan pengaJel lebih mewarnas. UU No. 9 Tahun 1878 dan WU Ho 22 Tahun 1997 lebih dimaksudken untok kesedahteraan nasyaraket. Perkenbangan Pengaturan Pertanggungjawaban Korporasi Dalen Tindak Pidana Narkotikn di Indonesia a. Ordonansi Obat Bius (Verdoovende Middelen Ordonnan~ tie) stb. 1927 No. 278 jo Ho. 536. Verdoovende Hiddeten Ordannantie selenjutnya dalam tulisan ini disingkat dengan vHO dibuat oleh ponorintah Jajahan Belanda (waktu ito) untuk mon persatuksn di dalam suatu undang-undang berbagai kotentuan wendenai candy dan obat-obat ius lain yang terceber di berbagai undang-undang yang ts pisan atau di loar ketentuan yang mengatur perbuaten nengisep candy di wilayah Hindia Belanda (sokarang Indonesia). Selain itu juga untuk adanya unifikasi hukum yang mengatur tentang narkotike Perbuaten-perbuatan yang dilarang dalam VKO Giatur dalen Paoal 2 dan 3 = = Pagal 2 WHO wngatar tentang Israngen untuk pes Linaraan atau pennenan Papaver dan Indische 95 Hennep (salah aatu Jenis narkotike) keouali untak tujuan pengobnten dan ilmu pengetshaan, 103) — Pagal 3 MO mengatur tentang Larangan untuk i1ikt, menguaeei, menpuayai persediaan, nenyimpsn, nengangkut, menyediskan, pengolahan secere pabrik, pengolahan, penjualan, penakaian, nengokopor obat-chatan yang membiuskan, papaver den indisehe hennep termasuk mengimpor daun Coca keoueli untuk tojuan pengobatan dan imu penste- tahuan. 104) Ketentuan-ketentusn mengenai sanksi pidana, terhadap pelanggaran Ordonansi obat bius stay VKO distur dalam Pas 1 25 untuk tindak pidana yang selecai dan Pasal 26 untuk tindak pidana yang tidak selecai (nasih dalam tahap percobasn) den peabantus— Ayat 7 Pesal 27 VHO nongatur Jike suatu perboatan yang dapat dihokom dalam Pasal 25 ini dilakukan oleh suatu badan hokum, naka ponuntutan dituukan dan hukuman dijatuh- kan kepada pengurue dan konisaris yang tinggal di Indonesia dan bila oreng-orangnya berha~ 103) yerdoovende Hiddelen Ordonnantie, Stb. 1827 Jo 596, Pacal 2 408) ypia, Pagel 3. 96 Jengen, kepada perwakilan badan hukun tersebot yang eda di Indonesia, Ketentuan ini juga ber~ eka dalam segala hal, dimana suatu badan hukon bertindak sebagai pengurus, konisaris, atau perwakilen dari baden hukum lain. $05? Dari ke 11 ayat Pacel 25 VHO tindak pidana yang mungkin dilakokan oleh korporasi terdapat dalam ayat 2e; ayat Sa; ayat 4 dan 5 Ayat 2a Pasal 25 VMO soberikan ancanan pidena denda 1009 Gulden terhadap pelanggaran peneliharasn dan penananen papaver atau indisehe hennep, selain ity torpidana Joga dibebant bieya penusnahan tananan tereebut, ‘Ayat 9a Pasal 25 VO mengatur tentang impor, ekopor, memiliki, senpunyai, menyinpan, ateu dalam persediaan, mengangkut, nenggunaken, menbust, mend- olah secara pabrilt, pengolahsn, menjual dan menye- rahkan obat-obst bins, papaver dan indisohe hennep, Joga impor dan ekepor daun Cooa, bertentangen dengan ketentuan undang-undang ini, yang diadakan dengan 1, Tidak melebihi dari 100 gram candy kasar, olahan tay medis. 2. Obat-obat bine Isin daripada yang disebot di bewah 1 sampai jumishnya tidak melebihi deri 10 gran 3. Pepaver, Indische hennep dan dsun-daun Coca a7 sanpei junlahnya tidak melebihi dari 10 ké1o. 206) Dengan ancaman huluman korungan maksinel 3 bolen atau hakanan denda maksinal 100 Gulden. hyat da Pasal 26 VO mengatur apabile jumlab narkotike nelebihi ketentusn deri ayat 9a, yakni mengatur hokoman kurungan dinaikkan senjadi 4 bulan ata» hokuman denda makeinal 100 Gulden dan dalam hal Ani kedua hukunan itu bisa juga dikonviasikan Ayat 4b mengatur apabila terjadi Reoidive (pengolengan) + Sika wektu melakokan perbusten itu belum beriaku 2 tahun, seJak hukuman yang sudah-sudah dari terdekwa dentaran parbuaten yang sama menjadi kenyatean, dapat dijatuhkan hukumen maksimal 9 tahun atau hakonan denda makeinel £. 2000,- atau hukoman ind bersana. 107) Pada ayat Sa ditegaskan tentang tindak pidana sebedainona disebut delem ayat 4 sub m yang dilalu~ kan dengan sengaja ancanan hukunen kurungan dinaik- kan menjadi 4 bulen dan denda maksimal 60.000 Gul~ den. 105) rpid, Pagel 25 ayat 7. 108) 1pid, Pavel 26 ayat Sa 107) hid, Pasal 5. 98 Ayet Sb wenaikkan sneasan pidans : Jike joplah dengan mang pelangdaran torsebut dilska- kan, molebihi dari 30 kilo cendu kasar, olahen atau edit 3 kilo obat-obat bine lain atau 9.000 kilo pepaver, Indisehen hennep, atau deun Coca, hukuman donda dapat dinaikkan dei yn makeimel f. 2.000,~ ontok tiap kite candy kmaar, olahan atau medis, tiap 100 gran obat bius Lain dan tiep 100 kilo papaver, Indischen hennep atau daun coca, nelebihi jumlah tersebut di nuke Denikien ketentuan tentang tindsk pidana yand nongkin” depat dilakakan oleh korporasi eebadainana diatur dale Pasal 25 Verdoovende Middelen Ordonnan- tie atau yang kenudian dikenal dengan sebutan Ordo~ angi obat bins, Selanjutaya Pagal 26 (1) VHO mengatur tentang tindak pidana yang masih dalon taraf “percobsan”, (eindak pidsna yang nigt dan permolann pelakssnaan~ nya telah ada tetapi tidak selessi bukan karens kohendak pelekn). Ancemen hokoman untuk — tindak pidana ini adalah 2/3 dari hukunen pokok. Ayat 2 Pasal 26 VMO mengatur tentang pembentu- an sebelun tindak pidana dilakukan yakni members kt patan, alat-elat ataa keterangan untuk melakuken ‘tindak pidana, Ancagen hukaman ontuk pembantusn adalah sama dengan anenman porcobaen tindak pidene 99 yakni 2/3 deri bukunan pokok. 108 Kebsjaken pertangdungjavaban korporasi yang Giatur oleh VHO dapat dikexukakan hal-hal sebagat borikot WHO tidak wengatur mengenai apa yang dinaksud atav dikategoriken sebagai badan hukon. Jadi pengertian badan hukun dalan hel ini dapat ditefsirkan delen due kelompok Kelonpok I Korporasi/Badan Hukon yang disebutkan dalam VMO secera tersirat = Pabrik obat. = Pedagang besar obat-obatan = Apotike = Runsh sekit Diberikan kewenangan untuk sengimpor, meniliki, wenguasai, mompunyai dalam persediaan, menyimpan, nongengkut, nmenyediakan, mengolah, menjunl, meng~ ekspor narkotika untuk kepentingsn pengobatan dan itm pengetshosn ‘Tindak pidang yang mungkin dilekukan oleh badan hokun Kelompok I ini adalah pelanggsren- pelanggaran ~ Menenem dan memelinara papaver dan indische hennep 408) rid, Pasal 26. 100 = enginpor, mengekepor, memiliki, menguasei, Rem punyai dalan persedisan, menyinpan, menganskot, nenyediaksn, mendolah, menjual obat-obatan yang menbivskan, papaver dan indische hennop, daun coca bukan untuk tujuan pengobatan dan ils pengetahuan = Peroobaan tindak pidane- = Ponbantuan Kelonpok IT korporasi/badan fiokon di Iver yang di gebut oleh VHO aten badan hokun dalam arti Tuae yang: = Wenanan dan monelihars pepaver dan indische henneo Henginpor, mendekspor, mensuesai, meniliki, mene punyat dalen persediaan, menyimpan, mengangkut, nyediakan, mengolsh, menjual obst-obatan yang nenbiuskan, papaver dan indische hennep, daun coon. Percobaan tindak pidana Penbantuan Selanjutnys dari ketentuan ayat 7 Pasal 26 YKO apabila dikaitkan dean 3 model pertanggungiawaben korporaes, naka tersasuk model yeng kedua, yaitt korporasi sebagai penbuat tindak pidana korporasi ainkan tidak dipertangaungsawabkan secnrs pidene pengurue yang dianggap bertanggungjavab. Dalen hal 101 int VO menandang korporasi tidak dapat dipertang- gongSawabkan terhadap tindak pidana yang teriadi dengan suatu penthizan bahvs penguruslah yang secars de facto melskukan perbuatan. 108) WHO tidak menberikan perbedaan terhadap tindak pidena yang dilakukan oleh korporasi maupun per ovangan bail dalam hal dumleb/Ismanya pidana maupon jonis pidsna, Hal int dapat dimengerti karena secara fii YMO belom mengakei behaa Korporasi bisa diper- tangeungdawabkan secara pidans. b. Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotike Undeng-undang obat bius (Verdoovende Hiddezen Ordonnantie) Stb. 1927 No. 278 jo S96 yang berlaka hanpir enpat puluh tabun akhiraya dicabut dengan berlakunya Undang-vndang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika Pertinbangan labirnye UU No. 9 Tahon 1678 sebagai pengganti dari MO 1927 Wo. 278 Jo 836 menu~ rut Seedjono Dirdiosisworo adslah + a. Sejak tahun 1970-an mulei dirasakan sdanya masn~ Jah penyalahgunaan narkotika yang dinilai sebagai baheya atau ancaman yang tidak saJe terhedap pri~ badi-peibadi warge masyarakat, melainksn telah 108) yyiadi dan DwidJa Privatno, Lee. Cit, hal. 67 302 fengancan keselanatan bangsa dan negara, Pade saat itu ditemukan korban-korban penyalahguasan narkotika renaja yang main duduk di sekolsh tanjuten pertans dan lanjuten ates. Kenyatean ini nenyebabkan penerintah nelalni Intrukei Presiden Honor 6 Tahun 1971 dan badan pelaksananya menen- patken Narkotika sebagai masalah nasional yang upsya penanggulangannye heruz digarep secare serius, Kesudian terbukti pula adanya penananan, penbunten, penyimpanan, dan pengedaran yang nenyimpang dari ketentuan pengawasan narkotike, sehingga wenerlukan kewaspadaan yang tings, | Kondiei perundang-undsngan Narkotika sebelun UU No. 9/1976 yait Undang-undang Obat Bius atao THO stb, 1927 No. 278 jo No, $36 tanggal 12 Hei 1827 tidak menadai lagi untuk dapat nenanggulangi bahaya penyalahgunaen narkotika. Undang-undang yang berlaka sebelun Undang-undang No. 9/1978 tersebut yang mulai berlaka sojak 1 Januari 1920 nenang telah berjasa pada zamannya yaita balwa Undang-undang Obat Biue ini telah menarik ber! kunya berbagei undanig-undang yang terdaholu sebanyak 44 peraturan perundang-undangen yang bermubungan dengan obst bius. Namun divkur dari kenyatean tahun 1970-an telah banyak Kekurangan. Beberepa kelenahan den kekurangen 103 Obst Biug dalan penenggulangan narkotika antara Inin adatah 1) Karena kenajuan teknologi, Suga dalam industri obat-obatan yang mendandung zat-zat narkotika aka Jenis-Jenis baik yang dipergunakan maupun yang disalahgunskan telah berubah Jauh sntare vane diatur Undand-undand obat dius dengan kenyataan yang dihadspi sejak tehos 1970-an, sehingga undang-undang obat bius tidak menangani bentuk-bentuk penyimpangan yang terdadi 2) Wilayah penerintah india Belands serte sisten dan struktur penerintahan telah berubah se- hingga apa yang ditentukan pada saat kekuasaan Windia Gelanda sudah tidak sesuai dengan kendaan pada waktu itu. Aparatur penerintsh seperti departenen, direktorat dan sebagainya- pon tidak bisa mewadahi dengan Keadnen saat, stu 3) Pengaturan mengenai impor dan ekspor zat yang nengandang narkotika dihubungken, dengan tajuan dan volune keperivan parkotike sudah tidak sesuai leat 4) Homun cara Pidens yang mengatur perkara pidana telah tidak seousi epelagi setelah di- kelanckennys KUKAP peda tahun 1981 a4 5) Sankei dan pelakeansen pidans tidak seimbang dengan pexbuntan penyelahgunaan nerkotika 6) Tidak ada pengaturan yang tegas mensenai pea buat, penyinpan, pengedar, dan pemakai yang menyalahgunaken c. Faktor-faktor perigeruh dan reaksi — lingkungen nasyarakat yang mendesak untuk menghadirkan undang-undang bara tentang narkotika, 110) Perbuatan yang dilarang oleh Undang-unéang No. 8 Tahun 1976 meliputi dua hal + = Bersifet umun : beriaky bagi semua orang, ter dapat dalan Pesal 28 — Bersifat khusue + hanya begi dokter, terdapat dalan Basal 24. Adspen larangan yang berlaka unum adalah: 1) Dilarang secara tanpa hak mensnam ata memo- Aihara, wompuayai dalam porsedisan, memiliki, nenyimpan atau menguasai tananan Papaver, tananen Koka atan tanaman Ganja; 2) Dilarang secara tanpa hak menproduksi, mend olan, mengeksteakei, mengkonversi, meracilt ateu menyediaken narkotilke; 3) Dilarang secara tanpa hak meniliki, senyimpan 119) soedjono Dirdjosisnoro, 1980, fiukue Narkotike Indoneste, Citra Aditys Bakti, Bandung, hal. 117-118 105 untuk. A1iki eaten untuk persediaan sta nonguasai narkotike: 4) Diterang secera tanpa hak wonbawa, mengirim, nongengkut atau mentransito narkotik 5) Dilarang secara tanpe hak mengineor, mongeks~ por, menawarkan untuk dijual, senyalurken, onjual, menbeli, menyerabkan, senerins, en~ Gadi perantara dalan jual beli atau menokar narkotikas 5) Dilerang secara tanpa bak menggunaken narkoti~ ka terhadap orang Lain ateu menberikan narko- ‘ike antok digunakan orang Iain: 7) Dilareng secara tanpa hak nenggunakan narko- taka bagi dirinya sendiri. 11) Larsngan yang bersifet khusus adalah, peng gonaan dan ponberian narkotika oleh dokter kecu~ Li untuk pengobatan Perbuaten yong dilarang beik dalan Pasal 23 naupun Pasal 24 tersebut dalam alines di ati apabila dilakuken stan éilanggar merupakan tindals pidane Dari perbuatan-perbustan yang dilereng di ates make yong nenungkinken untuk dilakukan oleh 312) Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narko- ike, Sekrotariat Negara, Jakarta, Pasal 23, 108 korporaei hanyalah sobagaimana yang distur dalam Pagal 23 sedang ope yeng diatur dalam Pasal 24 sifatnya hanya khusus bagi dokter Mengenas siapa yang dapat dipertanggungss~ wabkan apabila korporasi melanggsr lerangan atau nelakukan tindak pidana sebagainena yang distur dalan Pasal 23, maka ketentusnnya adalah Sika suata tindak pidana nengonai narkotike dilakuken oleh atau etes nama suaty badan hukun, soaty perseroan, suatu perserikatan orang yang Lainnya atau suatu yayaean, maka tuntutan pidana @ilakokan dan hukuman pidana serta tindakan tata tertib dijatubkan, belk terhadap badan hukun, pergeronn, perseriketen atau yayasan itu, maupon torhadap sereka yang menberi perintah melakukan bindak pidana narkotike itu atau yang bertindak sebagai peninpin atau ponanggung jawab dalam pen— busten atau kelalaian itu; ataupun terhadap kedua-duanya, 112) Ketentuan pidana bagi pelaku tindak pidana narkotika diatur dalam bab VITT mulai Passi 90° - 53, dengan perinoian = ~ = sankei pidana terhadap pelanggaran Pasal 23 dintur dalam Pasal 38. 412) rpsd, Posed 40. 107 = aanksi pidana terhadap tindak pidana narkotika (Pasnl 23) yang tidak selesai diatur dalen Pasel 97 = sanksi pengulangan tindak pidene diatur dalen Pasal 39. ~ lein-lain (tidak digebutkan semuanya Karena ‘tidak ada hubungan dengan penelitian ini) Sanksi pidane terhadap pelendgaran Pasal 23 ayat 1-7 distur dalam Pasal 36 dengan ketentuan sebagai berikut 1) Barang siapa melanggar Pasal 23 syst (1) + a, Dipidana dengan pidana penjara selens-lana— nya 6 (onan) tahun dan denda setingsi— ini nya Rp 10,000.000,- (sepuluh jute ropiah) apabila perbustan tersebut menyang- kat tananan Koka atau tananan Gana. b. Dipidana dengan pidana penjara selana-1i nya 10 (sepulub) tahun den denda setingsi~ ‘ingginya Rp 15.000.000,- (lima belas jute rupiah) apabila perbuatan tersebut nenyang- kot tanaman Pavaver. 2) Barang sispa nelanggar Pasal 23 ayat (2) + a. Dipidane dengen pidana penjara selsme-lar nya 12 (dua belas) tahun dan denda seting- i-tingginya Rp 20,000.000,- (dua pelub Jute rupiah) apabile perbuatan tersebut 108 nenyangkut daun Koke atau tananan Gani b. Dipidana dengan pidana penjara selena-le nya 20 (dua puluk) tahun dan denda seting= gi-tingsinya Re 20.000.000,- (dua puluh jute rupiah) apabile perbuntan tersebat onyangiut narkotike lainnya 3) Bereng siapa melangger Pasal 23 ayet (3) ‘8. Dipidena dengan pidans penjara selane-lana- nya 6 (enan) tahun dan denda setingst-ting- ginys Rp 10.000.000,~ (sepuiuh jute rupiah) apabile perbuatan tersebut menyangket daun Koka atau tanaman Gana. b. Dipidana dengan pidens penjara selana-lane- nya 10 (sepuluh) tahun dan denda “setingsi- tingginya Rp 16.000.000,- (Lime beles jute ropiah) apabila perbuatan tersebut senyand- kut narkotike Lainnya. 4) Bavang sispa nelandiar Pasal 23 avat (4) a. Dipidane dengan pidana penjara seumur hidsp atau pidane penjara selama- nya 20° (dum puluh) tahun dan denda setinggi-tingginys Rp 30,000-000,- (tiga puluh juta rupiah) apabile perbuaten tersebut menyandkut daun Koka atau tanaman Gana. b. Dipidana dengan pidana mati stan pidans seunur hidup atau pidana penjara selena~ 108 jenanya 20 (dua puluh) tahun dan denda sotinggi-tingeinys Rp 50.000.000,- (24m poluh juta rupiah) apabila perbuatan ter sebut menyangkut parkotika Lainnya. 5) Barang siepa nelangdar Pasal 23 ayat (5) * 8) Barang siapa Dipidana dengan pidana penJara seunur hidup atan pidana pengara selana-lananya 20 (dua puluh) tahun dan denda Re 30.000.000 esnges-tingginye (eiga puluh juta xupiah) apabila perbuaten tersebut menyangkut daun Koka stay tananan Ganja pipidana dengan pidana mati atau pidens peumar hidup atau pidana penjera selma jenenya 26 (dua poluh) tahun den dendm sotingsi-tingsinya Rp 50,000.000,- (line pulvh Jota rupiah) apabila perbuatan ter~ sebut nenyangkut narkotike Leinnya. angger Pace! 23 ayat (6) Dipidena dengan pidene ponjara selana-Lama- nya € Contm) tahun dan denda setingsi-ting- inya Rp 10,000,000 (eopolah jute rupiah) apabila perbuatan tersebut menyengkut aun Koka ataa tanaman Ganda. Dipidane dengan pidans penjara selena-Lane nya 10 (Sepuluh) taban dan dends setingsi- tingginye Rp 15,000.000,- (Lina belas Jute a0 rupiah) apabile perbuatan tersebut menyang- kot narkotika 1ainnye 7) Barang siapa melanggar Pasa) 29 ayat (7) + a. Dipidane dengan pidana penjara selana-lama~ nya 2 (dua) tehun apabila perbustan ter: but menyangkot daon Koka atau tanaman Ganga b, Dipidana dengan pidana penjare selana-lana~ gC an apabila perbuaten terse but menyangkut narkotike ininnys. 113) Ketentuan sanksi pidana sebagainsna diatur dalan Pagal 36 di mtas adaleh bagi tindak pidana narkotika yang selesal, sedang yang masih dalam taref percobssn distur dulan Pasal 97, dengan ketentuan bahva ancenan pidana bagi percobaan ‘tindak pidana narkotike sebageinana diatur dalan Pasal 28 ayat 1-7 sama dengan tindak pidana nar- kotike yang selesai Pidana penjars yang ditentukan dalen Pasal 36 ayat (1) sampai dengan 7 dapat ditambah dengan sepertiga, Jika terpidans ketike melakukan keja~ hatan belum eWat dua tahun sejak nenjaleni pidang penjere yang dijatohkan kepadanya. Pasa? 38 UU Ne. 8 Tahun 1976 118) Ipid, Pacal 98. Dari ureian di ates terlihat babwa Undang- undang No. 9 Tahun 1976 tidak menberikan definisi ataupun kualifikesi mengenai apa yang dimaksud dengan badan hukum ates korporasi sebagainans hainya dengan Ordonensi Obat Bis (Verdoovende Widdelen Ordonnantie). Pengertisn korporasi dapat sebagai berikut + Kelompok I, korporasi yang disebutkan dele Undang-undang No, 9 Tahun 1976 yang berhak okan = Pasal 4 (4) Untuk kepentingsn pengebaten dan atau tajuan iam pendetahuan kepada lembaga ilo pengeta- twan dan atau lembaga tempat pondidikan dapat diberi izin oleh Menters Kesehatan untuk em beli, menanan, nenyinoan untuk memiliki atau persedisen, ataupun nenguasei tensman Pa- paver, Koka dan Gansa. (2) benbage yang mensnan Papaver, Koka dan Ganda wadib wenbuat laporan tentang Iuas tanaman, hasil ~“anaman dan sebagainys yang dintur dengan Peraturan Penerintah. Pasal 5 (3) a. Menteri Kesehatan menberikan isin kepeds apotek ontuk menbeli, meracik, nenyedia- a2 S1iki ata menyimpan untuk perse- lear, diaan, nenguasai, menjual, nenyalurksn, nenyerahkan, mengirizkan dan menbava ata nengangkut nazkotike untuk kepentingan Pengobatan; b. Menteri Kesehatan meaberikan izin kepada, Gokter untuk menbeli, menyediskan, memi- Liki atau menyimpan untuk persedisan, nenguesai, menyalurksn, monyerahken atau nengirinkan, menbavs atau mengangkut, dan nonggunakan narkotika untuk kepentingsn pengobatan. (2) a. Wenteri Kesehatan menberikan izin khosus kopede pabrik farmasi tertentu untuk mé beli, menyediakan, seniliki atau menyimpan untuk persediaan, menguasai, memprodukai, agalorkan, golah, eracik, nonjual, menyerahkan, mengiriz dan mesbawa atau nongangkut narkotike untuk kepentingan pengobatan atau tujuan itm pengetahuan. b. Mentors Kesehatan somberikan izin khusus kepada pedagang besar farm 4 vertente untuk menbeli, menyedinkan, memiliki atau acayinpan untuk persedinan, —menguasel, nenjusl, menyalurkan, menyerahkan, mengi- rim dan menbawa tou mengangkst narkotike ns. untuk kepentingan pengobaten atau tujuan c. Menteri Kesehetan nenberikan izin Khusus kepada ronah aakit antuk menbeli, menyedi~ akan, memiliki ateu menyinpan untuk per~ Sinan, mong i, nenyerahiian, nengirin= kan. menbawa atau nendangkut dan nengeu- akan narkotike untuk kepentingan pengo- beten d. Menteri Kesehatan nonberskan izin khosus kepeda lenbaga ilma pengetahuan dan len baga pendidikan untok belt dari peda gang besar armani, menyediakan, moni lik teu enyinpan untuk persediaan, menguaset dan nenggunakan nerkotika untuk tujuen Alma pengetahuan. 14) pari Pasal 4 dan § di ates dapat dieinpulkan bahea korporasi yang berhak secara hukun adalah + — Lembaga Tima Pengetahuan atan Pendidikan ~ Apotik = Pabeik farmasi = Redagang besar farmasi ~ Rosah sakit. setelah mendapat izin dari Menteri Kesehatan. 314) rid, Pasal 4 dan 5.

Anda mungkin juga menyukai