Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK TAYANGAN SINETRON TERHADAP PERILAKU ANAK

Aulia Brilliany Wibowo1


211810204@stis.ac.id

Abstrak
Di era globalisasi ini, manusia tidak bisa terlepas dari media elektronik, salah
satunya televisi. Adanya televisi dapat menambah wawasan sekaligus
menghilangkan stress. Tayangan sinetron adalah salah satu acara yang sitayangkan
oleh televisi. Di Indonesia, sinetron digemari oleh berbagai kalangan, mulai orang
tua, remaja, sampai anak-anak. Sinetron yang ditonton oleh anak-anak dapat
berdampak buruk bagi mereka. Anak-anak yang kurang mendapatkan pengontrolan
dari orang tua, mendapatkan kesempatan luas untuk melakukan peniruan terhadap aksi-
aksi yang selayaknya tidak dilakukan oleh mereka. artikel ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana dampak tayangan sinetron terhadap perilaku anak. Hasil
pembahasan artikel ini menunjukkan bahwa sinetron cenderung berdampak buruk
terhadap perilaku anak. Dengan adanya artikel ini, diharapkan menyadarkan
masyarakat akan adanya dampak buruk tayangan sinetron terhadap perilaku anak,
sehingga masyarakat dapat mengantisipasi dampak tersebut agar anak-anak tidak
memiliki moral yang buruk.
Kata kunci: media elektronik, tayangan sinetron, perilaku anak

A. Pendahuluan

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang pada era globalisasi ini tidak bisa
terlepas dari media elektronik, salah satunya televisi. Dengan televisi, orang-orang
dapat menambah wawasannya sekaligus menghilangkan stress. Berbagai macam
acara ditayangkan oleh televisi, mulai acara yang bersifat memberi informasi dan
pengetahuan sampai acara televisi yang memberi tayangan tentang kehidupan yang
berkonotasi negatif.
Berdasarkan data laporan akhir tahun 2015, KPID Jawa Barat mencatat, sanksi
terbanyak yang dijatuhkan ke televisi adalah karena menayangkan siaran kekerasan,
yakni 49 keputusan sanksi yang bersumber dari tayangan berita, film, dan sinetron.
Keputusan sanksi KPID Jawa Barat itu pun tidak sekedar hasil temuan dengan rujukan
dari UU Penyiaran dan P3-SPS tetepi juga dari pengaduan masyarakat. KPID Jawa
Barat menerima 372 pengaduan yang 127 pengaduan atau sekitar 35% diantaranya

1
Aulia Brilliany Wibowo. Mahasiswi program studi D4 Statistika Politeknik Statistika STIS.

1
merupakan pengaduan terhadap tindak kekerasn yang ditayangkan di televisi (Hikmat,
2016:26).
Dari banyaknya acara yang ditayangkan televisi, sinetron menjadi acara yang
banyak digemari orang, mulai dari kalangan orang tua, remaja, sampai anak-anak
yang dibiarkan begitu saja oleh orang tua mereka. Anak-anak yang kurang
mendapatkan pengontrolan dari orang tua, mendapatkan kesempatan luas untuk
melakukan peniruan terhadap aksi-aksi yang selayaknya tidak dilakukan oleh
mereka. Inilah salah satu hal yang menjadikan perkembangan perilaku anak
menjadi terganggu karena pola perilaku mereka yang dipengaruhi oleh tayangan
yang tidak layak untuk konsumsi. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana dampak tayangan sinetron terhadap perilaku anak. Dengan
adanya artikel ini, diharapkan menyadarkan masyarakat akan adanya dampak buruk
tayangan sinetron terhadap perilaku anak, sehingga masyarakat dapat
mengantisipasi dampak tersebut agar anak-anak tidak memiliki moral yang buruk.
B. Pembahasan
a. Media Elektronik
Menurut KBBI, media adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran,
majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Sedangkan elektronik adalah
alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika. Jadi, media elektronik adalah
alat komunikasi yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika. Beberapa jenis
media elektronik yang banyak digunakan di Indonesia, antara lain televisi,
radio, telepon seluler, komputer, dan smartphone. Menurut KBBI, televisi
adalah sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui
kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya
(gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya
kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat
didengar. Televisi pada dasarnya mempunyai tiga fungsi, yakni fungsi
penerangan, pendidikan dan hiburan. Sebagai subsistem dari sistem negara dan
pemerintah, dimana suatu stasiun televisi beroperasi, maka sifat penerangan,
pendidikan dan hiburan yang disiarkannya kepada masyarakat tergantung pada
sistem negara dan pemerintah yang bersangkutan.

2
b. Tayangan Sinetron
Menurut KBBI, sinetron adalah film yang dibuat khusus untuk penayangan di
media elektronik, seperti televisi. Sinetron telah menjadi bagian dari wacana
publik dalam ruang sosial masyarakat. Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia
Nomor 02 Tahun 2007 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran pada Bab VIII
mengenai Penggolongan Program Siaran Televisi pasal 11, menjelaskan
bahwa:
a) Lembaga penyiaran televisi wajib mencantumkan atau menyebutkan
informasi klasifikasi program isi siaran berdasarkan usia khalayak
penonton di setiap acara yang disiarkan.
b) Penggolongan isi siaran diklasifikasikan dalam 4 kelompok usia, yaitu:
(a) Klasifikasi A: tayangan untuk anak, yakni khalayak berusia di bawah
12 tahun;
(b) Klasifikasi R: tayangan untuk remaja, yakni khalayak berusia 12-21
tahun;
(c) Klasifikasi D: tayangan untuk dewasa; dan
(d) Klasifikasi SU: tayangan untuk semua usia.
c) Untuk memudahkan khalayak penonton mengidentifikasi, informasi
penggolongan program isi siaran ini harus terlihat dilayar televisi di
sepanjang acara berlangsung.
d) Secara khusus atas program isi siaran yang berklasifikasi anak atau remaja,
lembaga penyiaran dapat memberi peringatan dan himbauan tambahan
bahwa materi program isi siaran klasifikasi anak atau remaja perlu
mendapatkan arahan dan bimbingan orang tua.
Jika kita amati, sinetron anak atau remaja di Indonesia seringkali bertema
vulgarisme, menantang, dan mengandung unsur pornografi. Peran yang
dimainkan remaja dan anak-anak dalam sinetron seringkali bertolak belakang
dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat
perkembangan psikologinya. Selain itu, banyak alur cerita sinetron yang
bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan norma agama dan adat ketimuran
yang berlaku.

3
c. Perilaku Anak
Perilaku anak yang menjadi fokus artikel ilmiah ini adalah perilaku
imitasi anak, perilaku sosial terhadap sebaya, dan perilaku sosial terhadap
orang tua. Monstessori (2008:280) yang mengungkapkan bahwa perilaku
terutama manusia idealnya adalah mengimitasi model yang memberikan
modelling, hal ini nampak pada penelitian yang dilakukan yakni dimana subjek
melakukan proses imitasi ketika menonton tayangan televisi, imitasi tersebut
menjadi awal bagi subjek dalam memproduksi perilaku dalam proses beriteraksi
dan besosialisasi.
d. Dampak Tayangan Sinetron terhadap Perilaku Anak
Menurut Astarini dalam penelitiannya, ditemukan beberapa perilaku
peniruan, perilaku sosial terhadap teman sebaya, dan perikalu sosial terhadap
orang tua. Beberapa peniruan yang dilakukan oleh anak setelah menonton
tayangan televisi sinetron diantaranya adalah:
1) Menirukan perilaku yang dilakukan oleh model dalam tayangan sinetron
2) Menirukan sikap perilaku yang dilakukan oleh model dalam tayangan sinetron
3) Menirukan dalam bentuk gerakan fisik
4) Menirukan dalam bentuk bahasa tubuh
5) Menirukan dalam bentuk verbal
Perilaku sosial anak terhadap teman sebanyanya setelah menonton tanyangan
sinetron di televisi ditemukan sebagai berikut:
1) Anak kurang mampu bermain dengan teman sebaya sesuai dengan konteks
bermain anak
2) Anak kurang mampu berkomunikasi dengan baik sesuai dengan konteks
pembicaraan anak
3) Anak kurang mampu berperilaku sesuai dengan usianya dengan teman
sebayanya
4) Anak kurang mampu menegelola hubungan baik dengan teman sebayanya
Beberapa perilaku sosial anak terhadap orang tua setelah menonton tayangan
sinetron di antaranya adalah :
1) Anak kurang mampu berinteraksi baik dengan orang tua
2) Anak kurang mampu menujukkan perilaku yang santun terhadap orang tua.

4
3) Anak kurang mampu berkomunikasi dengan baik kepada orang tua sesuai
dengan konteks percakapan anak terhadap orang tua
4) Anak kurang mampu menunjukkan perilaku positif terhadap orang tua sesuai
dengan konteks perilaku anak terhadap orang tua
Berdasarkan temuan tersebut, dapat diketahui bahwa tayangan sinetron
berdampak negatif terhadap perilaku anak. Anak sangat membutuhkan pengawasan
orang tua dalam menonton televisi. Orang tua mempunyai peran untuk membantu anak
dalam menyusun kembali pengetahuan yang mereka dapatkan dari tayangan televisi
serta memodifikasi skema yang telah dimiliki anak jika skema yang dimiliki anak
belum benar. Karena pada realitanya pengetahuan yang anak dari televisi lebih banyak
dampak negatifnya untuk era saat ini, fungsi dan peranan orang tua dalam
mendampingi anak menonton televisi sangat penting.
C. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tayangan sinetron
cenderung berdampak negatif terhadap perilaku anak. Tayangan sinetron
mempengaruhi perilaku imitasi anak, perilaku sosial anak terhadap teman
sebayanya, serta orang tuanya. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengawasi
anaknya saat menonton televisi sangat dibutuhkan.

Daftar Pustaka
Astarini, Novita. Studi Dampak Tavangan Televisi terhadap Perkembangan
Perilaku Sosial Anak.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (1998). Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Hikmat, M. M. (2016, Januari). Tahun Kekerasan Lembaga Penyiaran. Hlm. 26.
Komisi Penyiaran Indonesia. (2007). Pedoman Perilaku Penyiaran.
Montessori, M. (2008). The Absorbent Mind, Pikiran yang Mudah Menyerap.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai