Anda di halaman 1dari 56

1

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMU


NEGERI 4 LANGSA TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah

DIAJUKAN OLEH

FRISKY THALIA
NIM : P0 0320215010

POLTEKKES KEMENKES ACEH


PRODI KEPERAWATAN KOTA LANGSA
TAHUN AJARAN 2017/2018
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP SISWI SMU NEGERI 4 LANGSA TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA”.
Shalawat teriring salam tidak lupa pula penulis persembahkan kepada
seorang tokoh revolusioner dunia baginda Muhammad SAW, beserta Ahlul Bait dan
sahabatnya sekalian.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda yang telah membantu secara
moril dan materiil sehingga selesainya tulisan ini, juga salam kasih dan sayang untuk
ibunda tercinta yang selalu mendo’akan penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu mempermudah dan memperlancar hingga selesainya tulisan ini.
Penulis berarap mudah-mudahan proposal ini bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang membaca proposal ini. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan proposal ini.
Akhirnya sebagai hamba Allah yang dhaif jauh dari kesempurnaan
memohon segala ampunan pada Allah dan mohon maaf pada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan proposal ini.
Amin ya rabbal ‘alamin.

Langsa, 17 Juli 2017

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................
D. Manfaat..............................................................................................
E. Ruang Lingkup...................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................


A. Definisi...............................................................................................
B. Etiologi...............................................................................................
C. Tanda dan Gejala................................................................................
D. Patofisiologi........................................................................................
E. Penatalaksanaan..................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang......................................................................
G. Perencanaan........................................................................................

BAB III KERANGKA KONSEP.........................................................................


A. Variabel..............................................................................................
B. Hipotesa..............................................................................................

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...........................................................


A. Jenis Penelitian...................................................................................
B. Populasi dan Sampel..........................................................................
C. Cara Pengumpulan Data.....................................................................
D. Alat Pengumpulan Data......................................................................
E. Rencana Pengelolaan dan Analisis Data............................................

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut

sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat

disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga

sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi, 2008). Sekitar 1 milyar manusia atau

1 dari 6 manusia di bumi ini adalah remaja dan 85% diantaranya hidup di negara

berkembang (UNFPA, 2000). Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual

meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada

tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan

remaja, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.

Permasalahan remaja saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini

ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi. Remaja perempuan dan laki-laki yang tahu tentang masa subur baru

mencapai 29,0 % dan 32,3 %. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang

mengetahui risiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali, masing-

masing baru mencapai 49,5 % dan 45,5 %.

Risiko kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berhubungan misalnya kebersihan organ-organ reproduksi, hubungan seksual

pranikah, akses terhadap pendidikan kesehatan, kekerasan seksual, pengaruh media

massa, gaya hidup yang bebas, penggunaan NAPZA, akses terhadap pelayanan
5

kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan kurangnya Kedekatan remaja dengan

kedua orangtuanya dan keluarganya (PATH, 2000). Pentingnya pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi, remaja perlu mendapat informasi yang cukup, sehingga

mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindari

(Wardah, 2007). Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara

benar, kita dapat menghindari hal-hal yang negatif yang mungkin akan dialami oleh

remaja yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi

remaja (Wardah, 2007).

Remaja juga perlu menyadari akan pentingnya pembuatan keputusan untuk

menolak setiap kegiatan seksual yang rentan terjadi pada masa remaja karena setiap

kegiatan seksual mempunyai risiko negatif tentang kesehatan reproduksinya.

Hubungan atau kontak seksual pada remaja di bawah 17 tahun juga berisiko terhadap

tumbuhnya sel kanker pada mulut rahim, penyakit menular seksual, HIV/AIDS,

melakukan aborsi, dan lebih jauh dapat menyebabkan komplikasi berupa ganguan

mental dan kepribadian pada remaja (Ernawati, 2007).

Remaja putri paling rentan dalam menghadapi masalah kesehatan sistem

reproduksinya. Hal ini dikarenakan secara anatomis, remaja putri lebih mudah

terkena infeksi dari luar karena bentuk dan letak organ reproduksinya yang dekat

dengan anus. Segi fisiologis, remaja putri akan mengalami menstruasi, sedangkan

masalah-masalah lain yang mungkin akan terjadi adalah kehamilan di luar nikah,

aborsi, dan perilaku seks di luar nikah yang berisiko terhadap kesehatan

reproduksinya. Segi sosial, remaja putri sering mendapatkan perlakuan kekerasan


6

seksual. Risiko kesehatan reproduksi remaja ini dapat ditekan dengan pengetahuan

yang baik tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

Pengetahuan tentang KRR ini dapat ditingkatkan dengan pendidikan

kesehatan reproduksi yang dimulai dari usia remaja. Pendidikan kesehatan

reproduksi di usia remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ

reproduksi, tetapi juga bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular

seksual dan kehamilan yang tidak diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi

(BKKBN, 2005).

Jumlah kasus HIV/AIDS dikomulatifkan berdasarkan pekerjaan maka anak

sekolah/mahasiswa menduduki peringkat ke-5 dengan jumlah 900 penderita. Dari

hasil wawancara siswa SMA Negeri 4 Langsa didapatkan 10 siswa belum

mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan penyalahgunaanya seperti seks diluar

nikah, serta belum paham mengenai penyakit IMS dan HIV/AIDS. Peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian bagaimana tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 4

Langsa tentang kesehatan reproduksi remaja.

B. Rumusan Masalah

“Adakah perbedaan tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 4 Langsa kelas XI

sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja?”


7

C. Tujuan

1. Umum

Mengetahui perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi siswi SMA Negeri

4 Langsa kelas XI sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang

kesehatan reproduksi remaja.

2. Khusus

1. Mengetahui gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi sebelum pemberian

pendidikan kesehatan siswi SMA Negeri 4 Langsa kelas XI

2. Mengetahui gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi setelah pemberian

pendidikan kesehatan reproduksi siswi SMA Negeri 4 Langsa kelas XI

3. Mengetahui perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi sebelum dan

sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi siswi SMA Negeri 4 Langsa

kelas XI

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Remaja

1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswi-siswi SMA Negeri 4 Langsa tentang

Kesehatan Reproduksi Remaja

2. Memberikan pandangan tentang dampak negatif dari kurangnya pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi

3. Untuk membuka wawasan tentang pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

sehingga terbentuk sikap seksual pranikah yang memadai.


8

2. Bagi Institusi pendidikan

Pihak institusi pendidikan, diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan

untuk lebih meningkatkan pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi

remaja dengan metode yang tepat dan efektif.

3. Bagi Profesi

Sebagai sumbangan aplikatif bagi tenaga kesehatan terutama bidan agar lebih

meningkatkan perhatian dalam memberikan informasi mengenai pengetahuan seksual

pranikah remaja dalam kaitannya dengan pembentukan sikap seksual pranikah

remaja.

4. Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih sering mengadakan kegiatan-

kegiatan mengenai pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi remaja di

seluruh sekolah-sekolah.

5. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti dan pengalaman peneliti dalam melakukan

penelitian.

E. Ruang Lingkup

Untuk menghidari luasnya permasalahan dan mengingat terbatasnya waktu,

biaya, dan tenaga, membahas ruang lingkup penelitiannya hanya pada reproduksi

remaja.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang

utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. AtauSuatu keadaan

dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan

fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. (WHO)

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial,

yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari sistem

reproduksi wanita. Pengetahuan kesehatan reproduksi sebaiknya dilakukan sejak

remaja, karena seseorang akan dapat mengenali kelainan pada kesehatan

reproduksinya sendini mungkin, terutama tentang menstruasi (Kinanti, 2009).

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut

sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat

disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga

sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi., 2008).

2. Konsep Seksualitas

Seksualitas adalah semua yang berhubungan dengan manusia sebagai

makhluk sosial (emosi, kepribadian, sikap dll). Kata seksualitas berasal dari kata

dasar seks yang memiliki beberapa arti :


10

1. Jenis kelamin : manusia dibedakan secara biologis berdasarkan jenis kelaminnya

yaitu laki-laki dan perempuan.

2. Reproduksi seksual : bagian-bagian tubuh tertentu laki-laki maupun perempuan

bisa menghasilkan bayi dengan kondisi-kondisi tertentu. Bagian tubuh tersebut

adalah alat atau organ reproduksi. Organ reproduksi laki-laki dan perempuan

berbeda karena memiliki fungsi yang berbeda.

3. Organ reproduksi : organ reproduksi laki-laki dan perempuan terdiri atas organ

bagian luar dan organ bagian dalam. Organ reproduksi perempuan antara

lain vagina dan rahim, sedangkan organ reproduksi laki-laki antara

lain penis dan testis.

4. Rangsangan atau gairah seksual : rangsangan seksual dapat disebabkan perasaan

tertarik (seperti magnet) sehingga terasa ada getaran aneh yang muncul dalam

tubuh.

5. Hubungan seks : hubungan seks terjadi bila dua individu saling merasa

terangsang satu sama lain sampai organ seks satu sama lain saling bertemu dan

terjadi penetrasi.

6. Orientasi seksual adalah kecenderungan seseorang mencari pasangan seksualnya

berdasarkan jenis kelamin, yaitu :

1) Heteroseksual : tertarik pada jenis kelamin yang berbeda

2) Homoseksual : tertarik pada jenis kelamin yang sama. Misal gay pada laki –

laki dan lesbian pada perempuan.

3) Biseksual : tertarik pada dua jenis kelamin


11

4) Transeksual : tertarik pada sesama Janis yang mempunyai sifat bertolak

belakang dari kondisi fisiknya.

Kelainan perilaku seksual adalah kecenderungan seseorang untuk

memperoleh kepuasan seksual melalui tingkah laku tertentu yaitu :

1) Vayaurisme : memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip.

2) Fetithisme : memperoleh kepuasan seksual dengan benda mati untuk

merangsang.

3) Sadisme : memperoleh kepuasan seksual dengan melukai dan menyiksa

pasangannya.

4) Machosisme : memperoleh kepuasan seksual dengan melukai diri sendiri.

3. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami

masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19

tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth)

untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah

terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu

dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia

antara 10-24 tahun. Masa remaja merupakan usia di mana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun
12

psikologis. Pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi dan pada laki-laki

sudah mulai mampu menghasilkan sperma (Hurlock, 2009 ; Proverawati &

Misaroh, 2009).

2. Tumbuh Kembang Remaja

Tumbuh kembang remaja adalah pertumbuhan fisik atau tubuh dan

perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang remaja merupakan

proses atau tahap perubahan/transisi dari masa kanak – kanak menjadi dewasa yang

ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Perubahan tersebut meliputi.

1) Pubertas

Masa puber adalah masa seseorang mengalami perubahan fisik dan psikis.

Masa puber ditandai dengan kematangan organ – organ reproduksi primer (sperma,

ovum) maupun sekunder (kumis, rambut, payudara dan lain lain). Mengenai masa

puber berkisar antara umur 13 – 14 tahun pada laki laki dan 11 – 12 tahun pada

perempuan, pubertas perempuan lebih cepat dari pada laki – laki, dan pubertas

berakhir pada umur 17 – 18 tahun. Mengenai batas umur ini tidak mutlak karena

kondisi tubuh masing – masing berbeda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

antara lain gizi makanan, lingkungan keluarga, dan lain lain. Hal ini berpengaruh

pada perasaan dan emosi remaja (perubahan psikologisnya).

2) Perubahan Fisik Pada Perempuan

Pada perempuan hormon estrogen dan progesterone berperan aktif akan

menimbulakn perubahan fisik, tumbuh payudara, pinggul mulai melebar dan


13

membesar, tumbuh bulu – bulu halus disekitar ketiak dan vagina, mengalami haid

atau menstruasi.

Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam endometrium yang banyak

mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Menstruasi dimulai saat

pubertas berhenti sesaat waktu hamil dan menyusui dan berakhir saat menopause.

Seorang perempuan menopause terjadi pada umur sekitar 45 – 50 tahun.

Menstruasi mulai terjadi setelah buah dada mulai membesar, tumbuh rambut

disekitar alat vital dan vaginamengeluarkan cairan keputih – putihan. Perempuan

mengalami menstruasi kira – kira umur 9 tahun paling lambat kira – kira umur 16

tahun. Menstruasi akan terus berlangsung setiap bulan selama sel telur matang dan

tidak dibuahi sperma. Siklus menstruasi sekitar 25 – 32 hari tetapi ada yang kurang

maupun lebih dari proses yang normal. Siklus ini tidak selalu sama karena ditentukan

beberapa faktor antara lain gizi, stres, kelelahan, usia, dan pada masa remaja

biasanya mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju atau mundur, karena

hormone seksualnya belum stabil.

3) Perubahan Fisik Pada Laki- laki

Pada laki – laki hormon testoteron akan membantu tumbuhnya bulu – bulu

halus di sekitar ketiak, kemaluan, wajah, (jenggot dan kumis), terjadi perubahan

suara pada laki –laki, tumbuhnya jerawat, dan dimulai reproduksi sperma yang pada

waktu tertentu keluar mimpi basah. Pada saat laki – laki mimpi basah secara

ilmiah sperma akan keluar saat tidur saat mimpi tentang seks.
14

4) Perubahan Psikologis pada Perempuan dan Laki – laki

a) Perubahan kebutuhan, konflik nilai pada keluarga dengan lingkungan dan

perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitif.

b) Remaja sering bersikap irasional mudah tersinggung, stress.

c) Ciri – ciri tingkah laku remaja yang sedang puber :

(1) Mulai meninggalkan ketergantungan pada keluarga dan kenangan masa

kecil.

(2) Butuh diterima kelompoknya.

(3) Mulai banyak menghabiskan waktunya dengan teman – teman sebaya.

(4) Mulai mempelajari sikap serta pandangan yang berbeda antara keluarganya

dengan lingkungan sekitar (tentang moral, seksualitas dll).

(5) Mulai menghadapi konflik dan memutuskan apa saja norma yang harus

diambil dari lingkungan sekitar serta berapa banyak ajaran orang tuanya

yang dia tolak.

(6) Mulai muncul kebutuhan akan privasi.

(7) Mulai muncul kebutuhan keintiman dan eksrpresi erotik.

(8) Mulai memperhatikan penampilannya.

(9) Tertarik pada lawan Janis.

(10) Ingin menjalin hubungan dengan lawan jenisnya.


15

4. Organ dan Fungsi Reproduksi

1. Organ dan fungsi reproduksi wanita

1) Alat kelamin bagian luar

a) Mons feneris

Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang

kemaluan.

b) Labia mayora (bibir besar)

Bagian luar labia mayor terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan

kelenjar keringat, bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak,

bagian ini banyak mengandung ujung saraf sehingga sensitif saat berhubungan seks.

c) Labia minora (bibir kecil)

Lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian depannya

mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah sehingga dapat

menjadi besar ketika keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan dengan

kulit skrotumpada pria.

d) Klitoris

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria. Mengandung banyak

pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat berhubungan seks.

e) Vestibulum

Bagian ini dibatasi oleh kedua labia kanan – kiri dan bagian atas

oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada


16

bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama) saluran kencing,

kelenjar bartholini, dan kelenjar skene (kelenjar – kelenjar ini akan mengeluarkan

cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga

memudahkan penetrasi penis)

f) Hymen (selaput dara)

Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada

umumnya hymen berlubang sehingga menjadi salluran aliran darah menstruasi atau

cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium(lapisan dalam

rahim). Pada saat hubungan seks pertama kali hymen akan robek dan mengeluarkan

darah. Setelah melahirkan hymen merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule

mirtiformis.

2) Alat Kelamin Wanita Bagian Dalam

a) Vagina (saluran senggama)

Yaitu sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter dinding depan ± 6.5

cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastik dengan berlipat – lipat.

Fungsinya sebagai tempat penis berada pada waktu senggama, tempat keluarnya

menstruasi dan bayi

b) Cervix (leher rahim)

Bagian bawah rahim bagian luar ditetapkan sebagai batas penis waktu masuk

ke dalam vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahim membuka sehingga bayi

dapat keluar.
17

c) Uterus (rahim)

Tempat calon bayi dibesarkan, bentuknya seperti buah alpukat gepeng dan

berat normalnya antara 30 – 50 gr. Pada saat tidak hamil besar rahim kurang lebih

sebesar telur ayam kampung, dindingnya terdiri dari :

(1) Lapisan parametrium adalah lapisan yang paling luar dan lapisan yang

berhubungan dengan rongga perut.

(2) Lapisan miometrium adalah lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar dari

proses persalinan kontraksi.

(3) Lapisan endometrium adalah lapisan dalam tempat menempelnya sel telur yang

sudah dibuahi. Lapisanendometrium terdiri dari lapisan kelenjar yang dipenuhi

berisi pembuluh darah.

d) Tuba falopi (saluran telur)

Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk dilalui oleh ovum dari

indung telur menuju rahim dan tempat pembuahan (bertemunya ovum dan sperma).

Ujungnya berbentuk fimbria.

e) Fimbria (umbai – umbai)

Dapat dianalogikan dengan jari – jari tangan. Umbai – imbai ini berfungsi

untuk menangkap ovum yang dikeluarkan indung telur.

f) Ovarium (indung telur)

Organ dikiri dan kanan rahim di ujung saluran fimbria dan terletak di rongga

pinggul indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur, sebulan sekali indung telur

kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang
18

dihasilkan indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma. bila tidak dibuahi maka

akan ikut keluar pada saat menstruasi.

3) Organ dan fungsi reproduksi laki – laki.

1) Penis

Berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai pembuangan sperma dan air

seni. Pada keadaan biasa, penis tergantung di muka scrotum, sedangkan pada waktu

terangsang seksual banyak darah yang dipompakan ke dalam jaringan erektil tersebut

sedangkan pengeluaran darahnya tertahan. Dengan demikian penis terpompa penuh

dengan darah dan berubah menjadi tegang, keras dan besar. Keadaan seperti ini

disebut ereksi. Ereksi dapat terjadi karena rangsangan seksual dan pada dini hari

karena meningkatnya hormone testoteron dan penuhnya kandung kencing.

2) Glands

Bagian depan atau kepala penis. Glands banyak mengandung pembuluh darah

dan syaraf. Kulit yang menutupi bagianglands disebut foreskin. Dibeberapa Negara

memiliki kebiasaan membersihkan daerah sekitar preputium ini atau yang dikenal

dengan sunat. Sunat dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga

mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan beberapa macam kanker.

3) Uretra (saluran kencing)

Saluran untuk mengeluarkan air seni dan air mani.

4) Vas deferens
19

Saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju prostat. Vas

deferens panjangnya ± 4.5 cm dengan diameter ± 2.5 mm.

5) Epidydimis

Saluran-saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok yang membentuk

bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh testis kecil akan berkumpul

di epidydimis.

6) Testis (pelir)

Berjumlah dua buah untuk memperoduksi sperma setiap hari dengan

bantuan testoteron, testis berada didalamscrotum, diluar rongga panggul karena

pertumbuhan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu tubuh.

Sperma yaitu sel yang berbentuk seperti berudu berekor hasil dari testis yang

dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur

yang matang akan terjadi pembuahan.

7) Scrotum

Kantung kulit yang melindungi testis berwarna gelap dan berlipat –

lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnyatestis. Scrotum mengandung otot polos

yang mengatur jarak jauh testis kedinding perut dengan maksud mengatur

suhu testis agar relatif tetap.

8) Kelenjar prostat
20

Merupakan pembentukan cairan yang akan bersama sama keluar saat

ejakulasi dalam hubungan seksual. Kelenjar ini berada dibagian dalam dan berfungsi

membentuk cairan pendukung sperma.

9) Vesikula seminalis

Fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat

10) Kandung kencing

Tempat penampungan sementara air yang berasal dari ginjal (air seni)

5. Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan merupakan suatu bentuk alamiah reproduksi manusia yaitu proses

regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel telur dan sel sperma yang membentuk

suatu embrio yang merupakan cikal bakal janin, dan berkembang didalam rahim

sampai akhirnya dilahirkan sebagai bayi.

2. Kondisi yang menyebabkan kehamilan

Usia subur adalah usai seseorang individu secara seksual sudah matang pada

umur yang bervariasi untuk pria dan wanita. Untuk pria dimulai

diproduksinya sperma biasanya ditandai dengan mimpi basah. Untuk perempuan

dimulai sejak diproduksinya sel telur ditandai dengan terjadinya menstruasi.

Kehamilan diawali dengan keluarnya sel telur yang telah matang dari indung

telur bertemu dengan sperma yang masuk dan membentuk sel yang akan tumbuh

menjadi zygot. Zygot akan membelah dari satu sel menjadi dua sel lalu membelah
21

menjadi empat sel dan seterusnya berkembang bergerak menuju rahim. Dirahim hasil

konsepsi tersebut akan menanamkan diri pada dinding rahim, sel yang tertanam

disebut embrio. Jika embrio bertahan hingga dua bulan akan disebut janin sampai

pada saat bayi dilahirkan.

3. Tanda – tanda kehamilan

1) Terlambat haid

2) Pusing, mual, muntah pada pagi hari (morning sickness)

3) Buah dada membesar

4) Daerah sekitar puting susu agak gelap

5) Perut membesar

6) Terdengar detak jantung janin

7) Ibu merasakan gerakan janin

8) Teraba bagian bayi

9) Terlihatnya janin melalui usg

4. Keadaan ideal untuk hamil

1) Kesiapan fisik

2) Kesiapan mental/emosional/psikologis

3) Kesiapan sosial ekonomi

5. Hubungan Pranikah

Kehamilan yang tidak diinginkan: kehamilan yang tidak diharapakan oleh

salah satu atau kedua orang tua bayi.

6. Sebab – sebab kehamilan yang tidak diinginkan :


22

1) Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang perilaku seksual

2) Akibat pemerkosaan, diantaranya dilakukan oleh teman kencannya sendiri

3) Tidak menggunakan alat kontrasepsi

4) Kegagalan menggunakan alat kontrasepsi tanpa pengetahuan yang cukup tentang

metode kontrasepsi yang benar.

7. Dampak dari kehamilan yang tidak diinginkan

1) Perdarahan, komplikasi, kehamilan bermasalah

2) Tidak percaya diri malu dan stress

3) Dropp out sekolah dan dikucilkan masyarakat

4) Aborsi yang dapat menyebabkan perdarahan, infeksi alat reproduksi, robeknya

rahim.

B. Etiologi

Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan

alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah,

penyakit menular seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan

kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja

dengan keluarganya.

1. Kebersihan organ-organ genital

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut

dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi

lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan

pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila
23

tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya

dekat dengan anus.

2. Akses terhadap pendidikan kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan

reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-

hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus

berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat,

kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam

lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan

kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-

organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS),

danabstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui tentang

kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-

hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut

berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya

perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut

rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram

dari remaja tersebut.

2. Hubungan seksual pranikah


24

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang

lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun.

Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko

kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan

yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang

berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil

misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya

secara umum.

Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan

aborsi. Banyak surveiyang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan

bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah

kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja

seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang

lebih tua. Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan

kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi dari

aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of

Life yaitu:

1) Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

2) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

3) Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

4) Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

5) Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat

pada anak berikutnya.


25

6) Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).

7) Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

8) Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

9) Kanker hati (Liver Cancer).

10) Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat

pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

11) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).

12) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

13) Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu

adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti

berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan

perilaku pencobaan bunuh diri.

3. Penyalahgunaan NAPZA

1) Pengertian Narkoba

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia

baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya

(Kurniawan, 2008).

Narkoba dibagi dalam 3 jenis :

a) Narkotika
26

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,

dan dapat menimbulkan ketergantungan, atau ketagihan yang sangat berat

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997).

Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :

(1) Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif

sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk

kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh :

ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.

(2) Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi

bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan

turunannya, benzetidin, betametadol.

(3) Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,

tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan

turunannya (Martono, 2006).

b) Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan

narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku,

digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 5 tahun 1997).

Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :


27

(1) Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk

menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan,

dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy

menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal

berisi zat menthaphetamin).

(2) Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk

menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan

penelitian. Contoh : ampetamin dan metapetamin

(3) Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna

untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.

(4) Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk

pengobatan dan penelitian. Contoh:nitra zepam, diazepam (Martono, 2006).

c) Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang

dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :

(1) Rokok

(2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan

ketagihan.

(3) Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin

yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).

4. Media massa

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup

berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan


28

reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa,

remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga

kesehatan reproduksinya.

5. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan

tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit,

klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang

mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang

kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang

benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan

pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang

berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.

6. Hubungan harmonis dengan keluarga

Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan

perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah

keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling

dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja

juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang

perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam

keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus

dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga

kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.


29

7. Penyakit Infeksi Menular Seksual dan HIV / AIDS

a. IMS

IMS adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Hal

ini lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti

pasangan.

1) Bahaya IMS

a) Kemandulan pada pria dan wanita

b) Kematian

c) Kanker serviks

d) Keguguran

e) IMS menular pada bayi yang dikandung

f) Memudahkan penularan HIV

2) Jenis – jenis IMS

a) Gonore (kencing nanah)

b) Sifilis (raja singa)

c) Herpes genetalis

d) Trikomonas vaginalis

e) Chancroid / sancroid (ulkus molle / koreng)

f) Candiloma acuminate (jengger ayam)

g) Candidiasis (jamur)

h) Kutu pubis (kutu kelamin)

i) Hepatitis B
30

j) HIV / AIDS

3) Cara penjegahan IMS

Cara pencegahan IMS dapat dilakuakn sebagian berikut dengan ABCDE :

a) Abstinence : tidak melakukan hubungan seksual sebelum nikah

b) Be faithfull : melakukan hubungan seks pada pasangan yang sah saja ayau pada

pasangan suami istri

c) Condom : menggunakan kondom seandainya salah satu dari pasangan mengidap

IMS (khusus pada pasangan suami istri)

d) Drugs : tidak menggunakan atau mengkonsumsi NAPZA

e) Equipment : jangan menggunakan peralatan yang tidak steril dan bergantian

(jarum suntik, pisau cukur, jarum tattoo, tindik kuping)

4) Pengobatan

IMS disebabkan oleh bakteri yang dapat disembuhkan. Sedangkan yang

disebabkan oleh virus tidak dapat disembuhkan.

5) HIV dan AIDS

HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang menyebabkan

AIDS. HIV merusak system kekebalan tubuh sehingga tubuh mengalami kesulitan

untuk melawan beberapa jenis bibit penyakit, bakteri, virus, jamur, parasit dan

mikroba lainnya. Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) adalah mereka yang

terinfeksi HIV dan AIDS. Orang yang menderita HIV tidak sama dengan orang yang

mengidap AIDS. AIDS atau Acquired immunodeficiency syndromemerupakam


31

kumpulan gejala – gejala penyakit yang dikarenakan rusaknya system kekebalan

tubuh yang disebabkan oleh HIV.

6) Fase Perubahan HIV menjadi AIDS

Waktu yang dibutuhkan virus HIV berkembang menjadi AIDS sangat berbeda

pada setiap orang tergantung pada berbagai factor antara lain status kesehatan

seseorang dan perilaku sehat, termasuk perilaku seksual sehat. Ada 4 fase dalam

perkembangan HIV menjadi AIDS.

a) Fase I disebut dengan window period (periode jendela)

Individu sudah terpapar dan terinfeksi virus HIV, namun ciri – ciri terinfeksi

belum terlihat meskipun melakukan tes darah. Pada fase ini antibody seseorang

terhadap HIV belum terbentuk. Fase ini berkisar 1 – 6 bulan dari waktu individu

terpapar.

b) Fase II

Fase berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 2 – 8 tahun setelah terinfeksi virus

HIV. Pada fase ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit,

tetapi sudah dapat menularkan pada orang lain.

c) Fase III

Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit yang disebut dengan penyakit

terkait dengan HIV. Tahap ini belum dapat disebut sebagai gejala AIDS. Gejala –

gejala yang berkaitan antara lain keluar keringat berlebih pada malam hari, diare

terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh –
32

sembuh, nafsu makan menjadi berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan

yang terus berkurang. Pada fase ketiga ini system kekebalan tubuh mulai berkurang.

d) Fase IV

Sudah masuk pada fase AIDS dan baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan

tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Pada fase ini timbul penyakit

tertentu yang disebut dengan infeksi opportunistic yaitu kanker kulit atausarcoma

Kaposi, sariawan, infeksi paru – paru yang dapat menyebabkan radang paru – paru

dan kesulitan bernafas, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu –

minggu dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.

7) Penularan HIV dan AIDS

a) Media penularan HIV dan AIDS

(1) Cairan darah, bisa berasal dari luka, alat suntuk, pisau cukur, jarum tattoo, dan

tindik kuping.

(2) Cairan sperma

(3) Cairan vagina

b) Cara penularan yang paling umum adalah melalui:

(1) Hubungan seksual (vagina, rectal, oral) dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa

menggunkan pengaman seperti kondom Penggunaan jarum suntik secara

bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.

(2) Transfusi darah yang mengandung virus HIV.


33

(3) Ibu yang HIV positif pada bayinya selama kehamilan, pada saat persalinan atau

setelah melahirkan, melalui air susu ibu yang tercemar darah Karena luka putting

susu.

8) HIV tidak menular melalui :

a) Bersalaman

b) Berpelukan

c) Berciuman tanpa menimbulkan luka

d) Batuk

e) Bersin

f) Gigitan nyamuk

g) Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan

h) Telepon

i) Kamar mandi

j) Kamar tidur

k) Bekerja

l) Bersekolah

m) Berkendaraan bersama

n) Memakai fasilitas umum seperti kolam renang dan wc umum.

9) Tindakan Pencegahan HIV dan AIDS

HIV dan AIDS dapat dicegah dengan formula ABCDE :

a) Abstinence : tidak melakukan hubungan seksual sebelum nikah


34

b) Be faithfull : melakukan hubungan seks pada pasangan yang sah saja ayau pada

pasangan suami istri

c) Condom : menggunakan kondom seandainya salah satu dari pasangan mengidap

IMS (khusus pada pasangan suami istri)

d) Drugs : tidak menggunakan atau mengkonsumsi NAPZA

e) Equipment : jangan menggunakan peralatan yang tidak steril dan bergantian

(jarum suntik, pisau cukur, jarum tattoo, tindik kuping)

10) Pemeriksaan HIV dan AIDS

Tes HIV adalah tes yang dilakukan untuk memastikan apakah individu yang

bersangkutan telah dinyatakan terkena HIV atau tidak. Tes HIV berfungsi untuk

mengetahui adanya antibody terhadap HIV atau mengetes adanya antigen HIV dalam

darah. Ada beberapa jenis tes yang biasanya dilakukan diantaranya yaitu

tes elisa, tes dipstick, tes western blot.

Masing – masing alat tes memiliki sensitifitas atau kemampuan untuk

menemukan orang yang mengidap HIV dan spesifitas atau kemampuan untuk

menemukan individu yang tidak mengidap HIV. Untuk tes anti body HIV

semacamElisa memiliki sensitifitas yang tinggi. Dengan kata lain presentasi

pengidap HIV yang memberikan hasil negatif palsu sangat kecil. Sedangkan

spesifitasnya adalah antara 99,7 % – 99,90 % dalam arti 0,1% – 0,3% dari semua

orang yang tidak berantibody HIV akan di tes positif untuk antibody tersebut. Untuk

itu hasil elisa positif perlu diperiksa ulang (dikonfirmasi) dengan metode western

blot yang mempunyai spesifisitas lebih tinggi.


35

11) Pengobatan HIV dan AIDS

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegah HIV maupun obat yang

dapat menyembuhkan HIV dan AIDS. Obat – obatan yang selama ini digunakan

adalah obat yang hanya berfungsi untuk menghambat perkembangan virus HIV

dalam tubuh. Obat – obat tersebut adalah obat antiretrovirat (ARV) dan obat – obat

infeksi oportunistik.

8. Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa

peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja,

akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang sesuatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek

positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
36

terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),

salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh

dari pengalaman sendiri.

2) Merupakan Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007),

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh bahan yangdipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.


37

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap sutu materi atau objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007)

yaitu:

1) Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang

ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggin

sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

2) Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena

informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan

agama yang dianut.


38

3) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan

mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

4) Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang

tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka

pengalaman akan semakin banyak.

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoatmodjo, 2003:11)

adalah sebagai berikut :

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.

Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat

bauk formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai

prinsip orang lain yang menerima mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu

atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.
39

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

9. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula – mula dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561 – 1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir

sesuatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan

penelitian ilmiah.

1. Proses prilaku “tahu”

Menurut rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku

adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung

maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi

perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Kesadaran (Awareness), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu

b. Interest, yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation, yakni orang tersebut menimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya

d. Trial, orang tersebut mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, yakni subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus.


40

Pada penelitian selanjutnya, Notoatmodjo (2003), menyimpulkan bahwa

pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh

pengetahuan, kesadaran yang positif, mka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(ling lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung

lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikisis, dan

sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti

pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya yang ditentukan dan

dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

10. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Faktor internal

1) Pendidikan Kesehatan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keslamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan Kesehatan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya

hal hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Menurut

Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan

serta dalam pembangunan (Nursalam,2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.


41

2) Umur

Menurut Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin

cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini akan sebagai

pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan

Menurut Nursalam (2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat dipengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial budaya

System sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat dipengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi.

11. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dari

interpretasi dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : hasil presentase 76 % – 100 %

2) Cukup : hasil presentase 56 % – 75 %

3) Kurang : hasil presentase < 56 %.


42

7. Metode dan Media Promosi Kesehatan

Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan

atau usaha menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,

kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh

terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan diharapkan

akan membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran

(Notoatmojo, 2010)

1. Metode promosi kesehatan

a. Metode promosi individual

Metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru

atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku

atau inovasi (Notoatmodjo, 2010)

Bentuk- bentuk pendekatan individual adalah :

(a) Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikomunikasikan dan dibantu

penyelesaianya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan

penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

(b) Interview

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara

antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak
43

atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan. Untuk

mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai

dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan

yang lebih mendalam lagi.

b. Metode promosi kelompok

Dalam memilih metode promosi kelompok harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Efektifitas suatu

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

a) Kelompok besar

Kelompok besar bila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang, metode yang

digunakan adalah :

1) Ceramah

Metode in baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

2) seminar.

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dinggap hangat

dimasyarakat.

b) Kelompok kecil

Kelompok kecil bila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang, metode yang

digunakan adalah :

1) Diskusi kelompok
44

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian

rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama

lain. Pemimpin diskusi juga harus duduk diantara peserta sehingga tidak

menimbulkan kesan yang lebih tinggi.

2) Curah pendapat

Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaan

pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta

memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Kemudian jawaban-jawaban

tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua

peserta mencurahkan mengemukakan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh

siapa pun, baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota

dapat mengomentari dan akhirnya menjadi diskusi.

3) Bola salju

Kelompok dibagi pasang –pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian

dilontarkan satu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2

pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan

mencari kesimpulan. Kemudian setiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang

ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga

akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.


45

4) Kelompok-kelompok kecil

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz

group) yang kemudian diberi satu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan

kelompok lain. Selanjutnya hasil diskusi tiap kelompok didiskusikan kembali dan

dicari kesimpulannya.

5) Memainkan peran (Role play)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditujukan sebagai pemegang

peran tertentu untuk memainkan peranan, mereka memperagakan bagaimana

interaksi atau komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan simulasi

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.

Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti

permainan monopoli.

b. Metode promosi kesehatan massa

Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang

sifatnya massa atau publik. Pendekatan yang digunakan adalah awarenessatau

kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk

sampai pada perubahan perilaku. Metode yang digunakan adalah :

a) Ceramah umum (public speaking)

b) Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV

maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.


46

c) Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya

tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan

pendekatan pendidikan kesehatan masa.

d) Tulisan-tulisan dimajalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel maupaun Tanya

jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit adalah merupakan bentuk

pendekatan promosi kesehatan massa.

e) Bill board, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga

merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

c. Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sasaran atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik

itu melalui media cetak, elektronika (TV, radio, komputer) dan media diluar ruang,

sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat

berubah perilakunya kea rah positif terhadap kesehatan.

1) Tujuan media promosi kesehatan

Adapun beberapa tujuan atau alas an mengapa media sangat diperlukan di

dalam pelaksanaan promosi kesehtaan antara lain:

a) Media dapat mempermudah penyampaian informasi

b) Media dapat menghindari kesalahan persepsi

c) Dapat memperjelas informasi

d) Media dapat mempermudah pengertian

e) Mengurangi komunikasi yang verbalistik

f) Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata


47

g) Memperlancar komunikasi

2) Penggolongan media promosi kesehatan

Penggolongan media promosi kesehatan ini dapat ditinjau dari berbagai

aspek, antara lain :

a) Berdasarkan bentuk umum penggunaanya

Berdasarkan bentuk umum penggunaan media promosi dalam rangka promosi

kesehatan, dibedakan menjadi :

(1) Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, bulletin.

(2) Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, tranparan, slide, film.

3) Berdasarkan cara produksi

Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan di kelompokan menjadi:

(1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.

Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau

foto dalam tata warna. Adapun macamnya adalah :

(a) Poster

(b) Leaflet

(c) Brosur

(d) Majalah

(e) Surat kabar

(f) Lembar balik

(g) Sticker dan pamphlet

Fungsi utama media cetak adalah memberi informasi dan menghibur.

Kelebihan dan kelemahan media cetak.


48

1) Kelebihannya :

a) Tahan lama

b) Mencakup banyak orang

c) Biaya tidak tinggi

d) Tidak perlu listrik

e) Dapat dibawa kemana-mana

f) Dapat mengungkit rasa keindahan

g) Mempermudah pemahaman

h) Meningkatkan gairah belajar

2) Kelemahan

a) Media in tidak menstimulir efek suara dan efek gerak

b) Mudah terlipat

(2) Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan

didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun

macam-macam media tersebut adalah :

(a) TV

(b) Radio

(c) Film

(d) Video film

(e) Cassette

(f) CD

(g) VCD
49

Kelebihan dan kelemahan media elektronik.

1) Kelebihannya

(a) Sudah dikenal masyarakat

(b) Mengikutsertakan semua panca indra

(c) Lebih mudah dipahami

(d) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak

(e) Bertatap muka

(f) Penyajian dapat dikendalikan

(g) Jangkauan relatif lebih besar

(h) Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang

2) Kelemahannya

(a) Biaya lebih tinggi

(b) Sedikit rumit

(c) Perlu listrik

(d) Perlu alat canggih untuk produksinya

(e) Perlu persiapan matang

(f) Peralatan selalu berkembang dan berubah

(g) Perlu ketrampilan penyimpanan

(h) Perlu trampil dalam pengoperasian

(3) Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar ruang secara

umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya


50

(a) Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum

diperjalanan

(b) Spanduk yaitu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat diatas

secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang disuatu tempat

strategis agar dapat dilihat oleh semua orang

(c) Pameran

(d) Banner

(e) TV layar lebar

Kelebihan dan kelemahan media luar ruang:

1) Kelebihannya

a) Sebagai informasi umum dan hiburan

b) Mengikutsertakan semua panca indra

c) Lebih mudah dipahami

d) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak

e) Bertatap muka

f) Penyajian dapat dikendalikan jangkauan relatif lebih besar

g) Menjadi tempat bertanya lebih detail

h) Dapat menggunakan semua panca indra secara langsung.

2) Kelemahannya

a) Biaya lebih tinggi

b) Sedikit rumit

c) Ada yang memerlukan listrik


51

d) Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya

e) Perlu persiapan matang

f) Peralatan selalu berkembang dan berubah

g) Perlu ketrampilan penyimpanan

h) Perlu ketrampilan dalam pengoperasiaannya

Penyerapan materi dalam promosi kesehatan (Depkes RI, 2004)

1. Melalui indra perasa : 1%

2. Melalui indra peraba : 2%

3. Melalui indra pencium : 3%

4. Melalui indra pendengar : 11%

5. Melalui indra penglihatan : 83%

6. Presentasi yang dapat diingat jika menggunakan lebih dari 1 indra

(Depkes RI, 2004)

1. 10% dari yang kita baca

2. 20% dari yang kita dengar

3. 30% dari yang kita lihat

4. 50% dari yang kita lihat dan dengar

5. 80% dari yang kita ucapkan

6. 90% dari yang kita ucapkan dan lakukan


52

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Variabel

Menurut Albar Lukman 2009, banyak faktor yang mempengaruhi

reproduksi remaja, faktor-faktor tersebut yaitu faktor demografis faktor lingkungan

sosial faktor psikologis dan faktor sosial kultural.

Berdasarkan latar belakang di atas, susunan kerangka konsep sebagai

berikut :

Variabel independen variabel dependent

1. Faktor kepribadian
2.
2. Keluarga Reproduksi remaja

3. Pengaruh teman
4. iklan

B. Hipotesa

Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu: reproduksi remaja berdasarkan

faktor lingkungan yang mempengaruhi.


53

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional

yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi reproduksi pada remaja

SMA Negeri 4 Langsa Tahun 2017.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di SMA Negeri 4 Langsa

yang berjumlah 618 remaja.


2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah remaja di SMA Negeri 4 Langsa.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel random sampling ya

itu dimana setiap elemen di seleksi secara acak. Kriteria sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Remaja yang berusia 16 - 19 tahun


b. Remaja yang tersedia menjadi responden yang dinyatakan secara tertulis

C. Cara Pengumpulan Data

Penulis melakukan observasi langsung ke lapangan yaitu SMA Negeri 4 Langsa.


54

D. Alat Pengumpulan Data

1. Kuesioner

2. Wawancara

E. Rencana Pengelolaan dan Analisis Data

1. Pengolahan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mengguanakan

kuesioner dengan jumlah pernyataan pada setiap variabel masing masing 5

pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan pada variabel penelitian menggunakan

skala menurut nursalam dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Dalam bentuk

dichotomy questional. Jika responden menjawab ya berarti mendukung dan

tidak berarti tidak mendukung.


Setelah mengguanakan semua kuesioner dari responden terkumpul

maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan mengguanakan teknik

manual menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :


1. Editing yaitu data yang telah dikumpulkan diperiksa kebenarannya
2. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan

memberikan code.
3. Scoring yaitu memberikan skor pada setiap pernyataan yang diajukan
4. Tabulating yaitu data yang dikumpulkan di tabulasi dalam tabel distribusi

fekuensi

2. Analisis Data
Data yang telah diolah selanjutnya dianalisa dan hasil analisa disajikan

dalam bentuk tabel frekuensi dengan rumus:


F
P= x100%
N
KET : P = Angka persentase
F = Frekuensi yang dicari persentasenya
n = Jumlah seluruh respondent
55

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Penerbit
Bakti Husada.

Devi, H. 1994. Obstetri dan Genekologi. Edisi 2. Penerbit Widya Medika. Jakarta.

Dinkes NAD. 2009. Profil Kesehatan Provinsi NAD Tahun 2009 Data 2008.
http://www.dinkesaceh.go.id (dikutip tanggal 18 Juni 2010).

Faizal. 2009. Agar Janin Tidak Meninggal Dalam Kadungan. http://irsyadfaizal.


wordpress.com (dikutip tanggal 20 Juni 2010).

Hasan, R. 2007. Buku Kuliah 3: Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit FKUI. Jakarta.

Maimunah, S. 2005. Kamus Istilah Kebidanan. Penerbit EGC. Jakarta.


56

Manuaba, S. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.

Markum, A.H dkk. 1996. Ilmu Kesehatan. Anak Jilid 1. Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Nasdaldy. 2008. Kematian Janin di Dalam Kandungan. http://www.tabloid-


nakita.com (dikutip tanggal 20 Juni 2010).

Nelson, WE. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1 Edisi 15. Penerbit EGC. Jakarta.

Nurdiana. 2009. Pentingnya Keterampilan Interpersonal. http://mediainfopintar.


blogspot.com (dikutip tanggal 06 Agustus 2010).

Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta.
Rachmad DSOG. Congenital. http://www.angelfire.com/ga (dikutip tanggal 06
Agustus 2010).

Rosfanty. 2009. Kematian Janin Dalam Kandungan – IUFD. http://dokterrosfanty.


glogsport.com (dikutip tanggal 20 Juni 2010).

Rustam Muchtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

____________, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Sarimawar. 2003. Neonatal: Sistem Pelayanan Kesehatan. http://Sarimd @litbang.


depkes.go.id (dikutip tanggal 15 Juni 2010).

Anda mungkin juga menyukai