Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP PERUBAHAN SKALA


NYERI PADA LANJUT USIA DENGAN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI
PUSKESMAS MOJOPANGGUNG BANYUWANGI
TAHUN 2019

Oleh :

Nama : Dila Ramadhani B.


NIM : 2016.02.011

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya (Stanley, 2007). Proses penuaan ditandai dengan

perubahan fisiologis yang terjadi pada beberapa organ dan system. Perubahan

yang terjadi menyebabkan penurunan fungsi untuk melakukan aktivitas.

Seiring dengan peningkatan perentase lansia terjadi juga peningkatan jumlah

dan tingkat kejadian penyakit kronis yang disebabkan oleh penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan serta kelemahan

pada lansia. (Efendi & Makhfudli, 2009). Tujuh golongan penyakit banyak

dilaporkan terjadi pada lansia adalah hipertensi, gangguan pendengaran,

kelainan jantung, sinusitis kronik, penurunan virus, dan gangguan pada tulang

serta osteoarthritis (Stanley, 2007).


Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana

keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai

dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya

ketebalan serta sclerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada

tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan

melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi (Felson, 2008). Masalah

muskuluskeletal seperti arthritis dan gangguan pada tulang menjadi masalah

yang sering terjadi pada lansia karena memengaruhi mobilitas dan aktivitas

yang merupakan hal vital bagi kesehatan total lansia. Arthritis dan gangguan

pada tulang menyebabkan munculnya nyeri sendi (Yatim, 2006).


International Association for Study of Pain (1979) dalam Potter &Perry

(2010), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan

yang bersifat actual atau potensial yang dirasakan dalam kejadian-kejadian

dimana terjadi kerusakan. Nyeri sendi memiliki prevelensi nyeri

muskuluskeletal yang paling banyak terjadi pada lansia. Fenomena ini terjadi

karena lanjut usia merupakan usia yang paling rentan terkait dengan disabilitas

dan perubahan degeneratif (Hardywinoto, 2005).


Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization

(WHO) dalam Sabara (2013), prevalensi penderita osteoartritis di dunia

pada tahun 2004 mencapai 151,4 juta jiwa dan 27,4 juta jiwa berada di Asia

Tenggara. Di Indonesia, prevalensi osteoarthritis mencapai 5% pada usia <40

tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk

osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5%. Prevalensi

penyakit sendi di wilayah Indonesia sendiri menurut RISKESDAS 2018

7,3%. Prevelensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter pada umur lebih

dari 15 tahun. Persentasi paling tinggi umur 75+ dengan persentasi 18,9 %,

mayoritas perempuan 8,5 % pada daerah pedesaan 7,8%. Menurut

karakterististik berdasarkan pekerjaan mayoritas petani dengan persentasi

9,90% . prevelensi di wilayah jawa timur terdapat 75% (RISKESDAS 2018).

Prevelensi penyakit sendi di wilayah Banyuwangi pada tahun 2017 terdapat

13072 jiwa, 5315 pada laki-laki, 7757 pada perempuan. Pada tahun 2018

terdapat 10318 jiwa, 4139 pada laki-laki, dan 6179 pada perempuan. Pada

tahun 2019 bulan januari-agustus terdapat 7042 jiwa, 2799 pada laki-laki dan

4243 pada perempuan.


Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas

Mojopanggung dihasilkan data penderita osteoarthritis sebanyak ………


Salah satu faktor pencetus nyeri sendi adalah osteoarthritis (OA) karena

nyeri sendi merupakan keluhan utama yang muncul pada penderita OA

(Felson & Schaible,2010). OA dapat menyerang semua sendi, predileksi yang

tersering adalah pada sendi-sendi yang menanggung beban berat badan seperti

panggul, lutut dan sendi tulang belakang bagian lumbal bawah. Lokasi OA

yang sering ditemukan adalah pada lokasi lutut (Arissa, 2013). Penyebab OA

lutut masih belum diketahui, faktor pencetus atau disposising dari

osteoarthritis adalah usia, obesitas (kegemukan), jenis kelamin, aktivitas fisik

dan pekerjaan, dan penyakit sendi lainnya. Gejala pada osteoarthritis yaitu

adanya nyeri lutut yang menyebabkan seseorang takut melakukakan aktivitas

atau gerakan sehingga menurunkan kualitas hidupnya. Perubahan yang terjadi

pada osteoarthritis adalah ketidakrataan rawan sendi disusul ulserasi dan

hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kotak tulang dengan tulang dalam

sendi disusul dengan terbentunya kista sub kuadral, ostiopit pada tepi tulang

dan reaksi padam pada membrane sirovial. Pembekakan sendi, penebalan

membrane synovial dan kapsul sendi, serta teregangnya rigamen

menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot disekitar sendi menjadi

lemah karna evusi synovial dan disuse atropy pada satu sisi dan spasme otot

pada sisi lain. Dengan keberadaan nyeri akibat OA lutut ini, lansia yang

menderita kemudian membatasi pergerakan pada bagian yang nyeri sehingga

luas gerak sendi ke semua arah berkurang. Bila gerakan pasif lebih dominan

dari pada gerakan aktif dapat menyebabkan kekakuan dan gangguan pada otot

sendi (Isbagio, 2005). Nyeri dan kaku sendi yang bertahan lama dapat
menghentikan secara permanen fungsional sendi. Penghentian fungsional

sendi ini dapat membatasi aktivitas fisik lansia, selanjutnya lansia mengalami

penurunan dari quality of life (Hopman-Rock et al., 2007). Kurang aktifitas

fisik merupakan faktor resiko timbulnya berbagai penyakit pada populasi

lansia, sementara itu jika terdapat peningkatan aktifitas fisik pada lansia dapat

meningkatkan kesehatan, meningkatkan quality of life, sertamenurunkan

morbiditas dan mortalitas (Klieman et al., 2011).


Menurut penelitian Nelson et al., (2010), mempertahankan aktifitas

pergerakan sendi sangat dianjurkan untuk meminimalkan kontraktur dan

mengatasi penurunan fungsional sendi akibat nyeri sendi yang muncul.

Tindakan pertahanan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri agar sendi

mampu difungsikan. (Muchid dkk., 2006) adalah secara farmakologis atau

tindakan pemberian obat-obatan, tindakan non farmakologis seperti edukasi

pasien, terapi fisik, okupasional, aplikasi dingin atau panas, latihan fisik,

istirahat dan merawat persendian, penurunan berat badan, akupuntur, dan

terapi bedah lainnya. Jurnal publikasi American College Of Rheumatologi

mengatakan terapi yang lebih direkomendasikan untuk OA lutut adalah terapi

non farmakologi yang bersifat terapi modalitas seperti aerobic, latihan

ketahanan, dan intervensi psikososial (Hochberg et al., 2012).


Salah satu dari olahraga fisik yang sederhana dan mudah dilakukan

adalah senam rematik (Nurhidayah, 2012). Senam rematik merupakan senam

yang berfokus pada mempertahankan lingkup gerak sendi secara maksimal.

Tujuan dari senam rematik ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan menjaga

kesehatan jasmani penderita rematik. Keuntungan lain dari senam rematik

yaitu tulang menjadi lebih lentur, otot tetap kencang, memperlancar peredaran
darah, menjaga kadar lemak darah tetap normal, tidak mudah mengalami

cedera, dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih baik (Heri, 2014).

Karena pada penderita rematik, mereka sulit menggerakkan tubuhnya karena

nyeri. Bila tidak digerakkan, lama-lama sendi akan lengket dan benar-benar

tidak bisa digerakkan. Jika dibiarkan maka nyeri akan semakin meningkat. Ini

yang kita cegah dengan melakukan senam rematik.


1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada

lanjut usia dengan osteoarthritis lutut di puskesmas mojopanggung?


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri

pada lanjut usia dengan osteoarthritis lutut di puskesmas

mojopanggung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat nyeri sebelum diberikan senam rematik di

puskesmas mojopanggung.
b. Diketahuinya tingkat nyeri setelah diberikan senam rematik di

puskesmas mojopanggung.
c. Diketahuinya perubahan tingkat nyeri sebelum dan setelah senam

rematik di puskesmas mojopanggung.


1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang peneliti harapkan setelah proses penelitian yaitu :
1. Bagi peneliti
Sebagai referensi yang dapat digunakan dalam penelitian

selanjutnya, dapat menambah pengetahuan peneliti terhadap

pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lanjut

usia dengan osteoarthritis lutut.


2. Bagi institusi
Sebagai salah satu wawasan baru bagi mahasiswa dalam

perubahan skala nyeri dengan menggunakan senam rematik.


3. Bagi masyarakat
Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui

informasi yang terkait dengan penelitian ini agar bisa menjadi acuan

dalam menjalani pola hidup yang sehat.


4. Bagi responden
Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui

informasi yang terkait dengan penelitian ini agar bisa menjadi acuan

dalam menjalani pola hidup yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai