Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWAWATAN PADA KLIEN DENGAN

SINDROM STEVEN JOHNSON

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

AA Cecep Hidayat (08180100231)


Badru Salam (08180100236)
Hendra Sasmita (08180100241)
H. Herni Kusniawati (08180100262)
Inayah Puspitasari (08180100265)
Nurjanah (08180100246)
Siswanto (08180100251)
Yuyu Nengsih (08180100257)
Yudi Agustian (08180100129)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

JAKARTA SELATAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Keperawatan Medikal Bedah ini dengan baik.

Makalah ini sudah kami susun dengan dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalah iilmiah ini bisa memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca

Bogor, 12 Januari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................................2

1. Tujuan Umum............................................................................................2

2. Tujuan Khusus...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3

A. Pengertian........................................................................................................3

B. Etiologi.............................................................................................................3

C. Patofisiologi.....................................................................................................4

1. Reaksi Hipersensitif tipe III.......................................................................4

2. Reaksi Hipersensitif Tipe IV......................................................................5

D. Manifestasi Klinis............................................................................................5

1. Kelainan kulit.............................................................................................5

2. Kelainan selaput lendir di orifisium...........................................................5

3. Kelainan mata............................................................................................6

E. Komplikasi.......................................................................................................6

F. Penatalaksanaan.............................................................................................6

1. Kortikosteroid............................................................................................6

3
2. Antibiotik...................................................................................................7

3. Infus dan tranfusi darah.............................................................................7

4. Topikal :.....................................................................................................8

G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................8

BAB III ASKEP PADA KLIEN DENGAN SINDROM STEVEN JOHNSON 9

A. Pengkajian.......................................................................................................9

1. Data Subyektif...........................................................................................9

2. Data Obyektif.............................................................................................9

3. Data Penunjang..........................................................................................9

B. Intervensi Keperawatan...............................................................................10

BAB IV PENUTUP..............................................................................................16

A. Kesimpulan....................................................................................................16

B. Saran..............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

4
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Steven Johnson merupakan sindrom kelainan kulit pada selaput lendir

orifisium mata gebital. Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus. Steven

Johnson tersebut disebabkan oleh beberapa mikroorganisme virus dll.

Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya

bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun,

penderita dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai

gejala prodiomal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan

nyeri tenggorokan.

Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M.

Steven dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ

merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.

Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya

sekitar 1-14 per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai

gatal-gatal hebat pada mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada

kulit. Setelah beberapa waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta

dapat timbul demam, sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat

terjadi luka-luka seperti keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan

1
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

kelainan sistem imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat

secara tajam.

Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson

karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan

kematian. Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab

Sindrom Steven Johnson sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan

dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit Steven Johnson sendiri gatal-gatal

pada kulit dan badan kemerah-merahan dan Sindrom ini bervariasi ada yang berat

dan ada yang ringan. ( Support, Edisi November 2008 )

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan dengan

Kasus Sindrom Steven Johnson.

2. Tujuan Khusus
Secara khusus '' Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Steven Johnson

'', ini disusun supaya :

a. Perawat dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan

gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa, serta komplikasi

dari Sindrom Steven Johnson.

b. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Sindrom

Steven Johnson.

2
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

c. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang Sindrom Steven

Johnson pada klien.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,

vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir di

orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk

(Mansjoer, A. 2000: 136).

Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari

erupsi kulit, kelainan di mukosa dan konjungtivitis (Junadi, 1982: 480).

Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir

di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai berat,

kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula dapat disertai purpura

(Djuanda, 1993: 127).

B. Etiologi

Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat

dianggap sebagai penyebab adalah:

3
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

1. Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)

a. Penisilline dan semisentetiknya

b. Sthreptomicine

c. Sulfonamida

d. Tetrasiklin

e. Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol,

metampiron dan paracetamol)

f. Klorpromazin

g. Karbamazepin

h. Tegretol

i. Jamu

2. Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)

3. Neoplasma dan faktor endokrin

4. Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)

5. Makanan

C. Patofisiologi

Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi

hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek

antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas

sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian

melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran

(target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang

4
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin

dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000: 147) .

1. Reaksi Hipersensitif tipe III

Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam

darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir. Antibodi

tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan

kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan

menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi

tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi

kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil

tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga

terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan

siklus peradangan berlanjut (Corwin, 2000: 72).

2. Reaksi Hipersensitif Tipe IV

Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T penghasil

Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel

yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed)

memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.

D. Manifestasi Klinis

Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya

bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun,

penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai

5
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan

nyeri tenggorokan.

Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa:

1. Kelainan kulit

Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula

kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga

terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.

2. Kelainan selaput lendir di orifisium

Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%)

kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan dilubang

hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%).

Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi

erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran.

Di bibir kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.

Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian

atas dan esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat

menelan. Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar

bernafas.

3. Kelainan mata

Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah

konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen,

perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut

dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.

6
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

E. Komplikasi

Komplikasi yang tersering ialah bronkopneunomia yang didapati sejumlah 16

% diantara seluruh kasus yang ada. Komplikasi yang lain ialah kehilangan cairan

atau darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi

kebutaan karena gangguan lakrimasi.

F. Penatalaksanaan

1. Kortikosteroid

Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan

prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi

menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan

tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis

permulaan 4-6 x 5 mg sehari.

Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson

berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg intravena. Setelah

masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama

mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg.

Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet

kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan

dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian

obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.

Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit

(K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia

diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia.

7
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi

protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis

25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).

2. Antibiotik

Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat

menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi,

berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x

80 mg.

3. Infus dan tranfusi darah

Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien

sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta

kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 %

dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka

dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut,

terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura

yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena

sehari dan hemostatik.

4. Topikal :

Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base. Untuk

lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila

disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.

8
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema dan

ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel

epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di epidermis.

3. Imunologi : Dijumpai deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal

superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.

BAB III
ASKEP PADA KLIEN DENGAN SINDROM STEVEN JOHNSON

A. Pengkajian

1. Data Subyektif

Klien mengeluh demam tinggi, lemah letih, nyeri kepala, batuk, pilek, dan

nyeri tenggorokan / sulit menelan.

2. Data Obyektif

a. Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi

erosi yang luas, sering didapatkan purpura.

9
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

b. Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan

pseudomembran di faring

c. Kongjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.

d. Nefritis dan onikolisis.

3. Data Penunjang

a. Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia

b. Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel

darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal,

spongiosis dan edema intrasel di epidermis.

c. Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang

mengandung IgG, IgM, IgA.

10
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

B. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan integritas Menunjukkan kulit dan
a. Observasi kulit setiap hari - Menentukan garis dasar dimana
kulit b.d. inflamasi jaringan kulit yang utuh
catat turgor sirkulasi dan perubahan pada status dapat
dermal dan epidermal
sensori serta perubahan dibandingkan dan melakukan intervensi

lainnya yang terjadi. yang tepat.

b. Gunakan pakaian tipis dan - Menurunkan iritasi garis jahitan dan

alat tenun yang lembut. tekanan dari baju, membiarkan insisi

terbuka terhadap udara meningkat proses

penyembuhan dan menurunkan resiko

infeksi.

- Untuk mencegah infeksi.

c. Jaga kebersihan alat tenun.


- Untuk mencegah infeksi lebih lanjut.

11
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

d. Kolaborasi dengan tim medis

untuk pemberian

kortikosteroid.
2. Gangguan nutrisi Menunjukkan berat
a. Kaji kebiasaan makanan - Memberikan pasien/orang terdekat rasa
kurang dari kebutuhan badan
yang disukai/tidak disukai. kontrol, meningkatkan partisipasi dalam
tubuh b.d. kesulitan stabil/peningkatan berat
perawatan dan dapat memperbaiki
menelan badan.
pemasukan.

- Membantu mencegah distensi


b. Berikan makanan dalam
gaster/ketidaknyamanan.
porsi sedikit tapi sering.

- Meningkatkan nafsu makan.


c. Hidangkan makanan dalam

keadaan hangat.

- Kalori protein dan vitamin untuk


d. Kerjasama dengan ahli gizi
memenuhi peningkatan kebutuhan

12
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

metabolik, mempertahankan berat badan

dan mendorong regenerasi jaringan.

3. Gangguan rasa nyaman,


a. Melaporkan nyeri a. Kaji keluhan nyeri, - Nyeri hampir selalu ada pada beberapa
nyeri b.d. inflamasi pada
berkurang. perhatikan lokasi dan derajat beratnya keterlibatan jaringan
kulit
intensitasnya.
b. Menunjukkan

ekspresi b. Berikan tindakan - Meningkatkan relaksasi, menurunkan

wajah/postur tubuh kenyamanan dasar ex: pijatan tegangan otot dan kelelahan umum

rileks. pada area yang sakit.

c. Pantau TTV. - Untuk mengetahui keadaan umum pasien

d. Berikan analgetik sesuai - Metode IV sering digunakan pada awal

indikasi. untuk memaksimalkan efek obat.

13
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

- Menghilangkan rasa nyeri.


4. Gangguan intoleransi Klien melaporkan
a. Kaji respon individu terhadap - Mengetahui tingkat kemampuan individu
aktivitas b.d. kelemahan peningkatan toleransi
aktivitas. dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.
fisik aktivitas.

b. Bantu klien dalam memenuhi - Energi yang dikeluarkan lebih optimal.

aktivitas sehari-hari dengan

tingkat keterbatasan yang

dimiliki klien.

c. Jelaskan pentingnya - Energi penting untuk membantu proses

pembatasan energi. metabolisme tubuh.

d. Libatkan keluarga dalam - Klien mendapat dukungan psikologi dari

pemenuhan aktivitas klien. keluarga.


5. Gangguan Persepsi
a. Kooperatif dalam a. Kaji dan catat ketajaman - Menetukan kemampuan visual
sensori: kurang
tindakan. pengelihatan.

14
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

penglihatan b.d
b. Menyadari b. Kaji deskripsi fungsional apa - Memberikan keakuratan thd pengelihatan
konjungtifitis
hilangnya yang dapat dilihat/tidak. dan perawatan.

pengelihatan secara
c. Sesuaikan lingkungan - Meningkatkan self care dan mengurangi
permanen.
dengan kemampuan ketergantungan.

pengelihatan:

- Orientasikan thd

lingkungan.

- Letakan alat-alat yang

sering dipakai dalam

jangkuan pengelihatan

klien.

- Berikan pencahayaan

15
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

yang cukup.

- Letakan alat-alat

ditempat yang tetap.

- Berikan bahan-bahan

bacaan dengan tulisan

yang besar.

- Hindari pencahayaan
- Meningkatkan rangsangan pada waktu
yang menyilaukan.
kemampuan pengelihatan menurun.
- Gunakan jam yang ada

bunyinya.

d. Kaji jumlah dan tipe

rangsangan yang dapat

16
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

diterima klien.

17
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari

eropsi kulit, kelainan mukosa dan konjungtivitis dengan keadaan umum bervariasi

dari ringan sampai berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula dapat

disertai purpura. Penyebab dari penyakit SSJ ini belum diketahui dengan pasti,

namun beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab infeksi virus, jamu,

bakteri, obat, makanan, dan lain-lain. sindrom ini terlihat adanya trias kelainan

berupa kelainan kulit, kelainan selaput lendir, kelainan mukosa, kelainan mata.

Adapun diagnosanya berupa gangguan integritas kulit, gangguan nutrisi,

gangguan nyaman, gangguan intoleransi aktivitas, gangguan persepsi sensori.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini kelompok menyadari masih minimnya bahan

yang kelompok gunakan untuk menyusun makalah ini. Untuk itu kelompok

menyarankan supaya ada pihak lain dapat membahas masalah ini lebih mendalam

mengenai masalah ini. Dan tentunya bagi perawat yang melakukan asuhan

keperawatan diharapkan harus menganalisa keadaan pasien dengan baik dan tepat.

18
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

DAFTAR PUSTAKA

Allanore, Valeyrie., Roujeau, Jean-Claude. (2002). Epidermal Necrolysis (steven


Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. In
Wolff,Klaus.,Goldsmith,Lowell A.,Katz,Stephen I., Gilchrest,Barbara A.,
Paller, amy S., Leffell,David J.Fitzpatrick’s Dermatology in general
medicine (7th ed.)

Davis, Mark D., Rogers, Roy S., Pittelkow, Mark R. (2002). Recurrent Erythema
Multiforme/Stevens-Johnson Syndrome. Arch Dermatol vol.138

Ghislain, Pierre-Dominique.,(2002). Treatment of svere drug reaction: Steven


Johnson Syndrome, Toxic Epidermal Necrolysis and Hypersensitivity
syndrome. Dermatology online journal. , Vol 8 (1):5

Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Hamzah M. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rd
edition. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2002. p:139-142

Ilyas, S. Sindrom Steven Johnson. In Ilmu Penyakit Mata. 3 rd edition. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Hal 135-136.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Erupsi Alergi Obat. In:


Kapita Selekta Kedokteran. Volume 2. 3rd edition. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Media Aesculapius. Jakarta. 2002. p:133-139

Metry, Denise w., Jung, Peter., Levy, Moise L. (2002). Use of Intravenous
Immunoglobulin in Children With Steven-Johnson Syndrome and Toxic
Epidermal Necrolysis: Seven case and review of the Literature. Official
journal of the American Academy of Pediatric. 112, 1430-1436

Parrillo, Steven j. 2010. Steven Johnson Syndrome in Emergency medicine. E-


Medicine. URL : http://www.emedicine.medscape.com/article/756523-
overview

Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi
2. Jakarta: EGC

Roujeau, Jean-Claude, Kelly., Judith P., Naldi, L., Rzany, B., Stern, R., Anderson,
T., et al. (1995). Medication use and the risk of steven-Johnson syndrome

19
KELOMPOK V KMB, SINDROM STEVEN JOHNSON

or toxic epidermal necrolysis. The New England Journal of Medicine.


1995,1600-7

Sharma, V.K. : Proposed IADVL Consensus Guidelines 2006: Management of


Stevens-Johnson Syndrome ( SJS) and Toxic Epidermal Necrolysis (TEN).
IADVL.2006

Wijana, N. Konjungtiva. In Ilmu Penyakit Mata.1993. hal 40-41.

20

Anda mungkin juga menyukai