Rangkuman Ilmu Dasar Keperawatan
Rangkuman Ilmu Dasar Keperawatan
Dosen Pengampu:
Ns. Rista Apriana, M.Kep
Dosen Pengampu :
Ns. Rista Apriana, M.Kep
A. PENGERTIAN LUKA
Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membrane dan tulang atau organ
tubuh lain. (Kozier, 1995).
Sedangkan Menurut Potter & Perry (2006) Luka merupakan rusaknya struktur dan
fungsi anatomis normal tubuh yang diakibatkan adanya proses patologis yang berasal dari
internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu.
2. Luka derajat II mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan mencapai
kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Luka dapat
sembuh 10–21 hari. Luka derajat ini tampak lebih pucat, terdapat
vesikel, edema dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial,
karena adanya kerusakan kapiler dan ujung syaraf di dermis. Juga
timbul berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena
permeabilitas dindingnya meninggi. Derajat dua ini dibedakan
menjadi:
♥ Derajat II A, dimana kerusakan mengenai bagian superfisial
dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10–14 hari.
♥ Derajat II B, dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis, terdapat
bula. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri.
Penyembuhan terjadi lebih lama dengan waktu lebih dari 1 bulan (Hettiaratchy,
2004).
3. Luka derajat tiga mengenai semua lapisan epidermis dan dermis
serta biasanya secara klinis tampak sebagai luka kering, luka
merah keputih-putihan, dan hitam keabu-abuan, tidak ada bula,
lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff.
Seringkali vena mengalami koagulasi dan dapat terlihat dari
permukaan kulit (Sabiston, 1987).
D. KLASIFIKASI LUKA
2. PROSES PENYEMBUHAN
Primer Sayatan bedah, Penyembuhan terjadi
Luka yang ditutup luka yang dijahit dengan epitelisasi;
atau dijepit sembuh dengan cepat
dengan pembentukan
bekas luka minimal.
Sekunder Ulkus dekubitus, Luka sembuh dengan
Tepi luka tidak diperkirakan luka bedah yang pembentukan jaringan
mengalami granulasi, kontraksi
kehilangan luka, dan epitelisasi
jaringan
Tersier Luka yang Penutupan luka ditunda
Luka dibiarkan terbuka selama beberapa hari, terkontaminasi hingga risiko infeksi
kemudian tepi luka diperkirakan dan memerlukan teratasi (Doughty and
observasi untuk Sparks-Defriese, 2012)
tanda-tanda
peradangan
PENILAIAN WARNA
A. Luka hitam
B. Luka kuning
C. Luka merah
D. Warna luka campuran
Stadium 1 : Luka dikatakan stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya
melibatkan lapisan epidermis, epidermis masih utuh atau tanpa merusak
epidermis. Epidermis hanya mengalami perubahan warna kemerahan, hangat
atau dingin (tergantung pada penyebab), kulit melunak dan ada rasa nyeri atau
gatal. Contohnya adalah kulit yang terpapar matahari atau sunburn atau ketika
kita duduk pada satu posisi selama lebih dari dua jam, kemudian ada
kemerahan di gluteus (bokong).
Stadium 2 : Luka dikatakan stadium 2 jika warna dasar luka merah dan
melibatkan lapisan epidermis-dermis. Luka menyebabkan epidermis terpisah
dari dermis dan/atau mengenai sebagian dermis (partial-tickness). Umumnya
kedalaman luka hingga 0,4 mm, namun bergantung pada lokasi luka. Contoh
luka pada stadium ini adalah bula atau blister karena epidermis sudah terpisah
dengan dermis
Stadium 3 : Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan
kulit mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis, dermis, hingga
sebagian hipodermis (full-thickness). Umumnya kedalaman luka hingga 1 cm
(sesuai dengan lokasi luka pada tubuh bagian mana). Pada proses
penyembuhan luka, kulit akan membutuhkan lapisan-lapisan yang hilang
(granulasi) sebelum menutup (epitalisasi).
Stadium 4 : Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan
kulit mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis, dermis, hingga
seluruh hipodermis, dan mencapai otot dan tulang (deep full-thickness).
Undermining (gua) dan sinus masuk ke dalam stadium 4.
Unstageable : Luka dikatakan tidak dapat ditentukan stadiumnya (unstagable)
jika dasar luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan mati (nekrosis),
terutama jika jaringan nekrosis ≥ 50% berada di dasar luka. Dasar luka yang
nekrosis dapat dinilai stadiumnya setelah ditemukan dasar luka merah
(granulasi) dengan pembuluh darah yang baik.
E. PENYEBAB LUKA
1. Fase Inflamasi : fase pertama dari proses penyembuhan luka. Fase penyembuhan
luka berupa inflamasi kemudian terbagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu inflamasi awal
(hemostatis) dan inflamasi akhir (lag phase).
2. Fase Proliferasi
Setelah fase inflamasi, proses penyembuhan luka berlanjut pada fase proliferasi, di
mana fase penyembuhan luka ini berlangsung dari hari ke-3 hingga 2 minggu pasca
trauma. Proliferasi diawali oleh aktivitas fibroblast men-sintesis kolagen dan
proteoglikan yang menghasilkan jaringan parut (terjadi di hari ke-5 pasca luka).
Kolagen sendiri adalah protein yang berfungsi untuk meningkatakan tensi dari
permukaan kulit yang terluka. Produksi kolagen yang memadai kemudian makin
memperkuat tensi permukaan kulit sehingga luka tertutup dengan baik.
Fase proliferasi diakhiri dengan tumbuhnya jaringan epitel, yang mana ini
berperan dalam meningkatkan aliran darah menuju area luka. Darah akan
menyalurkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan jaringan untuk melancarkan proses
penyembuhan luka.
3. Fase Maturasi
Proses penyembuhan luka yang terakhir adalah maturasi. Fase penyembuhan luka ini
dimulai pada hari ke-20 pasca luka dan berakhir dalam kurun waktu tahunan (1-2
tahun). Di sini, fibroblast secara berkelanjutan akan mensintesis kolagen, yang
berdampak pada mengecilnya area luka, penurunan elastisitas kulit, dan munculnya
garis putih di sekitar luka.
Setelah itu, timbul jaringan parut yang memiliki tensi atau kekuatan serupa
dengan jaringan yang sudah rusak akibat luka. Kendati begitu, kulit baru secara
penampilan tidak sama dengan kulit lama, terutama dari aspek kelenturan kulit.
Kulit baru cenderung tidak selentur kulit sebelum mengalami luka. Hal ini
dikarenakan elastin, protein yang berperan dalam membentuk kelenturan kulit, tidak
dapat diproduksi kembali seperti halnya kolagen
1. Usia
Meningkatnya usia mempengaruhi semua fase penyembuhan luka. Menurunnya
fungsi makrofag menyebabkan terhambatnya respons inflamasi, terhambatnya
sintesis kolagen dan melambatnya epitelisasi.
2. Nutrisi
Proses fisiologis penyembuhan luka bergantung pada ketersediaan protein,
vitamin (A dan C), mineral, seng, dan tembaga.
3. Perfusi jaringan
Oksigen memberikan bahan bakar bagi fungsi sel ysng penting dalam proses
penyembuhan. Darah yang mengandung banyak oksigen dapat mempercepat
penyembuhan luka.
4. Infeksi
Infeksi luka memperpanjang fase inflamasi, memperlambat sintesis kolagen,
mencegah epitelisasi dan meningkatnya produksi sitokin proinflamatori.
5. Dampak psikososial luka
Prinsip perawatan luka yang lain adalah tidak boleh membuat sebuah luka
menjadi luka baru (berdarah) lagi, karena itu berarti harus memulai perawatan dari
awal lagi. Juga, harus bisa mengontrol bau tidak sedap, mengatasi cairan yang
berlebih, mengontrol perdarahan, mencegah infeksi, mengurangi nyeri , dan
merawat kulit di sekitar luka. Yang penting diperhatikan dalam merawat luka
adalah selalu menjaga kebersihan. Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum
dan sesudah merawat luka, selalu menjaga kebersihan luka, menjaga agar
pembalut/penutup luka selalu bersih dan kering
Mata Kuliah: Keperawatan Dasar II
QBL 6 Pemeriksaan Penunjang
Dosen Pengampun:
Ns. Rista Apriana, M.Kep
B. PEGERTIAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah
pemeriksaan fisik pada penderita